Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI


(KEMISKINAN DAN ANAK BANYAK)

Mata Kuliah Askeb Pada Perempuan Dan Anak Dengan Kondisi Rentan
Dosen pengampu: Supiani,S.ST,M.Kes

Di Susun Oleh :

Kelompok V S1 Kebidanan Alih Jenjang Lombok Barat

Yulian Purnamasari

Vaice Lestari

Admiyanti

Ni Made Megaputri S

Sulis Dwi Endang Windari

Nurul Qamar

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
2021/2022
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikanmakalah ini,guna menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah askeb pada perempuan dan anak dengan kondisi rentan yang
membahas tentang kebutuhan khusus pada permasalahan ekonomi seperti kemiskinan
dan anak banyaktepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan,bimbingan,arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Tapi kami
menyadari didalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan,oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan
di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak
terutama bagi kami tim penulis,dan para pembaca.

Narmada, Oktober 2021


Kelompok V
2

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 3
A. Latar Belakang .............................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan Pembahasan ..................................................... 5
BAB II Isi
I. Kebutuhan pada permasalahan ekonomi kemiskinan....6
II. Kebutuhan pada permasalahan ekonomi anak banyak.......24
Bab III PENUTUP ......................................................................... 30
Kesimpulan ..................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 31
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi
adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia. Meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk
membebaskan diri dari kemiskinan, kenyataan memperlihatkan bahwa sampai
saat ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu masalah
kemiskinan.
Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan didunia ini dengan batas Upper
Middle-Income Class (UMIC) dengan pendapatan US$ 5,5 (setara Rp 77 ribu)
per hari. Hasilnya, jumlah penduduk miskin di bawah garis ini justru naik menjadi
24 persen pada Oktober 2019, lebih tinggi dari April 2019 yang sebesar 23,7
persen

Bank Dunia menetapkan Indonesia sebagai negara berpendapatan


menengah ke bawah (Lower Middle Income) per 1 juli 2019.Status Indonesia
turun dari sebelumnya yang masuk kategori negara berpendapatan menengah
ke atas (upper Middle Income).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin pada September
2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan, menjadi 10,19
persen atau meningkat 0,97 poin persentase (pp) dari 9,22 persen periode
September 2019
Kemiskinan adalah fenomena multidimensial.Oleh sebab itu, masalah
kemiskinan harus didekati dari berbagai aspek, termasuk di antaranya aspek
gender. Hal ini perlu dilakukan karena laki-laki dan perempuan mengalami
kemiskinan secara berbeda dan memiliki kapasitas berbeda untuk melepaskan
diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan tersebut lahir dari ketimpangan gender
yang berpadu dengan ketimpangan-ketimpangan lain yang dialami kelompok
miskin. Semua ini melahirkan situasi yangmembuat perempuan adalah kelompok
4

termiskin di antara orang miskin,. Pendekatan non-ekonomi terhadap kemiskinan


lahir sebagai kritik terhadap dominannya pendekatan ekonomi dalam wacana
kemiskinan.Oleh karena itu, strategi nasional dan lokal yang diimplementasikan
bagi penurunan angka kemiskinan harus bisa mendorong peningkatan partisipasi
dan kesejahteraan perempuan. Apabila perempuan tidak dijadikan target
sasaran pengentasan kemiskinan dan analisis gender tidak digunakan untuk
melihat akar penyebab kemiskinan, maka program-program pengentasan
kemiskinan tidak akan bisa menjangkau kebanyakan perempuan yang memiliki
keterbatan akses terhadap ruang publik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kemiskinan?
2. Apa jenis kemiskinan?
3. Apa penyebab kemiskinan?
4. Apa aspek akses penyebab kemiskinan pada perempuan?
5. Apa bentuk penindasan pada perempuan yang dapat memperparah
kemiskinan?
6. Apa indikator keadilan yang berbasis ketimpangan gender?
7. Apa pengertian dampak kemiskinan?
8. Apa instrumen penanggulangan kemiskinan secara umum?
9. Apa program untuk menanggulangi kemiskinan pada perempuan?
10. Apa pengertian anak banyak?
11. Faktor yang mempengaruhi anak banyak?
12. Apa dampak bila anak banyak?
13. Apa upaya mengatasi anak banyak?
14. Apa saja peran bidan untuk mengantisipasi anak banyak pada perempuan?
5

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasannya adalah:
1) untuk mengetahui penyebab dan dampak kemiskinan pada perempuan
serta faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga terjadi kemiskinan
pada perempuan
2) Untuk mengetahui penyebab banyak anak dan faktor yang mempengaruhi
6

BAB II

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI


(KEMISKINAN DAN ANAK BANYAK)

1.KEMISKINAN

A. Pengertian Kemiskinan

Adapun pengertian Kemiskinan adalah :

a. Menurut Niemietz (2011) dalam Maipita (2014), kemiskinan adalah


ketidakmampuan untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, papan, dan obat-obatan
b. Badan Pusat Statistik (2016) mendefinisikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran
c. menurut Kuncoro (2000) dalam Tyas (2016) kemiskinan adalah ketidakmampuan
untuk memenuhi standar hidup minimum.
d. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan
dimana seseorang atau daerah tidak dapat meningkatkan kehidupan yang lebih
layak atau dapat dikatakan tidak dapat meningkatkan standar hidup yang lebih
baik

