Multicultural & Keberagaman Sosial: Abdul Sakban
Multicultural & Keberagaman Sosial: Abdul Sakban
net/publication/345325290
CITATIONS READS
0 294
2 authors, including:
Abdul Sakban
University of Muhammadiyah Mataram
29 PUBLICATIONS 10 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI BUDAYA DENGAN PENDEKATAN DEEP DIALOGUE AND CRITICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP
TOLERANSI MAHASISWA View project
PENGGUNAAN P2R (PREEMTIF, PREVENTIF DAN REPRESIF) SEBAGAI ALAT KEPOLISIAN UNTUK MENYELESAIKAN KEJAHATAN CYBER BULLYING DI INDONESIA View project
All content following this page was uploaded by Abdul Sakban on 05 November 2020.
HAFSAH, S.PD.,M.PD
MULTIKULTURAL &
KEBERAGAMAN SOSIAL
Terima kasih
Memuji kebesaran Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan
buku ini dapat terwujudkan. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
seorang pelopor bagi umat manusia yang hingga kini dikenang sebagai seorang revolusioner
sepanjang masa.
Diterbitkan buku pendidikan pancasila sebagai salah satu bentuk pengembangan
kemampuan dosen dalam membagikan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk disebarluaskan
kepada mahasiswa yang membutuhkannya. Materi yang disajikan dalam buku ini sangat mudah
dikuasai oleh pembaca dan mengantar pembaca benar-benar memahami esensi nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan pancasila. Kajian materinya sangat kontekstual erat
kaitannya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menerbitan buku ini. Kritik dan saran sangat kami harapkanuntuk perbaikan buku ini di
masa yang akan datang.
.
B. Indikator
Menjelaskan hakekat kebudayaan sebagai kekuatan dan stabilitas masyarakat
Menjelaskan hakekat multikulturalisme, pluralitas budaya, gender, sosial ekonomi,
religi (agama)
C. Penyajian Materi
1. Hakekat Kebudayaan sebagai Kekuatan dan Stabilitas Masyarakat
Kata budaya/kultur (culture) dipandang penting karena kata ini membentuk dan
merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural. Bagaimana kita mendefinisikan
budaya akan menentukan arti dari istilah Pendidikan Multikultural. Tanpa kita mengetahui
apa arti budaya/kultur, kita akan sangat sulit memahami implikasi Pendidikan Multikultur
secara utuh. Misalnya, jika budaya didefinisikan sebagai warisan dan tradisi dari suatu
kelompok sosial, maka Pendidikan Multikultural berarti mempelajari tentang berbagai (multi)
warisan dan tradisi budaya. Namun jika budaya didefinsikan sebagai desain kelompok sosial
untuk bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya, maka satu tujuan pendidikan
multikultural adalah untuk mempelajari tentang berbagai kelompok sosial dan desain yang
berbeda untuk hidup dalam masyarakat yang pluralis (Banks, 2014). Nah sekarang kita
lanjutkan dengan pembahasan mengenai budaya atau kebudayaan berikut ini.
Apa yang terlintas pada pikiran Anda bila istilah ‖budaya‖, ‖kultur‖ atau
‖kebudayaan‖ itu muncul. Mungkin di pikiran kita terlintas tentang tarian-tarian, adat istiadat
suatu daerah, pakaian adat, rumah adat, lagu-lagu daerah atau ritual peninggalan masa lalu.
Hal ini sangat mungkin berbeda dengan yang dipikirkan oleh orang Barat ketika mendengar
kata yang sama. Di dunia Barat istilah budaya juga digunakan dalam pengertian yang populer,
2. Unsur-Unsur Kebudayaan
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan
lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Raymond
Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi organisasi produksi, struktur keluarga,
struktur lembaga yang mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan sosial, bentuk
komunikasi yang khas dalam anggota masyarakat. Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan
harus dipandang dalam konteks teori komunikasi yaitu sebagai keseluruhan sistem simbol
(bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai tingkat memungkinkan dan
mengatur komunikasi (Cremers, 1997: 147). Hal ini karena manusia adalah homo
simbolicum. Kita lihat bahwa budaya diartikan selalu dalam konteks hubungannya sebagai
anggota masyarakat.
Koentjaraningrat lebih sistematis dalam memerinci unsur-unsur kebudayaan. Unsur-
unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2000: 2) adalah sebagai berikut:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup.
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Secara garis besar unsur-unsur yang berada di urutan bagian atas merupakan unsur
yang lebih sukar berubah daripada unsur-unsur di bawahnya. Namun perlu diperhatikan,
karena ada kalanya sub unsur dari suatu unsur di bawahnya lebih sukar diubah dari pada sub
unsur dari sutau unsur yang tercantum di atasnya. Misalnya sub-sub unsur hukum waris yang
3. Wujud Kebudayaan
Kalau kita perhatikan definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri dari
a. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam
pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup, yang
nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali, dan
pemberi arah kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan,
yaitu sistem nilai budaya (yang paling abstrak dan luas), sistem norma-norma (lebih
kongkrit), dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari (aturan sopan
santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.
b. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti
pola tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
c. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda
yang dapat diraba dan dilihat.
Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak
terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan dan karya
manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia menghasilkan benda kebudayaan fisik.
Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama
makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola
perbuatan.
C B
Gambar 7. Budaya (benda alamiah yang sudah mendapat campur tangan manusia)
6. Pranata Budaya
Pranata (institution) yang ada dalam kebudayaan dikelompokkan berdasarkan
kebutuhan hidup manusia yang hidup dalam ruang dan waktu :
a. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan
(kinship atau domestic institutions). Misal: perkawinan, pengasuhan anak.
b. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian
hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta benda (economic
institutions). Contoh : pertanian, industri, koperasi, pasar.
c. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan
manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna (educational
institutions). Contoh : pengasuhan anak, pendidikan dasar, menengah dan
Multicultural & Keberagaman Sosial
11
pendidikan tinggi, pendidikan keagamaan, pers.
d. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami
alam semesta (scientific institutions). Contoh : penjelajahan luar angkasa,
satelit
e. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan
keindahannya dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions). Contoh:
batik, seni suara, seni gerak, seni drama, olah raga,.
f. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan
dengan Tuhan atau dengan alam gaib (religious institutions). Contoh :
masjid, do‘a, kenduri, upacara, pantangan, ilmu gaib.
g. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia (somatic
institutions). Contoh : perawatan kecantikan, pemeliharaan kesehatan,
kedokteran. (Koentjaraningrat, 2000).
D. Rangkuman
Dilihat dari segi bahasa, kebudayaan berasal dari bahasa Inggris yaitu culture. Culture
berasal dari bahasa Latin yaitu : colere artinya ‖mengolah, mengerjakan‖ terutama mengolah
tanah atau bertani. Koentjaraningrat membagi dua pengertian. Kebudayaan dalam arti sempit
yaitu kesenian dan kebudayaan dalam arti luas yaitu sebagai keseluruhan gagasan dan karya
E. Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai pengertian kebudayaan. Sebelum dilanjutkan
pada Subunit 1.2 mengenai Hakikat Pendidikan Multikultural maka untuk lebih memantapkan
pemahaman dan daya analisis Anda terhadap beberapa pengertian kebudayaan, terlebih dahulu
silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Kemukakan pengertian kebudayaan dilihat dari segi asal kata (bahasa) ?
