Anda di halaman 1dari 17

Wawasan Nusantara

(Tugas Kewarganegaraan)

Oleh
Kelompok 6

Istifani Ferucha 1615051005


Yola Rosiana 1615051010
Dini Aulia Rahma 1615051014
Fitria Harleni 1615051015
Ahfasy Kautsar Imam 1615051040
Nadya Nur Ningtyas 1655051003

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keanekaragaman memerlukan suatu
perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat bersatu guna memelihara keutuhan
negaranya. Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas
dari pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik atau
kait-mengait antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang
dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan
wilayah serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan rakyat menyelengarakan
kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang
dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati
diri.

Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas (mawas) yang artinya
melihat atau memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau
cara melihat. Kehidupan negara senantiasa dipengaruhi perkembangan lingkungan
strategik sehinga wawasan harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa
dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan dalam
mengejar kejayaanya. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bangsa yang
secara eksplisit mempunyai cara bagaimana ia memandang tanah airnya beserta
lingkungannya. Cara pandang itu biasa dinamakan wawasan nasional.

Sebagai contoh, Inggris dengan pandangan nasionalnya berbunyi: "Brittain rules


the waves". Ini berarti tanah Inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga
lautnya. Tetapi cukup banyak juga negara yang tidak mempunyai wawasan,
seperti Thailand, Perancis, Myanmar dan sebagainya. Wawasan nusantara dapat
dikatakan sebagai cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya
yang sarwa nusantara dan penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai
bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungannya yang sarwa nusantara itu.

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah
kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar
wilayah negara kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13
Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa
Indonesia, karena telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang menyatukan
wilayah Indonesia. Laut Nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi
sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan
mutlak.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah didalam penulisan makalah ini, yaitu :
a) Apakah yang dimaksud dengan Wawasan Nusantara?
b) Bagaimana sumber historis, sosiologis, dan politik tentang wawasan
nusantara?
c) Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan wawasan nusantara?
d) Bagaimana esensi dan urgensi mengenai wawasan nusantara?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara.
b) Untuk mengetahui tentang apa yang melatarbelakangi dapat terbentuknya
wawasan nusantara dalam berbagai macam sudut pandang.
c) Untuk mengetahui argumen tentang dinamika dan tantangan wawasan
nusantara.
d) Untuk mengetahui esensi dan urgensi wawasan nusantara.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan dari makalah ini yaitu :
a) Diharapkan mampu menumbuhkan sebuah ketertarikan dalam
mempelajari tentang kewarganegaraan.
b) Diharapkan mampu menunjang pengetahuan dalam memahami tentang
wawasan nusantara
c) Diharapkan mampu mengetahui esensi dan urgensi wawasan nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan
menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional. Sebagai konsep, istilah
Wawasan Nusantara dapat ditelusuri secara terminologi maupun etimologi.
Berikut ini pengertian terminologi menurut para ahli atau tokoh dan lembaga
mengenai istilah tersebut.

a) Prof.Dr. Wan Usman


Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri
dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan
yang beragam.

b) Kelompok kerja LEMHANAS 1999


Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

c) Samsul Wahidin
Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara
menghayati, cara bersikap, bertindak, berpikir dan bertingkah laku bagi
Bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses-proses psikologis,
sosiokultural dalam arti yang luas dengan aspek-aspek asta grata.

d) Danusaputro
Mengemukakan pengertian wawasan nusantara sebagai cara pandang
Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensi yang
serba terhubung serta pemekarannya di tengah-tengah lingkungan tersebut
berdasarkan asas nusantara. Asas nusantara merupakan suatu ketentuan
dasar yang harus ditaati, dipatuhi dan dipelihara agar kepentingan nasional
bisa terwujud. Kepentingan tersebut tentunya agar tujuan dari perjuangan
Bangsa Indonesia atau tujuan nasional bisa tercapai. Cara pandang Bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya juga harus sesuai dengan ide
nasional Pancasila, sebagai aspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat
dan bermartabat di tengah-tengah lingkungannya, yang menjiwai tindak
kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan bangsa.

e) M. Panggabean
Mengemukakan definsi wawasan nusantara adalah doktrin politik bangsa
Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia, yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan
memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi, demografi, teknologi dan
kemungkinan strategik yang tersedia. Dengan perkataan lain, wawasan
Nusantara adalah geopolitik Indonesia. Dan nilai yang terkandung di
dalam wawasan nusantara telah diintegrasikan didalam lima aspek secara
intern yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan ekonomi,
kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan sedangkan untuk ekstern nilai
integrasi itu diusahakan dengan ikut mewujudkan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar


Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan
tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional.

