Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN 2503-4480

e-ISSN 2721-2963
Jurnal Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu Oleo
Vol. 5, No.2, Agustus 2020
DOI: http://dx.doi.org/10.36709/jpkim.v5i2.13222

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA POKOK
BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT RAYA

Dian selfi 1)*, Yuniati Tewa 2 , Maysara 3


1)*
Alumni Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu Oleo, Kendari
2,3)
Dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu Oleo, Kendari
*
Corresponding author: dianselfiok@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X pada siswa SMAN
1 Talaga Raya setelah diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah serta peningkatan
aktivitas belajar siswa kelas dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pokok
bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri
dari dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari tahapan: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan
tindakan; (3) observasi dan evaluasi; (4) refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
model berbasis masalah yaitu (1) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Talaga
Raya pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan nilai belajar siswa secara
klasikal yaitu 61,1 dengan presentse ketuntasan 28,57% pada siklus I dan mengalami peningkatan
pada siklus II menjadi 80,6 dengan presentase ketuntasan 89,28%. (2) aktivitas belajar siswa terjadi
peningkatan dari 64% dengan kategori sedang pada siklus I menjadi 75% dengan kategori baik pada
siklus II. Sedangkan aktivitas mengajar guru pada siklus I sebesar 68% meningkat pada siklus II
sebesar 86%.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa Kelas X SMAN I Talaga raya pada pokok bahasan
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, Hasil Belajar

PENDAHULUAN proses monitoring serta evaluasi dengan


Pendidikan merupakan usaha untuk catatan bahwa proses belajar mengajar
membimbing dan mengembangkan potensi memiliki tingkat kepentingan tertinggi
peserta didik secara optimal agar nantinya dibandingkan dengan proses-proses yang
mereka mampu berperan aktif lain, Aziz (2015). Usaha untuk mewujutkan
dimasyarakat sesuai dengan tuntutan dan harapan tersebut guru harus miningkatkan
kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang berupa
pendidikan yang bermutu sekolah harus aktivitas belajar siswa, mengetahuan,
pengembil keputusan, pengelolaan keterampilan dan sikap. Dengan upaya
program, proses pengelolaan peningkatan kualitas pembelajaran,
kelembagaan, proses belajar mengajar dan diharapkan siswa akan semakin bertambah

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020| Hal. 51
jenis pengetahuannya selain itu siswa akan yang terkesan kaku. Hasil wawancara mata
semakin termotivasi dalam belajar, daya pembelajaran kimia bahwa siswa masih
kreativitasnya akan semakin meningkat, susah mempelajari materi kimia, hal ini
sikapnya akan semakin positif yang dapat dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belar
dilihat dari peningkatan hasil belajar dalam kimia siswa kelas X yaitu 66,00 (T.A
proses pembelajaran. 2016/2017) dan 67,00 (T.A 2017/2018).
Untuk meningkatkan hasil belajar Nilai ini belum memenuhi kriteria
siswa tidak terlepas dari berbagai faktor ketuntasan minimum yaitu 80% dari jumlah
yang mempengaruhinya. Salah satunya siswa yang mencapai nilai 70,00.
adalah guru, dalam hal ini guru harus Berdasarkan informasi guru mata
mampu membuat siswa menyukai materi pembelajaran kimia nilai tergolong rendah
kimia. Faktor yang menujang keberhasilan terdapat pada materi larutan elektrolit dan
guru dalam proses pembelajaran kimia non elektrolit adalah 58,36.
adalah penguasaan materi dan Kondisi ini dikarenakan pada
kemampuan guru dalam penerapkan umumnya siswa tidak memahami materi
model pembelajaran dengan baik. yang diberikan oleh guru, kurangnya
Pentingnya pemilihan model pempelaran antusis siswa dalam bertanya serta tidak
dalam hal ini guru harus menempatkan terlihat berpikir dan akhirnya berdampak
siswa sebagai subjek belajar dalam pada rendahnya hasil belajar siswa.
pembelajaran bukan menjadi obyek Pembelajaran berpusat pada guru memiliki
belajar. Namun pada kenyataan banyak dampak, seperti rendahnya kemampuan
sekolah-sekolah yang masih membuat berpikir karena mereka kurang terlatih
siswa sebagai objek belajar. Pembelajaran ntuk mengasah kemampuan berpikirnya,
ini membuat siswa cenderung pasif dalam terutama keterampilan ilmiah. Oleh karena
belajar. Oleh karena itu, paradigma itu, model pembelajaran yang berpusat
pembelajaran yang berpusat pada guru pada guru apabila terus dipertahankan
hendaknya dirubah menjadi pembelajaran akan menghilangkan kereativitas siswa. Hal
yang berpusat pada siswa atau student tersebut membuat siswa terhambat dan
centered learning. tidak berdaya menghadapi masalah-
Berdasarkan observasi awal di SMA masalah yang menuntut pemikiran dan
Negri 1 Talaga Raya ditemukan guru kimia keterampilan ilmia.
masih banyak menggunakan model Rendahnya hasil belajar siswa
pembelajaran langsung yaitu model disebabkan oleh model pembelajaran yang
pembelajaran dimana guru lebih dominan kurang sesuai dengan karakteristik materi
aktif dibanding siswa sehingga membuat larutan elektrolit dan non elektrolit dan
siswa pasif dalam proses pembelajaran dan Strategi pembelajaran yang klasikal yang
hal ini akan berdampak pada pembelajaran hanya berpusat pada guru. Materi larutan