2) Sebutkan unsur-unsur kebudayaan kebudayaan ?
3) Cobalah anda identifikasi adanya tiga wujud kebudayaan ?
4) Bedakan antara budaya dan non budaya Lengkapi masing-masing dua contoh
sehingga nampak jelas perbedaan antara keduanya ?
B. Indikator
Menjelaskan pengertian pendidikan multikultural
Mengidentifikasi pendidikan multikultural sebagai pendekatan
Menjelaskan pentingnya mempelajari pendidikan multicultural
Menungkapkan istilah-istilah pendidikan multicultural
Memahamai teori-teori pendidikan multikultural menurut para ahli
Membedakan 3 teori sosial: melting plot I, II dan cultural pluralism
C. Penyajian Materi
1. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pertama-tama kita perlu sepakat lebih dahulu tentang pengertian multikultural.
Pengertian ―Multikultural‖ secara luas mencakup pengalaman yang membentuk persepsi
umum terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa,
ras, dan berkebutuhan khusus.
Gender
Usia Religi/Agama
Perilaku
Berkebutuhan Siswa Status sosial
Khusus ekonomi
Ada empat pendekatan yang mengintegrasikan materi etnis dan multikultural ke dalam
kurikulum:
Pertama, pendekatan kontribusi (the contributions approach).
Level 1 ini adalah satu dari yang paling sering dan paling luas dipakai dalam fase
pertama dari gerakan kebangkitan etnis (ethnic revival movement). Juga sering digunakan
jika sekolah mencoba mengintegrasikan materi etnis dan multikultural ke dalam kurikulum
aliran utama.
Ciri pendekatan kontribusi adalah dengan memasukkan pahlawan etnis dan benda-
benda budaya yang khas ke dalam kurikulum, yang dipilih dengan menggunakan kriteria
budaya aliaran utama. Jadi individu seperti Crispus Attucks, Benjamin Bannaker,
Sacajawea, Booker T. Washington, dan Cesar Chavez sebagai pahlawan dari kelompok
multikultural ditambahkan dalam kurikulum. Mereka dibahas saat pahlawan Amerika aliran
utama seperti Patrick Henry, George Washington, Thomas Jefferson, dan John F. Kennedy
dipelajari dalam kurikulum inti. Elemen budaya yang khas seperti makanan, tari, musik dan
benda kelompok etnis dipelajari, namun hanya sedikit memberi perhatian pada makna dan
pentingnya budaya khas itu bagi komunitas etnis.
Karakteristik penting dari pendekatan kontribusi adalah bahwa kurikulum aliran
utama tetap tidak berubah dalam struktur dasar, tujuan, dan karakteristik. Persyaratan
implementasi pendekatan ini adalah minimal yang hanya mencakup pengetahuan dasar
mengenai masyarakat AS dan pengetahuan tentang pahlawan etnis dan peranan dan
b. James A. Banks
Kalau Horace Kallen perintis teori multikultur, maka James A. Banks dikenal sebagai
perintis Pendidikan Multikultur. Jadi penekanan dan perhatiannya difokuskan pada
pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada
mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa
harus diajar memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi
pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-beda. Siswa yang baik
adalah siswa yang selalu mempelajari semua pengetahuan dan turut serta secara aktif dalam
membicarakan konstruksi pengetahuan. Dia juga perlu disadarkan bahwa di dalam
pengetahuan yang dia terima itu terdapat beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan
oleh kepentingan masing-masing. Bahkan interpretasi itu nampak bertentangan sesuai
dengan sudut pandangnya. Siswa seharusnya diajari juga dalam menginterpretasikan sejarah
masa lalu dan dalam pembentukan sejarah (interpretations of the history of the past and
history in the making) sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri. Mereka perlu diajari
bahwa mereka sebenarnya memiliki interpretasi sendiri tentang peristiwa masa lalu yang
mungkin penafsiran itu berbeda dan bertentangan dengan penafsiran orang lain. Misalnya,
mengapa sampai terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825 – 1830. Salah satu sebab
kemunculannya adalah pembangunan jalan yang melintasi makam di daerah Tegal rejo,
Yogyakarta yang secara kultural sangat dihormati oleh masyarakat sekitar pada waktu itu.
Dari sudut pandang Belanda tindakan Diponegoro itu dianggap sebagai pemberontakan dan
sudut pandang penguasa waktu itu dianggap sebagai upaya perebutan kekuasaan dari
seorang putera selir yang dalam kultur Jawa kedudukannya tidak setinggi putera
permaisuri. Namun sudut pandang apa pun yang digunakan sebagai motif yang melatar
belakanginya perang Diponegoro, namun sebagai sebuah bangsa dan komitmen kita sebagai
putera bangsa, kita memandang perjuangan Pangeran Diponegoro itu sebagai perjuangan
seorang putra daerah yang ingin memerdekakan diri dari penjajahan bangsa asing. Siswa
harus belajar mengidentifikasi posisinya sendiri sebagai putera bangsa yang sedang dijajah,
kepentingannya yang ingin memerdekakan diri, asumsi dan filsafat idealnya. Dengan
c. Bill Martin
Dalam tulisannya yang berjudul Multiculturalism: Consumerist or Transformational?,
Bill Martin menulis, bahwa keseluruhan isu tentang multikulturalisme memunculkan
pertanyaan tentang "perbedaan" yang nampak sudah dilakukan berbagai teori filsafat atau
teori sosial. Sebagai agenda sosial dan politik, jika multikulturalisme lebih dari sekedar
tempat bernaung berbagai kelompok yang berbeda, maka harus benar-benar menjadi
'pertemuan' dari berbagai kelompok itu yang tujuannya untuk membawa pengaruh radikal
bagi semua umat manusia lewat pembuatan perbedaan yang radikal (Martin, 1998: 128)
Seperti halnya Banks, Martin menentang tekanan dari Afrosentris dan tradisionalis
Barat. Martin menyebut Afrosentris dan tradisional Barat itu sebagai "consumerist
multiculturalism". Selanjutnya, Martin mengusulkan sesuatu yang baru. Multikulturalisme
bukan "konsumeris" tetapi "transformational", yang memerlukan kerangka kerja. Martin
mengatakan bahwa di samping isu tentang kelas sosial, ras, etnis dan pandangan lain yang
berbeda, diperlukan komunikasi tentang berbagai segi pandangan yang berbeda. Masyarakat
harus memiliki visi kolektif tipe baru dari perubahan sosial menuju multikulturalisme yaitu
visi yang muncul lewat transformasi.
e. Judith M. Green
Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya unik di A.S. Negara lain
pun harus mengakomodasi berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda. Kelompok-
kelompok ini biasanya bertoleransi terhadap keuntungan budaya dominan. Secara unik,
Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan mereka mempengaruhi
kebudayaan yang ada. Dengan team, kelompok memperoleh kekuatan dan kekuasaan,
D. Rangkuman
Pengertian ―Multikultural‖ mencakup pengalaman yang membentuk persepsi umum
terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa, ras, dan
berkebutuhan khusus. Ethic merupakan titik pandang dalam mempelajari budaya dari luar sistem
budaya itu, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu sistem budaya yang asing.
