Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Era globalisasi seperti sekarang ini, manusia tidak bisa lepas dari penggunaan alat
transportasi sehari-hari. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat laju
pertumbuhan kendaraan semakin meningkat membawa dampak positif dalam kesejahteraan
kehidupan manusia dan dampak negatif di jalan raya. Masalah keselamatan di jalan sangat
erat kaitannya dengan lalu lintas karena berbagai kecelakaan yang dapat menimbulkan
kerugian dan kematian. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global seiring dengan
terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular
(Russeng, 2011).

Perkembangan kendaraan di Indonesia semakin hari semakin meningkat, berdasarkan


data Badan Pusat Statistik (2020), perkembangan penggunaan kendaraan bermotor roda dua
di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 dari angka 76.907.127 hingga mencapai
angka 146.858.759 pada tahun 2018 dan selalu menjadi yang tertinggi di antara kendaraan
yang lain seperti mobil penumpang, mobil bis, dan mobil barang. Sepeda motor adalah
kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta
samping atau kendaraan roda tiga tanpa rumah-rumah (Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, 2009).

Negara berkembang seperti Indonesia memiliki risiko 3 kali lebih tinggi terjadi
kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan negara maju dengan tingkat rata-rata 8,3 kematian
per 100.000 penduduk (WHO, 2018). Angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya selalu
mengalami peningkatan sampai menyentuh angka 1,35 juta pada tahun 2016, namun tingkat
kematian relatif terhadap jumlah kendaraan bermotor dalam beberapa tahun terakhir.
Kecelakaan lalu lintas di jalan raya juga menjadi penyebab kematian untuk segala macam
kalangan umur, begitu juga menjadi penyebab kematian untuk anak-anak dan dewasa berusia
5-29 tahun. Negara bagian asia tenggara merupakan negara kedua setelah afrika yang
menyebabkan kematian akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (2018), di Indonesia angka kecelakaan lalu lintas rata-rata mengalami kenaikan
per tahun, pada tahun 2017 sebanyak 104.327 kejadian sedangkan pada tahun 2018 sebanyak
109.215 kejadian. Sementara untuk kecelakaan sepeda motor 2 di Indonesia pada tahun 2017
sebanyak 101.022 kasus kejadian, sementara pada 2018 sebanyak 103.672 kejadian (Korps
Lalu Lintas Polri, 2020).

Angka kecelakaan lalu lintas di wilayah DKI Jakarta mencapai angka 3.777 kasus dari
awal tahun 2016 dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 234 kecelakaan dan
terus meningkat pada tahun 2019 sebanyak 5.944 kecelakaan yang dialami kendaraan roda
dua (sepeda motor) di angka 496 di tahun 2019 dan sebanyak 387 kejadian di tahun 2018
(Kepolisian Resor Kota Bekasi, 2020). Dilihat dari jenis kecelakaan yang terjadi, data
kecelakaan tertinggi adalah akibat dari tabrakan antar kendaraan (Korps Lalu Lintas Polri,
2020).

