Anda di halaman 1dari 37

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.LANDASAN TEORITIS

a. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Walker, belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas

yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan

kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau

faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar

(yatim, 2009:5). Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku

atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya antara stimulus dan respon. Seorang dapat dianggap

telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut

teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output

yang berupa respon.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme

atau pribadi (Djamarah dan Zain; 2010). Belajar sebagai perubahan pada individu

yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan

tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto:2011).

Pembelajaran adalah suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya

dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan

10
11

pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang

diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. (sanjaya:2011). (Hansen

2004:23) Pembelajaran adalah perubahan dalam bersikap. (Klob dan Hansen

2004:24) menambahkan bahwa pembelajaran adalah proses adaptasi manusia. Kolb

juga menegaskan bahwa pembelajaran adalah proses dimana pengetahuan diciptakan

melalui perubahan pengalaman. Menurut Nasution (Dalan Sofan 2013:28)

pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses

belajar. Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat

peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan

belajar.

b. Pembelajaran Fisika

Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan seseorang secara pribadi maupun

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara bertanggung jawab. Dengan

demikian, pendidikan sains harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan

pemahaman dan kebiasaan berpikir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun

mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sekolah tidak perlu dituntut untuk

mengajarkan terlalu banyak materi tetapi sebaiknya lebih difokuskan pada hal-hal

pokok yang bersifat fungsional dalam rangka literasi sains serta mengajarkan secara

seringkali kita hanya sekedar melakukan dan mempelajari. Dan bahkan kita tidak

tahu tujuan sebenarnya dari yang kita lakukan atau kita pelajari tersebut. (Suyono dan

Harianto:2012;9).
12

Dalam pembelajaran fisika, proses membangun pengetahuan sendiri bagi

peserta didik amat penting. Peserta didik hanya akan mengerti dengan sunggug-

sungguh dan mempunyai kompetisi dalam bidang fisika yang digeluti bila peserta

didik sendiri aktif belajar, mengolah, mencerna, merumuskannya dipikirannya sendiri

(Paul Suparno,2013;1). Fisika lahir dan berkembang dari hasil observasi dan

eksperimen. Suatu masalah yang sudah berhasil dipecahkan akan menghasilkan

masalah baru dan diminta dipecahkan lagi, demikian seterusnya sehingga fisika terus

berkembang secara dinamis. Akibatnya konsep, prinsip, dan teori fisika juga

bertambah, sehingga menuntut peranan yang lebih besar lagi dalam usaha

pemahaman konsep tersebut kepada siswa .

Menurut Depdiknas (2006 :2) pembelajaran fisika harus mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut :

a) Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir

yang berguna untuk memecahkan masalah didalam kehidupan sehari – hari.

b) Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta

didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang di persyaratkan

untuk memasuki jenjang pendidikan profesi serta mengembangkan IPTEK,

c) Pembelajaran fisika dilaksanakan secara ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi salah satu aspek penting

kecakapan hidup.

Pembelajaran fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang


13

berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi suatu proses penemuan.

Pendidikan fisika diarahkan untuk inkuiri sehingga dapat membantu para peserta

didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar

c. Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing

1) Pengertian Active Knowledge Sharing

Menurut Salmawati (2017: 13) Active Knowledge Sharing (saling tukar

pengetahuan) merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat digunakan

untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa. Strategi Active Knowledge Sharing

didasarkan pada mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran

kepada siswa dan mendapat tanggapan dari siswa. Strategi pembelajaran tersebut

membuat siswa untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat dan dapat

digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam kerjasama tim dalam

memecahkan suatu permasalahan pada topik pelajaran.

Agustina, dkk (2011: 2) berpendapat bahwa strategi pembelajaran Active

Knowledge Sharing merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif. Strategi ini

dapat membuat siswa siap belajar materi pembelajaran dengan cepat serta dapat

digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam membentuk kerjasama tim.

Strategi ini menuntut siswa untuk mampu bekerjasama memecahkan suatu

permasalahan pada topik yang dibicarakan. Sedangkan Ariasa, dkk (2014: 3)

mengemukakan bahwa Active Knowledge Sharing dapat membawa peserta didik

untuk lebih siap belajar materi pelajaran dengan cepat, ini dapat digunakan untuk

melihat tingkat kemampuan peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama


14

tim. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang mempunyai sifat individualisme

yang kurang bekerjasama dalam diskusi.

2) Langkah-Langkah Startegi Pembelajaran Active Knowledge Sharing

Hidayat (2018: 82) menyatakan langkah-langkah strategi pembelajaran

Active Knowledge Sharing sebagai berikut:

1. Siapkan sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang

akandi ajarkan.

2. Mintalah para peserta didik menjawab berbagai pertanyaan sebaik yang mereka

bisa.

3. Kemudian ajaklah peserta didik berkeliling ruangan, dengan mencari peserta

didik lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mereka ketehaui

bagaimana jawabannya.

4. Kumpulkan kembali seisi kelas dan ulaslah jawaban-jawabannya.

3) Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing

Husen (2017: 36) Sebagai salah satu dari berbagai banyaknya strategi

belajar aktif.Active Knowledge Sharing memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

a. Kelebihan strategi Active Knowledge Sharing

1. Pengetahuan siswa akan lebih luas dan sifat verbalismenya akan semakin

berkurang.

2. Siswa akan lebih mendalami ilmu yang dipelajari dari pertimbangan berbagai

sumber.
15

3. Lebih merangsang siswa untuk melakukan aktifitas belajar individu atau

kelompok.

4. Memperluas wawasan tentang suatu ilmu pengetahuan.

5. Menumbuhkan sikap sosial, dan solidaritas serta sistem belajar yang

komunikatif.

b. Kelemahan strategi Active Knowledge Sharing

1. Siswa sulit dikondisikan kecuali pada pembahasan yang mereka suka dan

kuasai saja.

2. Pengetahuan siswa yang masih minim sehingga proses sharing berjalan pasif.

3. Butuh persiapan yang matang bagi siswa untuk materi yang belum diketahui

siswa sama sekali.

d. Lembar Kerja Peserta Didik

LKPD adalah salah satu sarana untuk membantu interaksi yang efektif antara

peserta didik dengan pendidik, sehingga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik

dalam peningkatan prestasi belajar. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan

salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator

dalam kegiatan pembelajaran. LKPD yang disusun dapat dirancang dan di

kembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan

dihadapi (Widjajanti:2008,1).

Kriteria penyusunan LKPD yang dapat dikembangkan:

1. Tujuan penyusunan LKPD

Tujuan penyusunan LKPD untuk pembelajaran adalah sebagai berikut:


16

a. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaian

indikator serta kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

b. Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Bahan

Bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru mempermudah proses

pembelajaran harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tersusun logis dan sistematis. Penyusunan bahan perlu menyeleksi konsep

yang akan dibelajarkan dan urutan rantai kognitifnya harus diperhatikan.

b. Sesuai kemampuan dan tahap perkembangan peserta didik. Dalam hal ini

peserta didik berada dalam tahap perkembangan kognitif peralihan antara

operasional konkrit ke operasional formal, sehingga mereka masih mudah

berpikir abstrak.

c. Bahan ajar dapat merangsang dan memotivasi keingintahuan peserta didik

d. Bahan ajar mitahir dan memiliki kontekstualitas yang tinggi.

3. Metode

Metode dalam penyusunan LKPD:

a. Memperkaya kegiatan di dalam kelas

b. Memotivasi peserta didik

c. Mengembangkan keterampilan proses peserta didik

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah

e. Menanamkan sikap ilmiah melaui proses pembelajaran.

4. Pertimbangan dilihat dari kepentingan peserta didik


17

5. Pertimbangan dalam penyusunan LKPD dilihat dari kepentingan peserta

didik:

a. Menarik minat peserta didik

b. Atraktif dan implusif

c. Menambahkan keyakina dan rasa “berhasil” bagi peserta didik.

d. Memotivasi peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut.

e. Pemilihan kosakata dan istilah sains yang sesuai dengan tingkat

perkembangan dan usia peserta didik.

6. Prinsip penggunaan LKPD

Adapun prinsip penggunaan LKPD:

a) Penggunaan LKPD bukan untuk menggantikan tanggung jawab guru

dalam pembelajaran, melainkan sebagai sarana untuk mempercepat

pencapaian tujuan pebelajaran.

b) Penggunaan LKPD sebaiknya dapat menumbuhkan minat peserta didik

terhadap pembelajaran fisika melalui diskusi dan pelaksanaan langkah

kerja.

c) Guru sebaiknya memiliki kesiapan dalam pengolahan kelas.

7. Langkah-langkah penulisan LKPD

Berikut adalah langkah-langkah penulian LKPD:

1. Melakukan analisis kurikulum; KI.KD, indikator dan materi pe,belajaran.

2. Menyusun peta kebutuhan LKPD.

3. Menentukan judul LKPD.

4. Menulis LKPD.
18

5. Menentukan alat penilaian.

e. Kajian Materi

1. Hakikat Fisika

Fisika merupakan ilmu yang berdasarkan pada hasil eksperimen. Para

ilmuwan mengamati fenomena alam dengan melakukan percobaan, agar dapat

menjelaskan fenomena tersebut, dan dapat menjawab pertanyaan “mengapa”. Jadi

untuk bisa menjelaskan fenomena maka diperlukan rasa keingintahuan tentang

fenomena-fenomena di sekitar. Kemudian rasa ingin tahu ini harus didukung dengan

kemauan untuk melakukan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan diharapkan

dapat menarik kesimpulan dari hasil pengamatannya. Proses-proses itu merupakan

hakikat fisika.

Secara umum terdapat tiga hakikat fisika sebagai produk, fisika sebagai

proses, dan fisika sebagai sikap. Produk dalam fisika antara lain prinsip, hukum,

rumus, teori, dan model. Sehingga fisika sebagai produk merupakan hasil akhir dari

pengamatan. Sedangkan pengamatan itu adalah hakikat fisika sebagai proses. Proses

merupakan bagaimana cara mendapatkan produk-produk fisika tersebut. Sikap inilah

yang mendasari adanya proses sehingga diperoleh produk. Sehingga dengan tindakan

dan sikap maka proses dapat dilakukan hingga akhirnya diperoleh produk. Salah satu

hal yang penting dalam fisika adalah proses mengamati. Proses mengamati tidak bisa

terlepas dari proses pengukuran. Sehingga mengukur merupakan kemampuan dasar

yang harus dimiliki agar dapat melakukan proses dengan benar sehingga nantinya

dapat menghasilkan produk yang bermanfaat.


19

2. Besaran dan Satuan

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur. Besaran dikelompokkan

menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok merupakan besaran

yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari satu atau lebih

besaran pokok.

a. Besaran pokok

Besaran pokok bisa dikatakan sebagai besaran dasar karena besaran pokok ini

tidak diturunkan dari besaran lainnya.

Tabel 2.1. Besaran-Besaran Pokok

Besaran Pokok Satuan Lambang Satuan Dimensi


Panjang Meter M [L]
Massa Kilogram Kg [M]
Waktu Sekon S [T]
Kuat Arus Listrik Ampere A [I]
Suhu Kelvin K [Ɵ]
Jumlah Zat Mol Mol [N]
Intensitas Cahaya Kandela Cd [J]

b. Besaran Turunan

Besaran turunan merupakan besaran yang diturunkan dari besaran pokok.

Besaran turunan ini dapat diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Beberapa

contoh besaran turunan ditampilkan pada tabel berikut. Bila diperhatikan pada kolom

rumus maka terlihat bahwa besaran turunan merupakan operasi hitung terhadap satu

atau lebih besaran pokok. Misalnya besaran luas yang merupakan operasi perkalian

dari dua besaran panjang, sehingga satuan dan dimensinya juga merupakan hasil

perkalian dari satuan besaran panjang dan dimensi besaran panjang. Bila diperhatikan
20

satuan dan dimensi besaran turunan ini tidak ada yang tunggal, artinya terdiri dari

satuan dan dimensi besaran-besaran pokok berbeda dengan besaran pokok yang

satuan dan dimensinya tunggal.

Tabel 2.2 Contoh Besaran Turunan

Besaran Turunan Rumus Satuan Dimensi


Luas Panjang × lebar m2 [L]2
Massa jenis Massa/volume Kg/m3 [M][L]3
Kecepatan Perpindahan/waktu m/s [M][T]-1
Gaya Massa × percepatan Kg m/s2 = N [M][L][T]-2
Energi Gaya× perpindahan Kg m2/s2 = J [M][L]-2[T]-2

Mari kita buktikan mengapa dimensinya seperti yang tertera pada tabel. Misalnya kita

inginkan mengetahui dimensi dari gaya, F= M.a. Massa merupakan besaran pokok

namun percepatan adalah besaran turunan sehingga kita perlu percepatan ke besaran

pokok terlebih dahulu. F= m.v/t

Sekarang massa dan waktu sudah besaran pokok, tetapi kecepatan masih

besaran turunan, sehingga kita uraikan kecepatan ini ke besaran pokok,

F= m x/t. 1/ t = m. x/t2

3. Pengukuran

a. Alat ukur

Setiap besaran dapat diukur dengan banyak cara dan banyak alat.

Misalnya untuk besaran panjang sendiri terdapat banyak alat ukur yang dapat

digunakan misalnya mistar, jangka sorong, micrometer sekrup, dan masih banyak lagi
21

alat ukur yang lainnya. Misalnya untuk mengukur panjang sebuah buku alat ukur

yang digunakan adalah mistar. Mengapa tidak menggunakan jangka sorong atau

mikropmeter sekrup? Masing-masing alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda-beda

sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Mengapa mengukur panjang buku

menggunakan jangka sorong terasa berlebihan dan justru menyulikatkan? Karena

pada saat mengukur panjang buku tidak membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi.

Oleh karena itu mari kita lihat contoh alat ukur dan bagaimana cara

menggunakannya.

 Mistar

Gambar 2.1. mistar

Mistar merupakan salah satu alat ukur panjang yang paling banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya mistar digunakan untuk mengukur

panjang benda-benda yang besar. Perhatikan Gambar 1, terlihat bahwa skala mistar

terdiri dari garis-garis panjang dan pendek. Garis-garis panjang menunjukkan setiap

satu cm kemudian dalam satu cm itu terdapat 10 garis-garis pendek sehingga setiap

jarak antara dua garis pendek ini panjangnya adalah satu mm. Maka berapa panjang
22

terkecil yang dapat diukur oleh mistar? Dapatkah mistar digunakan untuk mengukur

diameter sebuah kelereng? atau mengukur tebal sebuah plat?

Jawabannya adalah bisa saja, tetapi apakah hasil pengukurannya tepat?

Maka apa alat ukur yang tepat untuk mengukur diameter kelereng? Salah satu alat

ukur yang dapat digunakan adalah jangka sorong.

 Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur panjang. Biasanya jangka

sorong digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, atau kedalaman.

Berbeda dengan mistar yang hanya terdapat skala utama, pada jangka sorong terdapat

skala utama dan skala nonius.

Gambar 2.2 Jangka sorong


23

Gambar 2.3. Bagian jangka sorong

Selain itu terdapat beberapa bagian lain dari jangka sorong yaitu rahang

tetap atas dan bawah yang tidak bergeser saat melakukan pengukuran. Sedangkan

rahang sorong atas dan bawah akan bergeser saat melakukan pengukuran. Saat rahang

sorong bergeser maka skala nonius dan tangkai ukur kedalaman akan ikut bergeser.

Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong, langkahlangkahnya

adalah sebagai berikut. Setelah melakukan pengukuran dengan tepat maka hasil

pengukurannya dapat diketahui dengan pertama-tama menentukan besarnya skala

utama terlebih dahulu dengan melihat garis 0 dari skala nonius. maka perhatikan garis

skala 0 pada skala nonius yang berada di antara 4,1 dengan 4,2 cm itu artinya hasil

pengukurannya menunjukkan lebih dari 4,1 tapi kurang dari 4,2 cm. Nah, berapa

lebihnya? Nilai lebih ini ditentukan dengan melihat skala nonius, yaitu carilah garis

skala utama yang berimpit dengan skala nonius. Nilai skala nonius yang berimpit ini

kemudian dikalikan dengan 0,01 cm. Karena yang berimpit adalah skala ke-6 maka

hasil pengukurannya adalah 4,16 cm.

Skala nonius dikalikan dengan 0,01 cm karena sepuluh skala utama

panjangnya 1 cm sedangkan 10 skala nonius panjangnya 0,9 cm. Jadi beda satu skala

dengan satu skala utama adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm. Sehingga skala terkecil

dari jangka sorong adalah 0,01 cm. Pernahkah teman-teman melihat jangka sorong

yang skala noniusnya sampai pada skala 20? Lalu berapa nilai ketelitianya? Untuk

mengetahuinya dapat dilakukan dengan menggeser skala nonius sehingga garis skala

0 berimpit dengan garis skala satuan cm di skala utama. Perhatikan garis ke 20 di


24

skala nonius berimpit dengan skala ke berapa di skala utama. Dengan menggunakan

analogi yang telah dijelaskan, maka skala terkecil dapat ditentukan.

 Mikro Meterskrup

Mikrometer sekrup juga merupakan alat ukur panjang. Biasanya

mikrometer sekrup ini digunakan untuk mengukur panjang yang ordenya kecil,

misalnya untuk mengukur tebal kertas atau mengukur panjang suatu benda yang

kecil. Hal ini dilakukan karena kemampuan mikrometer sekrup mengukur hingga

0,01 mm.

Gambar 2.4. Micrometer Sekrup Dan Bagian-Bagiannya

Saat melakukan pengukuran dengan mikrometer sekrup, maka yang

dilakukan adalah menjepit benda yang diukur di antara landasan dan sekrup.

Landasan ini tetap tidak bergerak, yang bergerak adalah sekrup. Saat memutar timbal

searah skala timbal (dari 0 – 50) maka sekrup ini akan bergerak menjauhi landasan.

Setelah itu kemudian dibaca hasil pengukurannya. Cara membaca hasil pengukuran

dengan menggunakan mikrometer sekrup adalah dengan menentukan skala utama

terlebih dahulu, kemudian melihat skala nonius. Skala utama ditentukan dari angka
25

terakhir yang terlihat. Garis yang menghadap ke atas menunjukkan setiap satu

milimeter, sedangkan garis ke bawah menunjukkan setiap setengah milimeter.

Gambar 2.5. Contoh Soal Micrometer

Gambar 4 menunjukkan bahwa skala utama terakhir yang terlihat adalah

4 pada garis ke atas, tapi masih ada lebih. Itu artinya hasil pengukuran harusnya 4

mm lebih tetapi kurang dari 4,5 mm. Lalu berapa lebihnya? Lebihnya ini dapat dilihat

dari skala noniusnya. Skala nonius yang dilihat adalah garis skala nonius yang

berimpit dengan garis horizontal pada skala utama. Terlihat pada Gambar 2.5, garis

skala nonius yang berimpit dengan garis horizontal skala utama adalah skala ke 30.

Berapa nilai skala 30 ini? Skala terkecil dari skala utama pada mikrometer sekrup ini

adalah 0,5 mm sedangkan skala nonius jumlahnya adalah 50 skala. Ini artinya setiap

0,5 mm dibagi ke 50 skala nonius, sehingga untuk satu skala nonius mewakili 0,01

mm. Maka, bila pada skala nonius yang berimpit adalah skala ke-30 sehingga

lebihnya adalah 0,3 mm. sehingga hasil pengukurannya adalah 4,3 mm.
26

 Stopwatch

Gambar 2.6. stopwacth

Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur selang

waktu. Stopwatch ini ada yang analog dan ada yang digital. Stopwatch analog

menggunakan jarum seperti jam analog. Gambar 6 merupakan stopwatch digital dan

terlihat bahwa skala terkecil yang mampu diukur adalah 0,1 detik.

 Neraca

Neraca atau dalam bahasa sehari-hari biasa disebut timbangan adalah

salah satu alat yang digunakan untuk mengukur massa. Neraca ini banyak sekali

jenisnya. ada neraca dua lengan ada pula neraca satu lengan, atau bahkan tidak

berlengan seperti neraca digital. Neraca-neraca ini memiliki tingkat ketelitian yang

berbedabeda bergantung pada spesifikasinya. Salah satu neraca yang sering

digunakan di laboratorium adalah neraca ohaus.


27

Gambar 2.7. Neraca Ohauss

Bagian-bagian neraca ohaus terdiri dari piringan wadah beban untuk

meletakkan bahan yang akan diukur, sekrup/knop kalibrasi ini digunakan untuk

mengatur kalibrasi titik nol, beban geser digunakan untuk menyeimbangkan sekaligus

menunjukkan hasil pengukuran, tiga lengan merupakan skala-skala pengukuran, dan

titik nol merupakan penunjuk kalibrasi neraca ohaus. Sebelum melakukan

pengukuran menggunakan neraca ohaus maka pengguna perlu melakukan kalibrasi

terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan mengatur titik nol sehingga garis putih

mendatar dari tiga lengan berimpit dengan garis nol seperti yang ditunjukkan oleh

gambar 8.

Gambar 2.8. Tiga lengan neraca ohauss berimpit dengan garis nol

Prosedur melakukan kalibrasi neraca ohaus ini dilakukan mulai dari

menggeser beban geser sehingga ketiganya menunjuk pada skala nol, kemudian

melihat pada titik nol apakah kedua garis horizontal sudah berimpit. Apabila sudah
28

berimpit maka neraca siap digunakan, tetapi bila belum berimpit maka perlu

mengatur sekrup/knop kalibrasi dengan cara memutarnya sehingga kedua garis putih

horizontal berimpit seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8.

Setelah melakukan kalibrasi maka neraca ohaus siap digunakan. Pertama

letakkan bahan yang akan diukur pada piringan wadah beban kemudian seimbangkan

tiga lengan dengan menggeser-geser beban geser sehingga garis horizontal putih di

titik nol berimpit, setelah itu bacalah hasil pengukuran. Misalnya hasil pengukuran

diperoleh seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 9, maka hasil pengukurannya adalah:

Gambar 2. 9. Contoh Soal Neraca Ohauss

𝑚 = 200 g + 10 g + 7,7 g = 217,7

Berikut adalah jenis alat ukur berat berupa timbangan, antara lain:

1. Timbangan duduk

Timbangan duduk adalah salah satu alat untuk menimbang yang biasanya

digunakan oleh para peternak, pedagang, jasa laundry, atau koki. Seperti gambar

berikut.
29

Gambar 2.10 Timbangan duduk

Banyak yang menggunakan timbangan jenis ini karena kapasitrasnya

mencapai 500 kg, namun ada juga yang kapasitasnya maksimal 50 kg. Timbangan

duduk yang kapasitasnya mencapai 500 kg biasanya dilengkapi roda besi dan

timbangan bandul geser kuningan.

2. Timbangan badan

Timbangan badan berfungsi sebagai alat ukur berat badan seseorang. Alat

ukur berat satu ini biasanya ditempatkan pada puslesmas, rumah sakit ataupun apotek.

Sebagaimana gambar berikut.

Gambar 2.11 Timbangan badan


30

3. Timbangan digital

Seiring berkembangnya teknologi muncullah timbangan digital untuk

mendapatkan nilai pengukuran yang lebih akurat.

Alat ukur berat ini nemiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan

bagaimana penggunanya. Sebagaimana gambar berikut:


31

Gambar 2.12 Timbangan Digital

4. Timbangan kodok
32

Dalam penggunaannya, timbangan ini menggunakan anak batu yang terdiri

atas berbagai ukuran yaitu 50 gram, 100 gram, 200 gram, 500 gram, dan mencapai

kapasitas 10 kg. seperti gambar berikut.

Gambar 2. 13 Timbangan kodok

5. Timbangan gantung

Timbangan gantung atau crane Scale digunakan untuk mengukur berat benda

dengan cara digantung. Jadi benda yang akan diukur beratnya diigunakan pada

pengait yang ada pada timbangan gantung. Ada 2 jenis timbangan gantung ini yaitu

manual dan digital, dan dari 2 jenis tersebut timbangan digital yang memiliki akurasi

yang paling tinggi. Sebagaimana gambar berikut.


33

Gambar 2.14 Timbangan gantung

6. Timbangan Hybrid

Timbangan ini dapat disebut sebagai perpaduan antara timbangan digital dan

mekanik. Dikarenakan cara kerjanya memadukan dua jenis timbangan tersebut.

Sebagaimana gambar berikut.

Gambar 2.15 Timbangan hybrid

Timbangan ini banyak digunakan pada sektor industry dan pada kegiatan

penelitian. Karena kapasitasnya yang besar.

 Multimeter

Salah satu alat ukur yang sering digunakan adalah multimeter. Multimeter ini

merupakan alat ukur besaran-besaran listrik yang dapat digunakan untuk mengukur
34

tegangan AC maupun DC, mengukur arus, mengukur hambatan. Namun, setiap

multimeter mungkin dapat memiliki tambahan mode sehingga dapat digunakan untuk

mengukur besaran-besaran lainnya. Pada multimeter juga terdapat batas ukur. Batas

ukur ini merupakan nilai maksimal yang dapat diukur menggunakan multimeter yang

dipakai, artinya multimeter tersebut tidak dapat mengukur nilai besaran yang lebih

besar dari batas ukurnya. Bila dipaksakan dapat merusak alat. Batas ukur biasanya

tidak hanya satu, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengukuran.

Gambar 2.16 Multimeter

Sebelum menggunakan multimeter untuk mengukur, multimeter ini perlu

dikalibrasi terlebih dahulu. Cara mengalibrasi multimeter adalah dengan memutar

selektor sehingga memilih mode pengukuran hambatan. Kemudian hubungkan probe

merah dan hitam, pada saat ini seharusnya jarum menunjuk angka nol. Bila jarum

tidak menunjuk angka nol, putar pengatur jarum penunjuk sampai jarum menunjuk
35

angka nol. Bila kedua probe bersentuhan dan jarum telah menunjuk angka nol, maka

multimeter telah terkalibrasi dan siap digunakan. Setelah multimeter siap digunakan,

maka tentukan dulu multimeter ini akan digunakan untuk mengukur besaran apa.

Kemudian putar selektor pada mode pengukuran besaran yang sesuai dan pilih batas

ukur yang paling besar. Bila rentang nilai pengukuran sudah diketahui, batas ukur

tidak perlu dimulai dari yang paling besar. Semakin besar batas ukur, maka

ketelitiannya semakin berkurang. Bayangkan misalnya pada multimeter terdapat 10

skala. Bila kita memilih batas ukur 1 volt maka kita dapat mengukur tegangan sampai

0,1 volt. Sedangkan bila kita memilih batas ukur 100 artinya tegangan terkecil yang

dapat kita ukur adalah 10 volt. Oleh karena itu menaikkan batas ukur artinya

mengurangi ketelitian. Sehingga penting untuk menggunakan batas ukur yang tepat

agar alat mampu mengukur dengan baik dan sesuai. Setelah menentukan batas ukur

yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran, maka kita dapat segera melakukan

pengukuran. Pada saat melakukan pengukuran, untuk multimeter analog maka kita

perlu mengetahui bagaimana cara menentukan hasil pengukuran. Misalnya kita

melakukan pengukuran tegangan, maka besarnya tegangan yang terukur adalah: 𝑉 =

𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 (1) Persamaan (1) berlaku

untuk pengukuran besaran-besaran listrik lainnya menggunakan multimeter analog.

Selain multimeter analog, terdapat multimeter digital. Cara menggunakan multimeter

digital sama seperti menggunakan multimeter analog, hanya untuk multimeter digital

tidak perlu menggunaka persamaan (1) untuk menentukan hasil pengukuran karena

nilai hasil pengukuran sudah langsung tertampil pada layar.


36

f. Hasil Belajar

Kemampuan yang diperolah anak setelah melalui kegiatan belajar,

menurutnya juga anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional (Abdurrahman). Penguasaan

yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan (Dimyati dan Mudjiono). Menurut Hamalik (2001:159) bahwa

hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adana derajat perubahan tingkah laku siswa.

Pembelajaran fisika menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan

bertujuan agar penguasaan dari kognitif, afektif, serta psikomotorik terbentuk pada

diri peserta didik. Alat ukur hasil belajarnya tidak cukup jika hanya dengan tes

objektif atau subjektif saja. Maka alat ukur yang digunakan haruslah alat ukur yang

mampu mengembangkan pengalaman untuk merumuskan masalah, mengajukan dan

menguji hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis serta mengambil kesimpulan,

Dan mampu bekerja sama dengan peserta didik lain.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat

aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana,2009:22). Hasil belajar


37

kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Hasil belajar

kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Kemampuan yang menimbulkan

perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.

Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai

dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan

kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan

suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu

adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5),

dan mencipta (C6).