Wawasan nusantara juga terdiri dari beberapa unsur, yaitu sebagai berikut :
a) Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan
kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia
memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan
kenegaraan dalam wujud supra struktur politik dan wadah dalam
kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infra
struktur politik.

b) Isi (Content)
Isi dapat dikatakan sebagai aspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di
masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut diatas
bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan
dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Isi menyangkut dua hal pertama
realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya,
pencapaian cita-cita dan tujuan nasional persatuan, kedua persatuan dan
kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.

c) Tata laku (Conduct)


Tata laku dapat diartikan sebagai hasil interaksi antara wadah dan isi
wawasan nusantara yang terdiri dari :
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan
mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.
 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan dan
perilaku dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati diri/kepribadian
bangsa berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa
bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan
rasa nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

Wawasan nusantara berfungsi sebagai konsepsi ketahanan nasional, dimana


wawasan nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan
keamanan, dan kewilayahan. Selain itu, wawasan nusantara juga berfungsi
sebagai wawasan pembangunan yang mempunyai cakupan kesatuan politik,
kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan ekonomi, kesatuan sosial dan politik, dan
kesatuan pertahanan dan keamanan. Wawasan nusantara menjadi wawasan
pertahanan dan keamanan negara yang merupakan pandangan geopolitik
Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi
seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara serta sebagai wawasan
kewilayahan, sehingga berfungsi dalam pembatasan negara, agar tidak terjadi
sengketa dengan negara tetangga.

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:


1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah “untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial”.
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik
alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa
Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan
kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan
budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia
2.2 Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara

 Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara


Lahirnya konsep wawasan nusantara berawal dari Perdana Menteri Ir. H.
Djuanda Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan
deklrasai yang dikenal sebagai Deklarasi Djuanda.Isi deklarasi tersebut
sebagai berikut:

"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan


pulau-pulau yang termasuk Negara Indonesia dengan tidak memandang
luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah
daratan Negara Indonesia dan dengan demikian bagian daripada
perairan pedalaman atau nasional yang berada di bawah kedaulatan
mutlak Negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman
ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia.
Penentuan batas landas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur
dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-
pulau Negara Indonesia. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas akan diatur
selekas-lekasnya dengan Undang-undang"

Isi pokok deklarasi ini adalah bahwa lebar laut teritorial Indonesia 12 mil
yang dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia.
Dengan garis teritorial yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah. Laut di antara pulau bukan lagi sebagai pemisah, karena
tidak lagi laut bebas, tetapi sebagai penghubung pulau.

Sebelum keluarnya Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia didasarkan pada


Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939)
atau dikenal dengan nama Ordonansi 1939, sebuah peraturan buatan
pemerintah Hindia Belanda. Isi Ordonansi tersebut pada intinya adalah
penentuan lebar laut lebar 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal
berdasar kan garis air pasang surut atau countour pulau/darat. Dengan
peraturan zaman Hindia Belanda tersebut, pulau-pulau di wilayah
nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya
mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Laut setelah
garis 3 mil merupakan lautan bebas yang berarti kapal asing boleh dengan
bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut. Laut dengan
demikian menjadi pemisah pulau-pulau di Indonesia.

Tidak hanya melalui perundangan, bangsa Indonesia juga


memperjuangkan konsep Deklarasi Djuanda ke forum internasional agar
mendapat pengakuan dari bangsa lain. Melalui perjuangan yang panjang,
akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April 1982 menerima dokumen yang
bernama “The United Nation Convention on the Law of the Sea”
(UNCLOS) atau konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia
meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No.17 Tahun 1985 dan sejak 16
November 1993 Unclos 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga
menjadi hokum positif (hukum yang sedang berlaku di masing-masing
negara). Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya
pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas
ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas Kontinen Indonesia.
Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk menegakkan
kedaulatan dirgantara yakni wilayah Indonesia secara vertical terutama
dalam memanfaatkan wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) untuk
kepentingan ekonomi dan pertahanan keamanan.

 Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara berdasarkan sejarah bermula dari Deklarasi Djuanda
sebagai perubahan atas Ordonansi 1939 yang berintikan mewujudkan
Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, tidak terpisah – pisah. Seiring
tuntutan dan perkembangan, konsep wawasan nusantara mencakup
pandangan akan kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan
kemanan. Sebagai dalam rumusan GBHN 1998 dikatakan Wawasan
Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ini berarti lahirnya konsep wawasan nusantara juga dilatarbelakangi oleh


kondisi sosiologi masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia beragam dan
terpecah-pecah sebelum merdeka. Bahkan antarbangsa Indonesia sendiri
mudah bertikai dan diadu domba oleh Belanda melalui politik devide et
impera. Berdasarkan pada kondisi social budaya masyarakat Indonesia,
wawasan nusantara yang pada awalnya berpandangan akan “kesatuan atau
keutuhan wilayah” diperluas lagi sebagai pandangan akan “persatuan
bangsa”. Bangsa Indonesia tidak ingin lagi terpecah-pecah dalam banyak
bangsa. Untuk mewujudkan persatuan bangsa itu dibutuhkan penguatan
semangat kebangsaan secara terus menerus.

Semangat kebangsaan Indonesia sesungguhnya telah dirintis melalui


peristiwa Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, ditegaskan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928, dan berhasil diwujudkan dengan Proklamasi
Kemerdekaan bangsa pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, jauh
sebelum Deklarasi Djuanda 1957, konsep semangat dan kesatuan
kebangsaan sudah tumbuh dalam diri bangsa. Bahkan semangat
kebangsaan inilah yang berhasil membentuk satu bangsa merdeka. Hal di
atas, keadaan sosiologis masyarakat Indonesia dan juga keberlangsungan
penjajahan yang memecah belah bangsa, telah melaterbelakangi
tumbuhnya semangat dan tekad orang-orang di wilayah nusantara ini
untuk bersatu dalam satu nasionalitas, satu kebangsaan yakni bangsa
Indonesia . Semangat bersatu itu pada awalnya adalah bersatu dalam
berjuang membebaskan diri dari penjajahan, dan selanjutnya bersatu
dalam wadah kebangsaan Indonesia.

Ketika bangsa Indonesia merdeka tahun 1945 dengan dilandasi semangat


kebangsaan dan rasa persatuan sebagai satu bangsa, ternyata wilayahnya
belum merupakan satu kesatuan. Wilayah negara Indonesia merdeka di
tahun 1945 masih menggunakan peraturan lama yakni Ordonansi 1939, di
mana lebar laut teritorial Indonesia adalah 3 mil tiap pulau. Akibatnya,
wilayah Indonesia masih terpecah dan dipisahkan oleh lautan bebas.

Oleh sebab itu, perlu diupayakan bagaimana agar terjadi satu kesatuan
wilayah guna mendukung semangat kebangsaan ini. Salah satunya dengan
konsep wawasan nusantara yang diawali dengan keluarnya Deklarasi
Djuanda 1957. Dengan demikian Wawasan Nusantara tidak hanya
wawasan kewilayahan tetapi juga berkembang sebagai wawasan
kebangsaan. Esensi wawasan nusantara tidak hanya  kesatuan atau
keutuhan wilayah tetapi juga persatuan bangsa.

 Latar Belakang Politis Wawasan Nusantara


Secara politis, ada kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang
utuh dan bangsa yang bersatu ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan
dipertahankan secara terus menerus. Kepentingan nasional itu merupakan
turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional, maupun visinasional.
Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sedangkan
tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD
1945 alinea IV salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Visi nasional Indonesia menurut
ketetapan MPR No VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih
dalam penyelenggaraan negara.
Wawasan nusantara yang bermula dari Deklarasi Djuanda 1957
selanjutnya dijadikan konsepsi politik kenegaraan. Rumusan wawasan
nusantara dimasukkan dalam naskah Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
sebagai hasil ketetapan MPR mulai tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993,
dan 1998. Setelah GBHN tidak berlaku disebabkan MPR tidak lagi diberi
kewenangan menetapkan GBHN, konsepsi wawasan nusantara
dimasukkan pada rumusan Pasal 25 A UUD NRI 1945 hasil perubahan
Keempat tahun 2002.