Sedangkan emic merupakan titik pandang dari dalam sistem budaya tersebut. Ethic menjelaskan
B. Indikator
Menjelaskan sistem sosial Indonesia
Membedakan heterogenitas dan homogenitas masyarakat dan konsekuensi sosialnya
Menguraikan dan menjelaskann teori sistem dan strukturalis fungsional
Memahami teori konflik sebagai proses social
Mengaplikasikan masyarakat dan kemajemukan, ciri dan faktor yang mengintegrasikan
masyarakat
C. Penyajian Materi
1. Sistem Sosial Indonesia
Sistem merupakan suatu kompleksitas dari saling ketergantungan antar bagian-
bagian,komponen-komponen, dan proses-proses yang melingkupi aturan-aturan tata
hubungan yang dapat dikenali. Suatu tipe serupa dari saling ketergantungan antar
kompleksitas tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
Gambaran yang telah dikemukakan memang lebih menekankan pada pluralitas dan
heterogenitas Indonesia dalam bidang kehidupan budaya sebagaimana tampak pada dewasa
ini. Namun, C. Geertz tidak mengingkari bahwa sebagai akibat kehadiran orang-orang dari
berbagai belahan dunia itu, yang masing-masing juga membawa serta sistem
kemasyarakatannya, telah menjadikan pula Indonesia sebagai negara yang memiliki struktur
Multicultural & Keberagaman Sosial
50
sosial yang bersifat plural dan heterogen. Kepluralitasan serta keheterogenitasan Indonesia
dalam bidang tersebut dikemukakan oleh C. Geertz dalam lanjutan gambarannya tentang
Indonesia, yang berbunyi sebagai berikut.
―The range of social structure is equally wide, equally recapitulative: the Malayo-
Polynesian tribal systems of interior Borneo or the Celebes; the traditional peasant
village of Bali, West Java, and parts of Sumatra and the Celebes; the “post
traditional” rural proletarian villages of the Central and East Java river plains; the
market-minded fishing and smuggling villages of the Borneo and Celebes coasts; the
faded provincial capitals and small towns of interior Java and the Outer Islands; and
the huge, dislocated, half-modernized metropolises of Jakarta, Medan, Surabaya, and
Makassar. The range of economic forms, of systems of stratification, or of kinship
organization is as great: shifting cultivators in Borneo, castle in Bali, matriliny in
West Sumatra. Yet, in this whole vast array of cultural and social patterns, one of the
most important institutions (perhaps the most important) in shaping the basic
character of Indonesian civilization is, for all intents and purposes, absent, vanished
with a completeness that, in a perverse way, attests its historical centrality – the
negara, the classical state of precolonial Indonesia‖ (Geertz, 1980: 3 – 4).
Gambaran ringkas di atas ini kendati tidak mencakup seluruh wilayah Indonesia,
kiranya tetap dapat dikatakan bahwa Geertz telah berhasil memberikan gambaran umum
bahwa Indonesia memang negara yang sangat kompleks dalam bidang struktur sosial; begitu
pula dalam bidang budaya, sebagaimana telah digambarkan sebelumnya. Bahkan, mudah
dapat dipahami bahwa keadaan tersebut mengimplikasikan pula terjadinya kepelbagaian
pada aspek-aspek kehidupan yang lainnya, seperti bahasa, hukum, kecenderungan dalam
memilih lapangan pekerjaan, dan tata krama pergaulan.
Dilihat dari faktor-faktor pembentuknya, masyarakat Indonesia memiliki struktur yang
bercorak majemuk. Kusumohamidjojo (2000: 45) melihat masyarakat Indonesia dan
kompleks kebudayaan masing-masing bersifat plural (jamak) sekaligus juga heterogen
(aneka ragam). Pluralitas sebagai kontraposisi dari singularitas menunjukkan adanya suatu
situasi yang terdiri dari kejamakan, bukan ketunggalan. Artinya, dalam masyarakat
Indonesia dapat dijumpai berbagai subkelompok masyarakat yang tidak bisa
disatukelompokkan dengan lainnya. Tidak kurang dari 500 suku bangsa di Indonesia
menegaskan kenyataan itu. Demikian pula dengan kebudayaan mereka. Heterogenitas yang
merupakan kontraposisi dari homogenitas mengindikasikan suatu kualitas dari keadaan yang
menyimpan ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya. Artinya, masing-masing subkelompok
masyarakat itu beserta kebudayaannya benar-benar berbeda satu dari yang lainnya.
Multicultural & Keberagaman Sosial
51
Menurut Nasikun (1993: 28), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya
yang bersifat unik, yaitu: (1) secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan kedaerahan, (2) secara vertikal, struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas
dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Perbedaan-perbedaan secara horizontal dimaknai sebagai perbedaan yang tidak diukur
berdasarkan kualitas dari unsur-unsur yang membuat keragaman tersebut (Awan Mutakin,
dkk. 2004: 246–247). Sebagai contoh, perbedaan bahasa daerah tidak diartikan, bahwa
bahasa daerah (suku bangsa) tertentu lebih baik daripada bahasa daerah (suku bangsa)
lainnya.
Dalam perbedaan vertikal, perbedaan dari unsur-unsur yang membuat keragaman
tersebut dapat diukur berdasarkan kualitas atau kadarnya. Misalnya perbedaan karena aspek
ekonomi akan melahirkan kelompok masyarakat berekonomi tinggi, menengah, dan rendah.
Demikian pula muncul kelompok masyarakat berpendidikan tinggi, menengah, dan rendah.
Terbentuk pula masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.
Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan kedaerahan dalam
struktur horizontal sering disebut sebagai ciri masyarakat majemuk (Nasikun, 1998: 28).
Istilah masyarakat majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall untuk
menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda. Masyarakat majemuk
pada masa Hindia Belanda menurut Furnivall dipahami sebagi suatu masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di
dalam suatu kesatuan politik (Nasikun, 1993: 29; Liliweri, 2001: 337). Sebagai masyarakat
majemuk, masyarakat Indonesia ia menyebutnya sebagai suatu tipe masyarakat daerah tropis
di mana mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras. Orang-
orang Belanda sebagai golongan minoritas kendati jumlahnya semakin bertambah terutama
pada akhir abad ke-19 adalah penguasa yang memerintah sebagian besar orang Indonesia
pribumi (bumiputra) yang merupakan warga negara kelas tiga di negerinya sendiri.
Golongan timur asing baik Tionghoa maupun NonTionghoa menempati posisi kelas
menengah di antara kedua golongan di atas.
