Anda di halaman 1dari 10

MATERI TENTANG LEMPAR LEMBING DAN

PENYELENGGARAAN LOMBA LEMPAR


LEMBING

Di susun oleh
Mohhamad Fajar
12 MIPA 2

SMA Negeri 26 Bandung


Jl. Sukaluyu No.26, Cipadung, Kec. Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat.

A. SEJARAH LEMPAR LEMBING


Lempar lembing adalah olahraga yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam
melempar. Media olaharaga ini adalah lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan
kecil. Walaupun belum ditemukan catatan sejarah otentik mengenai olahraga lempar
lembing, tapi sebagian ahli meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani
Klasik. Saat itu, lempar lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga jenis
atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram.

Beberapa pakar menyebutkan, lempar lembing diidentikkan dengan aktivitas


berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing
diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut.

Aktivitas lempar lembing baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia
memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih
kental dengan aktivitas berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun
perkampungan atau perkotaan. Olahraga lempar lembing juga tercatat dilakukan di
beberapa peradaban klasik lainnya. Seperti peradaban Cina dan Mesir (Egypt) Klasik.
Namun, tidak sepopuler seperti di Yunani, karena olahraga yang paling diminati di Mesir
adalah renang dan memancing.

Dengan dasar ini kemudian disimpulkan, bahwa olahraga lempar lembing berasal
dari peradaban Yunani klasik, berakar pada aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman
purba.

B. PENGERTIAN LEMPAR LEMBING

Secara harfiah, lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing.
Lempar berarti usaha membuang sejauh mungkin dan lembing artinya tongkat berujung
runcing, maka jika digabungkan lempar lembing berarti membuang tongkat berujung
runcing sejauh mungkin. Lempar lembing adalah olahraga atletik berjenis lintasan dan
lapangan. Pada olahraga ini, atlet lempar lembing harus berlari pada lintasan untuk ancang-
ancang, lalu atlet melemparkan lembing pada wilayah atau lapangan yang ukurannya sudah
ditentukan. Ketentuan lintasan lempar lembing diatur oleh Federasi Atletik Amatir
Internasional (IAAF).
C. MACAM-MACAM TEKNIK LEMPAR LEMBING

1. Teknik Memegang lembing

a. American Style (Cara Amerika)

Pada American style, cara memegang lembing adalah dengan menempatkan ibu jari
sekaligus telunjuk untuk saling bertemu pada lilitan lembing atau di belakang balutan
lembing. Untuk yang baru menekuni lempar lembing, cara memegang lembing satu ini lebih
sesuai.

Alasan mengapa cara memegang dengan gaya Amerika sangat umum adalah karena
selain mudah, daya dorongnya lebih tinggi oleh ibu jari dan jari telunjuk. Teknik pegangan
lembing satu ini pun masih populer sampai sekarang dan masih sering digunakan karena
memang sangat nyaman sekaligus memberikan daya dorong lebih.

b. Finlandia Style (Cara Finlandia)

Pada umumnya, seringkali cara memegang lembing dengan cara Finlandia kerap
dianggap sama dengan cara Amerika. Banyak orang tak terlalu tahu membedakan kedua
teknik pegangan yang padahal sebenarnya sangat mudah. Untuk pegangan ini, tekniknya
adalah dengan membuat ibu jari serta jari tengah bertemu tepat di bagian lilitan lembing.

c. Tank Style (Jepit Tang)

Untuk cara memegang lembing satu ini, pegangan berfokus pada jari telunjuk serta
jari tengah yang bertugas menjepit lembing tepat di belakang bagian pegangan. Tentunya
pada setiap pegangan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan untuk teknik
pegangan ini pun sama baiknya dengan yang lain hanya memang tak sepopuler American
style.

2. Teknik membawa lembing

Sebenarnya, cara apapun dapat dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak
mengganggu kecepatan berlari. Cara yang sering dilakukan adalah lembing berada di atas
pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas atau bawah agar otot-otot
sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Cara lainnya adalah membawa lembing dengan posisi
lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan
untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya, namun akan sedikit mendapat hambatan untuk
mendapatkan kecepatan awalan yang optimal. Ada juga yang membawa lembing di bawah
dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata lembing menuju serong ke atas, dan ekornya
menuju serong ke bawah hampir mendekati tanah.
3. Teknik Awalan Berlari Lempar Lembing

Teknik awalan adalah gerakan permulaan dalam olahraga lempar lembing. Awalan
dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan
bagian yang pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.
Pada awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan
ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada
sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan adalah langkah silang
dengan beberapa cara, diantaranya dengan jingkat, langkah silang di depan, atau langkah
silang di belakang.

4. Teknik melempar lembing

Berikut merupakan cara melempar lembing, yaitu:

a) Ketika hendak melemparkan lembing dari atas kepala, pastikan bawa lembing ke
belakang dnegan tangan lurus yang diputar ke arah dalam, sementara itu rebahkan
badan ke belakang dengan lutut kaki kanan di saat yang sama dengan
pembengkokan siku.
b) Bawa lembing secepat kilat ke atas kepala sambil mendorong pinggul ke depan,
barulah kemudian lembing dilemparkan sekuat tenaga ke depan dari atas kepala.
Dalam posisi ini, tangan lurus dan dibantu dengan kaki kanan ditolakkan sekuatnya
dan badan dilonjakkan ke depan.
c) Lepaskan lembing di saat lurus dan pangkal lilitan tali lembing dapat didorong
dengan jari-jari tangan.