Wawasan nusantara pada dasarnya adalah pandangan geopolitik bangsa


Indonesia. Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan
politik.“Geo” berarti bumi dan “Politik” politeia, berarti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan “teia” yang berarti urusan.
Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas
(prinsip), keadaan, cara, danalat yang digunakan untuk mencapai cita-cita
atau tujuan tertentu. Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi
oleh kondisi geografi tempat masyarakat hidup. Selanjutnya geopolitik
dipandang sebagai studi atau ilmu.

Geopolitik secara tradisional didefinisikan sebagai studi tentang “pengaruh


factor geografis pada tindakan politik”. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu
penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor –factor
geografi, strategi dan politik suatu negara. Adapun dalam
impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional
(Ermaya Suradinata, 2001). Pandangannya tentang wilayah, letak dan
geografi suatu Negara akan mempengaruhi kebijakan atau politik negara
yang bersangkutan.

Terkait dengan hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pandangan atau
teori-teorinya tentang geopolitik. Indonesia menganut paham Negara
kepulauan berdasar Archipelago Concept yaitu laut sebagai penghubung
daratan sehingga wilayah Negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai
Tanah Air dan ini disebut Negara kepulauan.

2.3 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara


a) Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya Global Paradox menyatakan negara harus dapat
memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan
masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan
partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat
dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang
untuk negara berkembang dengan Top Down Planning karena adanya
keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan
operasional berupa GBHN. Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak
merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi
integritas. Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama untuk daerah-
daerah tertinggal.

b) Dunia Tanpa Batas

 Perkembangan IPTEK

Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa


manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini
relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem
kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan
pembesaran dan percepatan yang menakjubkan.

Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka


kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan
otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas
kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah
diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan
bagi kehidupan umat manusia.

Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion.


Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan 
membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini
akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah
dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan
kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi
manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia
terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat
manusia. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam
dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek
hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi
haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus
mencakup pula unsur keadilan.
Perkembangan IPTEK Mempengaruhi pola, pola sikap dan pola tindak
masyarakat dalam aspek kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia
merupakan tantangan serius dalam menghadapi tantangan global.

c) Era baru Kapitalisme

 Sloan dan Zureker

Sloan dan Zureker dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan


Kapitalisme adalah suatu sistim ekonomi yang didasarkan atas hak milik
swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk
mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam
aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan
kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.

Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan


dengan melakukan aktivitas-aktivitas secara luas dan mencakup semua
aspek kehidupan masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu
adanya keseimbangan.

 Lester Thurow

Lester Thurow dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan :


“untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi
baru yaitu keseimbangan (balance) antara paham individu dan paham
sosialis”
Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka
mempertahankan eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara
berkembang dengan menggunakan isu-isu global yaitu Demokrasi, Hak
Azasi Manusia, Lingkungan hidup. Kesadaran warga negara berupa:
a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban Manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela negara dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang
dilakukan adalah perjuangan non fisik untuk memerangi
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas KKN,
menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan
memelihara persatuan. Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela
negara mengalami penurunan yang tajam dibandingkan pada
perjuangan fisik.
Prospek Implementasi Wawasan Nusantara Berdasarkan beberapa teori
mengemukakan pandangan global yaitu sebagai berikut :
1. Global Paradox menyatakan negara harus mampu memberikan peranan
sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
2. Borderless World dan The End of Nation State menyatakan batas
wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi dan budaya
global akan menembus batas tsb. Pemerintah daerah perlu diberi
peranan lebih berarti.
3. The Future of Capitalism menyatakan strategi baru kapitalisme adalah
mengupayakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan
masyarakat serta antara negara maju dengan negara berkembang.
4. Building Win Win World (Henderson) menyatakan perlu ada perubahan
nuansa perang ekonomi, menjadikan masyarakat dunia yang lebih
bekerjasama, memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta
pemerintahan yang demokratis.
5. The Second Curve (Ian Morison) menyatakan dalam era baru timbul
adanya peranan yang lebih besar dari pasar, peranan konsumen dan
teknologi baru yang mengantar terwujudnya masyarakat baru.