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 52
elektrolit dan nonelektrolit adalah salah pembelajaran berbasis masalah dapat
satu materi kimia yang pembelajarannya meningkatkan hasil belajar peserta didik.
membutuhkan keterampilan proses. Salah Kharida (2009) menyatakan bahwa hasil
satu model pembelajaran yang dapat penelitian penerapan model pembelajaran
digunakan untuk menigkatkan keterapilan berbasis masalah dapat meningkatkan
proses, sikap ilmia, berpikir kristis serta aktivitas belajar dan hasil belajar siswa hal
minat siswa untuk belajar kimia adalah ini dapat dilihat dari Peningkatan niali rata-
dengan menggunakan model pembelajaran rata hasil belajar kognitif sebesar 0,26 atau
berbasis masalah. Model pembelaran 26%.
berbasis masalah (PBM) adalah sebuah
pembelajaran aktif yang berpusat pada METODOLOGI PENELITIAN
siswa dimana permasalahan tidak Subjek Penelitian
terstruktur atau mengambang Subjek penelitian ini adalah siswa
(illstructured) digunakan sebagai titik awal kelas X IPA3 SMAN 1 Talaga raya yang
memandu siswa berinkuiri dalam proses terdaftar pada Tahun ajaran 2018/2019.
pembelajaran. PBM tidak hanya sebatas
proses pemecahan masalah, tetapi juga Alur penelitian
merupakan pembelajaran konstruktivis Adapun diagram siklus dapat dilihat
yang mengangkat permasalahan dalam dibawah ini:
kehidupan sehari hari yang didalamnya
terdapat aspek kegiatan inkuiri, sel
directed learning, pertukaran informasi,
dialog interaktif dan kolaborasi pemecahan
masalah, Seng (2005). Menurut Saleh
(2013) Model pembelajaran berbasis
masalah dapat membuat siswa mudah
memahami konsep yang dajarkan sebab
masalah-masalah yang diselesaikan
langsung dikaitkan dengan kehidupan yang
nyata selain itu, pemecahan masalah dapat
melatih siswa untuk mengorganisasikan Gambar 1. Alur penelitian
pengetahuan dan kemampuan mereka
sehingga dapat mengembangkan motivasi,
ketekunan dan kepercayaan diri siswa. Adapun langkah-langkah dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang penelitian ini adalah sebagai berikut:
telah dilakukan oleh Pratama (2016) 1. Perencanaan (Planning)
dengan judul penerapan model

