Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH BIOKOMIA


UJI LIPIDA

Disusun oleh:
Rinaldy Kristokam Ranuntu A 22119041
Rifki Alghifari A 22119047
Moh. Fajri A 22119097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Lipid merupakan senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri atas atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid ini merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organic. Lipid memilki peranan yang sangat penting dalam
tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air, sebagai sumber energi
yang efisien, serta sebagai sumber asam lemak esensial. Jenis lipid yang paling banyak
terdapat di alam ialah lemak atau triasilgliserol yang bersifat hidrofobik nonpolar (Sakinah,
2011).
Minyak merupakan campuran dari ester asam lemak dengan gliserol. Jenis minyak yang
umumnya dipakai untuk menggoreng adalah minyak nabati seperti minyak sawit, minyak
kacang tanah, minyak wijen dan sebagainya. Minyak goreng jenis ini mengandung sekitar
80% asam lemak tak jenuh jenis asam oleat dan linoleat, kecuali minyak kelapa. Minyak
kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat,
karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan
tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat
dimasukkan kedalam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara
7,5-10,5. Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung
84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam
lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (Ketaren, 1986).
Gugus – gugus utama lipida memiliki karakteristik kelarutan (solubilitas) yang berbeda
dan sifat yang digunakan dalam ekstraksi dan pemisahan lemak dari materi biologis. Emulsi
adalah dispersi atau suspensi mestabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling melarutkan.
Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier
atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan (Sakinah, 2011).
Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekunya yang dapat terikat baik
pada minyak maupaun air. Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai
akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya
butir-butir minyak satu sama lainnya. Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu
zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran
yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa
yang lain, seperti air dan minyak. Dikarenakan setiap bahan pangan memilki karakteristik
masing-masing maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi
yang berbeda-beda. Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: pertama, fase
terdispersi (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase
internal). Kedua, fase pendispersi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung)
dari emulsi tersebut (fase eksternal). Terakhir emulgator (zat yang digunakan dalam
kestabilan emulsi) (Azhari, 2015).
Sudut pandang kesehatan menempatkan lemak sebagai zat tenaga, pelarut vitamin, dan
dalam komponen bahan makanan, lemak memberi rasa gurih. Karakter pemberi rasa gurih
pada lemak, menyebabkan makanan yang berlemak disukai banyak orang. Implikasi jangka
panjangnya adalah akan terjadi kelebihan cadangan lemak. Hal ini umumnya terjadi jika
asupan lebih tinggi daripada kebutuhan, atau rendahnya aktivitas fisik di saat asupan lemak
dan zat gizi makro lainnya tinggi. Pada ibu hamil, lemak diperlukan sebagai energi cadangan
yang banyak digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energi ibu hamil yang meningkat
seiring dengan tuntutan pertumbuhan janin yang normal (Sartika, 2009).

B. Macam-macam uji Lipida


1. Uji kelarutan, uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelarutan lipida terhadap
berbagai jenis pelarut organik.
2. Uji pembentukan Emulsi, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah minyak dan air
dapat dicampur secara merata dan stabil dalam bentuk emulsi.
3. Uji Salkowsi, uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya kolesterol dalam suatu sampel.
4. Uji Penyabunan, uji ini digunakan untuk mengetahui bahwa minyak dan soda, NaOH
atau kOH dapat membentuk sabun.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut ;
 Gliserol  Aquades
 Mentega  Pipet tetes
 Margarin  Kertas saring
 Lemak/gajih  Larutan kolesterol 0,5 %
 Minyak goreng  H2SO4 pekat
 Tabung reaksi  Lemari asam
 Eter  NAOH 10% dalam alcohol 90%
 Benzene  Penangas air
 Aseton  Sabun cair
 Alcohol  Kapas
 Kloroform