B. Jenis kemiskinan

Adapun jenis kemiskinan adalah

a. Kemiskinan Subjektif adalah seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri


dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup,
walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin
b. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang mendeskripsikan individu-
individu yang tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan yang
7

ditetapkan oleh negara. Atau bisa juga diartikan seperti keadaan individu
yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya.
c. Kemiskinan Relatifadalah kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan
pembangunan yang belum merata sehingga belum dapat menjangkau
seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, di sebagian daerah ada penduduknya
yang memiliki ketimpangan pendapatan
d. Kemiskinan Alamiah adalah kemiskinan dikarenakan langkanya sumber daya
alam yang menyebabkan produktivitas rendah. Contoh: Masyarakat yang
berada di wilayah benua Afrika.
e. Kemiskinan Kulturaladalah kemiskinan yang terbentuk karena kebiasaan
masyarakat yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-nilai yang diusung,
pemikiran, maupun cara kerja. Contoh kemiskinan kultural yang banyak
terjadi di masyarakat sebagai berikut:
• Malas
• Etos kerja yang rendah
• Mudah menyerah pada nasib
• Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
• Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
• Menggantungkan bantuan dari pihak lain, termasuk pemerintah
• Minder
• Suka foya-foya dan konsumtif berlebihan
• Suka mencuri dan memilih jalan pintas untuk sukses
• Mengandalkan harta warisan orang tua
• Tidak berdiri di atas kaki sendiri alias tidak mandiri
f. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang berasal dari struktur sosial yang
tersemat pada golongan masyarakat tertentu dan memungkinan terjadinya
kondisi di mana mereka tidak dapat menggunakan sumber daya yang
sebenarnya tersedia untuk mereka.
8

Contoh kemiskinan struktural yang banyak terjadi di masyarakat, yaitu

• Sebuah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi


masyarakatnya tidak dapat menikmati kekayaan tersebut.
• Penggusuran atau pembersihan lahan yang dilakukan oleh pemerintah di
suatu daerah sehingga menyebabkan masyarakat sekitar tidak memiliki
tempat tinggal dan kehilangan pekerjaan.
• Masyarakat di satu daerah tidak sempat memiliki pekerjaan atau
kehilangan pekerjaan karena sumber daya alam daerah tersebut dikuasai
oleh investor asing yang memakai tenaga kerja asing.
• Negara yang miskin karena tidak mampu membayar utang luar negeri

C. Penyebab Kemiskinan
Secara Umum penyebab kemiskinan adalah:
a. Kurang Tersedia Lapangan Kerja
Individu yang tidak memiliki pekerjaan yang baik, tetap, dan kontinu,
tentu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Jangankan mencukupi kebutuhan sekunder hingga tersier, kebutuhan primer
saja susah untuk dipenuhi.Bisa dibayangkan jika kondisi ini terjadi pada
individu-individu lain dalam jumlah yang besar. Negara tersebut pasti
menghadapi masalah kemiskinan yang serius.Oleh karena itu, pemerintah
sudah seharusnya mengelola ketersediaan lapangan kerja dengan baik dan
meningkatkan jumlah entrepreneur-entrepreneur yang handal dan memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga stock lapangan kerja bisa
menampung banyaknya tenaga kerja
b. Terjadi Konflik atau Kerusuhan
Terjadinya konflik atau kerusuhan dapat mengganggu kestabilan negara,
baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Kerusuhan dapat menurunkan produktivitas masyarakat sehingga
perdagangan domestik dan ekspor menjadi lesu. Hal ini akan berakibat pada
melambungnya harga pada beberapa barang atau jasa.
9

c. Kurangnya Pendidikan, Ilmu, dan Pengetahuan


Tujuan pendidikam di indonesia adalah:
• Mencerdaskan kehidupan bangsa
• Membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
• Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan yang mulia,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak hanya
itu, pendidikan juga diperlukan agar siswa berilmu, cakap, kreatif, dan
mandiri.
• Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dengan tujuan-tujuan di atas, pendidikan sangat diperlukan untuk


kemajuan seseorang. Kurangnya pendidikan yang diterima seseorang bisa
mengurangi perkembangan potensi seseorang.Seseorang yang berpendidikan
tinggi, setidaknya memiliki peluang yang lebih besar untuk menumbuhkan jiwa
inovasi, cara negosiasi, cara berfikir ilmiah dan logis, attitude, cara adu argumen,
cara menyelesaikan masalah, cara mencari relasi yang strategis, dan lain-lain.

Seseorang yang kurang berpendidikan akan kehilangan kesempatan-


kesempatan tersebut terutama ketika memasuki dunia kerja, dia akan kalah
bersaing dengan rival-rivalnya.Bisa dibayangkan jika banyak individu yang
kurang pendidikan dalam suatu negara. Bisa dipastikan negara tersebut akan
kekurangan manusia-manusia unggul. Akibatnya, negara tersebut kekurangan
inovasi, penelitian, dan kemampuan negosiasi yang rendah. Dengan demikian,
terjadinya kemiskinan hanya menunggu waktu.Perlu menjadi catatan, pendidikan
yang kami maksud di sini adalah kemauan seseorang belajar. Pendidikan sendiri
ada yang formal dan ada yang tidak formal.

d. Perubahan Iklim atau Bencana Alam


Bencana alam, baik yang disebabkan oleh perubahan iklim atau bukan
sangat berpengaruh besar pada kondisi kemiskinan seseorang. Jika kita
melihat flashback gempa bumi yang melanda Lombok dan tsunami yang
menerjang Palu pada tahun yang sama, 2018. Bencana itu sangat
menyisakan kegetiran bagi rakyat Indonesia.Akibat dari bencana tersebut,
10

semuanya lumpuh.Menghancurkan banyak hal yang telah dibangun.Hal ini


bisa menyebabkan kemiskinan di area tersebut.

e. Terjadinya Ketidakadilan Sosial


Ketidakadilan sosial dapat menyebabkan seseorang memiliki kesempatan
yang berbeda untuk berkembang.Seseorang yang mendapatkan diskriminasi
atau dipersulit perolehan haknya, tentu saja dapat mengalami kemiskinan.

f. Kekurangan Sumber Daya Air dan Makanan


Air dan makanan bisa dikatakan sebagai kebutuhan mendasar bagi
kehidupan. Oleh karena itu, jangan sampai kekurangan air dan makanan
karena jika kekurangan keduanya dapat menyebabkan kemiskinan.

