Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA

Surabaya, 28 Mei 2016


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK PLAY TERAPI UNTUK MENGATASI


SISWA MEMBOLOS

ANIK SURYANI KUSUMANINGTYAS


anik.bk4pare@gmail.com

Abstrak: Hasil analisa dokumentasi dan pengamatan di sekolah banyak ditemukan siswa yang
membolos , untuk itu diperlukan adanya perbaikan . LayananKonseling kelompok salah satu layanan
bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Sedangkan play therapy
adalah terapi bermain untuk membantu anak yang memiliki masalah emosional, kecemasan karena
stress, tekanan atau depresi. Ada tahapan yang harus dikerjakan guru Bimbingan Konseling dalam
mengentaskan siswa membolos dengan menerapkan Layanan Konseling Kelompok dengan teknik play
therapy,agar dengan menerapkan Konseling Kelompok teknik play therapy dapat mengentaskan
siswa membolos . Penggunaan Play therapy dalam konseling kelompok membantu menciptakan
suasana rileks, menyenangkan, dapat membantu anggota saling mengakrabkan diri ,yang akhirnya
dapat membuat siswa berpengalaman dalam berbagi, saling menghargai, saling memberi
tanggapan,saling merahasiakan masalah dan menumbuhkan tekat untuk memecahkan masalah
bersama sehingga masalah yang di alami masing-masing individu bisa dibahas dan dipecahkan .

Kata kunci : Membolos ,Konseling Kelompok, Play Therapy.

PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling yang komprehensif disusun untuk merefleksikan pendekatan yang
menyeluruh bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program, sistem manajemen, dan sistem
pertanggungjawabannya , sehingga setiap siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat
pelayanan program tsb. Pendidikan ideal adalah pendidikan yang tidak hanya mengantarkan siswa
mendapatkan nilai ujian nasional tinggi melainkan pendidikan yang bisa membentuk kepribadian siswa
secara utuh sehingga siswa menemukakan kemandiriannya .
Membentuk kepribadian anak adalah tanggung jawab semua guru termasuk Konselor , sehingga
Konselor dituntut selalu meningkatkan kepedulian terhadap masalah kepribadian siswa . Dewasa ini
banyak terjadi kasus gangguan kepribadian pada peserta didik / siswa seperti kecemasan , ketakutan ,
rendah diri , malas,sebagai efek dari adanya , hambatan , tekanan , baik dari teman, orang tua , guru
dan lingkungan yang mengganggu kehidupan efektif sehari-hari ( KES-T ) .
“ Pelayanan BK a d a l a h u p a y a u n t u k m e n g e m b a n g k a n p e s e r t a d i d i k m a m p u
mengekspresikandiridalam bentukkehidupan efektif sehari-hari (KES) sesuai dengan tuntutan karakter
yang terpuji, kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan tugas perkembangan, serta pengembangan
arah peminatan mereka mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan. Dalam pada itu pelayanan BK
menangani permasalahan peserta didik dalam bentuk kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu
(KES-T), khususnya kehidupan di dalam lembaga satuan pendidikan, hubungan teman sebaya,
kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosial/ kemasyarakatan serta lingkungan sekitar“.( Panduan
Bimbingan Konseling SMP : 13 )
Konseling Kelompok adalah salah satu jenis layanan BK yangmembantu peserta didikdalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui
suasana dinamika kelompok .Dalam pelaksanaan konseling kelompok sering terjadi peserta didik
kesulitan dalam mengungkapkan masalah hal ini dikarenakan kesulitan berbicara , malu , takut dan
tidak tahu bagaimana mengungkapkan masalah sehingga siswa perlu dibantu .
Teknik Play Therapy salah satu metode atau media alami yang digunakan agar anak bebas
mengungkapkan diri ,utamanya dalam mengatasi kebiasaan membolos siswa . Kebiasaan membolos
siswa bila dibiarkan akan berdampak negatif pada siswa itu sendiri yang pada akhirnya dapat
menghambat / mengganggu kehidupan efektif sehari-hari ( KES-T ) mereka dalam mencapai prestasi
belajar yang optimal .