B. Cara kerja
 Uji kelarutan
a. Menyiapkan gliserol, mentega, margarin, gajih/lemak, dan minyak goreng sebagai
sampel.
b. Memasukan sampel kedalam 5 tabung reaksi masing-masing 100 mg.
c. Menambahkan eter, benzene, aseton, alcohol, kloroform sebagai pelarut dan aquades
ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 2 mL menggunakan pipet tetes.
d. Homogenkan selama 2 menit setelah itu diamkan selama 10 menit.
e. Mengamati perubahan kelarutan yang terjadi.
f. Jika hasilnya kurang jelas bisa ambil 1 tetes larutan tersebut kemudian teteskan di
atas kertas saring sebagai uji bercak menggunakan pipet tetes.
 Uji pembentukan emulsi
a. Menyiapkan mentega, margarin, dan minyak goreng sebagai sampel.
b. Masukan sampel kedalam 3 tabung reaksi masing-masing 0,5 mL menggunakan pipet
tetes.
c. Menambahkan 2 mL aquades kedalam masing-masing tabung reaksi
d. Homogenkan selama 3 menit sampai terbentuk emulsi yang keruh
e. Diamkan selama 5 menit
f. Mengamati perubahan yang terjadi. Apakah emulsi yang terbentuk tadi terpisah
kembali menjadi 2 cairan.
g. Jika sudah terpisah kita mengulangi langkah a sampai f dengan menambahkan 1 mL
sabun cair.
h. Homogenkan selama 5 menit.
i. Mengamati peruhaban yang terjadi. Apakah emulsi yang terbentuk stabil setelah
didiamkan.
 Uji salkowski
a. Menyiapkan larutan kolesterol 5%, mentega, margarin, dan minyak goreng sebagai
sampel yang telah dilarutkan menggunakan larutan kloroform.
b. Memasukan 1 mL sampel kedalam 4 tabung reaksi menggunakan pipet tetes
c. Menambahkan 1 mL H2SO4 secara hati-hati di dalam lemari asam.
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi. Warna merah, biru dan ungu pada lapisan
kloroform dan fluresensi kuning pada lapisan H2SO4 setelah kedua lapisan campuran
tersebut terpisah.
 Uji Penyabunan
a. Menyiapkan minyak goreng sebagai sampel
b. Masukan minyak goreng ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 tetes menggunakan pipet
tetes
c. Menambahkan larutan NAOH 10% dalam alcohol 90% tetes demi tetes sampai
membentuk gumpalan
d. Homogenkan kemudian tutup tabung reaksi menggunakan kapas
e. Masukan tabung reaksi kedalam penganas air lalu panaskan selama 1 menit
f. Mengamati perubahan yang terjadi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
1. Uji Kelarutan
Sampel Eter Benzene Aceton Alcohol Klorofor Aquades
m
Gliserol - - - Sukar larut - Larut
Mentega Larut Larut Larut - Larut -
Margarin Larut Larut Larut - Larut -
Lemak Larut Larut Larut - Larut -
Minyak goreng Larut Larut Larut - Larut -

2. Uji pembentukan emulsi


Sampel Aquades Emulgator
Mentega Tidak tercampur merata/tidak stabil 46 detik
Margarin Tidak tercampur merata/tidak stabil 60 detik
Minyak goreng Tidak tercampur merata/tidak stabil 60 detik

3. Uji Salkowsi
Hasil dari uji salkowsi ini terdapat 3 lapisan. Lapisan pertama, warna ungu yaitu hasil
dari reaksi kloroform dan kolesterol berupa kolestadiena. Lapisan kedua, floresensi biru
dan merah merupakan hasil reaksi kolestadiena dengan asam sulfat yang berupa asam
sulfonate. Dan lapisan ketiga yaitu warna kuning merupakan sisa asam sulfat yang tidak
ikut bereaksi.