g. Minimnya Infrastruktur
Kondisi jalan yang buruk, daratan terpisah dari perairan karena tidak adanya
jembatan, minimnya informasi karena keterbatasan koneksi internet,
minimnya transportasi umum, dan lain sebagainya.Hal-hal tersebut tentu saja
akan mengganggu aktivitas ekonomi. Kondisi tersebut dapat mengurangi
kemampuan untuk berkompetisi dengan rival-rival lainnya.Ketertinggalan
tersebut dapat menurunkan daya saing dan berujung pada kemiskinan.

h. Kurangnya Dukungan Pemerintah


Pemerintah yang kurang mendukung rakyatnya dalam mencari
penghasilan dapat menjerumuskan rakyatnya ke dalam jurang kemiskinan.
Dukungan yang diberikan pemerintah kepada rakyat bisa berupa regulasi,
bantuan dana hibah, pengelolaan sumber daya alam, lapangan kerja, dan
sebagainya.

i. Kualitas Kesehatan yang Kurang Baik


Mendapatkan layanan kesehatan sudah menjadi salah satu kebutuhan
primer.Kurangnya layanan kesehatan dapat menyebabkan terjadinya
11

kemiskinan di masyarakat karena masyarakat yang sakit tidak dapat


melakukan pekerjaan dengan baik.

j. Harga Kebutuhan Tinggi


Harga kebutuhan tinggi menyebabkan rakyat kesulitan untuk membeli barang
terutama kebutuhan pokok.Penghasilan yang didapatkan tidak dapat
mencukupi seperti biasanya. Jika hal ini terjadi dalam jangka yang panjang,
kemiskinan akan terjadi.

D. Perempuan dan masalah kemiskinan


Latar belakang perempuan rentan terhadap kemiskinan adalah,adanya
bahasan,mengenai isu perempuan, yang dimulai dari:
a. pengertian gender, yaitu atribut dan tingkah laku yang dilekatkan pada
perempuan dan laki-laki, serta dibentuk oleh budaya. Dari sini muncul
gagasan mengenai apa yang pantas dilakukan oleh laki-laki mapupun
perempuan (Noerdin, 2006)
b. adanya budaya patriarki. Dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary menyebutkan bahwa patriarki adalah asociety, a system, or a
country that is ruled or controlled by men (2000). Dimana setiap
kekuasaan dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki dikontrol
oleh laki-laki. Perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh dalam
masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah
umum dalam masyarakat. Mereka secara ekonomi, sosial, politik, dan
psikologi tergantung pada laki-laki, khususnya dalam institusi pernikahan.
Sehingga dalam keluarga maupun masyarakat perempuan diletakkan
pada posisi subordinat atau inferior. Menurut Madsen pekerjaan
perempuan hanya pada wilayah domestik, mengurus suami, menjadi ibu
dengan mengurus anak-anaknya. Peran-peran domestik tersebut
dilekatkan pada sosok perempuan oleh masyarakat yang menganut
sistem patriarki (2000).
12

c. Perbedaan cara pandang


sebagai perempuan memang berbeda, namun juga sama dengan laki-
laki. Ada kondisi umum yang membuat perempuan sama dengan laki-laki,
namun ada juga kondisi khusus yang dimiliki perempuan yang membuat
berbeda, tapi bukan berarti untuk dibedakan. Perbedaan dengan cara
menilai positif adalah perbedaan yang melihat perempuan dengan nilai
dan cara beradanya yang berbeda dengan laki-laki. Nilai dan cara berada
perempuan dikonstruksikan dan dikondisikan oleh pengalaman-
pengalaman perempuan yang melahirkan, menyusui, merawat dan
mempunyai tingkat kesensitifitasan serta kepedulian yang besar. Nilai-nilai
perempuan didasarkan pada etika kepedulian yang kental melekat dalam
sistem cara pandang dunia perempuan. Sedangkan perbedaan cara
menilai negatif adalah melihat nilai-nilai perempuan sebagai yang lain
(other). Sehingga dengan mudah terjadi pengobyekan dan penindasan.

E. Aspek (Akses) Penyebab Kemiskinan Pada Perempuan

a. Akses Politik Perempuan

Tingkat keterwakilan perempuan dalam lembaga politik formal, baik


ditingkat nasional maupun lokal, besar pengaruhnya terhadap kualitas
huidup perempuan. Hal ini terjadi karena kualitas hidup perempuan tidak
dapat dipisahkan dari kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga-lembaga
politik, apalagi mengingat kebijakan tersebut juga diikuti oleh alokasi
anggaran untuk implementasinya. Dengan kurangnya kepekaan
pemerintah terhadap persoalan gender, maka apabila perempuan tidak
ikut serta menentukan kebiajakan yang mengatur kebutuhan yang harus
dipenuhi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraannya, sangat
mungkin kebutuhan perempuan akan ditempatkan pada skala prioritas
yang rendah.
13

b. Akses Perempuan Terhadap Pekerjaan


Dalam hal akses perempuan terhadap pasar tenaga kerja, ada
kecendrungan bahwa perempuan yang memasuki pasar tenaga kerja jauh lebih
kecil jumlahnya daripada laki-laki. Sementara itu bagai perempuan yang
mencoba memasuki pasar tenaga kerja, ternyata juga memiliki kemungkinan
yang lebih kecil untuk memperoleh pekerjaan dibanding dengan laki-laki.
Tingginya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses
ke pasar tenaga kerja, disebabkan oleh beberapa hal:
• Ketika ingin bekerja diluar rumah, perempuan yang belum menikah
pada umumnya harus mendapatkan izin dari orang tua, dan yang
sudah menikah harus mendapatkan izin dari suami
• Perempuan mempunyai beban ganda karena bekerja diluar rumah
dan tetap harus bertanggungjawab melakukan pekerjaan rumah
tangga sampai mengasuh anak.

