Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

UJIAN TENGAH SEMESTER

(AULM 1171)

PANCASILA

Disusun Oleh:

Firdha

(2110127320001)

Kelas A01

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Sarbaini, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
OKTOBER
2021

BAB 1

PENDAHULUAN

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara oindonesia,


sehingga dapat diartikan kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar
falsafah dan ideology negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa
indonesia tak ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiiri
atas berbagai dan suku bangsa dapat dipersatukan oleh pancasil. Itu
sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti. Siapa
pun coba menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan seluruh
komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara indonesia.
dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.Pancasila
dapat kita artikan sebagai lma dasar yang dijadikan dasar negara serta
pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan
kokoh tampa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan
jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa pandangan hidup.
Dengan adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing
dalam menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum, artinya selain
Pancasila masih ada sumbersumber hukum yang lain. Sumber hukum
belum tentu merupakan hukum dalam arti peraturan perundang-undangan.
Hukum nasional yang bersumber dari Pancasila merupakan hasil
eklektisasi dari berbagai sukmber hukum itu. Oleh sebab itu, hukum
nasional Indonesia merupakan produk eklektik antar berbagai sumber
hukum materiil yang ada di dalam masyarakat seperti Hukum Islam,
Hukum Adat, Hukum Barat, dan konvensikonvensi internasional.Etika
pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala
sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia.Sedangkan
hukum negara yakni hukum yang menjadi pijakan beberapa cabang
pemerintahan dan yang harus mereka patuhi dalam menjalankan
kekuasaan.Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-
sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika
Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.Peran sentral terhadap cita demokrasi yang
beriringan dengan cita nomokrasi adalah suatu keniscayaan. Pembangunan
politik hukum melalui Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia harus
sesuai dengan Pancasila dan etika politik yang dibangun oleh para elite
politik adalah suatu keharusan untuk memberikan sebuah gambaran besar
untuk menghadapi persoalan bangsa saat ini.
Implikasi dari formulasi ideologi Pancasila sebagai totalitas
organik ini terlihat, misalnya, sejak 1985 seluruh organisasi sosial politik
digiring oleh hukum untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar
filosofis, sebagai asas tunggal dan setiap warga negara yang mengabaikan
Pancasila atau setiap organisasi sosial yang menolak Pancasila sebagai
asas tunggal akan itu telah meluas tak hanya tuduhan subversif
sebagaimana kerap dialamatkan pada komunisme atau ide negara Islam,
melainkan mencakup segala hal yang berbeda pendapat dengan ideologi
negara (Van Langenberg, 1990: 123).

BAB 2
PERMASALAHAN

Kasus viral yang terjadi di bulan oktober 2021 ini, viral di media
sosial oleh seorang netizen yang mempost di sebuah today Line tentang.
Penganiayaan kapolres Nunukan AKBP SA diperiksa polda Kalimantan
utara atas dugaan memukul anak buah. AKBP SA akan dinonaktipkan dari
jabatannya.
Diduga pemukulan itu terjadi kerna AKBP SA marah kepada anak
buahnya kerna tidak siaga saat diberi perintah pada acara hari kesatuan
Gerak Bhayangkari (HKGB). Peristiwa tersebut terjadi di sebuah ruangan
disebut-sebut peristiwa itu terjadi di aula polres Nunukan.
Awalnya tampak seorang polisi berdiri di depan meja yang
diatasnya ada nasi tumpeng. Lalu ada perempuan yang dating untuk
mnggeser meja. Polisi yang berdiri itu lalu bergeser ke samping meja. Di
duga dia hendak membantu perempuan yang ingin menggesr meja. Polisi
tersebut lalu tampak memasukan ponselnya ke kantung celana, namun
tiba-tiba dia datangi serta ditendang dan dipukul.
Polisi yang memukul polisi lain itu disebut-sebut ialah Kapolres Nunukan
AKBP SA. Akibat pemukulan tersebut, AKBP SA di periksa propam
polda Kalimantan Utara(Kaltara).
Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka
pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa
Indonesia sehingga bangsa Indonesia dapat dihargai sebagai salah satu
bangsa yang beradab di dunia. Kecendrungan menganggap acuh dan
sepele akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan dan
ditinggalkan, kerna pancasila wajib diamalkan oleh warga Negara
Indonesia.alasan lain kerna bangsa yang besar adalah bangsa yang
beradab. Pembentukan etika bukan hal yang susah dan gampang untuk
dilakukan, kerena etika berasal dari tingkah laku, perkataan, perbuaatan,
serta hati nurani kita masing-masing.

