Anda di halaman 1dari 11

INSTALASI LISTRIK

DISUSUN OLEH :

Nama : MUHAMMAD IKHSAN FAISAL


Kelas : 1 LE
NIM :061930311839

DOSEN PEMBIMBING :

Sudirman Yahya, S.T.,M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
D3K PLN-POLSRI
2019/2020
ATURAN PENGGUNAAN PENGAMAN PADA INSTALASI TENAGA

Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang di lakukan
terhadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik tersebut.
Misalnya Generator, Transformator, Jaringan Transmisi/distribusi dan lain-lain terhadap
kondisi abnormal dari sistem itu sendiri. Yang di maksud dengan kondisi abnormal tersebut
antara lain dapat berupa :

a. Hubung singkat
b. Tegangan lebih/kurang
c. Beban lebih
d. Frekwensi sistem turun/naik

Adapun fungsi dari sistem proteksi adalah :

- Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi keruasakan peralatan listrik akibat adanya
gangguan (kondisi abnormal) semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang di gunakan, maka
akan semakin sedikitlah pengaruh gangguan terhadap kemungkinan kerusakan alat.

- Untuk mempercepat melokaliser luas/zone daerah yang terganggu sehingga menjadi


sekecil mungkin

- Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen, dan juga mutu listriknya baik

- Untuk mengamankan manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik

Agar sistem proteksi dapa dikatakan baik dan benar (dapat bereaksi dengan cepat, tepat dan
murah), maka di adakan pemilihan dengan seksama dengan memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :

- Macam saluran yang di amankan

- Pentingannya saluran yang dilindungi

- Kemungkinan banyaknya terjadi gangguan

- Tekno-ekonomis sistem yang digunakan

Peralatan utama yang dipergunakan untuk mendeteksi dan memerintahkan peralatan proteksi
bekerja adalah relay.

1.1. Syarat-syarat relay pengaman

Syarat-syarat agar peralatan relay pengaman dapat dikatakan bekerja dengan baik dan
benar terutama dalam melakukan tugasnya sebagai pengamanan terhadap sistem, yaitu:
a).Cepat bereaksi

Relay harus cepat bereaksi/bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja
abnormal. Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay mulai mulai merasakan adanya
gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (C.B) karena komando dari
relay tersebut. Waktu bereaksi ini harus di usahakan secepat mungkin sehingga dapat
menghindarkan kerusakan pada alat-alat serta membatasi daerah yang mengalami
gangguan/kerja abnormal. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas-batas stabilitas
serta kadang-kadang gangguan sistem gangguan bersifat sementara, maka relay yang
semestinya bereaksi denga cepat kerjanya perlu di perlambat (time delay)

b).Selektive

Yang di maksud dengan selektif disini adalah kecermatan pemilihan dalam mengadakan
pengamanan, dimana hal ini menyangkut koordinasi pengaman dari sistem secara
keseluruhan. Untuk mendapatkan keandalan yang lebih tinggi, maka relay pengaman harus
mempunyai kemampuan selektive yang baik. Dengan demikian segala tindakannya akan
tepat dan akibatnya gangguan dapat dieliminir menjadi sekecil mungkin.

Contoh Peralatan – peralatan pengaman/pemutus

1. PMT = Pemutus (CB)

2 DC = Sumber teganggan DC

3. CT = Current transformtor

4. R = Relay

5.PT = Potensio transformator

Relay proteksi pengaman sistem tenaga listrik antara lain :

Penggunaan Relay dalam melayani pengamanan system terutama terhadap kondisi abnormal
yang terjadi diantaranya

A.Pengamanan terhadap sambaran petir

- Kawat tanah

- Arrester

B. Pengamanan terhadap arus/teganggan lebih

-Relai

- Pemutus (circuit breaker)

Hal – hal yang menyebabkan CB gagal


1. Kerusakan Relay/Relay tidak bekerja
2.Kerusakan pada PT
3.Terganggunya sumber (DC)
4.Terganggu Relay

1).Peka/sensitive

Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi,artinya harus cukup sensitive
terhadap gangguan di daerahnya meskipun gangguan tersebut minimum,selanjutnya
memberikan jawaban / response.

2).Andal/reliability

Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja/mengamankan daerahnya


terhadap jumlah gangguan yang terjadi.Keandalan relay dikatakan cukup baik bila
mempunyai harga : 90-99%..Misalnya,dalam sutu tahun terjadi gangguan sebanyak 25 x dan
relay misal dapat bekerja dengan sempurna sebanyak 23 x ,maka keandalan relay

23 / 25 x 100 % = 92 %

Keandalan dapat dibagi 2 :

Dependability : relay harus dapat diandalkan setiap saat

Security : tidak boleh salah kerja /tidak boleh bekerja yang bukan seharusnya
bekerja.

3).Sederhana / simplicity

Makin sederhana sistem relay semakin baik,mengingat setiap peralatan / komponen relay
memungkinkan mengalami kerusakan.Jadi sederhana maksudnya kemungkinan terjadinya
kerusakan kecil.

4).Murah / economy

Relay sebaiknya yang murah,tanpa meninggalkan persyaratan-persyaratan yang telah


disebutkan diatas.