Dari rumusan-rumusan diatas ternyata tidak ada satupun yang menyatakan


tentang perlu adanya persatuan, sehingga akan berdampak konflik antar
bangsa karena kepentingan nasionalnya tidak terpenuhi. Dengan demikian
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dan sebagai
visi nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa masih
tetap valid baik saat sekarang maupun mendatang, sehingga prospek
wawasan nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dengan
norma-norma global. Dalam implementasinya perlu lebih diberdayakan
peranan daerah dan rakyat kecil, dan terwujud apabila dipenuhi adanya
faktor-faktor dominan, seperti keteladanan kepemimpinan nasional,
pendidikan berkualitas dan bermoral kebangsaan, media massa yang
memberikan informasi dan kesan yang positif, keadilan penegakan hukum
dalam arti pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Keberhasilan Implementasi Wasantara Diperlukan kesadaran WNI untuk :


1. Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban
warganegara serta hubungan warganegara dengan negara, sehingga
sadar sebagai bangsa Indonesia.
2. Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah menegara,
bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan memerlukan konsepsi
wawasan nusantara sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki
cara pandang
2.4 Esensi dan Urgensi Mengenai Wawasan Nusantara

Berbagai kalangan baik di Indonesia maupun luar negeri sangat concern terhadap
berbagai perkembangan Indonesia, mulai dari perkembangan sosial, politik,
ekonomi, maupun budaya. Namun terdapat hal lebih besar tapi terlihat kecil yang
harus lebih diperhatikan oleh semua orang Indonesia saat ini, yaitu
kondisi/perkembangan wawasan nusantara Indonesia. Saat ini, kondisi wawasan
nusantara di negeri tercinta terkikis secara signifikan, hal itu dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang tidak hafal Pancasila, melupakan UUD 1945, dan tak
peduli dengan pemerintah dan negara Indonesia.

Secara deklaratif maupun implementatif, masyarakat tidak paham tentang falsafah


dan dasar negara. Kehilangan wawasan tentang makna dan juga hakikat bangsa
serta kenusantaraan dapat mendorong terjadinya disorientasi dan juga perpecahan
di berbagai wilayah Indonesia. Peningkatan wawasan kenusantaraan perlu
dilakukan untuk menjaga keutuhan bangsa dan kemandirian Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Wawasan nusatara dapat diartikan sebagai sudut pandang
bangsa terhadap diri dan lingkungan berdasarkan ideologi bangsa, dalam konteks
Indonesia bisa diartikan sebagai cara pandang terhadap diri dan lingkungan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, wawasan nusantara juga
merupakan sumber utama dan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan
kehidupan secara nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut sebagai
wawasan nasional atau landasan ketahanan nasional.

Implementasi wawasan nusantara idealnya harus tercermin kepada pola pikir,


sikap dan tindakan yang senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan
negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, atau dengan kata lain
wawasan nusantara menjadi pola yang fundamental dalam berpikir, bersikap dan
juga bertindak dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sosial kemasyarakatan, berkebangsaan, dan bernegara. Saat ini, arus
globalisasi sangat cepat berkembang dan merasuk dalam sendi-sendi pemikiran
masyarakat terutama pada kalangan generasi muda.

Globalisasi memengaruhi anak muda dengan cepat dan kuat, sehingga dalam hal
tersebut terdapat banyak pengaruh negatif yang berkembang daripada pengaruh
positif, dimana hal ini harus diantisipasi dengan berbagai macam hal, di antaranya
sebagai berikut :

 Menumbuhkan Semangat Nasionalisme yang Tangguh.


Banyak cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme generasi muda, di
antaranya dengan :
a) Melalui pendidikan formal, yaitu dengan cara memberikan pendidikan dari
mulai dasar sampai dengan pendidikan tinggi, dalam hal ini pelajaran
pendidikan kewarganegaraan, sejarah dan sebagainya menjadi cara penting
untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dalam tataran pendidikan formal.
b) Pendidikan non formal dengan cara masuk ke dalam berbagai organisasi yang
berkaitan dengan kebangsaan seperti seni kebudayaan, paskibra, dan pramuka.
c) Sosial media, melalui sosial media share pengetahuan atau jaringan komunikasi
dan informasi semakin mudah dan cepat dijangkau oleh berbagai kalangan
terutama generasi muda saat ini.