Dalam kehidupan politik, pertanda yang paling jelas dari masyarakat Indonesia yang
bersifat majemuk adalah tidak adanya kehendak bersama (common-will). Masyarakat
Dengan cara lain dapat dikatakan, bahwa suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak
lain adalah suatu sistem daripada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang
terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan,
melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang disepakati bersama
D. Rangkuman
1. Konsep dan pengertian sistem sosial lebih menekankan pada hubungan-hubungan yang
berlangsung antar manusia dan manusia, manusia dan masyarakat, masyarakat dan
masyarakat, yang hampir selalu atau bahkan selalu dalam kerangka suatu satuan atau
organisasi, sebagai satuan bersistem yang senantiasa berinteraksi, yakni interaksi sosial –
sehingga dapat disebutkan bahwa setiap (satuan) masyarakat adalah bersistem, yang
kemudian dikenal dengan sistem sosial (social system), yaitu satuan masyarakat yang
bersistem.
2. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik, yaitu: (1) secara
horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan kedaerahan, (2) secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai
oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam.
3. Sistem sosial adalah suatu sistem tindakan, terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di
antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum
yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat.
4. Konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia-fisik, mental dan
sosial yang tidak terpenuhi atau yang dihalangi. Menurut teori ini bahwa konflik terjadi
disebabkan oleh benturan kepentingan antar manusia dalam memperjuangkan pemenuhan
kebutuhan dasar baik fisik maupun mental dan sosial yang dalam kondisi tidak terpenuhi.
5. Struktur masyarakat Indonesia dibedakan menjadi dua. Yaitu, secara horisontal yang
ditandai oleh adanya kesatuan sosial berdasarkan atas perbedaan suku bangsa, agama, adat-
istiadat, serta kedaerahan. Secara vertikal, struktur sosial masyarakat indonesia ditandai oleh
adanya perbedaan sosial antara kelas atas dan kelas bawah yang sangat tajam.
B. Indikator
Menjelaskan konsep masyarakat multikultural
Menjelaskan integrasi sosial
Membedakan stratifikasi sosial
Menjelaskan perspektif teori stratifikasi sosial
Membedakn kelompok-kelompok social
Menganalisis konflik sosial
C. Penyajian Materi
1. Konsep Masyarakat Multikultural
Istilah masyarakat majemuk pertama kali dikemukakan oleh J.S. Furnivall untuk
menggambarkan masyakarat Indonesia pada masa Hindia-Belanda. Menurut Furnivall,
masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang
hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik.
Indonesia sebagai masyarakat majemuk, Furnivall sebut sebagai suatu tipe masyarakat daerah
tropis dimana mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.
Orang-orang Belanda yang minoritas adalah penguasa bagi sebagian besar orang Indonesia
pribumi yang menjadi warga negara kelas tiga di negeri sendiri. Orang-orang dari golongan
Timur Asing (Tionghoa, India, dan Arab) menduduki golongan menengah (Nasikun, 1987:
12).
Dalam kehidupan politik, ditandai oleh tidak adanya kehendak bersama (common will).
Masyarakat Indonesia pada masa itu merupakan suatu masyarakat yang tumbuh di atas dasar
sistem karta tanpa ikatan agama. Orang-orang Belanda, Timur Asing, dan Pribumi melalui
agama, kebudayaan, dan bahasa masing-masing, mempertahankan atau memelihara pola
2. Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa Inggris "integration", yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu
keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap
kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka
masing-masing. Integrasi memiliki dua pengertian, pertama, bermakna pengendalian terhadap
konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Kedua, disebut integrasi
sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah
unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya. Bagaimana masyarakat majemuk bisa diintegrasikan? Terdapat dua pendekatan
teoritis yang menjelaskan integrasi masyarakat. Dua pendekatan teoritis itu adalah:
pendekatan fungsionalisme structural dan pendekatan konflik. Pendekatan fungsionalisme
struktural (dalam Nasikun, 1987: 40) yang dikembangkan oleh Talcott Parsons dan para
pengikutnya mengembangkan anggapan dasar sebagai berikut:
a. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling
berhubungan;
Tabel 1. Hubungan Potensi Tingkat Pendapatan dengan Dimensi Kekuasaan, Prestise, dan
Previlese
Tanda tanya dalam tabel di atas berarti apakah bila seseorang mempunyai pendapatan
tinggi, juga mempunyai kekuasaan yang tinggi, prestise yang tinggi, dan previlese
yang tinggi dalam masyarakat? Tinggi rendahnya tingkat pendapatan tergambar dalam
tabel berikut.
Sebagai contoh di sebuah daerah ada seseorang yang mempunyai pendapatan besar
karena hasil korupsi. Dilihat dari dimensi kekuasaan, orang tersebut dapat
mempergunakan pendapatan tersebut untuk mempengaruhi orang lain agar orang lain
mengikuti atau mentaati apa yang menjadi keinginannya. Dengan kata lain,
pendapatan yang besar bisa dipergunakan untuk memperoleh kekuasaan. Dengan
pendapatan yang dimiliki, orang tersebut juga mempunyai hak-hak istimewa atau
perlakuan khusus. Misalnya, orang tersebut dapat memilih jenis pendidikan anak yang
berkualitas, baik di dalam maupun luar negeri. Bila sakit, orang tersebut mempunyai
peluang besar untuk menyembuhkan penyakitnya karena bisa berobat ke rumah sakit
yang berstandar internasional. Sebagian dari masyarakat kita yang mempunyai
pendapatan besar mempunyai kebiasaan berobat ke rumah sakit di Singapura, Jerman,
Cina, Amerika Serikat, dan negara lain. Namun dilihat dari dimensi prestise,
masyarakat yang mengetahui bahwa pendapatan yang besar merupakan hasil korupsi
akan mencemooh, mengolok-olok, bahkan mengucilkan orang tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa pendapatan yang diperoleh dengan cara inkonstitusional (ilegal),
meskipun mempunyai dimensi kekuasaan dan previlese yang tinggi, namun dilihat dari
dimensi prestise sangat rendah. Sebaliknya, pendapatan yang diperoleh secara
konstitusional ketiga dimensi stratifikasi sosial tersebut mempunyai derajat yang
tinggi.
Tabel 3. Hubungan Potensi Tingkat Kekayaan dengan Dimensi Kekuasaan, Prestise, dan
Previlese
Tanda tanya dalam tabel dei atas berarti apakah bila seseorang dikatakan kaya, juga
mempunyai kekuasaan yang tinggi, prestise yang tinggi, dan previlese yang tinggi
dalam masyarakat? Tinggi rendahnya tingkat pendapatan tergambar dalam tabel
berikut.
Sebagai contoh di sebuah daerah ada seseorang tuan tanah yang mempunyai kekayaan
besar, namun kekayaannya dihasilkan dari hasil kejahatan. Dilihat dari dimensi
kekuasaan, orang tersebut dapat mempergunakan kekayaan memberikan jaminan
hidup bagi semua buruh tani yang sehari-hari bekerja di sawah. Pemberian jaminan
hidup seperti itu, menurut Peter Blau, mengakibatkan tuan tanah memiliki kekuasaan.
