Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1950 jumlah lanjut usia di dunia sebanyak 205

juta jiwa, sedangkan pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 606

juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella & Velkof

(2001), bahwa sepanjang tahun 2000 populasi lansia di dunia

berkembang lebih dari 795.000 setiap bulannya, dan diperkirakan

lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada saat itu akan

terdapat lebih dari 800 juta orang berusia di atas 65 tahun,

sedangkan dua pertiga dari mereka berada di Negara berkembang,

pada saat ini orang hidup lebih lama terutama di Negara

berkembang, berkat pertumbuhan ekonomi, nutrisi yang lebih baik,

gaya hidup yang lebih sehat, peningkatan kontrol terhadap penyakit

menular, dan akses yang lebih baik untuk mendapatkan air bersih,

fasilitas sanitasi dan perawatan kesehatan (Papalia, 2008:843).

WHO mengungkapkan bahwa kawasan Asia Tenggara yang

berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta jiwa dan diperkirakan

akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Rata-rata

usia harapan hidup dinegara-negara kawasan Asia Tenggara

adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan hidup di Indonesia

1
sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, ini berdasarkan profil

data kesehatan Indonesia tahun 2011. (WHO, 2012)

Saat ini Indonesia telah mengubah profil kependudukan baik

Nasional maupun dunia, dari hasil sensus penduduk tahun 2010

menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia

berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000

sebanyak 14,44 juta jiwa dan diperkirakan jumlah penduduk lansia

di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun,

sehingga pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia

berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).

Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini

merupakan lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut

usiannya yang mencapai 18,04 juta jiwa pada tahun 2010 atau

mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Jika dalam hal ini tidak dilakukan

upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia sejak sekarang ini

akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Timbulnya

masalah ini ditandai dengan angka ketergantungan lanjut usia

sesuai Susenas BPS 2008 sebesar 13,27% (Martono, 2011).

Dengan jumlah lansia yang terus meningkat, pemerintah

membuat kebijakan untuk kesejahteraan lansia yang ada dalam

Undang-Undang Kesejahteraan Lansia (UU No 13 Th 1998). Pada

pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa kesejahteraan adalah suatu tata

2
kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual

yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman

lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan pemenuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.

Dengan adanya peningkatan jumlah lansia, menyebabkan perlunya

perhatian pada lansia tersebut, agar lansia tidak hanya berumur

panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia,

serta meningkatkan kualitas hidup mereka, meskipun saat ini

banyak lansia dalam kesehatan yang baik, namun golongan ini

tetap merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit karena

terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat proses

degeneratif.

Seperti halnya yang terjadi di Panti Sosial Tresna Werdha

“Madago” Desa Tendeadongi, saat peneliti melakukan studi

lapangan awal dan observasi yang peneliti lakukan saat di Panti itu

bahwa masih banyak kesejahteraan lansia yang belum terpenuhi

selama di Panti, seperti pada pelayanan kesehatan hanya dilayani

seminggu sekali dan petugas kesehatannya hanya 1 orang saja

yang bekerja, sedangkan pada masing-masing wisma sendiri

petugas kebersihan hanya membersihkan seminggu sekali dan

hari-hari selanjutnya yang bekerja membersihkannya para lansia

3
yang tinggal di wisma panti tersebut. Sehingga Undang-Undang

Kesejahteraan lansia yang sudah di tetapkan oleh pemerintah

seperti yang sudah di bahas di atas, semuanya itu harus terpenuhi

bagi setiap lansia yang akan menghabiskan masa tuanya di panti.

Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan, yang

pertama tentang “Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia (Studi

Kasus Program Pelayanan Kesejahteraan Lansia Di UPT Panti

Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta) dengan hasil bahwa

peningkatan program pelayanan bagi lansia, ternyata cukup

berhasil karena pihak dari panti berusaha memberikan yang terbaik

bagi para lansia yang dibekali kegiatan seperti senam, pengajian

dan lain-lain, para lansia hidup berkecukupan di panti ini, agar

selama tinggal di panti lansia hidup sejahtera, aman, tentram dan

memberikan sarana prasarana bagi siapa saja yang mampu dan

mau mengikuti semua kegiatan di panti, sebagian besar lansia di

UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta mau

berpartisipasi mengikuti berbagai aturan dan program kegiatan dari

pihak panti. Namun, dalam hal pengaruh program terhadap

peningkatan kesejahteraan lansia di panti yang tujuannya untuk

kesejahteraan lansia belum mencapai maksimal karena program-

program yang sudah ada dari pihak panti tidak menjadi satu

pencapaian para lansia sejahtera dengan adanya kegiatan tersebut

yang dipengaruhi dari faktor kondisi fisik, dan umur salah satu

4
penyebabnya, namun dari segi minat tidak semua lansia minat

dengan program yang ada di panti dan hanya program tertentu saja

yang bisa di ikuti oleh para lansia di panti tersebut. Jika dilihat dari

keberhasilan yang telah dicapai dari program pelayanan untuk

peningkatan kesejahteraan sosial lansia dari pendidikan agamanya

seperti pengajian, ceramah rohani, sedangkan dari segi kesehatan

ada program senam, terapi kelompok atau pembinaan mental

spiritual dengan pekerja sosial, kegiatan musik, serta kerja bakti,

kerajinan dari UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta

menunjukan bahwa cukup berhasil. Adapun penelitian yang kedua

mengenai “Gambaran Kualitas Hidup Lansia Yang Tinggal Di Panti

Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur” dengan

mendapatkan hasil bahwa semua responden bisa menjalankan

peran sosial di panti dan semua responden bisa melaksanakan

aktivitas dasar sehari-hari baik yang dasar maupun secara mandiri,

sebagian besar responden tidak mengalami gangguan tidur. Pada

keadaan emosional, semua responden tidak merasa cemas dan

semua responden masih memiliki fungsi intelektual dan kognitif

yang masih baik. Pada perasaan sehat dan kepuasan hidup,

sebagian besar responden merasa sehat dan merasa puas dalam

kehidupannya.

Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan saat studi

lapangan dari kepala Panti Werdha, diperoleh informasi bahwa

5
struktur kepengurusan di Panti terdiri dari Kepala Panti, Sekretaris,

Bendahara, koordinator bidang (kerohanian, kesehatan, olahraga,

konsumsi, kebersihan), dan koordinator masing-masing wisma.

Jumlah lansia yang tinggal di Panti Werdha berjumlah 74 orang

yang tinggal di panti tersebut dalam 12 wisma, dari jumlah itu ada

beberapa lansia yang sudah lama tinggal di panti, ada yang di antar

oleh keluarganya sendiri, bahkan ada yang berasal dari luar

Provinsi Sulawesi Tengah dan semua lansia yang ada masing-

masing dari latar belakang hidup yang berbeda-beda. Seperti

permasalahan pada lansia yang telah peneliti paparkan diatas

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ditempat

tersebut. Karena para lansia pun banyak yang datang dengan

permasalahan bahkan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga

gambaran mengenai kesejahteraan lansia tentunya juga akan

berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kesejahteraan lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Madago Desa Tendeadongi, Kecamatan Pamona

Utara, Kabupaten Poso?

6
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Memperoleh gambaran kesejahteraan lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Madago Desa Tendeadongi,

Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pelayanan yang menunjang

kesejahteraan di panti tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi pendidikan tinggi keperawatan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu

dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam ilmu

keperawatan dan bidang ilmu gerontik.

1.4.2 Panti

Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai acuan

untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan lansia

yang tinggal di panti tersebut.

1.4.3 Peneliti dan Peneliti Selanjutnya

Dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih luas

dalam masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan pada lanjut usia dan sebagai dasar

penelitian yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai