Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisa dan menguraikan hasil penelitian, maka peneliti

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola komunikasi yang digunakan pembina di pondok pesantren Al-Wahid

kabupaten Sidenreng Rappang dalam mengarahkan dan membina santri untuk

menghafal Al-Qur’an. Pembina menggunakan teori yang dijelaskan oleh

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss yaitu dengan menggunakan 1) pola

komunikasi linear dan pola komunikasi terbagi jadi dua yaitu pola komunikasi

antarpribadi dan pola komunikasi antar kelompok. 2) pola komunikasi sirkular

dimana terjadinya feedback atau umpan balik antara komunikan kepada

komunikator, begitupun sebaliknya, dan saling memberikan tanggapan antara

komunikator dan komunikan tersebut terhadap pesan yang disampaikan dari

komunikan terhadap komunikator. Komunikasi yang dilakukan pembina

terhadap santri cukup berpengaruh terhadap pembinaan kedisiplinan hafal Al-

Qur’an santri. Hal ini terlihat dari adanya komunikasi dua arah (pembina

terhadap santri, santri terhadap pembina serta santri terhadap santri). Karena

adanya komunikasi yang dibangun pembina terhadap santri maka santri tetap

disiplin dalam menghafal Al-Qur’an.

2. Tantangan pembina dalam membina kedisiplinan santri dalam menghafal Al-

Qur’an di pondok pesantren Al-Wahid yaitu ada dua:

a. Kedisiplinan menyetor hafalan Al-Qur’an adalah hal yang sangat penting

dalam proses menghafal santri, karena waktu menyetor hafalan ini harus

sangat diperhatikan oleh santri, apabila santri telah lalai dari tanggung

46
47

jawabnya maka santripun harus menerima hukuman dari pembina tahfidz

di pondok pesantren Al-Wahid Sidenreng Rappang.

b. Kedisiplinan menjaga hafalan Al-Qur’an adalah tugas yang harus

dilaksanakan santri setiap hari di pondok pesantren Al Wahid dengan

bantuan dari pembina. Meningkatkan kualitas hafalan adalah kewajiban

setiap santri tanpa terkecuali selama dalam masa mondok atau tidak libur.

Sesuai dari teori kedisiplinan menurut salah satu ahli Siswanto “2001”

memandang bahwa disiplin ialah suatu sikap menghormati, menghargai,

patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang

tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalakannya dan tidak

mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas

dan wewenang yang diberikan kepadanya.

B. Implikasi Penelitiaan

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, dapat dkemukakan beberapa saran

konstruktif dan menjadi alternartif bagi pihak yang berkompeten dalam upaya

pembina dalam membina kedisiplan hafal Al-Qur’an santri di pondok pesantren

Al-Wahid kabupaten Sidenreng Rappang.

1. Pembina sebaiknya melakukan pembinaan sesuai dengan kebutuhan

santri tentunya dengan melihat kondisi yang ada, sehingga

komunikasi yang digunakan dalam pembinaan kedisplinan santri

dalam menghafal Al-Qu’an dapat berjalan sebagaimana mestinya.

2. Santri juga harus mendukung dan mendengar dari arahan pembina

karena hal tersebut pastinya dilakukan untuk santri itu juga, tujuannya

untuk menghafal Al-Qur’an agar bisa membanggakan kedua

orangtua.
48

DAFTAR PUSTAKA

Amin Muliaty, Filsafat Dakwah (Alauddin press, 2000)


Arbi, Armawati, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta : Amzah, 2012.
Barry, M. Dahlan Al, dan Puis A. Partanto, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya:
Arkola 1994.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Yayasan Penafsiran dan
pentrejemah 1995), h.39.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat, Bandung: PT. Cinta Aditya
Bakti, 2003.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat, Bandung: PT. Rosdakarya
2007.
Effendy, Onong Uchjana, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung PT.
Rosdakarya 2007.d
Fajar Marhaeni, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Yogyakarta, Graha ilmu,
2009), h. 11
Fisher B.Aubrey, Teori-Teori Komunikasi Perspektif Mekanistis, Psikologis,
Interaksional dan Pragmatis terjemahan oleh Soejono Trimo (Bandung : Remaja
Rosda Karya, 1986)

Haris herdiansyah, Metode Penelitian Kualititatif untukIlmu-ilmu Sosail (Jakarta:


Salemba Humanika, 2012) h. 118
Hefni, Harjani. Komunikasi Islam, cetakan ke-1, Jakarta: Prenadamedia Group,
2015
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif.Teori dan Praktek (Cet. 1 Jakarta:
Bumi Aksara, 2013) h. 162
J.S., Bandudu, dan Zain Sutan Mohammad. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994
Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2007.
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Edisi Kedua (Jakarta Penerbit Erlangga, 2009) h. 148-151
Nasional, Departemen Pendidikan, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008.
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000.
Rais, Heppy El, Kamus Ilmiah Popular, Cetakan I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2012.
49

Rodhonah, Ilmu Komunikasi, Cetakan I. Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013.


Rosady Ruslan, Metode penelitian Public reletions dan komunikasi, (Cet. 4
Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008) h. 23
Suyomukiti, Nuraini. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jokjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Sofan Amri, 2013: h.161

Anda mungkin juga menyukai