Buruh tani yang telah mendapatkan jaminan hidup membalas dengan loyalitas,
ketaatan, dan kepatuhan kepada tuan tanah. Dengan kata lain, dilihat dari dimensi
kekuasaan, kekayaan merupakan sumberdaya yang dapat dipakai untuk mempengaruhi
Multicultural & Keberagaman Sosial
85
orang lain agar orang lain menataati apa yang menjadi keinginan dari pemilik sumber
daya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kekayaan yang diperoleh dengan cara
inkonstitusional (ilegal), meskipun mempunyai dimensi kekuasaan dan previlese yang
tinggi, namun dilihat dari dimensi prestise sangat rendah. Sebaliknya, pendapatan yang
diperoleh secara konstitusional ketiga dimensi stratifikasi sosial tersebut mempunyai
derajat yang tinggi.
2) Faktor pendidikan
Faktor lain yang menjadi determinan stratifikasi sosial adalah pendidikan. Masyarakat
Indonesia lebih mementingkan dan menghargai pendidikan formal daripada
pendidikan nonformal. Namun secara soiologis, pendidikan baik formal maupun
nonformal menjadi determinan stratifikasi sosial apabila mempengaruhi kehidupan
sosial. Pendidikan sebagai determinan stratifikasi sosial dikaitkan dengan dimensi
kekuasaan, previlese, dan prestise. Pembahasan undang-undang politik tentang
pemilihan presiden dan wakil presiden di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tahun
2008 sangat alot menyangkut tentang syarat-syarat calon presiden dan wakil presiden.
Salah satu syarat yang diperdebatkan adalah syarat tingkat pendidikan minimum
bergelar sarjana bagi calon presiden dan wakil presiden. Artinya, pendidikan memberi
peluang bagi setiap individu untuk memperoleh kekuasaan.
Secara teoritik dapat dikatakan bahwa seorang individu yang menggunakan
pengetahuan yang dimiliki untuk mempengaruhi orang lain dan orang lain mengikuti
dan mentaati keinginan pemilik pengetahuan, maka individu itu dikatakan memiliki
kekuasaan. Demikian sebaliknya, individu yang tidak memiliki pengetahuan kecil
kemungkinannya untuk memiliki kekuasaan. Pendidikan juga berkaitan dengan
pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan
bagi individu untuk mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan besar.
Dengan pengahsilan yang besar, individu dapat melakukan akumulasi kekayaan.
Sebaliknya, dengan pendidikan yang rendah, seorang individu mempunyai peluang
yang kecil untuk mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan penghasilan yang besar
dan melakukan akumulasi kekayaan. Individu dengan tingkat pendidikan rendah hanya
4) Faktor gender
Apabila dilihat dari dimensi stratifikasi sosial (kekuasaan, previlese, dan prestise),
laki-laki memiliki kesempatan lebih banyak dibandingkan perempuan. Mengapa
demikian? Randal Collins menjawab bahwa manusia mempunyai dorongan yang
sangat kuat untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Walaupun laki-laki dan
5) Faktor usia
Usia juga dapat mempengaruhi stratifikasi sosial. Dalam stratifikasi ini anggota
masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda
dengan anggota masyarakat yang lebih tua. Pada masyarakat Jawa, misalnya, seorang
anak mempunyai kewajiban untuk menghormati orangtua. Tidak hanya menghormati,
seorang anak juga harus patuh dan berbakti kepada orangtuanya. Misalnya, ungkapan
Jawa yang berbunyi ‖mikul duwur mendem jero wong tuwo.‖ Artinya, seorang anak
harus menjunjung tinggi martabat orangtua. Bagaimana anak yang tidak sesuai dengan
ungkapan tersebut? Anak yang seperti itu akan diberi label sebagai anak durhaka.
Anak yang tidak menghormati dan berbakti kepada orangtua. Pada sistem
pemerintahan kerajaan, anak sulung dari seorang raja biasanya mempunyai hak untuk
mewarisi kekuasaan.
c) Perspektif Weberian
Max Weber percaya bahwa stratifikasi sosial merupakan hasil dari
memperebutkan sumber-sumber langka di masyarakat. Walaupun ia melihat bahwa
perjuangan ini berkaitan dengan sumber-sumber ekonomi, dapat juga meliputi
perjuangan untuk kekuasaan politik dan prestise. Weber, seperti Karl Marx, juga
d) Perspektif konflik
Seluruh pemikiran Karl Marx berkaitan dengan kelas-kelas sosial. Meskipun
Marx sering berbicara tentang kelas-kelas sosial, namun ia tidak pernah mendefinisikan
apa yang dimaksud dengan istilah ―kelas‖. Justru Lenin, seorang marxis sekaligus
pemimpin revolusi Bolshevik 1917 yang termahsyur, yang mendefinisikan kelas sebagai
berikut:
―Classes are large groups of people differing from each other by the place they
occupy in a historically determined system of social production, by their relation
(in most cases fixed and formulated in law) to the means of production, by their
role in the social organization of labor, and, consequently, by the dimensions and
mode of acquiring the share of social wealth of which they dispose. Classes are
5. Kelompok-kelompok Sosial
Sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies membedakan kelompok sosial menjadi
gemeinschaft (paguyuban) dan gesselschaft (patembayan). Paguyuban adalah bentuk
kehidupan bersama yang anggotanya diikat oleh suatu hungan batin yang murni dan alamiah
serta bersifat kekal. Kehidupan bersama dalam paguyuban memiliki ciri-ciri, hubungan
sosial bersifat menyeluruh dan harmonis, bersifat pribadi, serta berlangsung untuk kalangan
sendiri, bukan untuk orang dari luar (eksklusif).
Menurut Tonnies, paguyuban mempunyai tiga bentuk, pertama, paguyuban karena
ikatan darah/keturunan (gemeinschaft by blood), yaitu merupakan ikatan yang didasarkan
pada ikatan darah atau keturunan. Contoh: keluarga dan kelompok kekerabatan. Kedua,
paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-
orang yang berdekatan tempat tinggal, sehingga saling dapat tolong menolong. Contoh:
rukun tetangga dan rukun warga. Ketiga, paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft by
mind), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai
hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan, namun mereka mempunyai jiwa
dan pikiran yang sama, dan mempunyai ideologi yang sama. Tonnies mengartikan
patembayan sebagai ikatan lahiriah yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek.
Patembayan terbentuk oleh kemampuan pikiran (imajinasi) serta strukturnya bersifat
mekanis yang memiliki beberapa komponen. Contoh : ikatan antara pedagang dan organisasi
dalam suatu pabrik/industri.
Sedangkan pembedaan kelompok sosial ke dalam membership group dan reference
group dilakukan oleh Robert K. Merton. Membership group merupakan kelompok dimana
setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok. Reference group adalah kelompok
sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk
pribadi dan perilakunya. Seseorang yang bukan anggota kelompok sosial itu
mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tersebut.