Salah satu upaya menanggulangi atau mengantisipasi terjadinya kecelakaan, perlu


adanya penerapan perilaku safety riding kepada masyarakat khusunya pengendara sepeda
motor termasuk ojek online. Safety riding merupakan upaya untuk mengurangi angka
kecelakaan lalu lintas dan cidera akibat kecelakaan lalu lintas. Safety riding dirancang untuk
meningkatkan kesadaran pengendara terhadap segala kemungkinan yang terjadi selama
berkendara (Alam, 2019). Seperti halnya perilaku sebelum berkendara yaitu pemeriksaan
kondisi dan seluruh komponen yang ada di sepeda motor agar dapat berfungsi secara
maksimal, serta ketika berkendara di jalan raya, seperti memahami dan melaksanakan rambu
lalu lintas dengan baik dan juga menghargai pengguna jalan lain.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mau rong lin (2009) dalam
Mariana (2018) yang membuktikan bahwa pengendara motor berisiko 34 kali menyebabkan
kematian karena tabrakan dan 8 kali lebih berisiko menyebabkan cedera dibandingkan
kendaraan lain. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Inggris yang
menyatakan bahwa angka mortalitas karena sepeda motor adalah 20 kali lipat dari mobil. Hal
ini dapat disebabkan karena pengendara sepeda motor tidak dilengkapi dengan bantalan udara
dan tidak terlindung dari badan kendaraan sehingga perlindungan yang harus dilakukan
umumnya dengan memakai alat pelindung diri yang disediakan oleh pengendara itu sendiri.
Pada saat terjadi tabrakan, pengendara sepeda motor terlempar ke depan dengan kecepatan
yang sama dengan kecepatan sebelum tabrakan dan umumnya kepala yang lebih dahulu
membentur obyek (Bolla, 2013).
Menurut Geller (2001), perilaku aman dibentuk dari interaksi antara tiga domain yaitu
faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor perilaku. Faktor manusia terwujud dalam
pengetahuan, sikap, pengalaman, kondisi fisik, dan kepemilikan SIM C. Sedangkan faktor
lingkungan terwujud dalam dukungan keluarga, kondisi cuaca, kondisi jalan, dan kepemilikan
APD. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ariwibowo (2013) diketahui bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendasari seseorang dalam berperilaku,
pengetahuan bermanfaat bagi seseorang dalam menentukan tindakan yang dia ambil sehingga
seseorang yang berpengetahuan luas akan lebih bijak dalam memutuskan suatu tindakan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Utari (2010) dan Wulandari (2017) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku safety riding. Adanya
hubungan antara sikap dan perilaku safety riding karena sikap merupakan salah satu
komponen yang dapat membentuk kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Dengan
mengubah sikap seseorang maka dapat mengubah perilakunya dalam berlalu lintas sehingga
dapat meminimalisir kecelakaan lalu lintas akibat berkendara yang tidak aman. Colle (2016),
menyebutkan bahwa kepemilikan SIM C mempengaruhi perilaku safety riding yang baik.
SIM merupakan bukti bahwa seseorang telah terampil mengemudikan kendaraan serta
memahami tentang peraturan lalu lintas, sehingga seseorang yang memiliki SIM C cenderung
untuk berperilaku safety dalam berkendara dibandingkan dengan yang tidak memiliki SIM C.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Safety Riding diantaranya pengetahuan, perilaku,


persepsi, kepemilikan SIM serta dukungan orang lain. Pengetahuan adalah segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu. Perilaku merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan dan tindakan. Persepsi adalah proses individu dalam menginterprestasikan,
mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan
dimana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Sarana
dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku selamat dalam berkendaraan seperti
halnya karakteristik dari pengendara yang mengemudikan kendaraan bermotor harus memiliki
surat izin mengemudi (SIM C), adanya dukungan fasilitas kendaraan bermotor, dan peraturan
lalu lintas serta adanya dukungan dari orang lain untuk melakukan perilaku keselamatan
berkendara (Sumiyanto, 2014)
Kampus 1 Semanggi Universitas Atma Jaya merupakan kampus pertama Unika Atma
Jaya yang didirikan pada 1 Juni 1960. Kampus dengan luas 3.6 hektar dengan jumlah
mahasiswa 10.885 pada tahun 2018. Kampus semanggi terletak di daerah pusat DKI Jakarta
yaitu Semanggi, Jakarta Selatan. Fakultas yang ada di kampus ini adalah fakultas Ekonomi,
Fakultas Ilmu Adminitrasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik,
Fakultas Hukum, Fakultas Psikolog, Fakultas Teknobiologi dan beberapa program
pascasarjana. Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh dari Satpam di dapatkan hasil
kecelakaan dari bulan januari 2019 sampai Februari 2020 terjadi kecelakaan 13 kecelakaan
pada mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan Safety Riding pada mahasiswa di Atma
Jaya tahun 2020?
2. Bagaimana gambaran perilaku Safety riding pada mahasiswa di Atma Jaya
tahun 2020?
3. Bagaiama hubungan pengetahuan dengan perilaku Safety riding pada
mahasiswa di Atma Jaya tahun 2020?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan Perilaku Safety Riding pada mahasiswa
di Atma Jaya tahun 2020.

2.4.1 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran pengetahuan Safety Riding pada mahasiswa di Atma Jaya
tahun 2020.
2. Mengetahui gambaran perilaku Safety Riding pada mahasiswa di Atma Jaya tahun
2020.
3. Menganalisa hubungan Pengetahuan dan Perilaku Safety Riding pada mahasiswa di
Atma Jaya tahun 2020.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat pada saat perkulihaan dan
sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja khususnya tentang praktek Safety Riding

1.5.2 Bagi Mahasiswa


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahaan untuk mahasiswa
yang membawa kendaraan, agar pengendara menjadi paham dan menerapkan perilaku
Safety Riding dalam kehidupan sehari-hari

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat menjadirefrensi dalam membuat penelitian berikutnya dan memperluas penelitian
tentang Safety Riding

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Anda mungkin juga menyukai