4. Uji Penyabunan
Hasil dari uji penyabunan ini terbentuk sabun (busa).

B. Pembahasan
Lipid merupakan senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri atas atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid ini merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organic. Lipid memilki peranan yang sangat penting dalam
tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air, sebagai sumber energi
yang efisien, serta sebagai sumber asam lemak esensial. Jenis lipid yang paling banyak
terdapat di alam ialah lemak atau triasilgliserol yang bersifat hidrofobik nonpolar (Sakinah,
2011).
Gugus – gugus utama lipida memiliki karakteristik kelarutan (solubilitas) yang berbeda
dan sifat yang digunakan dalam ekstraksi dan pemisahan lemak dari materi biologis. Emulsi
adalah dispersi atau suspensi mestabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling melarutkan.
Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier
atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan (Sakinah, 2011).
Pada praktikum kali ini mengenai uji Lipida yang didalamnya kita menguji kelarutan,
pembentukan emulsi, salkowsi, dan penyabunan. Untuk uji yang pertama ialah uji
kelarutan. Adapun prosedur kerja pada uji ini yaitu Menyiapkan gliserol, mentega,
margarin, gajih/lemak, dan minyak goreng sebagai sampel. kemudian Memasukan sampel
kedalam 5 tabung reaksi masing-masing 100 mg. setelah itu Menambahkan eter, benzene,
aseton, alcohol, kloroform sebagai pelarut dan aquades ke dalam masing-masing tabung
reaksi sebanyak 2 mL menggunakan pipet tetes. Kemudian Homogenkan selama 2 menit
setelah itu diamkan selama 10 menit. Setelah itu Mengamati perubahan kelarutan yang
terjadi. Lalu Jika hasilnya kurang jelas bisa ambil 1 tetes larutan tersebut kemudian teteskan
di atas kertas saring sebagai uji bercak menggunakan pipet tetes. Adapun hasil yang
didapatkan pada uji ini yaitu mentega, margarin, lemak, dan minyak goreng merupakan
sampel yang larut karena memiliki sifat nonpolar kecuali gliserol dan juga pelarut yang
digunakan memiliki sifat nonpolar (eter, benzene, aseton, dan kloroform) sedangkan pada
alcohol dan aquades sangat sukar larut karena bersifat polar. Uji yang kedua adalah uji
pembentukan emulsi. Adapun prosedur kerja pada uji ini yaitu pertama-tama Menyiapkan
mentega, margarin, dan minyak goreng sebagai sampel. kemudian Masukan sampel kedalam
3 tabung reaksi masing-masing 0,5 mL menggunakan pipet tetes. Selanjutnya Menambahkan
2 mL aquades kedalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian Homogenkan selama 3
menit sampai terbentuk emulsi yang keruh. Setelah itu Diamkan selama 5 menit. Langkah
selanjutnya Mengamati perubahan yang terjadi. Apakah emulsi yang terbentuk tadi terpisah
kembali menjadi 2 cairan. Jika sudah terpisah kita mengulangi langkah-langkah diatas
dengan menambahkan 1 mL sabun cair. Kemudian Homogenkan selama 5 menit. Setelah itu
Mengamati peruhaban yang terjadi. Apakah emulsi yang terbentuk stabil setelah didiamkan.
Dan hasil yang didapatkan pada uji ini ialah terbentuknya emulsi pada sampel. pada uji ini
sampel tidak bisa larut pada aquades karena aquades bersifat polar serta memiliki
keseimbangan hidrofilik libofilik yang berbeda-beda sehingga ketika ketiga sampel diberi
emulgator maka kestabilannya akan berbeda-beda. Uji yang ketiga ialah uji Salkowsi.
Adapun prosedur kerja pada uji ini yaitu perama-tama Menyiapkan larutan kolesterol 5%,
mentega, margarin, dan minyak goreng sebagai sampel yang telah dilarutkan menggunakan
larutan kloroform. Kemudian Memasukan 1 mL sampel kedalam 4 tabung reaksi
menggunakan pipet tetes kemudian Menambahkan 1 mL H2SO4 secara hati-hati di dalam
lemari asam. Setelah itu Mengamati perubahan warna yang terjadi. Warna merah, biru dan
ungu pada lapisan kloroform dan fluresensi kuning pada lapisan H2SO4 setelah kedua
lapisan campuran tersebut terpisah. Adapun hasil dari uji salkowsi ini terdapat 3 lapisan.
Lapisan pertama, warna ungu yaitu hasil dari reaksi kloroform dan kolesterol berupa
kolestadiena. Lapisan kedua, floresensi biru dan merah merupakan hasil reaksi kolestadiena
dengan asam sulfat yang berupa asam sulfonate. Dan lapisan ketiga yaitu warna kuning
merupakan sisa asam sulfat yang tidak ikut bereaksi. Dan uji yang terakhir ialah uji
penyabunan. Adapun prosedur kerja pada uji ini yaitu pertama-tama Menyiapkan minyak
goreng sebagai sampel. setelah itu Masukan minyak goreng ke dalam tabung reaksi sebanyak
5 tetes menggunakan pipet tetes. Kemudian Menambahkan larutan NAOH 10% dalam
alcohol 90% tetes demi tetes sampai membentuk gumpalan. Kemudian Homogenkan
kemudian tutup tabung reaksi menggunakan kapas. Setelah itu Masukan tabung reaksi
kedalam penganas air lalu panaskan selama 1 menit. Kemudian Mengamati perubahan yang
terjadi. Hasil dari uji penyabunan ini terbentuk sabun (busa).
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
 Lipid merupakan senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri atas atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid ini merupakan senyawa organik yang tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic. Lipid memilki peranan yang sangat penting
dalam tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air, sebagai sumber
energi yang efisien, serta sebagai sumber asam lemak esensial. Jenis lipid yang paling
banyak terdapat di alam ialah lemak atau triasilgliserol yang bersifat hidrofobik nonpolar.
 Gugus – gugus utama lipida memiliki karakteristik kelarutan (solubilitas) yang berbeda
dan sifat yang digunakan dalam ekstraksi dan pemisahan lemak dari materi biologis.
Emulsi adalah dispersi atau suspensi mestabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling
melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang
disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan antara kedua fase cairan.
 Macam-macam uji lipida yaitu uji kelarutan, uji pembentukan emulsi, uji salkowsi, dan
uji penyabunan.
DAFTAR PUSTAKA

 https://xnbook.wordpress.com/2017/05/09/uji-kelarutan-biomolekul-lipid/
 http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/SAINTEKS/article/view/7013
 https://www.slideshare.net/mobile/diangibol/lipid-14531634

Anda mungkin juga menyukai