D. Rangkuman
Menurut Furnivall, masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri atas dua
atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu
kesatuan politik. Indonesia sebagai masyarakat majemuk, Furnivall sebut sebagai suatu tipe
masyarakat daerah tropis dimana mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki
perbedaan ras. Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa
macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan
Lima macam multikulturalisme yaitu Multikulturalisme isolasionis, Multikulturalisme
akomodatif, Multikulturalisme otonomis, Multikulturalisme kritikal atau interaktif dan
Multikulturalisme cosmopolitan. Integrasi berasal dari bahasa Inggris "integration", yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola
kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah
suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap
E. Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap hakikat
Pendidikan Multikultural, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1. Mengapa multicultural dianggap sebagai ancaman bagi setiap bangsa?
2. Berikan contoh perilaku masyarakat yang multicultural, kemukakan pandangan Anda?
3. Uraikan klasifikasi social yang ada di Indonesia?
4. Uraikan pendapat anda tentang teori-teori konflik social?
B. Indikator
Mengidentifikasi problema kemasyarakatan pendidikan multikultural di Indonesia
Menganalisis problema budaya di Indonesia (penyakit-penyakit budaya di masyarakat)
C. Penyajian Materi
1. Problema Kemasyarakatan Pendidikan Multikultural di Indonesia
Beberapa peristiwa budaya yang negatif dan sering muncul di tanah air seperti
peristiwa di Poso, Ambon, Papua, Sampit, Aceh, Bali, Jakarta, dan lain-lain ini disebabkan
oleh problema kemasyarakatan sebagai berikut:
1) Keragaman Identitas Budaya Daerah
Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah
memang memperkaya khasanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun
Indonesia yang multikultural. Namun kondisi neka budaya itu sangat berpotensi memecah
belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial. Masalah itu muncul
jika tidak ada komunikasi antar budaya daerah. Tidak adanya komunikasi dan pemahaman
pada berbagai kelompok budaya lain ini justru dapat menjadi konflik. Sebab dari
konflik- konflik yang terjadi selama ini di Indonesia dilatar belakangi oleh adanya keragaman
identitas etnis, agama dan ras. Misalnya peristiwa Sampit. Mengapa ? Keragaman ini dapat
digunakan oleh provokator untuk dijadikan isu yang memancing persoalan.
Dalam mengantisipasi hal itu, keragaman yang ada harus diakui sebagai sesuatu yang
mesti ada dan dibiarkan tumbuh sewajarnya. Selanjutnya, diperlukan suatu manajemen
konflik agar potensi konflik dapat terkoreksi secara dini untuk ditempuh langkah-langkah
pemecahannya, termasuk di dalamnya melalui Pendidikan Multikultural. Dengan adanya
Pendidikan Multikultural itu diharapkan masing-masing warga daerah tertentu bisa mengenal,
memahami, menghayati dan bisa saling berkomunikasi.
3) Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan paham-paham yang pertama kali diperkenalkan oleh William
Graham Sumner (1906), seorang antropolog yang beraliran interaksionisme. Sumner
berpandangan bahwa manusia pada dasarnya individualistis yang cenderung
mementingkan diri sendiri, namun karena harus berhubungan dengan manusia lain, maka
terbentuklah sifat hubungan yang antagonistik (pertentangan). Supaya pertentangan itu
dapat dicegah, perlu ada folkways (adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola
tertentu. Mereka yang mempunyai folkways yang sama cenderung berkelompok dalam
D. Rangkuman
Problema kemasyarakatan penyebab munculnya konflik budaya adalah :
1. Keragaman Identitas Budaya Daerah.
Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah
dapat memperkaya khasanah budaya dan menjadi modal membangun Indonesia yang
E. Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap problema
Pendidikan Multikultural di Indonesia, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa
latihan berikut ini.
1) Sebutkan beberapa problema penyebab munculnya konflik budaya yang sering
muncul di tanah air ini ?
2) Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik. Jelaskan ?
3) Jelaskan dan berikan contoh tentang konflik yang terjadi antara yang mementingkan
kesatuan nasional dan multikultural.
4) Kemukakan pendapat Anda tentang peranan media massa dalam membentuk opini publik
yang negatif ?
5) Sebutkana beberapa problema penyakit budaya yang perlu dihilangkan dengan
adanya Pendidikan Multikultural ?
6) Jelaskan perbedaan pendapat antara Allport dan Adorno tentang prangka ?
7) Jelaskan perbedaan antara prasangka dan diskriminasi ?
8) Jelaskan perbedaan makna ras dari sudut biologis, ideologis dan kultural
B. Indikator
Menjelaskan pendidikan multicultural di Amerika Serikat
Menjelaskan pendidikan multicultural di Kanada
Menjelaskan pendidikan multicultural di Inggris
Menjelaskan pendidikan multicultural di Negara-negara di Asia Tenggara
C. Penyajian Materi
1. Pendidikan Multikultural Amerika Serikat
Pendidikan di AS pada mulanya hanya dibatasi pada imigran berkulit putih, sejak
didirikan sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya Universitas
Harvard di Cambridge, Boston tahun 1636. Baru tahun 1934 dikeluarkan Undang Undang
Indian Reservation Reorganization Act di daerah reservasi suku Indian.
Gambar 3.1 Suku Indian Apache Gambar 3.2 Reservasi Suku Indian Navajo di
Canyon de Chelly
Tujuan pendidikannya adalah proses Amerikanisasi. Di samping itu ada sekolah yang
di dalamnya terdapat imigran berbahasa Spanyol (Mexico, Puerto Rico, Kuba) yang disebut
Multicultural & Keberagaman Sosial
120
Hispanis. Sebelum membicarakan kelompok etnis yang ada di Amerika, perlu terlebih dahulu
dijelaskan pengertian kelompok etnis. Suatu kelompok etnis atau etnisitas adalah populasi
manusia yang anggotanya saling mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya
berdasarkan keturunan (Smith, 1987). Pengakuan sebagai kelompok etnis oleh orang lain
seringkali merupakan faktor yang berkontribusi untuk mengembangkan ikatan identifikasi ini.
Kelompok etnis seringkali disatukan oleh ciri budaya, perilaku, bahasa, ritual, atau agama.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang kelompok etnis di Amerika
Serikat berikut ini akan disajikan masing-masing kelompok etnis yang hidup di Amerika
Serikat.
1) White Anglo Saxon Protestan (WASP)
Pendidikan di AS didominasi oleh budaya dominan yaitu budaya WASP artinya
dikhususkan untuk kelompok berkulit putih (White) yang kebanyakan berasal dari Inggris,
atau yang berbahasa Inggris (Anglo Saxon) dan beragama Protestan. WASP adalah sebuah
tradisi tentang siapa yang seharusnya menjadi penguasa di Amerika Serikat. Pada awalnya,
tradisi ini diperkenalkan dan dipertahankan oleh orang Inggris yang merasa superior karena
merekalah yang membangun AS dengan pengetahuan dan ketrampilan mereka. Keyakinan
orang Inggris itu dilandasi oleh moralitas agama Protestan yang diasumsikan sebagai
agama yang paling kuat mendorong orang bekerja keras dan produktif. Belakangan, WASP
tidak saja dianut oleh orang Inggris, tetapi semua White Americans karena dalam
kenyataannya kelompok kulit putih ini memiliki pendapatan tinggi, mempunyai prestasi kerja
yang tinggi, yang sebagian besar anggotanya didominasi oleh jemaat gereja Protestan.
