Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ridwan Wahid S.

NIM : 18010152
Kelas : B2 Non Reguler 2018 Mata Kuliah : Publikasi Karya Ilmiah
Dosen Pengampu: Citra Megiana Pertiwi, M.Pd.
JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

1. Judul artikel: Fase Resiliensi Mahasiswa Miskin dalam Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Covid-19
Abstrak:
Setelah setahun pandemi Covid-19, pembelajaran online tetap dilakukan di Indonesia.
Dalam situasi ini, mahasiswa harus bertahan dengan ketahanan yang sangat baik di tengah
berbagai pengekangan. Penelitian ini menyelidiki fase ketahanan mahasiswa miskin dalam
pembelajaran online selama pandemi Covid-19. Dengan metode naratif inkuiri kualitatif
yang melibatkan 30 mahasiswa dari Universitas Mulawarman sebagai peserta. Para peserta
dipilih melalui teknik sampling dan wawancara melalui telepon. Proses analisis dilakukan
dengan menggunakan proses induksi dan deduksi, sedangkan analisis dilakukan berdasarkan
data lapangan dan acuan teori dalam proses deduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa mengalami tiga fase ketahanan dalam pembelajaran online: bertahan hidup,
adaptasi, dan pemulihan. Tahap bertahan hidup terjadi pada bulan-bulan awal pembelajaran
online, sedangkan fase adaptasi terjadi pada enam bulan pertama pembelajaran online. Dari
sepuluh bulan pembelajaran online, siswa telah mencapai tahap pemulihan. Menindaklanjuti
temuan penelitian ini, maka layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi wajib
untuk memfasilitasi siswa miskin untuk meningkatkan kelangsungan hidup mereka selama
pandemi ini.

2. Analisis IMRAD:
Introduction: Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan terhadap psikologis
masyarakat. Sebuah survei terhadap 1304 responden di China mengidentifikasi bahwa lebih
dari separuh responden mengalami pengaruh psikologis sedang hingga berat. 17%
responden melaporkan gejala depresi ringan hingga sedang, sementara 30% melaporkan
gejala depresi sedang hingga berat (Cullen et al., 2020). Kekhawatiran terhadap
pembelajaran online dan terbatasnya akses mahasiswa miskin menempatkan identifikasi fase
resiliensi mahasiswa miskin sebagai aspek esensial. Penelitian ini berupaya mengidentifikasi
resiliensi mahasiswa miskin selama masa pandemi Covid-19 dan menemukan narasi
kontekstual untuk memahami cerita dan latar belakang subjek penelitian.
Methods: Studi ini menyelidiki pengalaman kompleks siswa dalam menyelesaikan tugas
mereka dan menghadiri kelas online selama pandemi Covid-19. Fokusnya pada fase
resiliensi
mahasiswa miskin, terutama dalam menghadapi proses belajar dan tugas-tugasnya. Metode
kualitatif dengan pendekatan naratif (Assjari, 2010) diadopsi untuk melihat cerita dan
pengalaman partisipan penelitian. Pendekatan tersebut dipilih untuk memperluas
pemahaman tentang pengalaman manusia yang kompleks, di mana setiap individu menarik
makna dalam konteks sosial, budaya, dan sejarah (Rizkalla et al., 2020). Penelitian ini
menggunakan pendekatan inkuiri naratif dalam proses pengumpulan data dan analisis naratif
paradigmatik untuk analisis data, dengan mempertimbangkan konteks psikologis pandemi
Covid-19 (Sharp et al., 2019).
Results: Temuan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar fase pemulihan peserta
melibatkan secara aktif mempraktikkan hobi mereka. Hampir semua peserta melaporkan
bahwa mereka telah menemukan hobi baru, seperti berkebun. Hobi ini membuat mereka
tetap terhibur dan membantu mereka mengurangi kebosanan dari pembelajaran online yang
berat. Selain itu,pemilihan hobi mereka didasarkan pada situasi sosial, psikologis, dan
geografis mereka.
Discussion: Menurut temuan dalam penelitian ini, para peserta belum mencapai fase
tertinggi dari tahap pertumbuhan. Para peserta percaya bahwa mereka harus melanjutkan
hidup mereka,
bukan mengembangkan hidup mereka. Beberapa peserta menyebutkan tujuan masa depan
mereka, tetapi tujuan itu hanya berfungsi sebagai katarsis atau pengalihan situasi mereka
saat
ini. Hal itu diduga dipicu oleh penerapan kebijakan social distancing yang mengurangi
interaksi sosial mereka. Akibatnya, mereka memiliki masalah dalam menemukan panutan
selama periode ini. Oleh karena itu, situasi pandemi satu tahun hanya mendorong mereka
untuk berhenti mengeluh. Ketidakmampuan peserta untuk mencapai fase pertumbuhan
menandakan bahwa mereka membutuhkan lebih dari satu tahun untuk menyelesaikan
masalah akademik yang disebabkan oleh pembelajaran online. Fase tertinggi mereka adalah
pemulihan yang menandai titik untuk menghidupkan kembali kehidupan normal.

Kelebihan Kekurangan
-  Kesimpulan yang dibuat sudah - Ada beberapa kalimat yang kurang
terperinci dan dipaparkan secara sesuai dengan PUEBI
jelas - Tidak ada saran untuk penelitian
- Prosedur penelitian disusun selanjutnya
dengan teratur, sehingga mudah
untuk dipahami

3. Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan terhadap psikologis masyarakat.


Sebuah survei terhadap 1304 responden di China mengidentifikasi bahwa lebih dari separuh
responden mengalami pengaruh psikologis sedang hingga berat. 17% responden melaporkan
gejala depresi ringan hingga sedang, sementara 30% melaporkan gejala depresi sedang
hingga berat (Cullen et al., 2020). Di Jerman, sebuah penelitian mengungkapkan tidak ada
hubungan antara pengalaman individu orang yang terpapar Covid-19 dan kecemasan Covid-
19. Ini menandakan bahwa pengaruh sosial dan psikologis memiliki efek yang lebih
signifikan terhadap kecemasan yang dialami selama awal pandemi dari pada pengalaman
langsung terinfeksi virus (Petzold et al., 2020).
Di Indonesia, pemerintah telah menginstruksikan bahwa semua proses pembelajaran
harus dilakukan secara online selama pandemi Covid-19 sehingga menyebabkan siswa tidak
tertarik untuk belajar (Irawan et al., 2020). Selain itu, sebagian dari mereka juga
menyaksikan orang tuanya kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Akibatnya,
siswa tidak mampu untuk mendapatkan koneksi internet, nutrisi yang tepat, perangkat
pembelajaran, koneksi internet yang stabil, dan masa belajar yang cukup karena mereka
harus bekerja dan membantu orang tua mereka. Masalah menjadi lebih rumit bagi siswa
yang berasal dari kelompok minoritas, seperti kelompok miskin, desa, dan difabel, yang
pada awalnya memiliki masalah dalam mencapai pendidikan yang berkualitas (Lubkov et
al., 2020). Kerumitan belajar di masa pandemi memaksa siswa memiliki ketahanan untuk
bertahan hidup karena sangat mempengaruhi kualitas proses belajar mereka (Ebersöhn,
2014). Pada dasarnya, resiliensi dapat didefinisikan sebagai keuletan yang mengacu pada
adaptasi positif dan kemampuan untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali kondisi
mental yang luar biasa setelah mengalami kesulitan (Herrman et al., 2011).

4. Penulisan daftar pustaka:


 Petzold MB, Bendau A, Plag J, Pyrkosch L, Mascarell Maricic L, Betzler F, et al.
Risk, resilience, psychological distress, and anxiety at the beginning of the COVID-
19 pandemic in Germany. Brain Behav. 2020;10(9)
 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.
ALFABETA
 Rahmat, H. K. (2019). Implementasi Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling
Komprehensif Bagi Siswa Tunanetra di MTs Yaketunis Yogyakarta. Hisbah: Jurnal
Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam, 16(1),
https://doi.org/10.14421/hisbah.2019.161-03

Anda mungkin juga menyukai