Anda di halaman 1dari 2

1.4.

Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu Sosial Lainnya

Ilmu-ilmu sosial mempelajari kehidupan Bersama manusia dengan sesamanya.


Kehidupan Bersama itu dapa dilihat dari berbagai aspek seperti aspek ekonomi, poltik dan
lainnya. Setiap aspek kehidupan Bersama itu memiliki unsur-unsur sosial/kemasyarakatan.
Unsur-unsur sosial tersebut yang menjadi lingkukapn sosiologi (Soemardjan dan Soemardi,
1964:13-14). Unsur-unsur sosial yang pokok adalah norma-norma/kaidah-kaidah sosial,
Lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial hal ini disebut
struktur sosial, sosiologi juga mempelajari timbal balik seperti aspek kehidupan ekonomi
dengan aspek kehidupan politik. Sosiologi berasal dari kata latin ‘socius’ yang berarti
‘kawan’ atau masyarakat; dan kata Yunani ‘logos’ yang berarti ‘kata’ atau ‘berbicara’ maka
sosiologi berarti ‘berbicara menganai masyarakat.

Psikologi (ilmu jiwa) melihat masyarakat dari sudut proses-proses berpikir, motorik,
indrawi dan perasaan dalam perilaku manusia secara individual.
Ilmu ekonomi melihat masyarakat dalam usaha-usahanya untuk memenuhin
kebutuhan materiilnya dari bahan-bahan yang terbatas tersedianya.
Ilmu Politik melihat masyarakat dalam soal kekuasaan dalam kehidupan masyarakat
tersebut.
Antropologi (ilmu tentang manusia) melihat masyarakat dalam hal sejarah terjadinya
dan perkembangan manusa; sejarah terjadsinya aneka-warna Bahasa-bahasa dan
persebarannya, perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka-warna kebudyaaan manusia;
dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari suku-suku bangsa jaman
sekarang ini.
Etnologi (Ilmu bangsa-bangsa) melihat masyarakat dalam hal-hal masalah yang
berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Ilmu Geografi (Ilmu Bumi) melihat masyarakat dalam hal perilaku sosial sepanjang
ada hubungan dengannya dengan sifat-sifat lingkungan alam.
Ilmu Sejarah melihat masyarakat dalam hal peristiwa yang telah terjadi.
Ilmu Hukum melihat hukum sebagai suatu kaedah, jadi hukum dianggap sebagai
gejala normatif. Menurut purbacaraka dan soekanto patokan atau ukuran ataupun pedoman
untuk berperilakuan atau bersipak tindak dalam hidup. Apabila ditinjau bentuk hakekatnya
maka kaedah merupakan perumusuan suatu pandangan (“oordeel”) mengenai perikelakuan
atau sikap tindak, misalnya, siapa meminjam sesuatu harus mengembalikannya.
Kaidah hukum yang ada di dalam peraturan-peraturan dipelajari tanpa mengaitkannya dengan
gejala lain. Menurut Soerjano Soekanto (1984: 15) penelitian hukum normatif mencakup lima
hal, yaitu penelitian terhadap azas-azas hukum, terhadap sistematika hukum , terhadap taraf
sinkronisasi hukum baik vertikal maupun horizontal, terhadap perbandingan hukum, terhadap
sejarah hukum. Johny Ibrahim (2010:37) menyatakan bahwa penelitian hukum normative
merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan berdasarkan logika keilmuan
hukum dari sisi normatifnya. Dalam penelitian normatif digunakan 4 pendekatan:

Pendekatan Undang-Undang, Menganilisi berbagai peraturan perundang-undangan


yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Pendekatan Kasus bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma hukum
yang dilakukan dalam praktek hukum.
Pendekatan Konseptual untuk meneliti dan menganilisis apa yang dimaksud dengan
konsep-konsep yang diteliti.
Pendekatan Perbandingan dilakukan dengan mengadakan studi perbandingan
hukum.

Ilmu Hukum yang bersifat sosiologis menganggap bahwa hukum merupakan gejala sosial,
merupakan perkikelakuan yang ajeg. Hukum dilihat dalam kehidupan masyarakat dan lahir
dari kesepaktan untuk mempertahankan nilai yang dikehendaki untuk menolak nilai yang
tidak dinginkan. Penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris mengikuti tata cara penelitian
ilmu-ilmu sosial.

Anda mungkin juga menyukai