• Pembagian peran berdasarkan gender yang menyebabkan


perempuan diasosiasikan dengan kegiatan yang berada di lingkup
domestik dan laki-laki dengan lingkup publik. Hal ini memperkecil
akses perempuan terhadap pekerjaan yang biasanya diasosiasikan
dengan ranah publik dan berada di sektor formal

c. Akses Perempuan Terhadap Upah Yang Sama


Selain menghadapi keterbatasan akses terhadap pasar tenaga kerja dan
pekerjaan, perempuan juga menghadapi diskriminasi upah. Angka perbedaan
upah yang diterima laki-laki dan perempuan dapat dijumpai dalam data
Susenas, Sakernas, maupun dari laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang dikeluarkan oleh BAPPENAS, BPS, maupun UNDP.
Kebijakan pengupahan yang diskriminatif terhadap perempuan, juga
merupakan akibat dari UU perkawinan tahun 1974, yang dalam pasal 1 secara
eksplist menyatakan bahwa laki-laki adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu
rumah tangga. Pernyataan tersebut sangat berdampak pada kehidupan
perempuan, karena UU tersebut dijadikan rujukan bagi setiap kebijakan publik
yang timbul kemudian hari. Contohnya, lai-laki yang dinyatakan sebagai kepala
keluarga mendapatkan tunjangan untuk anak dan istri dari tempat kerjanya,
14

sedangkan perempuan yang dianggap sebagai pekerja pencari nafkah tambahan


selalu dianggapa sebagai pekerja lajang yang tdak mendapatkan tunjangan
keluarga.

d. Akses Perempuan Terhadap Aset Poduktif


Aset produktif berupa tanah, rumah dan aset produktif lainnya sebagian
besar dikuasi oleh laki-laki. Keterbatasan akses perempuan terhadap sumber
produksi atau aset produktif seperti tanah atau rumah misalnya, juga
menentukan ada tidaknya akses perempuan ke modal atau kredit. Karena aset
produktif dikuasai oleh laki-laki. Apabila perempuan ingin melakukan kegiatan
ekonomi berkaitan dengan aset tersebut, harus mendapat izin dari suaminya
terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan atau kontrol
produksi yang didominasi oleh-laki-laki. Dengan keterbatasan penguasaaan aset
produksi, maka perempuan juga sangat terbatas aksesnya ke kredit (karena
tidak memiliki jaminan) sehingga ini berakibat pada keterbatasan perempuan
dalam mengembangkan usaha

e. Akses perempuan terhadap perlindungan hukum


Banyak perempuan (terutama di pedesaan) yang tidak memiliki aset
produksi dan keterampilan untuk bekerja di sektor formal akhirnya harus
mangadu nasib ke sektor informal, antara lain dengan menjadi Tenaga Kerja
Wanita (TKW). TKW adalah salah satu contoh bagaimana perempuan miskin
bekerja di sektor yang bersifat informal, seperti Pembantu Rumah Tangga (PRT),
sulit mendapatkan akses terhadap perlindungan hukum yang memadai. Justru di
era otonomi daerah, bukan malah TKW mendapatkan perlindungan secara
hukum, malah Pemerintah Daerah (Pemda) berlomba menarik retribusi dari para
TKW

f. Akses Perempuan Terhadap Layanan Kesehatan Reproduksi


Selama lebih dari 30 tahun, Indonesia tidak melakukan upaya nyata untuk
mengatasi terjadinya kematian ibu ketika melahirkan, yang angkanya jauh diatas
15

negara-negara Asia, bahkan merupakan rekor tertinggai di Asean, dimana angka


kematian ibu yang melahirkan tetap diatas rasio 300/100.000 kelahiran.
Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor yang saling berkaitan,
mulai dari masalah diskriminasi gender yang sangat mengakar pada budaya,
interpretasi agama, juga masalah lemahnya koordinasi antar sektor pemerintah
terkait dalam menanggulangi masalah tersebut. Disamping terdapat mitos-mitos
seputar peran perempuan pada umumnya dan peran ibu melahirkan pada
khususnya, masalah gizi buruk yang daialami oleh perempuan akibat budaya
makan yang mendahulukan laki-laki menjadi kendala besar dalam upaya
penurunan angka kematian ibu ketika melahirkan. Kendala lain berupa
keterbatsan dana untuk melahirkan di rumah sakit, dan di daerah-daerah
terpencil juga banyak keterbatasan tenaga bidan untuk membantu masalah
kelahiran.

g. Akses Perempuan Terhadap Layanan Pendidikan


Indonesia termasuk negara yang cukup baik dalam menyediakan akses
terhadap pendidikan dasar. Tingkat partisipasi pendidikan dasar mencapai lebih
dari 97% baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tapi sayangnya akses terhaap
pendidikan ini semakin berkurang untuk tingkat pendidikan lanjutan.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
ada berbagai alasan mengapa anak perempuan tidak menamatkan sekolahnya
atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu alasan
tersebut adalah adanya hambatan kultural, yaitu masih kuatnya budaya kawin
muda bagi perempuan yang tinggal di daerah pedesaan. Anggapan yang berlaku
adalah bahwa setinggi-tingginya perempuan sekolah, akhirnya tidak akan
bekerja karena perempuan harus bertanggungjawab terhadap pekerjaan rumah
tangga. Hal yang paling dominan adalah hambatan ekonomi, yaitu keterbatasan
biaya untuk sekolah sehingga keluarga miskin terpaksa menyekolahkan anak
laki-laki ketimbang anak perempuan.
16

h. Minimnya Alokasi Anggaran Pemberdayaan dan Peningkatan Kesejahteraan


Perempuan
Pada dasarnya, setiap daerah sudah mengalokasikan anggaran untuk
pemberdayaan perempuan dalam APBD, walau ada yang eksplisit dan ada yang
tidak eksplist. Jumlah APBD yang diperuntukkan bagi pemberdayaan perempuan
di setiap daerah beragam. Pada umumnya alokasi anggaran tersebut adalah
untuk membiayai organisasi PKK.