49
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

Penggunaan teknik Play Therapy dilakukan dengan alasan bahwa bermain adalah media alami
yang digunakan anak untuk mengungkapkan diri , sementara itu Thompson menyebut-kan bermain
sebagai bahasa simbolik anak yang alami untuk menyatakan emosi dan pengalaman sehari-hari, bahkan
bermain adalah proses penyembuhan diri anak (Thompson at al, 2004: 407) . Dengan demikian, bermain
dapat membantu upaya menjalin hubungan dengan anak, membangun konsentrasi anak, meningkatkan
kesehatan dan perkembangan anak . sehingga dapat mendorong siswa mengungkapkan masalah yang
bisa menghidupkan dinamika kelompok dan membantu pencapaian tujuan konseling kelompok yakni
pengentasan masalah .

PEMBAHASAN
SISWA MEMBOLOS .
Menurut Wikipedia, Truancy is unapproved absence from school, usually without a parent's
knowledge. Perilaku membolos (truant behavior) adalah pembolosan yang tidak disetujui dari sekolah,
biasanya tanpa diketahui oleh orang tua. Jadi siswa berangkat ke sekolah tapi tidak sampai ke sekolah
dengan atau tanpa alasan yang jelas.Menurut Kristiyani (2009) perilaku yang dikenal dengan istilah
truancy ini dilakukan dengan cara siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi
mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan
SMP.
Sedangkan menurut Ridlowi (2009) membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang
tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa
alasan yang jelas .
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos adalah perilaku siswa
yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak
bisa dipertanggung jawabkan .
Jadi yang termasuk siswa membolos adalah siswa yang berangkat ke sekolah tapi tidak sampai
di sekolah , tidak masuk sekolah tanpa keterangan , terlambat masuk jam pelajaran bermain di luar kelas
, masuk sekolah, tetapi tidak mengikuti pelajaran ada di kantin dan siswa yang pulang sekolah sebelum
waktu berakhir.

Faktor -Faktor Timbulnya Perilaku Membolos


Salah satu faktor penyebab perilaku membolos adalah terkait dengan masalah kenakalan remaja
secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara
serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui faktor penyebab munculnya
perilaku membolos tersebut.
Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara
lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa
dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang
bagi siswa.
2. Faktor Personal
Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi
ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
3. Faktor Keluarga
Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak
(Kearney, 2001).
Menurut Gunarsa (2002), faktor penyebab anak absent dan tidak ke sekolah dibagi dalam 2
kelompok, yaitu:
1. Sebab dari Dalam Diri Anak itu Sendiri
 Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit
 Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah
 Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya

50
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

 Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak yaitu kekurangan motivasi belajar
yang jelas mempengaruhi anak
2. Sebab dari Luar Anak
a. Keluarga
 Keadaan Keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam menggunakan waktu untuk belajar
sekehendak hatinya. Banyak keluarga yang masih memerlukan bantuan anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula terlihat ada anak didik yang
membantu orang tuanya mencari nafkah.
 Sikap Orang Tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang tentunya kurang membantu
mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua dengan mudah memberi surat keterangan
sakit ke sekolah, padahal anak membolos untuk menghindari ulangan.
b. Sekolah
 Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang menyebabkan ia tidak
senang di sekolah, lalu membolos.
 Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku membolos siswa
tidak hanya berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal) melainkan dapat juga disebabkan
oleh faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan keluarga.

LAYANAN KONSELING KELOMPOK


Dalam pedoman pelaksanaan bimbingan konseling (2004:13) layanan konseling adalah
memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung antar pribadi dengan pembimbing dalam
rangka peningkatan dan penyelesaian permasalahan pribadi yang dihadapi .
Menurut Prayitno (2004) layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu
para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam
suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan
penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-
sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode
khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis,
yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
Dalam Buku Panduan Model Pengembangan Diri ( 2006:6) yang dimaksud dengan konseling
kelompok adalah: ” Layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan
masalah pribadi melalui dinamika kelompok”. Kemudian dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan
dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002 : 19) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah:
” Konseling kelompok adalah Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah yang di
alami oleh masing-masing anggota kelompok.”
Sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan melalui dinamika
kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang
berkembang, yang ditandai dengan interkasi antar anggota kelompok .
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwasannya konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di selenggarakan
dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling
yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya individu untuk membantu
individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan
perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak
lanjut.