BAB 3
PEMBAHASAN
Sebelum membahas tentang permasalahan yang saya sudah ambil
tersebut, keterkaitannya dengan Pancasila Etika Bermasyarakat, Bernegara
dan Berbangsa.saya me wawancari dua orang teman sebaya saya, untuk
mengetahui bagaimana pendapat mereka tentang pancasila. Dari
wawancara saya yang pertama saya lakukan oleh Hidayatullah yang
berumur 21 tahun,menurut penuturannya. Menurut saya Pancasila adalah
ideologi yang dianut oleh negara kesatuan republik Indonesia. Dan salah
satu fungsinya adalah sebagai sistem etika dimana etika itu sendiri
merupakan gabungan dari tiga unsur, yaitu Nilai, Norma, dan Moral.
Ketiga unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain. Pada hakikatnya,
pancasila bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat
normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai
etika yang merupakan sumber norma.
Namun, pada kenyataannya sekarang sudah berubah. Tingkah laku
masyarakat Indonesia dalam prakteknya sekarang tidak lagi mewujudkan
bagaimana bentuk Pancasila dan tidak lagi memperlihatkan nilai etika
yang baik itu sendiri. Akhir – akhir ini nilai Pancasila sudah memudar,
maksudnya hanya sedikit bangsa Indonesia yang menggunakan nilai
Pacasila bagi kehidupannya.
Jangankan untuk menggunakan nilai pancasila, masih banyak bangsa
Indonesia lupa atau tertukar dengan sila – sila pancasila. Hal ini
dikarenakan kurangnya kita menyebutkan sila – sila pancasia. Dulu
sewaktu kita duduk di bangku sekolah, setiap senin kita pasti selalu
menjalankan upacara bendera, kita serentak hormat kepada bendera merah
putih, menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu wajib, bahkan kita
serentak menyebutkan pancasila. Tapi sekarang? Hanya sebagian kecil
yang masih menganggap Pancasila itu merupakan pedoman dan sesuatu
yang sangat penting bagi pribadi bangsa Indonesia itu sendiri.
lalu dari wawancara saya yang kedua yang saya lakukan oleh
Mutiara Shaffira yang berumur 19 tahun, menurut penuturannya kalo
pancasila itu adalah ideologi bangsa Indonesia atau bisa disebut sebagai
pondasi dari suatu negara tanpa adanya Pancasila (ideologi bangsa) tidak
akan terciptanya suatu negara di suatu wilayah. Selain sebagai ideologi
bangsa Pancasila adalah sebuah pandangan hidup bangsa Indonesia yang
bisa dikatakan bahwasanya Pancasila adalah nilai nilai yang harus di
tanamkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu ruang lingkup masyarakat,
pribadi maupun bangsa.
Pada bab sebelumnya, saya telah memilih kasus viral penganiayaan
kapolres Nunukan kepada anggotanya untuk saya bahas. Alas an saya
memilih ini kerna adanya keterkaitan kasus dengan salah satu materi
Pancasila yaitu tentang pancasila sebagai etika bermasyarakat, Berngara,
dan Berbangsa.
Etika merupakaan  hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka
kita mampu menjalankan kehidupan bernegara dengan baik sebagai
masyarakat yang mempunyai  perilaku yang  baik, kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral.
Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang
hidup dalam realita sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat
diterima oleh siapa pun dan kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang
nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life
bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia
dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika,
dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap
individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa
sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik yang
memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab
keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat
menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan
dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free)
Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang
dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu
diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang
Pancasilais melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur, disiplin,
tanggung jawab, mandiri, dan lainnya.
etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu 187 generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini,
etika sama maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu
yang membahas tentang kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4--6).
Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai
segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia.
Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang
mengaturnya itu kerapkali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja,
2002: 81).
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat,
meliputi etika keutamaan, teleologis, deontologis..
Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari
keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu
baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should I be?, atau
“saya harus menjadi orang yang bagaimana?”. Beberapa watak yang
terkandung dalam nilai keutamaan adalah baik hati, ksatriya, belas kasih,
terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri, penguasaan
diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun, jujur, terampil, adil, setia,
ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, 191 dan toleran
(Mudhofir, 2009: 216--219).
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan
moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan
dengan kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau
mengikuti asas-asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral
itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral
sebagai tindakan yang tidak etis. Etika teleologis ini menganggap nilai
moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada efektivitas tindakan
tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga menganggap
bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai
berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan (Mudhofir, 2009: 214).
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban
moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau
akibat. Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya,
kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral
mengandung kemestian untuk melakukan tindakan. Pertimbangan tentang
kewajiban moral lebih diutamakan daripada pertimbangan tentang nilai
moral. Konsep-konsep nilai moral (yang baik) dapat didefinisikan
berdasarkan pada kewajiban moral atau kelayakan rasional yang tidak
dapat diturunkan dalam arti tidak dapat dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).
Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk
tantangan terhadap sistem etika Pancasila. Pertama, tantangan terhadap
sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa sikap otoriter dalam
pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara
yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai
dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan semangat
musyawarah untuk mufakat.
Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru
terkait dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang
merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan
keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya
menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu. Ketiga, tantangan
terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Misalnya, munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila
sebagai sistem etika meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, meletakkan
sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan Pancasila
sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan
keputusan yang diambil setiap warga negara. Kedua, Pancasila sebagai
sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara sehingga
memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional,
regional, maupun internasional. Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika
dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh
penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat negara 212
kebangsaan yang berjiwa Pancasilais. Keempat, Pancasila sebagai sistem
etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi
yang memengaruhi pemikiran warga negara.
Melihat dari permasalahan di atas ada keterkaitannya dengan dengan
pancasila yang etika, Bermayarakt, Bernegara, dan Berbangsa. Yaitu isu
tentang penganiayaan kapolres atas dugaan memukul anak buah. Ini
termasuk dari etika bermasyarakat
Oleh kerna itu, analisis tentang kasus ini menarik untuk saya amati,
agar semua rakyat Indonesia khusus nya orang-orang yang mempunyai
pengarauh besar kepada orang banyak seperti polisi kapolda yang sudah di
sebutakan di dalam permasalahan tersebut, yang seharusnya tugas seorang
polisi itu menjadi contoh untuk masyarakat, mengayomi, dan mengatasi
masyarakat yang berbuat tidak lazim atau melanggar peraturan namun
bukan malah sebaliknya, menurut saya.
BAB 4
SOLUSI
Memang setiap sebab itu pasti ada akibatnya, sama hal nya juga
dengan kejadian di atas yang sudah saya sebutkan di permasalahan, karena
menurut saya tidaklah harusnya berpikir dulu sebelum bertindak, apakah
hukuman atau sangsi, atas suatu peristiwa/ kejadian itu mungkin sesuai
dengan aturan atau di setujui terlebih daahulu. Sehingga tidak akan terjadi
permasalahan yang berkelanjutan. Kerna penganiayaan merupakan suatu
tindak keriminal yang tidak diperbolehkan menurut bangsa dan Negara.
Setiap warga Negara yang melakukan nya bisa jadi akan di tindak secara
pidana. Untuk korban yang teraniaya maka harus ada perlindungan dari
aparat untuk melindungi secara psikis. Karena dampak dari penganiayaan
tersebut menimbulkan trauma yang mendasar solusi menurut saya.
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
` Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai nilai-nilai
keseimbangan hukum,yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai.
Dengan memahami Pancasilamelalui pemahaman historis, tulisan ini
menyimpulkan bahwa Pancasila menjadi ideologi negara yang universal
dan komperhensif yang memuat relasi hablumminallah, hablumminannas,
dan hablum minal alam untuk mencapai tujuan rahmatan lilalamiin.
Sebagai dasar falsafah, Pancasila memperoleh sumber nilai dalam konteks
perjalanan dinamis sejarah kebudayaan bangsa. Pembentukan sumber nilai
yang tercakup kedalam sistem falsafah kebangsaan telah berjalan dalam
sejarah yang panjang. Eksistensi Pancasila adalah suatu pencapaian riil
dalam tegaknya Negara hukum. Sebaliknya, permasalahan hukum dan
tidak terstruktur konstruksi hukum akan terjadi jika tidak ada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai nilai-nilai keseimbangan
hukum, yaitu nilai Ketuhanan (moral religius), nilai kemanusiaan
(humanisme), dan nilai kemasyarakatan (nasionalisme dan keadilan
sosial).
Pancasila sebagai etika adalah Pancasila memegang peranandalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat
dandimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah
laku kita.Seperti yang
tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adildan
beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila
dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan
menjiwai butir-butirPancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik
yang berlaku dalammasyarakat maupun bangsa dan negara.
B. Saran
Etika (nilai, norma dan moral) harus senantiasa di terapkan dalam bersikap
dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku
yang sesuaidengan adat, budaya dan karakter bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan
kesatuanantar warga Indonesia.

Daptar Pustaka
Van Langenberg, Michael, 1990, “The New Order State Language,
Ideology and Hegemony, in Arif Budiman (ed.), State and Civil Society in
Indonesia, Center of Southeast Asian Studies, Monash University
Sutrisno, S. (2006). Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta:
Amri, S. R. (2018). Pancasila Sebagai Sistem Etika. Voice of Midwifery,
8(01), 760-768.
Percakapan whatsapp oleh Hidayatullah dan Mutiara Shaffira tentang apa
yang kamu ketahui tentang Pancasila
Line today. com

Anda mungkin juga menyukai