i. Beban Kerja Perempuan Tinggi


Alokasi atau jam kerja perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki,
tapi secara ekonomi penghasilan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal
ini terjadi karena perempuan bertanggungjawab pada pekerjaan produktif,
reproduktif dan fungsi-fungsi kontrol sosial di komunitas. Perempuan selalu
melakukan ketiga tanggungjawab tersebut secara bersamaan, sedangkan laki-
laki hanya bertanggungjawab pada pekerjaan produktif saja.
Banyak perempuan yang berpendidikan setara dengan laki-laki, tapi harus
merelakan kehilangan kesempatan bekerja karena harus bertanggungjawab
pada pekerjaan domestik

F. Bentuk penindasan perempuan dalam keluarga yang dapat memperparah


kemiskinan
a. Eksploitasi. Penindasan terhadap perempuan bukan terjadi karena
distribusi ekonomi yang tidak merata melainkan lebih pada penindasan
yang bersifat sistematis. Disamping itu adanya transfer kekuatan dari
perempuan keapada laki-laki. Ibu rumah tangga yang tereksploitir
merasakan bagaimana ia secara sistematis ditempatkan dalam keadaan
terbelenggu, tidak berani berbicara, dan sebagainya. Sebaliknya
keseimbangan, kekuasaan, kebebasan serta realisasi suami banyak
dibantu dan dikuatkan oleh istri.
b. Ketidakberdayaan. Perasaaan ketidakberdayaan paling baik
dideskripsikan sebagai perasaaan negatif, tidak memiliki otoritas, status,
17

dan arti diri seperti yang dimiliki kaum profesional. Kaum profesional
memiliki semua hal tersebut karena memiliki tingkat pendidikan yang
memadai yang mampu mencerna konsep dan simbol. Kaum profesional
bukan saja memiliki keahlian, juga memiliki harga diri yang dapat melihat
atasan sebagai kolega atau paling tidak, ada mekanisme dimana ia
sebagai bawahan dijamin hak-haknya sebagai pekerja. Dinamika
profesionalisme yang bermain dalam masyarakat seringkali membawa
kemuka persoalan rasisme dan seksisme. Artinya ketika kualifikasi tidak
menjadi masalah, hal kedua yang dinilai dalah ras, etnis manakah dia
bersal? pertanyaan berikutnya adalah termasuk jenis kelamin apakah
dia?. Ketidakberdayaan disini bermain di tingkat semua level.
c. Marjinalisasi. Bentuk ini adalah bentuk penindasan yang berbahaya.
Marjinalisasi dapat terjadi dalam hal pekerjaan, misalnya pada mereka
yang sudah tua, single mother, etnis minoritas ,mereka yang tidak diterima
karena faktor usia bahkan tinggi badan serta kerupawanan, kulit, menjadi
faktor sesorang diterima bekerja atau tidak. Mrjinalisai ini bisa
berhubungan dengan uang.
d. Imperiaslisme kultural. Kelompok perempuan sangat jeli dalam melihat
dominasi kultural yang sedang terjadi pada permasalahan perempuan.
Iklan-iklan kulit pemutih misalnya, memberikan pesan dan definisi cantik
yang universal, atau pemakaian baju-baju tertentu, yang diwajibkan dalam
aera tertentu membawa budaya luar masuk pada relung kehidupan lokal,
Mengalami imperaialisme budaya berarti mengalami bagaimana makna-
makna dominan dalam masyarakat diredupkan dalam perspektif kelompok
yang dominan dengan cara melakukan stereotip.
e. Kekerasan. Kelompok yang tertindas dengan mudah mengalami
kekerasan secara sistematis. Kelompok dan individu yang tertindas hidup
dalam ketakutan yang luar biasa yang sewaktu-waktu menyadari bahwa
hidup mereka bisa dirusak, dipermalukan atau dihancurkan sebagai
manusia. Di Indonesia, perempuan, masyarakat tionghoa, etnis dari
Indonesia Timur, gay dan lesbian, serta yang menganut agama-agama
18

minoritas mengalami atau mearasakan apa yang disebut dengan


kekerasan.

G. Indikator Ketidakadilan Yang Berbasiskan Pada Ketimpangan Gender Dan


Mengakibatkan Kemiskinan Perempuan (Noerdin, 2006)
Antara lain:
a. Perempuan bukan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga,
masyarakat maupun negara.
b. Perempuan seringkali terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan pertanian yang
tidak dibayar atau dibayar rendah.
c. Perempuan kurang memiliki akses terhadap pendidikan dan pelatihan.
d. Perempuan mendapatkan gaji yang berbeda untuk jenis pekerjaan yang
sama.
e. Perempuan kekurangan modal untuk untuk membangun usaha sendiri
f. Perempuan tidak punya hak atas tanah yang ditinggalinya, karena tanah
dan aset lainnya atas nama suami, bapak, saudara laki-laki atau
g. Perempuan lebih rendah pendidikanya daripada laki-laki karena asumsi
bahwa perempuan setelah menikah akan menjadi ibu rumah tangga
sehingga investasi untuk sekolah pada perempuan dianggap tidak
menguntungkan.
h. Kesehatan reproduksi perempuan belum dijadikan prioritas dalam
pelayanan kesehatan masyarakat. Anggaran pemerintah bagi kesehatan
dasar untuk Posyandu dan Puskesmas masih sangat rendah. Dengan
keterbatasan Posyandu dan Puskesmas maka perempuan miskin yang
butuh pelayanan kesehatan reproduksi akan sulit untuk menjangkau
i. Perempuan selalu menjadi objek dari hubungan seksual yang tidak aman
karena kontrol perilaku seksual ada di pihak laki-laki, sehingga
perempuan sangat rentan terhadap penularan HIV/AIDS dan penyakit
menular lainnya. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas dan
produktifitas hidup perempuan
19

j. Perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan domestik dan tidak


dibayar sehingga jam kerja perempuan lebih tinggi daripada laki-laki,
sementara penghasilan perempuan jauh lebih rendah dibanding laki-laki.
k. Perempuan selalu dibayangi rasa takut apabila terjadi konflik dalam
rumah tangga karena selalu berada dalam kondisi yang lemah dan rentan
terhadap perlakuan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini berhubungan
dengan rendahnya posisi tawar perempuan dibandingkan dengan laki-laki
dalam keluarga.
l. Perempuan sangat rentan dalam situasi konflik. Perempuan biasanya
menjadi target perlakuan kekerasan dalam situasi konflik. Bagi
perempuan yang bekerja di luar rumah, seperti pasar, akan kehilangan
sumber ekonominya karena mereka takut akan keluar rumah.
m. Perempuan janda yang dengan terpaksa menjadi kepala keluaraga tetap
tidak dianggap sebagai pencari nafkah utama keluarga, sehingga
upahnya jauh lebih rendah dari laki-laki, sementara jumlah perempuan
yang menjdi kepala keluarga setiap tahunnya selalu bertambah.

H. Dampak Kemiskinan
a. Kriminalitas Tinggi
Dampak kemiskinan yang pertama yakni kriminalitas tinggi.Kemiskinan
seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Masyarakat miskin cenderung
melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup mereka, termasuk
melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian,
perampokan, begal, penipuan, bahkan pembunuhan .
b. Akses Pendidikan Tertutup
Akses pendidikan yang tertutup merupakan dampak kemiskinan yang
dapat dirasakan.Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan
masyarakat miskin tidak dapat menjangkau dunia pendidikan.Hal ini semakin
memperburuk situasi masyarakat yang kekurangan karena kurangnya
pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari
keterpurukan.
20

c. Tingkat Pengangguran Tinggi


Dampak kemiskinan selanjutnya yakni dimana tingkat
pengangguran semakin banyak. Tingkat pendidikan yang rendah tentunya
juga akan berdampak terhadap pengangguran yang semakin meningkat.
Masyarakat miskin yang sulit untuk mendapatkan akses pendidikan
kemudian akan berdampak terhadap tingkat pengangguran.
d. Angka Kematian Tinggi
Dampak kemiskinan selanjutnya yakni dimana angka kematian
yang tinggi.Dampak tersebut tentunya mempunyai hubungan dengan
penyebab kemiskinan yakni kualitas kesehatan yang belum
baik.Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak
mendapatkan akses kesehatan yang memadai.Hal ini menyebabkan
tingginya angka kematian pada masyarakat miskin.Selain itu, gizi yang
buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada masyarakat
miskin.

I. Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan dari pemerintah


Terbagi menjadi 3 kluster:
a. Klaster I (Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga)
a) Tujuan:mengurangi beban rumah tangga miskin melalui
peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan,pendidikan,air
bersih,sanitasi
b) Disalurkan dalam program:
• Program Keluarga Harapan (PKH)
PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan
bagi anggota keluarga 19 Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet
Indonesia Bersatu II RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek
bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang
diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi,
21

sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap


kemiskinan. Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian
Tujuan Pembangunan Millenium. Lima Komponen Tujuan MDG’s
yang akan terbantu oleh PKH yaitu: Pengurangan penduduk miskin
dan kelaparan; Pendidikan Dasar; Kesetaraan Gender; Pengurangan
angka kematian bayi dan balita; Pengurangan kematian ibu
melahirkan
• Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan
biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah
pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun.
BOS diprioritaskan untuk biaya operasional nonpersonal, meskipun
dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang
tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan umum
program BOS untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun
yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua siswa (peserta
didik) di jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsyanawiyah (MTs),
termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan Pusat Kegiatan
Belajar Mandiri (PKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik
negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.
• Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
Meski dana BOS diharapkan dapat meningkatkan jumlah
keikutsertaan peserta didik, tapi faktanya, masih tetap saja ada siswa
yang putus sekolah dan tidak melanjutkan. Penyebabnya, para
orangtua kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan seperti baju,
seragam, buku tulis dan buku cetak, sepatu, biaya transportasi, dan
biaya lain-lain yang tidak ditanggung oleh dana BOS (Bantuan
Operasional Sekolah). Kebijakan Bantuan Siswa Miskin (BSM)
bertujuan agar siswa dari kalangan tidak mampu dapat terus
22

melanjutkan pendidikan di sekolah. Program 21 Program


Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II ini bersifat
bantuan bukan beasiswa, karena jika beasiswa bukan berdasarkan
kemiskinan, melainkan prestasi.
• Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. Tujuan
Jamkesmas adalah meningkatkan akses terhadap masyarakat
miskin dan hampir miskin agar dapat memperoleh pelayanan
kesehatan. Pada saat ini Jamkesmas melayani 76,4 juta jiwa
• Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Raskin merupakan subsidi pangan yang diperuntukkan bagi keluarga
miskin sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan
ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga
miskin. Pendistribusian beras ini diharapkan mampu menjangkau
keluarga miskin dimana masing-masing keluarga akan menerima
beras minimal 10 Kg/KK tiap bulan dan maksimal 20 Kg/KK tiap
bulan
b. Klaster II (penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat)
a) Tujuan:Mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas
kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan
berdasarkan prinsip prinsip
b) Disalurkan melalui program:
• Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
24 PNPM dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan
sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan
pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong
23

prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan


kemiskinan
• Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan
Kerja/Padat Karya Produktif
Padat Karya adalah suatu kegiatan produktif yang
memperkerjakan atau menyerap tenaga kerja penganggur dan
setengah penganggur yang relatif banyak. Secara teknis
konsep program ini 37 Program Pengentasan Kemiskinan
Kabinet Indonesia Bersatu II adalah untuk membangun
ekonomi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
usahausaha produktif dengan memanfaatkan potensi SDA,
SDM dan Teknologi sederhana yang ada serta peluang pasar
c. Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster III
(Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil )
a) Tujuan: memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro kecil
b) Disalurkan melalui program :
• Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman dalam
bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI)
dengan plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp. 500
juta. Agunan pokok KUR adalah proyek/usaha yang dibiayai,
namun Pemerintah membantu menanggung melalui program
penjaminan hingga maksimal 70% dari plafon kredit.
• Kredit Usaha Bersama (KUBE)
KUBE adalah program yang bertujuan meningkatkan kemampuan
anggota KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
seharihari, ditandai dengan: meningkatnya pendapatan keluarga;
meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat
pendidikan.Meningkatnya 39 Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet
24

Indonesia Bersatu II kemampuan anggota KUBE dalam mengatasi


masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun
dengan lingkungan sosialnya; Meningkatnya kemampuan anggota KUBE
dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga
maupun lingkungan sosialnya
J. Program untuk menanggulangi ketidak adilan yang menyebabkan
kemiskinan pada perempuan
Antara lain :
a. Meningkatkan akses perempuan terhadap kesempatan kerja dan
berusaha, pendidikan yang murah dan bermutu, pelayanan kesehatan
umum dan reproduksi yang murah dan bermutu, sumber daya modal,
bahan baku, pasar kerja, informasi, pengembangan tehnologi bagi
pengembangan usaha, pupuk murah, lahan pertanian, air bersih, serta
keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam kelembagan sosial,
politik, eksekutif dan yudikatif.
b. Keterlibatan perempuan dalam mengontrol proses perencanaan,
pelaksanaan, pengalokasian anggaran dan memantau jalannya
kebijakan dan program pengentasan kemiskinan.
c. Meningkatkan penerimaan manfaat dari program pengentasan kemikinan
pada khususnya dan program–program pembangunan pada umumnya
oleh perempuan

2. ANAK BANYAK
A. Pengertian
a. Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara
hubungan pria dan wanita. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan
karuni Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya
25

b. Banyak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya adalah


besar jumlahnya.
c. Jadi Anak Banyak Adalah
• Bila suatu keluarga mempunyai lebih dari 5 anak dengan jarak
kurang 2 tahun (Manuaba 2009)

B. Faktor yang mempengaruhi keluarga mempunya banyak anak


a. Faktor Agama
Bagi para pemeluk agama merencanakan jumlah anak adalah
menyalahi kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului kehendak
Tuhan apalagi mencegah kelahiran anak dengan menggunakan alat
kontrasepsi supaya tidak hamil
b. Faktor Ekonomi
Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu
meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak
akan banyak tambahan pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini
memang suatu kenyataan dan benar, tetapi belum diperkirakan nasib
anak itu sendiri apakah anak itu memang bisa diharapkan
pendidikannya dan masa depannya. Dalam hal ini , mempunyai banyak
anak malah menjadi masalah
c. Faktor Budaya
Budaya dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak lakilaki lebih
dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu
keluarga mempunyai banyak anak Bagaimana kalau keinginan untuk
mendapatkan anak lakilaki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin
akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan
memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disini contohnya suku
Batak lebih menginginkan anak Lak-laki sebagai penerus keturunan
d. Faktor Usia
Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk mengendalikan
kelahiran,oleh karena semakin tua usia orang kawin berarti semakin
26

sedikit waktu masa reproduktif yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur
(PUS), juga bermanfaat untuk mengurangi resiko kehamilan. Resiko
yang mungkin dapat terjadi pada ibu yang yang telalu muda untuk hamil
antara lain: keguguran, tekanan darah tinggi, keracunan kehamilan,
timbulnya kesulitan persalinan, bayi berat lahir rendah, membesarnya
air seni ke vagina, keluarnya gas dan feses ke vagina atau bisa kanker
leher rahim (BKKBN, 2006:2).
e. Faktor Pendidikan
Debpuur dkk (2002) menemukan pengaruh umur, jumlah anak dan
pendidikan terhadap pengetahuan alat/cara KB modern, pengetahuan
sumber KB, pemakaian alat/cara KB dan pilihan fertilitas. Semakin tua
umur, semakin banyak jumlah anak dan semakin tinggi pendidikan,
semakin besar pemahaman tentang pentingnya kb sehingga paritas
bisa makin ditekan

C. Dampak Bila mempunyai anak banyak


a. Pada wanita:
• Resiko Kesehatan contohpreeklampsia,perdarahan,prolaps dll
• Pengasuhan :Kesulitan dalam membesarkan anak sekaligus
• Efek psikis : Kesehatan mental selalu jadi isu hangat untuk
dibicarakan di berbagai lapisan masyarakat. Kesehatan mental
menjadi fondasi utama untuk menjalankan beragam kegiatan.
Mental yang sehat juga mendukung kebugaran fisik seseorang.
Maka, penting untuk menjaga kesehatan mental, sekalipun
dalam menghadapi penyakit kritis.perempuan yang kelelahan
akan berpengaruh terhadap psikisnya
• Ekonomi: Keterbatasan Ruang gerak wanita untuk bekerja,karna
wanita mempunyai 2 peran ganda dalam keluarga,pencari
nafkah dan ibu rumah tangga
27

b. Pada Keluarga
• Orangtua tidak bisa optimal merawat dan mengasuh anak.
Seharusnya Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan
bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan
prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di
kehidupan sosial, pendidikan,serta sebagai media dalam
menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin. Orangtua
memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan,
pengakuan, dan arahan kepada anaknya.namun jika banyak
anak hal itu akan sulit terjadi
• Munculnya banyak permasalahan keluarga seperti
permasalahan ekonomi.perceraian
• Perbedaan perlakuan orang tua kepada anak-anaknya
ketika perbedaan perlakuan ke masing-masing anak besar maka
perbedaan ini akan berpengaruh pada kesehatan anak-anak dan
hubungan di antara mereka.apalagi jika mempunyai bnyak anak.
c. Pemerintah
• Tingkat kelahiran tinggi ini akan menjadi sumber kemiskinan
juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi
• Konsekuensi dari peningkatan penduduk terhadap
lingkungan adalah terjadinya kerusakan hutan, alih fungsi lahan,
meningkatnya pencemaran, serta minimnya persediaan air
bersih serta persoalan sampah
• Peningkatan penduduk menyebabkan berbagai masalah sosial
seperti adanya peningkatan kasus kejahatan,semakin tingginya
angka ketimpangan pendapatan antar warga
• Peningkatan Angka kematian Ibu dan bayi
28

D.Upaya untuk Mengantisipasi agar keluarga tidak banyak anak

a. Meng edukasi masyarakat bahwa untuk membentuk keluarga kecil


sejahtera, harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga tersebut.
b. Mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak
c. Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.
d. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu
muda atau terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi.
e. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan
dengan jumlah penduduk di Indonesia melalui program KB
f. Edukasi ke masyarakat bahwa bentuklah keluarga yang berkualitas
dimana dengan adanya program Keluarga Berencana dapat membentuk
keluarga yang terjamin dalam soal ekonomi, pendidikan dan pola asuh
anak. Sehingga akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas juga
dan bisa menjadi generasi yang dapat membantu
mengatasi permasalahan di negara ini.
g. Ubah Pandangan Masyarakat Terhadap Program Keluarga Berencana.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum menyadari betapa
pentingnya menekan laju pertumbuhan penduduk dengan menggunakan
program keluarga berencana. Salah satunya dikarenakan masih banyak
yang berkeyakinan dan mempunyai pemikiran lama yaitu “banyak anak
banyak rezeki” pemikiran ini banyak tertanam di masyarakat Indonesia
yangmengakibatkan mereka tidak menganggap program keluarga
berencana ini penting untuk keberlangsungan dan kemajuan negara
kedepannya.
h. Pentingnya Kesadaran Masyarakat
Seharusnya masyarakat lebih sadar untuk membantu
menyelenggarakan program-program yang dikeluarkan oleh pemerintah
demi kelangsungan negara menjadi lebih baik lagi.Masyarakat harus bahu
membahu dan saling mengingatkan dalam memajukan negara Indonesia.
Salah satu nya membantu pemerintah agar program keluarga berencana
29

terjalankan dengan maksimal demi mengatasi ledakan jumlah penduduk di


Indonesia. Dengan berjalannya keluarga berencana maka kita dapat
menghindari Indonesia dari masalah-masalah ekonomi, kriminalitas,
angka jumlah pengangguran, dan dapat menciptakan keluarga yang
berkualitas untuk membentuk generasi yang berkualitas pula kedepannya

E. Peran Bidankebutuhan khusus pada permasalahan ekonomi


(kemiskinan dan anak banyak)
a. Peran sebagai pelaksana
Bidan memberikan pelayanan pada siklus kehidupan wanita seperti
asuhan ibu hamil,bersalin,bayi baru lahir, nifas, neonatus, balita,
kb, lansia maupun kelompok rentan
b. Peran sebagai pengelola
Sebagai pengelola bidan mempunyai 2 tugas:tugas pengembangan
dasar kesehatan,dan tugas partisipasi tim,mengembangkan
pelayanan dasar ditempatnya,Bidan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program sektor lain seperti pembinaan dukun bayi,
kader kesehatan dan lain-lain
c. Bidan sebagai pendidik
Memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada wanita/pasien
d. Bidan sebagai peneliti
Bidan memberikan sumbangsih kepada pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dalam bentuk penelitian,
dimana penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan
sistematikanya.
30

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan bab bab sebelumnya dapat disimpulkanbahwa


Dalam isu gender dan kemiskinan, rumah tangga merupakan salah satu
sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan
di dalam alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki
dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda. Di ruang
publik, kemiskinan perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya ruang-
ruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya
formal bagi perempuan. Bagi perempuan seringkali konsep ruang publik ini
diartikan sebagai tempat kerja atau tempat berusaha daripada forum-forum
di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun
biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran domestiknya, seperti
arisan, pengajian atau perkumpulan keagamaan, dan PKK.
Uraian di atas ini memperlihatkan beberapa gambaran dari situasi
kemiskinan yang dihadapi perempuan yang secara cukup rinci coba untuk
dipaparkan. Harapannya,pemerintah nantinya dapat mengupayakan
pengembangan konsep tata pemerintahan yang adil gender, dapat
mengkontribusikan pemikiran guna menggugah kesadaran semua pihak,
termasuk para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan. Sehingga,
perspektif keadilan gender tercermin dalam kebijakan publik baik dalam
bentuk Undang-Undang, Peraturan Daerah maupun Anggaran Daerah yang
pada gilirannya dapat bermanfaat untuk mengurangi kemiskinan yang
dihadapi perempuan di Indonesia
31

DAFTAR PUSTAKA

Komnas Perempuan, Solidaritas Perempuan, RUMPUN Tjoet Njak Dien, RUMPUN Gema
Perempuan, Yayasan Panca Buana (2002) “Laporan Penelitian Barsama PRT Domestik dan PRT
Migran”. Tidak dipublikasikan.

http://www.scribd.com/26952303/issue kemiskinan dan konsep teoritisnya


http://www.scribd.com/program penanggulangan kemiskinan kabinet bersatu II
https://nasional.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai