PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir yang melewati masa penyesuaian pada
minggu pertama kehidupannya. Sedangkan waktu di dalam uterus ibu bayi aman,
hangat dan makan dengan baik. Setelah lahir bayi harus menyesuaikan pada pola
untuk makan, bernapas dan tetap hangat (Asuhan Bayi Baru Lahir, 2000).
Dewasa ini penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian terjadi
dalam periode neonatal. Oleh karena itu, upaya pemberian kesehatan bayi dimulai
dari pemenuhan BBL akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat berakibat
fatal bagi bayi. Misalnya hipotermi pada BBL yang menyebabkan hipotisemia dan
hipoglikemia. Dan banyak tak kurang pentingnya adalah pencegahan terhadap
infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat pada waktu memotong tali pusat.
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal adalah periode
yang paling rentan akan banyak hal, seperti infeksi dan pengaturan tubuhnya,
terutama pada bayi yang beratnya rendah saat melahirkan. Sehingga perlu pemberian
ASI atau PASI yang mencukupi untuk membantu bayi dalam keadaan sehat dan
menurunkan angka kematian bayi. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam
kandungan, selama persalinan segera sesudah melahirkan dan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.
(Syaifudin, 2006 : 133)
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di
indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum,
infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008; h.145).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan teori dan keterampilan yang telah didapatkan
di perkuliahan dengan melakukan Asuhan Kebidanan Hellen Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data secara akurat dari
berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir.
b. Menegakkan diagnosa kebidanan dan mengidentifikasi masalah-
masalah berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah
dikumpulkan.
c. Mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi.
d. Menentukan kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi atas
diagnosa yang telah diambil.
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menangani kasus
sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada.
f. Melaksanakan tindakan asuhan.
g. Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.
C. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan kasus ini adalah:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mengetahui tentang perawatan atau asuhan yang diberikan
pada bayi baru lahir.
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan dari institusi dan
menuangkannya dalam dokumentasi asuhan kebidanan.
3. Bagi Klien (ibu)
Dapat dijadikan masukan untuk pasien (ibu) agar lebih mengerti
tentang perawatan bayi baru lahir dan apa saja tanda bahaya pada bayi baru
lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu
dan berat lahirnya 2500 gram sampai 4000 gram.
(Sinopsis obstetri, EGC Jakarta)
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
(Dona L. Wong, 2003)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
(Rukiyah, 2010; hal. 2)
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)
yang berat
(M. Sholeh Khosim, 2007).
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.
Pengukuran pada menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana ketahanan bayi
melewati proses persalinan. Pengukuran pada menit kelima menggambarkan sebaik
apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pengukuran nilai APGAR
dilakukan untuk menilai apakah bayi membutuhkan bantuan nafas atau mengalami
kelainan jantung (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Novita (2011) nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1
menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus segera
dimulai sesudah bayi lahir. Apabila memerlukan intervensi berdasarkan penilaian
pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus segera
dilakukan. Nilai APGAR dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan
penilaian efektivitas upaya resusitasi.
Apabila nilai APGAR kurang dari 7 maka penilaian tambahan masih
diperlukan yaitu 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukan
nilai 8 atau lebih. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh
tiga tanda penting yaitu pernafasan, denyut jantung, dan warna. Resusitasi yang
efektif bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital
lainnya (Novita, 2011).
Pemeriksaan dalam 24 jam setelah lahir. Dalam 24 jam pertama setelah lahir,
pada bayi akan dilakukan hal-hal berikut:
1) Pemeriksaan pernapasan, tekanan darah, serta kemampuannya untuk kencing
dan buang air besar.
2) Pengukuran panjang, berat badan, dan lingkar kepala.
3) Pemberian salep antibiotik mata. Karena bayi baru saja lahir, maka ada
kemungkinan ia mendapat infeksi mata dari bakteri di dalam vagina yang
dilewatinya saat persalinan. Untuk itu, ia akan diberikan salep atau tetes mata
yang mengandung antibiotik.
4) Injeksi/suntikan, seperti vitamin K dan imunisasi hepatitis B.
3) Pernapasan bayi
Laju pernapasan atau biasa disebut respiration rate (RR) dipengaruhi oleh
suhu, usia, aktivitas. Laju pernapasan lebih tinggi pada kondisi demam, usia bayi
yang lebih rendah, dan aktivitas fisik yang rendah yang meliputi gerak minimal,
tidur, kondisi bayi tenang. Pada bayi baru lahir laju pernapasanberkisar antara 40-
60kali per menit kemudian cenderung menurun dan stabil ketika dewasa.
Laju pernapasan diukur dengan menghitung jumlah napas seseorang
dalam satu menit serta melihat pola dan kualitas pernapasannya. Biasanya diukur
pada kondisi istirahat atau tenang. Pengukuran pada anak biasa dilakukan sebelum
pengukuran suhu.
c. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I). (Setiayani dkk, 2016)
d. Sasaran Imunisasi
Menurut Setiyani dkk (2016, h:113)
1. Bayi
e. Jenis Imunisasi
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, imunisasi dibagi menjadi imunisasi
wajib dan imunisasi pilihan.
1. Imunisasi wajib
a) Imunisasi rutin
1) Imunisasi dasar
(1) Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis
Dosis : 0,05 ml, sebanyak 1 kali
Lokasi : lengan kanan atas
Cara pemberian : intra kutan (IC)
Umur pemberian: 1 bulan
(2) Vaksin DPT-HB-Hib
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
influenzae tipe b secara simultan.
Dosis : 0,5 ml
Lokasi : anterolateral paha atas
Cara pemberian : intra muskuler (IM)
Umur pemberian : 2,3,4 bulan
(3) Vaksin Hepatitis B
Adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat noninfecious, berasal dari HbsAg
Dosis : 0,5 ml
Lokasi : anterolateral paha
Cara pemberian : intra muskuler (IM)
Umur pemberian : < 24 jam
(4) Vaksin Polio
Vaksin Polio Oral ( Oral Polio Vaccine (OPV)
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi viruspoliomyelitis
tipe 1,2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis
Dosis : 2 tetes
Lokasi : mulut
Cara pemberian : oral
Umur pemberian : 1,2,3,4 bulan
Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Bentuk suspensi injeksi vaksin polio
Indikasi : Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan
anak immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan
pada individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
Dosis : 0,5 ml
Lokasi : paha kiri
Cara pemberian : intra muskuler (IM)
Umur pemberian : Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-
turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan. Atau
dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO. Bagi orang dewasa yang belum di
imunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan interval satu
atau dua bulan.
(5) Vaksin Campak
Vaksin campak berupa virus hidup yang dilemahkan.
Indikasi : Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak
Dosis : 0,5 ml
Lokasi : lengan kiri atas
Cara pemberian : sub kutan (SC)
Umur pemberian : 9 bulan (Setiyani dkk, 2016)
2) Imunisasi lanjutan
b) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu. Pemberian Imunisasi tambahan dilakukan untuk melengkapi
Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum
tercapai. (PMK No 12 th 2017)
c) Imunisasi khusus
2. Imunisasi pilihan
f. Jadwal Imunisasi
a. 12 bulan e. 36 bulan
b. 18 bulan f. 42 bulan
c. 24 bulan g. 48 bulan
d. 30 bulan h. 54 bulan
3 Anak prasekolah Deteksi dini dilakukan setiap 6 bulan
a. 48 bulan d. 66 bulan
b. 54 bulan e. 72 bulan
c. 60 bulan
h. Tujuan DDTK
1) Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental dan sosial.
2) Menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang.
3) Kemungkinan penanganan yang efektif.
4) Mencari penyebab dan mencegahnya.
i. Ciri-ciri tumbuh kembang anak /
balita
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan misal,
perkembangan intelgensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan
otak dan serabut saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya setiap anak tidak akan bisa
melewati tahapan sebelumnya misal, seorang anak tidak bias berdiri jika
pertumbuhan kaki dan tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat karena perkembangan awal merupakn masa kritis untuk
menentukan perkembangan selanjutnya
2) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan berbeda
baik perkembangan fisik maupun fungsi organ
3) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
4) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:
a) Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju arah
anggota tubuh.
b) Perkembangan antropometri terjadi lebih dahulu di daerah proksima l
(gerak kasar) lalu berkembng ke bagin distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimosdital).