1.2. Klasifikasi Relay

Dari beberapa macam relay yang ada,dapatlah kita membedakannya menurut klasifikasinya
sebagai berikut :

1.2.1. Berdasarkan prinsip kerjanya :

1.Relay elektromagnetis.tarikan dan induksi

2.Relay termis

3.Relay elektronis
1.2.2.Berdasarkan konstruksinya

1.Tipe angker tarikan

2.Tipe batang seimbang

3.Tipe cakram induksi

3.Tipe kap induksi

4.Tipe kumparan yang bergerak

5.Tipe besi yang bergerak

1.2.3.Berdasarkan basaran yang diukur

1.Relay tegangan

2.Relay arus

3.Relay impedansi

4.Relay frekuensi

Selain itu pada relay-relay diatas masih juga dapat dibedakan seperti berikut

1.Over , yaitu akan bekerja bila besaran/ukuran yang telah ditentukan dilampaui

2.Under ,relay akan bekerja bila berada sebelum / dibawah harga besaran yang tekah
ditentukan

3.Directional,bekerjanya relay ditentukan oleh arah aliran tenaga listriknya

1.2.4.Berdasarkan cara menghubungkan sensing element

1.Primary relay

2.Primary relay ; sensing element berhubungan langsung dengan sirkit yang di amankan

3.Secondary relay ; sensing element mendapatkan arus dan atau tegangan dari dari trafo arus
dan tegangan secara tidak langsung

1.2.5. Berdasarkan cara control element


1.Direct acting ; control element bekerja langsung memutuskan aliran/hubungan
2.Indirect acting ; control element hanya menutup suatu kontak , sedangkan suatu perlatan
lain yang memutuskan rangkaian/aliran

Catatan :

Pada indirect acting selalu di pakai sumber D.C. ,mengingat ;

Kentungannya :

a. Keamanan lebih terjamin

b. Pada waktu memeriksa atau reparasi tidak perlu memutuskan aliran utama

c. Terpisah secara elektris dari tegangan kerja sistem

d. Tak tegantung dari besarnya tegangan sistem yang di amankan

Kerugiannya :

a. Di bandingkan dengan direct acting , maka kontruksinya lebih kompleks

b. Untuk tegangan rendah kurang ekonomis

1.2.6. Berdasarkan macam tugas /kegunaannya

1.Main relay ; sebagai element utama didalam sistem pengaman, jadi berhubungsan
langsung dengan besaran-besaran lisdtrik yang di ukur ( arus, tegangan dan lain-lain )

2.Supplementary relay ; sebagai relay pembantu, misal memperbanyak kontak, menjalankan


sinyal dan lain-lain

1.2.7. Berdasarksan karakteristiknya

1.Inverse
2.Definite
3.Time relay, yakni relay yang bekerjanya dengan kelambatan waktu. U tuk dapat kita
bedakan 2 macam yaitu yang dapat di atur ( regulable time delay ) waktunya dan tidak dapat
di atur waktunya ( non-regulable time delay )

1.2.8. Berdasarkan macam kontaktornya

1.Normally open, kontak dalam keadaan terbuka , bila lilitan pada inti tidak mendapatkan
tenaga ( de-energized ).
2.Normally closed, tertutup bila de energized.
KONSTRUKSI PENGAMAN PADA INSTALASI TENAGA

1.MCB (Miniatur Circuit Breaker)

Pada umumnya, MCB bekerja menggunakan prinsip elektromekanik


(Thermal/Magnetik) untuk membuka kontak breaker ketika gannguan arus lebih terjadi. Unit
thermal trip bekerja berdasarkan kenaikan nilai temperatur, sedangkan unit magnetik trip
bekerja berdasarkan kenaikan nilai arus.

2.MCCB (Mouled Case Circuit Breaker)

MCCB (Molded Case Circuit Breaker) MCCB merupakan salah satu alat pengaman
yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai
alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai
pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman
ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Keterangan :

1. Bodi dan tutup

2. Peredam busur api

3. Blok sambungan

4. Penggerak lepas-sambung

5. Kontak bergerak

6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat


7. Unit

trip
3. ACB (Air Circuit Breaker) ACB (Air Circuit
Breaker)

ACB merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB
dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang
atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun
gangguan. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan bantuan
solenoid motor ataupun pneumatik.

􀁸 LV-ACB: Voltage = 250V dan 660V


Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA 􀁸
MV-ACB: Tegangan = 7,2kV dan
24kV Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-

􀁸 LV-ACB: Voltage = 250V dan


660V Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA 􀁸
MV-ACB: Tegangan = 7,2kV dan
24kV Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA

4.OCB (Oil Circuit Breaker)

Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam
busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka
minyak yang dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan
dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak dan gas. Gas yang terbentuk tersebut
mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga
baik sekali digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga a

pi.

5. VCB (Vacuum Circuit Breaker)


Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan busur api, pada
saat circuit breaker terbuka (open), sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api
terjadi, akibat gangguan atau sengaja dilepas.

6. SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)

SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam
busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6
ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam.
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Circuit Breaker dan
Aplikasi Fuse

Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Kombinasi Circuit Breaker
dan Fuse

Combination Circuit Breakers & Fuses as Protective Devices

Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Kombinasi Circuit Breaker
dan Fuse
Diagram Skematik ELCB

Anda mungkin juga menyukai