2) Orang Amerika Keturunan Penduduk Asli Amerika (Native Americans)
Native Americans adalah penduduk asli Amerika yang kini populasinya diperkirakan
setengah juta orang. Bangsa India ini disebut penduduk asli karena telah ada di benua
Amerika sebelum terjadi gelombang migrasi dari kelompok etnik dari Eropah, Afrika,
maupun Asia selama lima ratus tahun. Sejarah mencatat bahwa hampir semua migran
memperlakukan mereka secara tidak adil. Baru tahun 1924, terjadi perubahan hubungan
antara white dan black Americans dengan native Americans.
Gambar 3.5. Persebaran penduduk kelompok Hispanis di Amerika berdasar sensus tahun 2000
E. Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap beberapa
pengertian kebudayaan, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1. Kemukakan pendapat Anda mengenai karakteristik Pendidikan Multikultural di AS ?
2. Jelaskan perbedaan antara pandangan neoliberalisme dan neokonservatisme dalam
memandang Pendidikan Multikultural di Inggris?
3. Jelaskan perbedaan kebijakan politik antara Kanada dengan Amerika dalam menerapkan
Pendidikan Multikultural ?
4. Apa yang menjadi kebijakan pemerintah Australia dalam menerapkan Pendidikan
Multikultural?
B. Indikator
Mengidentifikasi karakteristik Indonesia
Mengidentifikasi etnis sebagai identitas sosial budaya
C. Penyajian Materi
1. Karakteristik Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam segenap segi
kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Karakteristik itu bisa dalam bentuk:
1) Jumlah penduduk yang besar dengan ketrampilan yang rendah. Indonesia yang jumlah
penduduknya 203.456.000 jiwa dapat menjadi potensi yang besar dalam pengadaan
tenaga yang besar. Namun jumlah yang besar saja tidak mencukupi. Jumlah yang besar
itu perlu disertai dengan ketrampilan yang memadai. Negara Indonesia termasuk negara
yang tenaga kerjanya sangat dibutuhkan di negara lain dan lebih disukai di negara lain.
Karena tenaga kerja Indonesia memiliki budaya yang santun dan sabar dibandingkan
dengan tenaga kerja dari negara lain. Namun karena kemampuannya rendah maka tenaga
kerja Indonesia itu hanya berada pada sektor-sektor yang tidak begitu menguntungkan
dari segi upah. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia, khususnya wanita banyak yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Persebaran penduduk yang tidak merata.
2) Wilayah yang luas. Indonesia memiliki wilayah seluas 1.922.570 km persegi yang
menduduki urutan 15 terbesar dunia.
3) Posisi silang. Indonesia terletak di antara dua Samudra (Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia) karena posisi silang ini, maka Indonesia
menjadi tempat pertemuan berbagai budaya dunia. Sehingga hal ini memunculkan varian
dari budaya dari berbagai negara. Sejarah membuktikan
Gambar 5. Trigram
Multicultural & Keberagaman Sosial
143
Masing-masing trigram menggambarkan arah, elemen, binatang dan lain-lain. Trigram
ini dikombinasikan untuk membentuk 64 heksagram. Makna kombinasi menyusun
sistem peramalan yang mendetail.
Gambar 7. Heksagram
Tahun kelahiran
Orang Cina biasa menggunakan simbol binatang untuk menggambarkan sifat dan tahun
kelahiran seseorang. Ada 12 nama binatang yang digunakan untuk menggamabarkan tahun
kelahiran. Berikut ini adalah tabel tahun kelahiran dan unsur yang dimiliki oleh oarng yang
terlahir pada tahun tertentu.
Gambar 9. Yin-Yang
Semua tradisi dan kepercayaan Cina didasarkan prinsip dualisme, yang begitu luas
dibahas dalam I Ching. Yin dan Yang adalah prinsip negatif dan positif yang menguasai alam
semesta dan kehidupannya. Yin dan yang digambarkan dengan lambang seperti sebuah telur
dengan warna hitam dan putih yang terpisah. Yin dan Yang bersama-sama melambangkan
keselarasan yang sempurna. Prinsipnya adalah keseimbangan antara dua kekuatan itu haru
seimbang. Terlalu banyak salah satu unsur dapat berakibat buruk.
Orang harus terus menerus mewaspadai perubahan lingkungan yang
mempengaruhi keseimbangan dan harus selalu menyelaraskan.
Tabel 2. Rincian Yin Yang
YIN Gelap, pasif, wanita, bulan, dingin, lembut, ganjil, negatif, diam
YANG Terang, aktif, pria, matahari, panas, keras, genap, positif, gerak
Yin dan yang saling melengkapi, saling tergantung yang bersama-sama membentuk
kekuatan. Yin dan Yang terus berinteraksi dan membuat perubahan. Musim panas
memberi jalan bagi musim dingin, malam mengikuti siang, bulan mengikuti matahari, gelap
mengikuti terang dan seterusnya.
Pa kua
Lambang berbentuk segi delapan yang menggambarkan empat titik mata angin utama
dan empat titik tambahan. Menurut mata angin Cina, titik selatan diletakkan di bagian atas.
Utara di bawah, timur di kiri dan Barat di kanan. Lambang Pa Kua berasal dari Delapan
Trigram I Ching yang diletakkan di sekitar sisi lambang itu. Bentuk Pa Kua memainkan
peranan penting dalam praktek Feng shui karena merupakan salah satu pemecahan paling
4. Tata krama
Tata krama adalah adab sopan santun Jawa dalam berbahasa, bersikap dan bertingkah
laku yang sangat dijunjung tinggi dan menjadi ciri budaya Jawa. Dalam berbahasa mereka
membedakan dengan kategori ngoko, kromo madyo dan krama inggil. Misalnya untuk kata
‖makan‖ dalam bahasa Jawa ada tingkatan ‖madhang‖, atau ‖mangan‖ untuk ngoko,
tingkatan ‖nedho‖ untuk kromo madyo dan ‖dhahar‖ untuk kromo inggil. Ngoko untuk orang
yang sama kedudukannya dengan dirinya atau lebih rendah (misalnya sesama teman atau
kepada anak atau adik). Kromo madyo untuk membahasakan sedikit di atas dirinya (misalnya
mas nembe/taksih nedho = kakak laki-laki sedang makan). Kromo inggil ditujukan kepada
orang yang lebih tua atau lebih atas tingkatan sosialnya. Misalnya Ibu taksih dhahar.