Tujuan Layanan Konseling Kelompok

51
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49). Tujuan konseling kelompok meliputi :


a. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak
b. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya
c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
d. Mengentaskan permasalahan – permasalahan kelompok.
Menurut Prayitno, (1997:80). Konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh
kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
SedangMenurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling
kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami
oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan
cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain .

Materi Layanan Konseling Kelompok .


Materi layanan konseling kelompok dalam bidang bimbingan adalah sebagai berikut :
a. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan individu, meliputi kegiatan penyelenggaraan
konseling kelompok yang membahas dan mengentaskan masalah pribadi siswa, yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan:
1) kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2) pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikis yang terjadi pada diri sendiri
3) pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat dan minat serta penyaluran dan
pengembangannya
4) pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya penanggulangannya
5) kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri
6) perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
b. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan sosial, meliputi kegiatan penyelenggaraan
konseling kelompok yang membahas dan mengentaskan masalah sosial siswa, yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan:
1) kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis,
efektif dan produktif .
2) kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (di rumah, sekolah dan
masyarakat ) dengan menjunjung tinggi tata krama, norma dan nilai-nilai agama, adat
istiadat dan kebiasaan yang berlaku .
3) hubungan dengan teman sebaya (di sekolah dan di masyarakat
)
4) pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah .
5) pengenalan dan pengamalan pola hidup sederhana yang sehat dan bergotong royong
c. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan belajar, meliputi kegiatan penyelenggaraan
konseling kelompok yang membahas dan mengentaskan masalah belajar siswa, yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan:
1) pilihan dan latihan keterampilan
2) orientasi dan informasi pekerjaan/karier, dunia kerja dan upaya memperoleh
penghasilan
3) orientasi dan informasi lembaga-lembaga keterampilan (lembaga kerja/industri) sesuai
dengan pilihan pekerjaan dan arah pengembangan karier
4) pilihan, orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan arah pengembangan
karier .

Tahap-Tahap Konseling Kelompok .


Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap
Pembentukan , tahap peralihan, tahap pelaksanaan, kegiatandan tahap pengakhiran ( Prayitno,
1995: 40). Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu :

52
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

a. Tahap Pembentukan
Tahap Pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri, tahap memasukan diri
kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri
dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai. Tujuan dari tahapan ini
adalah agar tumbuh suasana kelompok, tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan
kelompok, tumbuh suasana saling mengenal,percaya, menerima, dan membantu diantara
anggota kelompok.
b. Tahap Peralihan
Setelah tahap pembentukan konseling kelompok dapat dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu
tahap peralihan, dimana tahap ini merupakan pembangunan jembatan antara tahap pertama dan
tahap ketiga.
c. Tahap Kegiatan
Tahap ketiga dari konseling kelompok adalah tahap pelaksanaan kegiatan atau tahap kegiatan
pencapaian tujuan, tahap ini merupakan tahap yang sebenarnya dari konseling kelompok,
namum kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung dari keberhasilan dua
tahap sebelumnya.
d. Pengakhiran
Tahap keempat dari konseling kelompok adalah tahap pengakhiran atau tahap penilaian dan
tindak lanjut, pada tahap ini kegiatan konseling kelompok hendaknya dipusatkan pada
pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para konseli akan mampu menerapkan hal-hal
yang telah mereka bahas dalam konseling kelompok . ( Prayitno, 1995: 40-60).

TEKNIK PLAY THERAPY.


Pelaksanaan bimbingan, dalam praktek-nya akan bisa berjalan dengan baik jika dalam proses
awalnya konselor mampu menciptakan hubungan rapport dengan anak. Sementara itu hubungan akan
terjalin dengan baik jika konselor mampu dan bisa masuk dalam dunia anak , salah satunya dengan
teknik permainan. Itulah sebabnya dalam praktek konseling kelompok menggunakan media bermain
sebagai sarana bimbingan . Proses bimbingan yang menggunakan teknik bermain sebagai sarana terapi
dalam membantu klien yang memerlukan bantuan dinamakan Play Therapy.
Beberapa konsep pokok sebagai landasan Play Therapy :
1. Pertama, Play Therapy dibangun berdasarkan pondasi teoritik yang sistematis
berdasarkan berbagai teori psikologi dan konseling yang telah mapan, seperti teori teori
psikoanalisis, Clien-Centered, Gestalt, Cognitif-behavior, Adlerian dan sebagainya.
2. Kedua, Play Therapy menekankan pada kekuatan permainan sebagai alat untuk
membantu klien yang memerlukan bantuan.
3. Ketiga, tujuan dari penggunaan Play Therapy adalah untuk membantu klien dalam
rangka mencegah dan mengatasi persoalan psikologisnya serta membantu perncapaian
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tugas perkembangannya secara
optimal.
Pendapat Virginia Axline tentang play therapy (terapi bermain) didefinisikan sebagai
penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana
terapis menggunakan kekuatan terapiutik bermain untuk membantu klien mencegah atau
menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan prestasi
yang optimal . Play therapy ini sering digunakan dalam proses konseling atau psikoterapi yang proses
penyembuhan klienya dengan melibatkan kekuatan bermain sebagai sarana berkomunikasi atau sarana
membantu seseorang khususnya anak, untuk melahirkan pribadi yang punya integritas optimal .
Menurut Dwi Nita (BeritaNet.com, 23 Nopember, 2008 ,10:32:00) Manfaat game adalah
untuk meningkatkan aspek kecerdasan dan reflek saraf. Itulah mengapa banyak dikembangkan game
edukasi untuk anak-anak, karena dengan belajar melalui visualisasi yang menarik diharapkan semangat
anak untuk belajar akan lebih terpacu. Selain itu manusia juga mempunyai sifat dasar lebih cepat
mempelajari segala sesuatu secara visual-verbal. Itulah mengapa game sebenarnya juga baik jika
dilibatkan dalam proses pendidikan (game edukasi).
Lebih lanjut game edukasi ini memang ditujukan untuk tujuan edukasi, dimana melalui game
ini mengajarkan pada anak untuk belajar etika dan mengambil keputusan. Dalam game ini anak-anak

53
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

dilibatkan dalam sebuah skenario di mana mereka harus membuat keputusan-keputusan strategis yang
menyangkut etis dari berbagai sudut pandang yang berbeda. ( Dwi Nita, BeritaNET.com, 23 Nopember,
2008 ,10:32:00)
Permainan ataugame yang di terapkan dalam konseling kelompok adalah game yang bisa di
lakukan secara kelompok, bisa menghangatkan suasana, bisa menghidupkan dinamika kelompok,
mudah untuk dimainkan, dan tidak menyinggung suku, ras atau agama.
Dari pendapat diatas dapat di tarik pengertian bahwa kegunaan play therapy antara lain :
a. Mengurangi kecemasan
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan kepercayaan diri
a. Mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
d. Menciptakan dan meningkatkan hubungan yang sehat
e. Memacu kreatifitas
f. Membantu menyesuaikan perilaku .
Adapun game yang akan di gunakan dalam konseling kelompok disini adalah sebagai berikut :
a. Game ”Nama berderet”
Tujuan game ini adalah untuk mengakrabkan antar anggota kelompok, cara memainkan siswa
duduk melingkar lalu anak ke 1 menyebut namanya, sendiri, anak ke 2 menyebut nama anak ke
1 dan namanya sendiri, anak ke 3 menyebut nama anak ke 1, 2 dan nama sendiri dan seterusnya
sampai semua anak hafal nama anggota kelompok.
b . Game ”Kata Berkait”
Alat yang di perlukan kertas dan alat tulis, tujuannya merangkai kata menjadi kalimat yang lucu
, Cara memainkannya : semua peserta dibagi kertas, kemudian konselor meminta peserta
menulis nama salah satu anggota kelompok, kertas dilipat dua kali dan di putar, kemudian
konselor meminta konseli menulis kata kerja, kertas dilipat dan di putar lagi, konselor meminta
konseli menulis nama benda, kerta dilipat dan di putar lagi terakhir konselor meminta konseli
menulis nama tempat dan kertas di lipat dan di putar lagi. Setelah itu konseli diminta membaca.
Maka kata yang tertulis dalam kertas mungkin akan berbunyi seperti ini : Anton – mencangkul
-- gajah – di atas genteng.
c. Game ”Kata Konselor”
Tujuan game ini adalah melatih otak kanan konseli, juga melatih konsentrasi. Cara
memainkannya konselor memberikan perintah pada konseli, jika perintahnya didahului ”kata
Konselor” maka wajib di laksanakan tetapi jika perintahnya tidak di dahului ”kata Konselor”
tidak boleh di laksanakan.
d. Game ” Pesan berantai”
Game ini bertujuan untuk melatih anak berkomunikasi dengan baik, bisa mendengar pesan dan
menyampaikan pesan dengan baik. Cara memainkannya anak konseli duduk berjajar setengah
melingkar, lalu konselor menyampaikan pesan berupa kalimat yang agak panjang apa orang
yang duduk paling ujung, selanjutnya secara bergantian konseli menyampaikan pesan secara
berantai. Setelah semua menerima pesan maka konseli diminta menulis dan membacakan
pesan, maka akan kelihatan siapa penyampai dan penerima pesan dengan baik.
e. Game ” Strip Three”
Tujuan game ini untuk melatih konsentrasi, cara memainkannya siswa duduk melingkar,
konselor menunjuk salah satu siswa untuk berhitung 1, kemudian teman di sebelahnya
menyebut 2 dan teman disebelahnya lagi mengganti angkat 3 dengan bunyi ”dor”, dan
seterusnya setiap angka kelipatan 3 diganti kata ”dor”.