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 53
1) Membuat rencana pelaksanaan menentukan dan melihat
pembelajaran yang berbasis perbandingan siklus I dengan siklus II.
masalah.
2) Membuat lember kerja siswa dalam Instrumen Penelitian
pembelaran yang berbasais Tes hasil belajar dibuat dalam
masalah. bentuk esey sedangkan nilai aktivitas siswa
3) Menyiapkan instrumen pendukung dan aktivitas guru selama pembelajaran
dalam pembelajaran berbasis diperoleh dengan menggunakan lembar
masalah observasi selama berlangsungnya
4) Membuat tes evaluasi hasil belajar pembelajaran.
kimia. Teknik Analisis Data
2. Pelaksanaan (Action) Data-data yang diperoleh dalam
Pada tahap ini, peneliti melaksan akan penelitian ini dianalisis dengan
proses belajar mengajar dengan menggunakan statistik deskriptif yang
menggunakan model Pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan gambaran
Berbasis Masalah (PBM). peningkatan hasil belajar siswa yang diajar
3. Observasi dan Evaluasi (Observation dengan menggunakan model pembelajaran
and Evaluation) berbasis masala.
1) Observasi : Selama proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
penyajian materi, dilakukan tanya
Hasil Belajar Siswa
jawab dengan siswa untuk
Data hasil belajar siswa pada kelas X
mengetahui respon siswa terhadap
SMAN 1 Talaga Raya yang di ajar dengan
model pembelajaran yang
mengguanakan model Pembelajaran
digunakan.
Berbasis Masalah (PBM) pada siklus I dan
2) Evaluasi : Selesai satu pokok
siklus II dapat dilihat pada Tabel 1.
bahasan pada materi Larutan
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa
Elektrolit dan Non Elektrolit,
Parameter Nilai
diberikan evaluasi untuk
Statistik Siklus I Siklus II
mengetahui hasil belajar kimia
Nilai rata-rata 61,1 80,6
siswa terhadap proses
Maksimum 80,0 96,0
pembelajaran yang dilaksanakan
Minimum 43,0 60,0
pada siklus 1.
Standar Deviasi 9,3 9,3
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini dilakukan analisis Median 60,0 82,5

terhadap hasil belajar kimia Modus 70,0 85,0


berdasarkan tes yang dilakukan dan Persen 89,28%.
observasi kegiatan siswa untuk ketuntasan 28,57%

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 54
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan 1. Siswa masih belum terlalu paham
adanya peningkatan hasil belajar kimia dengan model pembelajaran yang
siswa yang diajar dengan model digunakan.
Pembelajaran Berbasis Masalah, dimana 2. Kurangnya antusias sisiwa dalam
rata-rata nilai pada siklus I adalah 61,1 menjawab dan mengajukan
dengan persentase ketuntasan sebesar pertanyaan
28,57% kemudian rata-rata nilai meningkat 3. Siswa masih kaku atau belum berani
pada siklus II sebesar 80,6 dengan pertanya dan menyelesaikan soal-soal
persentase ketuntasan sebesar 89,28%. latihan
Pada siklus I belum memenuhi 4. Siswa belum mampu bersosialisasi,
ketuntasan secara klasikal, dimana dari 28 berkomikasi, mencari dan mengelolah
siswa hanya terdapat 8 orang siswa yang data.
mencapai ketuntasan dan terdapat 20
Pada siklus II hasil belajar siswa telah
orang siswa dengan persentase sebesar
memenuhi kriteria ketuntasan secara
71,42% siswa yang memperoleh nilai < 70
klasikal, dimana dari 28 siswa terdapat 25
atau belum mencapai KKM yaitu 70.
siswa yang mencapai ketuntasan sebesar
Persentase ketuntasan pada siklus I ini
89,28% yang mencapai nilai ≥ 70 sesuai
belum mencapai ketuntasan secara kalsikal
dengan KKM mata pelajaran kimia yang
sebesar 80% dari seluruh jumalah siswa.
ditentukan sekolah. Penelitian ini secara
Rendahnya hasil belajar siswa ini
klasikal dapat berhasil ketika 80% siswa
disebabkan karena siswa kurang aktif
yang telah memperoleh nilai ≥ 70, dan
dalam bekerja sama dengan kelompoknya
terdapat 3 orang siswa dengan persentase
dalam mencari jawaban. Selain itu terdapat
ketuntasan sebesar 10,71% siswa yang
beberapa siswa yang belajarnya tidak
memperoleh nilai < 70 atau belum
serius. Setelah melakukan analisis dan
mencapai KKM. Hasil belajar kimia siswa
refleksi hasil belajar siswa pada siklus I,
meningkat pada siklus II karena
ternyata ketuntasan siswa secara kalsikal
kekurangan-kekurangan yang terdapat
belum mencapai target. Oleh karena itu
pada siklus I sudah dapat diperbaiki sedikit
peneliti mencoba melakukan perbaikan
demi sedikit, dimana siswa termotivasi
proses pembelajaran pada siklus II. Peneliti
atau antusias mengajukan pertanyaan dan
selaku guru mata pelajran berkolaborasi
menjawab pertanyaan serta ketika siswa
dengan pengamat dalam hal ini guru mata
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
pelajaran kimia dan mendiskusikan
soal dalam LKS, maka siswa terlebih dahulu
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
menanyakan kepada teman kelompoknya
pelaksanaan siklus I yaitu:
kemudian menanyakan kepada guru. Pada
siklus II ini, siswa terlihat serius dalam