Jadi kalau kita simpulkan, hal-hal yang terkait dengan religi, slametan, dan primbon,
suluk dan wirid di atas, lebih mengarah pada sisi vertikal budaya Jawa, sedangkan yang
adalah sisi horizontal. Artinya sisi vertikal berkaitan dengan orientasi Ketuhanan atau
penyesuaian dengan nilai- nilai Ketuhanan atau roh) sedangkan sisi horisontal berkaitan
dengan sisi hubungan antara manusia (yang masih hidup). Namun pembedaan itu hanya
5. Petung
Petung atau perhitungan menduduki tempat yang sangat strategis dan urgen dalam
budaya Jawa. Karena setiap kegiatan apa pun orang Jawa tidak bisa meninggalkan tradisi
menggunakan perhitungan ini. Misalnya untuk mengetahui watak seseorang, menentukan hari
perkawinan atau menentukan arah rumah (mirip budaya Cina) harus memperhitungkan hari
kelahiran dan saat (waktu) yang tepat. Hari kelahiran dihitung: minggu = 5, senin = 4, selasa
= 3, rabu = 7. kamis = 8, jumat = 6, sabtu = 9. Sedangkan pasaran dihitung: paing = 9, pon =
7, wage = 4, kliwon = 8, legi = 5. Seseorang yang lahir pasti bisa ditentukan atas kombinasi
hari dan pasaran. Misalnya Jumat Paing berarti = 6 + 9 = 15. Jumlah yang 15 itu dapat
diketahui watak, perkawinan, arah rumahnya dan seterusnya.
Utara
Wage 4
hitam
Selatan
paing 9
merah
6. Makanan
Nama dan jenis makanan dapat menjadi ciri penanda budaya suatu daerah termasuk
budaya Jawa. Di dalam masakan dan makanan Jawa ada yang bernama: rawon, gudeg,
lontong balap, urap-urap, gado-gado, sop buntut dan sebagainya.
7. Falsafah hidup
Selain hal-hal yang disebut di atas, falsafah hidup orang Jawa dapat menjadi ciri
penanda khas tradisi budaya Jawa. Falsafah ini menjadi pedoman hidup yang diikuti oleh
oang Jawa generasi dulu namun sekarang telah banyak ditinggalkan karena kurangnya
pemahaman dan kekurang mampuan dalam menafsirkan makna hakikinya. Di samping itu
munculnya nilai-nilai dari luar yang bersifat konsumeris dan materialis membuat nilai-nilai
budaya yang adiluhung (mulia) ini mulai ditinggalkan generasi muda kita. Oleh karena itu
dalam Pendidikan Multiklutural perlulah memahami dan memaknai kembali berbagai
falsafah hidup budaya Jawa ini. Misalnya ajining diri soko lathi, ajining awak soko tumindak,
Multicultural & Keberagaman Sosial
151
ajining sariro soko busono (kehormatan diri berasal dari tutur kata yang baik (lathi), dari
perbuatan baik yang kita lakukan (tumindak) dan dari pakaian yang kita sandang (busono),
ngundhuh wohing pakarti (menuai buah dari yang ditanam = hukum sebab akibat),
senajan mung sedumuk ning bathuk senajan mung senyari ning bumi, dibelani tohing
pati (walaupun hanya satu sentuhan jari tapi dahi, walaupun sejengkal namun tanah, akan
diperjuangkan dengan pertaruhan nyawa = harga diri), alon-alon waton kelakon (biar lambat
asal selamat/bisa terjadi = yang merupakan pedoman yang lebih mengutamakan keselamatan),
menang tanpa ngasorake (mengalahkan musuh tanpa merendahkan harga diri musuh), digdaya
tanpa aji (sakti tanpa memiliki aji-aji kesaktian = seseorang yang dapat menjaga
kewibawaan). Contoh-contoh di atas merupakan kearifan budaya yang ada pada budaya Jawa.
D. Rangkuman
Konsep Budaya Cina berkaitan erat dengan pandangan hidup orang Cina yang
mengutamakan nilai kemakmuran dan kelimpahan harta, kedamaian dan ketenteraman,
kesehatan dan umur panjang.
Ada beberapa konsep yang perlu dipahami dalam budaya Cina yaitu :Chi yaitu energi
yang dapat diciptakan dan dikumpulkan sehingga memberi pengaruh baik pada nasib
seseorang. Lima unsur yaitu logam, air, kayu, api dan tanah. Masing- masing unsur
mempunyai siklus merusak dan siklus positif. I-Ching atau Buku tentang Perubahan yang
menekankan hubungan antara nasib manusia dan alam sebagai satu kesatuan yang senantiasa
berada dalam aliran konstan yaitu perubahan. Tahun kelahiran yang disimbolkan binatang
untuk menggambarkan sifat dan tahun kelahiran seseorang, yaitu shio tikus, kerbau, macan,
kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi. Yin-yang merupakan
konsep keselarasan
dan keseimbangan yang didasarkan prinsip dualisme yang saling melengkapi, saling
tergantung yang bersama-sama membentuk kekuatan. Pa kua yaitu lambang berbentuk
segi delapan yang menggambarkan empat titik mata angin utama dan empat titik tambahan
yang digunakan untuk melindungi diri dari pengaruh yang mengancam rumah atau lokasi.
Tahayul dan Simbolisme yang berkaitan erat dengan kepercayaan akan takhayul dan lambang
yang menjadi karakter orang Cina.
Beberapa konsep budaya Jawa adalah Religi Jawa : anismisme, dinamisme,
sinkretisme dan agama Jawa, selamatan, primbon, suluk, dan wirid yang memuat ajaran
E. Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap beberapa
karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur, terlebih dahulu silakan Anda
mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Berikan contoh budaya lokal yang telah menjadi budaya nasional?
2) Kemukakan 7 konsep budaya Cina ?
3) Kemukakan 6 konsep budaya Jawa ?
4) Kemukakan 3 konsep budaya Bali
B
Budaya, 117, 118, 119, 121, 123, 124, 125, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 136, 137,
138, 139, 140, 141, 151, 152,153, 154, 156, 157, 158
E
Etnosentris, 37, 110, 114, 115, 118, 130.
Etnis, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 43, 44, 46.
I
Islam, 9, 44, 45, 147, 149, 150.
K
Konflik, 31, 32, 33, 34, 48, 53, 54, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 74, 75, 77, 92,
96, 102, 103, 104, 105, 108, 110, 116, 117, 119.
Kelompok social, 7, 8, 13, 67, 90, 99, 101, 104, 114.
Kristiani, 127, 137.
M
Multicultural, 14, 16, 17, 30, 37, 41, 42, 43, 69, 73, 104, 120, 129, 130, 135.
O
Organisasi, 113, 128, 133, 138, 139, 163, 204.
P
Pluralitas, 1, 50, 51,65, 72, 106, 117.
Pranata, 11, 12, 13.
Pendekatan aditif, 24, 29, 42, 44, 111.
Problematika, 48, 69.
Perilaku, 2, 3, 5, 6, 14, 15, 16, 32, 33, 35, 45, 46, 56, 76, 77, 78, 81, 101, 104, 107, 112, 113,
114, 116, 118, 121, 138, 143, 147.
S
Stereotipe, 24, 110, 111, 112, 113, 114, 118, 129, 163.
Struktur Sosial, 36, 50, 54, 55, 59, 64, 66, 68, 71, 76, 77, 100, 104.
T
Transformasi, 26, 42.