KARAKTER KONSELING KELOMPOK


Unsur Utama konseling kelompok adalah Suasana Kelompok . Suasana kelompok yaitu
hubungan antar semua orang yang terlibat dalam kelompok , dapat merupakan wahana dimana masing-
masing anggota kelompok itu ( secara perorangan ) dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan,
dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan dirinya yang bersangkut paut
dengan pengembangan diri anggota kelompok yang bersangkutan.

54
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

Para ahli menyebut lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan
sebuah kelompok adalah baik atau kurang baik , kelima hal tersebut adalah :
1. Saling hubungan yang dinamis antar anggota .
Dalam saling hubungan yang dinamis antar anggota kelompok, masing-masing anggota itu
berkepentingan untuk bergulat dengan suasana antar hubungan itu sendiri, khususnya suasana
perasaan yang tumbuh dalam kelompok itu. Suasana perasaan itu meliputi baik rasa diterima atau
ditolak, rasa cinta dan benci , rasa berani dan takut, dan sebagainya yang semuanya itu menyangkut
sikap, reaksi dan tanggapan para anggota yang berdasarkan keterlibatan dalam saling hubungan
mereka dalam kelompok.
2. Tujuan bersama .
Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan/kehidupan kelompok. Dalam “kelompok tugas” tujuan
bersama kelompok jelas, yaitu menjalankan tugas yang dibebankan kepada kelompok itu. Dalam
hal ini semua anggota kelompok memusatkan dirinya untuk tujuan itu. Dalam “kelompok bebas”
tujuan bersama pada mulanya kabur, dan justru kelompok itu sendirilah yang harus menetapkan
tujuan yang akan mereka capai. Pada umumnya tujuan bersama dalam “kelompok bebas” ialah
pengembangan pribadi masing-masing anggota kelompok.
3. Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dengan sifat kegiatan kelompok .
Dalam hal ini ada beberapa jenis kelompok menurut jumlah anggotanya, misalnya kelompok dua,
kelompok tiga, kelompok 4-8, kelompok 8-30. Kelompok dua, yaitu kelompok yang anggotanya
hanya dua orang. Kelompok ini adalah kelompok yang paling ideal untuk terciptanya keakraban
yang paling tinggi, tetapi bahayanya kemungkinan timbulnya pertentangan/pertengkaran diantara
mereka berdua. Kelompok tiga, yaitu kelompok yang terdiri dari tiga orang. Dinamika saling
hubungan segitiga mungkin dapat tumbuh dengan baik, tetapi bahayanya ialah jika salah seorang
anggota menjadi terasing jika 2 anggota lain membuat “persekutuan”. Kelompok 4-8 orang adalah
kelompok yang besarnya sedang yang dapat diselenggarakan dalam rangka bimbingan dan
konseling. Kelompok sedang ini dapat memilih pemimpinnya sendiri atau setidak-tidaknya dapat
menentukan aturan tertentu sebagai pegangan bagi kegiatan seluruh anggota. Kelompok yang
sedang besarnya ini biasanya mudah dikendalikan. Kelompok 8-30 orang merupakan kelompok
yang baik untuk tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Namun kelompok itu kurang efektif untuk
menciptakan keakraban sosial dalam waktu yang singkat.
4. Itikad dan sikap terhadap orang lain
Itikad baik, dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar menanggapi atau menyerang
pendapat orang lain, dan sebagainya sangat penting. Sikap para anggota yang dimaksud adalah
bahwa setiap anggota dapat memberikan waktu dan kesempatan kepada anggota lain untuk
mengemukakan pendapatnya secara leluasa.
5. Kemampuan mandiri
Kemandirian merupakan unsur yang amat penting menyangkut anggota kelompok. Dalam
kemandiriannya itu masing-masing anggota kelompok tidak begitu saja terbawa oleh pendapat
anggota lain, atau tidak begitu saja mengiyakan apa yang dikatakan oleh anggota lain atau
pemimpin kelompok. Dalam dinamika kelompok yang dinamis setiap anggota kelompok
diharapkan mengembangkan dan mewujudkan kediriannya masing-masing.
Selain itu, hal yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
1. Interaksi yang dinamis
2. Keterikatan emosional
3. Penerimaan
4. Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5. Intelektual ( rasional, cerdas dan kreatif ). Menambah ilmu dan wawasan individu serta
dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang.
6. Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya).Menyatakan
emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7. Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan
sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).

KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK PLAY THERAPY

55
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

Dalam konseling kelompok teknik play therapy dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu:
a. Sebelum pelaksanaan konseling kelompok yang bertujuan untuk membantu membentuk
dinamika kelompok , sehingga antar anggota kelompok merasa akrab dan nyaman antara satu
dengan yang lain . Jenis play therapy yang digunakan adalah permainan yang bisa
meningkatkan kerjasama kelompok, sehingga bisa menciptakan dinamika kelompok seperti :
Membuat menara dari gelas plastic, estafet bola dan kucing mengejar tikus .
b. Selama proses konseling kelompok dengan tujuan sebagai katalis, yakni membantu menciptakan
suasana hangat dan menyenangkan selama proses konseling kelompok sehingga konseli
terhindar dari suasanan kaku,tegang, canggung, nervous dan sebagainya. Jenis play therapy
yang digunakan adalah permainan yang bisa dilakukan diruangan , seperti : Strip Three, Kata
berkait, nama berderet, pesan berantai dan kata konselor .
c. Setelah proses konseling kelompok, dengan tujuan untuk relaksasi, yakni mengendorkan urat
saraf setelah melaksanankan serangkaian proses konseling kelompok.
Selanjutnya setelah konseling kelompok teknik play teraphy selesai diadakanObservasi, Monitoring dan
evaluasi terhadap aspek :afektif,kognitif dan psikomotorik siswa. Setelah kegiatan evaluasi konselor
melakukan kegiatan tindak lanjut sebagai berikut:
a. Memberikan kegiatan refleksi berupa play therapy dan curah pendapat.
b. Memberikan reinforcement positif berupa hadiah alat tulis .
c. Memonitor dan menganalisis .
Selanjutnya dari proses konseling kelompok diperoleh tiga aspek penilaian ,yaitu:aspek afektif
dimana siswa memiliki perasaan positif yang diwujudkan dalam perasaan senang mengikuti kegiatan
konseling kelompok teknik play therapy, hal ini dapat dilihat dari kesediaan menulis dan
mengungkapkan masalah dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok.
Aspek kognitif dimana siswa memiliki pemahaman baru tentang manfaat dari teknik play therapy
dalam konseling kelompok untuk mengatasi siswa membolos , serta aspek psikomotorik terlihat
selama kegiatan unjuk kerja siswa sudah berjalan baik dan masalah kebiasaan membolos juga sudah
terpecahkan.
Dengan penggunaan teknik Play therapy dalam konseling kelompok dapat memudahkan siswa
dalam mengungkapkan penyebab mengapa membolos , sehingga konselor juga lebih mudah dalam
memahami masalah siswa , selain itu dapat selama pelayanan tercipta suasana rileks, menyenangkan,
dapat membantu anggota untuk saling mengakrabkan diri sehingga pelaksanaan konseling kelompok
lancar. Selama kegiatan pelayanan konseling kelompok membuat siswa mendapatkan pengalaman
dalam berbagi, saling menghargai, salaing memberi tanggapan/solusi, saling merahasiakan masalah
dan menumbuhkan tekat untuk memecahkan masalah bersama sehingga masalah yang di alami masing-
masing individu bisa dibahas dan dipecahkan dalam konseling kelompok. Akhirnya siswa dapat
menentukan pemecahan masalah membolosnya sesuai dengan pribadinya masing-masing .