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 55
pelajaran karena guru membimbing kimia siswa pada siklus I terdapat rata-rata
kelompok atau siswa yang mengalami skor 2,54 dengan presentase 64% dimana
kesulitan tersebut di lakukan secara lebih rendah dari siklus II yaitu degan nilai
menyeluru pada tiap-tiap kelompok rata-rata skor sebesar 3,18 dengan
dengan memberikan batasan-batasan peresentase 75% hal ini dapat dilihat pada
waktu. Dengan demikian, hipotesis dan Tabel 2. Faktor penyebab rendahnya nilai
permasalahan penelitian ini telah terjawab rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus
yaitun dengan menerapkan model I karena siswa belum terbiasa dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah pada model Pembelajaran Berbasis Masalah
pokok bahasan larutan elektrolit dan non sehingga pembelajaran terkesan kaku ini
elektrolit dapat meningkatkan hasil belajar disebabkan siswa cenderung terbiasa
siswa kelas X IPA3 di SMAN 1 Talaga Raya. dengan pembelajaran langsung yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang berpusat pada guru sehingga siswa masih
dilakukan oleh Pratama (2016) ragu-ragu untuk menanyakan masalah
menyimpulkan bahwa penerapan model yang belum dipahaminya baik pada teman
pembelajaran berbasis masalah dapat sekelompoknya maupun pada guru. Ada
meningkatkan hasil belajar peserta didik beberapa siswa hanya berharap kepada
pada mata pelajaran sosiologi. teman yang lain untuk aktif dalam setiap
proses pembelajaran. Di samping itu,
Aktivitas belajar siswa terdapat sebagian dari siswa yang belum
Data hasil observasi aktivitas belajar biasa bekerjasama dengan anggota
siswa pada siklus I dan siklus II selama kelompoknya sehingga diskusi dalam
proses pembelajaran disajikan pada Tabel kelompoknya tidak tercipta. Selain itu guru
2. memberikan bimbingan yang tidak merata
Tabel 2. Aktivitas belajar siswa ke seluruh kelompok, maka dari itu peneliti
Aktivitas melakukan analisis dan refleksi kembali
Skor rata- Belajar terhadap pembelajaran berbasis masalah
Siklus Kategori yang berkaitan dengan aktivitas belajar
rata Siswa
(%) siswa.
Siklus I 2.54 64% Sedang Aktivitas belajar siswa mengalami
Siklus II 3.18 75% Baik peningkatan yang signifikan dari siklus I ke
siklus II. Peningkatan rata-rata aktivitas
Berdasarkan hasil analisis deskripsi belajar siswa pada siklus II menandakan
terhadap aktivitas belajar kimia siswa yang bahwa kekurangan-kekurangan yang
di ajar dengan model pembelajaran terdapat pada siklus I dapat teratasi
berbasis masalah dimana Aktivitas belajar sehingga aktivitas siswa yang dilakukan
sesuai dengan yang diharapkan. Dimana