5. Teknik melepaskan lembing

Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik,
dimana bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula, bahu melempar
secara aktif dibawa ke depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke
atas. Pelepasan lembing terjadi di atas kaki kiri dan pada sudut lemparan kira-kira 45º
dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan
meluncur di tanah pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke
tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh
condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk selama pelepasan
lembing.

6. Posisi tubuh pasca lemparan lembing

Setelah kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat
kebelakang lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas
kemudian tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan
tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing sampai jatuh.
D. SARANA DAN PRASARANA DALAM PERLOMBAAN LEMPAR LEMBING

1. Lembing

Lembing adalah sejenis tombak yang ringan dan kecil dengan ukuran panjang 2,6 –
2,7 m untuk putra dan 2,2 -2,3 m untuk putri. Berat lembing yang digunakan 800 gram
untuk putra dan 600 gram untuk putri. Lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yakni
kepala (mata lembing) yang terbuat dari logam ringan dan berbentuk runcing, batang
(badan lembing) yang terbuat dari serat karbon atau komposit lain bahan sintetis, dan tali
pegangan sepanjang 20 cm yang melilit badan lembing di titik pusat gravitasi dan tidak
melibihi garis tengah badan lembing. Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan
bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.

2. Lapangan

Ukuran Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut standar
IAAF (Federasi Atletik Amatir Internasional) atau PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
Ketentuan lapangan lembing adalah sebagai berikut :

a) Lintasan awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang lintasan
minimal 30 m dan maksimal 36,5 m.
b) Lengkung lemparan dengan lebar 7 cm dan panjang 75 cm dibuat dari kayu atau
logam dan dicat berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan
busur dari lingkaran yang berjari-jari 8 meter. Lengkungan ini diperpanjang ke arah
kanan dan kiri dengan dibuat siku-siku atau tegak lurus dengan garis paralel 4 m dan
dicat putih.
c) Sudut lemparan dengan sudut 29O hingga 30O dibentuk dari dua garis yang dibuat
dari titik pusat lengkung-lemparan memotong kedua ujung lengkung lemparan,
dengan tebal garis sektor 5 cm.

E. PERATURAN UMUM DALAM PERLOMBAAN LEMPAR LEMBING

1. Persyaratan suatu lemparan sah

a) Lembing harus di pegang pada bagian pegangannya, dan harus di lempar lewat atas
bahu atau bagian teratas dari lengan si pelempar dan harus tidak dilempar secara
membandul.Gaya non orthodox tidaklah di izinkan untuk dipakai.
b) Lemparan itu tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian
lembing lainnya.
c) Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu
garis atau jalur paralel.
d) Lemparan tidak sah bila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau
anggota badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku
terhadap garis paralel, atau menyentuh tanah didepan garis lempar dan garis-garis
itu semua.
e) Sesudah membuat gerakan awalan lempar sampai lembingnya dilepaskan dan
mengudara, tidak sekali-kali pelempar memutar tubuhnya penuh sehingga
punggungnya membelakangi sektor lemparan.
f) Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang
dilemparkan jatuh ke tanah. Dari sikap berdiri meninggalkan jalur lari awalan dari
belakang lengkung garis lempar dan garis perpanjangan.

2. Lemparan dinyatakan tidak sah

a) Lembing tidak dipegang pada pembalutnya.


b) Dipanggil sudah dua menit, belum melempar.
c) Menyentuh besi batas lemparan sebelah atas.
d) Menyentuh tanah di luar besi lingkaran.
e) Setelah melempar keluar lewat garis lempar.
f) Lembing jatuh di luar sektor lemparan.
g) Ujung lembing tidak membekas pada tanah.
3. Penilaian lempar lembing

Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih,


untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar dan bendera merah untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah.Suatu lemparan diukur dari tanda yang
terdekat dengan kepala lembing, sampai ke bagian dalam ujung lingkaran lalu mengukur
antara tanda tersebut. Kemudian beberapa unsur penilaian dalam lempar lembing adalah
cara memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing.

F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM LEMPAR LEMBING


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan harus dihindari saat sedang bermain
olahraga lempar lembing guna mempermudah permainan atau menghindari
terdiskualifikasi. Hal-hal yang patut dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Memegang lembing sepanjang jalur lengan.


b) Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai
kanan.
c) Berlari lurus selama melakukan awalan.
d) Membawa berat badan melewati tungkai belakang.
e) Meluruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap ke
atas.
f) Melangkahkan tungkai kiri jauh ke depan.
g) Membusungkan badan ketika dalam posisi lempar dan membawa sikut ke atas
sewaktu melakukan lemparan.

Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah sebagai berikut :

a) Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam).


b) Meloncat ke atas pada langkah terakhir.
c) Melakukan dua kali atau lebih langkah silang.
d) Membawa kedua bahu menghadap ke depan.
e) Pinggul ditekuk sehingga badan membungkuk ke depan.
f) Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan.
g) Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri.
h) Melempar berputar melalui samping kanan badan.

G. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lempar lembing merupakan
olahraga melempar tongkat berujung runcing sejauh mungkin yang melibatkan tubuh
bagian atas dan bawah, mulai dari otot, sendi, hingga sumbu dan bidang. Koordinasi dari
bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan gerakan lempar lembing yang baik. Dalam
olahraga lempar lembing, juga diperlukan penguasaan beragam teknik-teknik guna
tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan (lemparan yang baik), serta terdapat
beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan hal-hal yang patut diperhatikan atau dihindari
agar tidak terdiskualifikasi.

Anda mungkin juga menyukai