 Menanamkan dan Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila dengan Sebaik-


Baiknya
Sama halnya dengan semangat nasionalisme, penanaman nilai Pancasila juga
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui pelajaran pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan Pancasila, berbagai macam perlombaan,
pelatihan sejak dini melalui ajaran-ajaran yang sesuai dengan butir-butir Pancasila
seperti membudayakan senyum, salam, sapa, sopan santun dan lain sebagainya.

 Menanamkan dan Melaksanakan Ajaran Agama


Ajaran agama sangat efektif apabila diajarkan sejak dini di lingkungan keluarga.
Pola komunikasi antar anggota keluarga sangat penting untuk menanamkan dan
mengarahkan anak maupun anggota keluarga lain untuk turut dan melaksanakan
ajaran agama, seperti sholat berjamaah, mengaji dan mengkaji kitab dan
memberikan pemahaman tentang larangan dan kewajiban agama.

Banyak tanggapan atau pandangan dari para ahli tentang esensi dan urgensi
mengenai wawasan nusantara, yaitu sebagai berikut :
 Pandangan Ajaran Frederich Ratzel
Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut :
a) Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan
pertumbuhan organism yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses
lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup menyusut, dan mati.
b) Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut, makin besar
kemungkinan kelompok politik itu tumbuh (teori ruang, konsep ruang).
c) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak
terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat
bertahan hidup terus dan lenggeng.
d) Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhannya akan
summber daya alam. Apabila wilayah/ruang hidup tidak mendukung,
bangsa tersebut akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam di
luar wilayahnya (ekspansi).
 Pandangan Ajaran Rudolf Kjellen
Esensi ajarannya adalah sebagai berikut:
a) Negara merupakan satuan biologis atau suatu organisme hidup yang
memiliki intelektual.
b) Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi
bidang-bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik,
dan krato politik.
c) Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar. Ia harus
mampu berswasembada serta memanfatkan kemajuan kebudayaan dan
teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya :ke dalam, untuk
mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis dan ke luar, untuk
memperoleh batas-batas Negara yang lebih baik.

 Pandangan Ajaran Karl Haushofer


Menurut pandangannya, yaitu:
a) Kekuasaan Imperium Daratan yang kompak akan dapat mengejar
kekuasaan Imperium Maritim untuk menguasai pengawasan di laut.
b) Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa,
Afrika, Asia Barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia Timur Raya.
c) Rumusan ajaran lainnya: Geopolitik adalah doktrin Negara yang
menitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang hidup bangsa dan
tekanan-tekanan kekuasan dan sosial yang rasial mengharuskan pembagian
baru kekayaan alam di dunia.

 Pandangan Ajaran Sir Halford Mackinder


Ajarannya menyatakan : barang siapa dapat menguasai “Daerah Jantung”, yaitu
Eurasia (Eropa dan Asia), ia akan dapat menguasai “Pulau Dunia”, yaitu Eropa,
Asia, dan Afrika. Selanjutnya, barang siapa dapat menguasai pulau dunia
akhirnya dapat menguasai dunia.

 Pandangan Ajaran Sir Walter dan Alfred Thyer Mahan


Mereka mempunyai gagasan “Wawasan Bahari” , yaitu kekuatan di lautan.
Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai “perdagangan”.
Menguasai perdagangan berrarti menguasai “kekataan dunia”.

 Pandangan Ajaran M.Mitchel,A Saversky, Giulio Douhet,dan John


Frederik Charles Fuller
Mereka melahirkan teori “Wawasan Nusantara” yaitu konsep kekuatan di udara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wawasan nusantara merupakan wawasan nasional (national outlook) bangsa
Indonesia yang selanjutnya dapat disingkat Wasantara. Wawasan nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesiamengenai diri dan
lingkungan, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Lahirnya konsepsi wawasan nusantarabermula dari
Perdana MenteriIr. H. Djuanda Kartawidjaja yang selanjutnya dikenal sebagai
Deklarasi Djuanda.

Anda mungkin juga menyukai