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 56
siswa sudah mampu menyesuaikan diri Data aktivitas mengajar guru dalam
pada model pembelajaran yang baru yaitu proses pembelajaran diukur dengan
model Pembelajaran Berbasis Masalah lemabar observasi dapat dilihat pada Tabel
(PBM) sehingga siswa tidak merasa 3.
canggung untuk aktif dalam kegiatan Tabel 3. Aktivitas Mengajar Guru
pembelajaran, siswa sudah berani bertanya Aktivitas
Skor
dan mengajukan masalah serta mengaja Kategor
Siklus rata-
memberikan hipotesis seputar kasus r guru i
rata
dilingkungan yang disajikan oleh guru. (%)
Selain itu, siswa tidak terlalu berharap Siklus I 2.72 68% Sedang
kepada teman yang lain untuk aktif dalam Siklus II 3.45 86% Baik
setiap proses pembelajaran dan siswa Berdasarkan Tabel 3 nilai rata-rata
sangat antusias dalam pembelajaran. aktivitas mengajar guru pada siklus I
Peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar sebesar 68% dengan kategori sedang
siswa pada siklus II ini, disebabkan usaha kemudian pada siklus II terjadi peningkatan
guru dalam melakukan perbaikan- nilai rata-rata aktivitas mengajar guru
perbaikan terhadap beberapa aspek sebesar 84% dengan kategori baik.
diantaranya guru memberi pemahaman Rendahnya rata-rata aktivitas mengajar
kembali model pembelajaran berbasis Guru pada siklus I disebabkan karena tidak
masalah, memotivasi siswa agar siswa lebih terlaksananya seluruh aspek yang diamati
terdorong melakukan diskusi kelompok. pada saat guru meyampaikan materi
Dengan demikian, permasalahan penelitian pembelajaran berdasarkan model
ini telah terjawab yaitu dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Selain itu
menerapkan model Pembelajaran Berbasis aktivitas mengajar guru pada siklus I masih
Masalah pada pokok bahasan larutan terdapat beberapa kekurangan yaitu pada
elektrolit dan non elektrolit dapat kegiatan awal pembelajaran guru kurang
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas memperhatikan kesiapan peserta didik
X IPA3 di SMAN 1 Talaga Raya. Hal ini sesuai dengan cara memotivasi siswa sehingga
dengan penelitian Kharida (2009) ia aspek ini masih berada dalam kategori
menyimpulkan bahwa penerapan model sedang. Kemudian dalam kegiatan
pembelajaran berbasis masalah dapat pembelajaran guru kurang menyampaikan
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil langkah langkah model Pembelajaran
belajar siswa pada pokok bahasan Berbasis Masalah (PBM). Selain itu, guru
elastisitas bahan. belum mampu mengoorganisasikan waktu
Aktivitas Mengajar Guru dengan baik dimana guru melaksanakan
kegiatan belajar mengajar tidak mengikuti
alokasi yang telah ditentukan pada RPP.

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 57
Kemudian kekurangan yang ada pada siklus untuk meningkatkan hasil belajar
I diperbaiki pada siklus II. siswa pada pokok bahasan
elastisitas bahan. Jurnal Pendidikan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II
fisika Indonesia 5.
hasil observasi mengajar guru mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Legiman. (2015). Penelitian tindakan kelas
penerapan model Pembelajaran Berbasis (PTK). Jurnal LPM.
Masalah sudah lebih baik dari sebelumnya,
Pandu, L.B. (2013). Penerapan Model
dimana guru terus berupaya untuk Problem Based Learning untuk
menyempurn akan proses pelaksanaan Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
pembelajaran. Belajar Siswa pada Pelajaran
Komputer (KK6) di SMKN 2
Wonosari Yogyakarta. Skripsi.
KESIMPULAN Program Studi Pendidikan Teknik
1. Penerapan model pembelajaran Mekatronika.
berbasis masalah dapat meningkatkan
Pratama, A. Surya. (2016). Penerapan
hasil belajar siswa pada pokok bahasan model pemebelajaran berbasis
larutan elektrolit dan non-elektolit masalah untuk meningkatkan hasil
kelas X SMAN 1 Talaga raya. Hal ini belajar pada materi pelejaran
sosiologi kelas X-3 Sma Negeri 1
dapat dilihat dari nilai rata-rata belajar
Mojolaban. Jurnal skripsi.
siswa siklus I 61,1 Terjadi peningkatan
pada siklus II 80,6 dengan presentse Saleh.,Marhamad.2013). Strategi
ketuntasan 28,57% siklus I dan Pembelajaran Fiqih dengan
Problem-Based Learning. Jurnal
mengalami peningkatan pada siklus II
ilmia DIDAKTIKA. 16 (1).
dengan presentase ketuntasan
89,28%. Seng,.O. Tan. (2005). Problem- based
2. Aktivitas belajar siswa selama proses Learning the future frontiers.
Nanyang Technological university.
pembelajaran dengan Penerapan
Singapore.
model Pembelajaran Berbasis Masalah
terjadi peningkatan dari 64% siklus I
menjadi 75% siklus II. Sedangkan
aktivitas mengajar guru pada siklus I
sebesar 68% meningkat pada siklus II
sebesar 86%.

DAFTAR PUSTAKA
Karidha, L. A., A. Rusilawati dan k.
pratiknyo. (2009). Penerapan model
pemebelajaran berbasis masalah

Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UHO, Vol.5, No.2, Agustus 2020 | Hal. 58

Anda mungkin juga menyukai