5) Perkembangan memiliki tahap yan berurutan
Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
membuat gambar kotak anak mampu berdiri sebelum berjalan. (Depkes,
2005).
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama, kelima,
dan kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi : Appearance
(warna kulit), Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang),
Activity (tonus otot), Respiration (pernafasan). (Kosim, 2004)
b) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah dari pasien
(Saifuddin, 2003).
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar
penuh yaitu memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya,
gelisah yaitu tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih
memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak
dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun) gerakan
yang ekstrem dan ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
(3) Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit,
sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut.
Normalnya yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada dan
tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. (Sudarti, 2013)
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi normalnya
adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma,
hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
(2) Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
(3) Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
(4) Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut/menangis
dalam reaksi terhadap bunyi yang keras. (Varney, 2007)
(5) Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-palatoskisis,
trush, sianosis, mukosa kering/basah. (Sudarti, 2013).
(6) Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan pada clavikula
(normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris).
(Varney,2007)
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan pernafasan.
(Sudarti, 2013)
(8) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk, perdarahan tali
pusat, dinding perut, adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel.
(Sudarti, 2013)
(9) Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian, memar,
dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang dan ada di
ujung penis. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia
mayora, dan labia minora. (Sudarti, 2013)
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang
yang retak misalnya clavikula. (Varney, 2007)
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau tonjolan.
(Varney, 2007)
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan posisi 45
derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat,
normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
(Dewi, 2012)
(2) Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut. (Dewi, 2012)
(3) Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan dan
kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi. (Dewi, 2012)
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa meletakkan
jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat. (Dewi, 2012)
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu bayi
menyusu. (Dewi, 2012)
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala yang
diputar, tetapi ekstermitas padda ssi lain fleksi. Pada keadaan
normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika
diputar ke sisi pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1) Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita melingkar pada
lingkar oksipito-frontal. Pengukuran yang dicatat adalah rata-rata
dari tiga kali pengukuran, normlanya pada bayi 32-37 cm.
(Chapman, 2006)
(2) Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-38 cm.
(Putra, 2012)
(3) Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui pertumbuhan
bayi sehingga diketahui normal atau tidaknya pertumbuhannya.
Berat badan normal bayi adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
(4) Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari. Dicurigai
diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lender atau
darah. (Sudarti, 2013)
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau ada
hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu
apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
Model Dokumentasi
a) Catatan Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan
bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai dari data
subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
d) Tahap-tahap SOAP
S : Subyektif data
Adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
klien kepada bidan (ekspresi verbal dari pasien ).
O : Obyektif data
Adalah data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan (
pengamatan pada pasien meliputi tingkah laku dan hasil dari pemeriksaan
fisik dan penunjang ).
A : Analisa
Mengatakan masalah atau diagnosa dan kebutuhan yang terjadi atas
dasar subyektif dan obyektif (kesimpulan yang di dapat dari kondisi pasien
meliputi data dasar obyektif dan subyektif yang selanjutnya ditulis dalam
format diagnosa kebidanan)
P : Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan masalah dan diagnosa (mengacu
kepada permasalahanya) dan evaluasi sesuai hasil yang telah dilakukan
E. CLINICAL PATHWAY
Bayi baru lahir
Terjadi perubahan
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa Monica
Ester. Editor Sari Kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarata : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57092/Chapter%2011.pdf?
sequence=4&isAllowed=y di download pada 27 April 2020 pukul 10.20 WIB
http://eprints.undip.ac.id/62943/3/BAB_II.pdf
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Setiyani, Astuti. Sukesi., dan Esyuananik. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Kemenkes
Elmelda, Fitria Ika.2015. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita dan Anak Pra-
Sekolah. Jakarta : Trans Infomedia
Ambarwati, E,R, Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerpurium Care”. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Alimul, Hidayat A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Neonatus. Jakarta : Salemba Medika
Matondang. dkk . 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta : CV. Sagung Seto
Sudarti. 2013. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Sulistyawati. A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
M. Sholeh Kosim. dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
Putra, S.R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika
Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
TIM
Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC
Hani Umi. dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
https://id.scribd.com/doc/111419996/Pathway-Bayi-Baru-Lahir