PENUTUP
Simpulan
Pendidikan yang bermakna bukanlah pendidikan yang hanya mengutamakan aspekakademis saja tetapi
pendidikan yang juga mengutamakan perkembangan kepribadian siswa, karena fakta dilapangan
banyak ditemukan masalah yang mengganggu kepribadian siswa seperti kesulitan belajar, takut tidak
naik kelas, masalah pergaulan sampai masalah keluarga yang pemecahanya perlu bantuan dari konselor
sekolah
1. Penggunaan teknik Play therapy dalam konseling kelompok bisa memudahkan siswa dalam
mengungkapkan masalah sehingga konselor dapat lebih mudah dalam memahami masalah siswa.
2. Penggunaan Play therapy dalam konseling kelompok membantu menciptakan suasana rileks,
menyenangkan, dapat membantu anggota untuk saling mengakrabkan diri sehingga memperlancar
pelaksanaan konseling kelompok.
3. Selama kegiatan konseling kelompok membuat siswa mendapatkan pengalaman dalam berbagi,
saling menghargai, salaing memberi tanggapan/solusi,saling merahasiakan masalah dan
menumbuhkan tekat untuk memecahkan masalah bersama sehingga masalah yang di alami
masing-masing individu bisa dibahas dan dipecahkan dalam konseling kelompok.

56
Prosiding Seminar Nasional Jurusan BK UNESA
Surabaya, 28 Mei 2016
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan karakter Menyosong Generasi Emas Indonesia

Saran
1. Sekolah yang berhasil bukan sekolah yang bisa menghasilkan siswa dengan nilai ujian nasional
tinggi tetapi siswa yang punya kepribadian terpuji , maka sekolah jangan hanya memperhatikan
masalah peningkatkan kemampuan akademik saja tetapi harus juga memperhatikan perkembangan
kepribadian siswa melalui penilaian non akademis .
2. Masalah perkembangan kepribadian siswa di sekolah banyak di berikan melalui layanan
bimbingan konseling, sehingga sekolah hendaknya bisa memberi perhatian,kepedulian , sarana
dan kesempatan yang seluas-luasnya kepadaKonselor untuk menyelenggarakan kegiatan
Bimbingan dan konseling ,dengan menyediakan sarana dan prasarana secukupnya insyaallah
pelaksanaan kegiatan akan dapat berjalan lancar .

DAFTAR RUJUKAN

Akib . Z, 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung : Yama Widya


Axline, Virginia. 2009. Play Therapy. (Online). Tersedia http://id.wikipedia.org/ wiki. Diunduh 28
Pebruari 2015.
Dinas pendidikan. 2006. Program Pengembangan Diri Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Dikmenum
-----------------------. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi .
Jakarta: Dikmenum
Firdha. Kurnia Widyasari.2009, Peranan terapi bermain: Media Indonesia com,
Kartini Kartono. 2003. Kamus Psikologi, Jakarta: Balai Pustaka
Moeloeng. 2004. Teknik Analisis Data dalam penelitian.
UTCbWed, 27 Feb 2008
Nani Sunarni.2008. Drama Sebuah alternatif Obyek Penelitian Bahasa,Jurnal
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok ( Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Sudarsono. 1997. Kamus Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta : Bumi
Aksara
Zaenudin . 2009. Pelayanan Konseling Dalam KTSP. Jakarta : P4TK

57

Anda mungkin juga menyukai