Penjabaran indicator hasil belajar dalam ranah kognitif ditunjukkan pada tabel
Tabel 2.1. Dimensi Proses Pengetahuan (Anderson & Krathwohl, 2001)

Kategori dan Proses


Nama lain Defenisi dan Contoh
Kognisi
1. Mengingat: mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan
pengetahuan dalam
memori jangka panjang
yang sesuai dengan
pengetahuan tersebut
(mis: mengenali jenis-
jenis getaran)

1.2 mengingat kembali Mengambil Mengambil pengetahuan


yang relevan dari
memori jangka panjang
(mis: mengingat kembali
pengertian getaran, gaya
pemulih, dll)
2. Memahami: mengkonstruksi makna materi pembelajaran, termasuk apa
yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi Mengubah satu bentuk
memparafrasekan gambaran (misalnya
merepresentasi angka) jadi bentuk lain
menerjemahkan (misal kata-kata)
38

Kategori dan Proses


Nama lain Defenisi dan Contoh
Kognisi

2.2 mencontohkan mengilustrasikan Menemukan contoh atau


memberi contoh ilustrasi tentang konsep
atau prinsip (mis:
memberi contoh getaran
harmonis dalam
kehidupan sehari-hari)

2.3 mengklasifikasikan mengkategorikan Menentukan sesuatu


mengelompokkan dalam satu kategori (mis:
mengelompokkan
contoh-contoh dalam
kehidupan sehari-hari
yang termasuk dalam
gerak harmonis)

2.4 merangkum mengabstraksi Mengabstraksikan tema


menggeneralisasi umum atau poin pokok.

2.5 menyimpulkan menyarikan Membuat kesimpulan


mengekstrapolasi yang logis dari informasi
menginterpolasi yang diterima.
memprediksi

2.6 membandingkan mengontraskan Menentukan hubungan


memetakan antara dua ide, dua objek
mencocokkan dan semacamnya.

2.7 menjelaskan membuat model Membuat model sebab


akibat dalam sebuah
sistem.

3 Mengaplikasikan: menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam


keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi melaksanakan Menerapkan suatu
prosedur pada tugas yang
familier

3.2 Mengimplementasika menggunakan Menerapkan suatu


n prosedur pada tugas yang
tidak familier.
4 Menganalisis: memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya
39

dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara


bagian-bagian tersebut dan keseluruhanstrukturatau tujuan
4.1 Membedakan menyendirikan Membedakan bagian
memilah materi pelajaran yang
memfokuskan relevan dari yang tidak
memilih relevan, bagian yang
penting dari bagian yang
tidak penting (mis:
membedakan simpangan,
kecepatan, dll).

4.2 mengorganisasi menemukan koherensi Menentukan bagaimana


memadukan elemen-elemen bekerja
membuat garis besar atau berfungsi dalam
mendeskripsikan sebuah struktur
peran
menstrukturkan

4.3 mengatribusikan mendekonstruksi Menentukan sudut


pandang, nilai atau
maksud di balik materi
pelajaran
5 Mengevaluasi: mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar

5.1 Memeriksa Mengordinasi Menemukan


mendeteksi inkonsistensi atau
memonitor kesalahan dalam suatu
menguji proses atau produk;
menentukan apakah
suatu proses atau produk
memiliki konsistensi
internal; menemukan
efektivitas suatu
prosedur yang sedang
dipraktikkan (mis:
memeriksa apakah data
hasil percobaan sesuai
dengan yang sebenarnya)

5.2 Mengkritik Menilai Menemukan


inkonsistensi antara
suatu produk dan kriteria
eksternal; menemukan
ketepatan suatu prosedur
40

untuk menyelesaikan
masalah (mis:
menentukan suatu
metode terbaik dari dua
metode untuk
menyelesaikan suatu
masalah)
6 Mencipta: memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dankoheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 Merumuskan membuat hipotesis Membuat hipotesis
berdasarkan kriteria.

6.2 merencanakan mendesain Merencanakan prosedur


untuk menyelesaikan
suatu tugas (mis:
merencanakan percobaan
gaya pemulih pada
ayunan bandul
sederhana)

6.3 memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu


produk.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi

(Sudjana,2009:22). Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh

Krathwohl (dalam Purwanto,2011:51) membagi hasil belajar afektif menjadi lima

tingkat yaitu: penerimaan, partisipasi,penilaian,organisasi dan internalisasi. Hasil

belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana

hingga paling tinggi dan kompleks.

Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan

meneriman rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi atau merespons


41

(responding) adalah kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada

tingkat ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga

berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. Penilaian atau penentuan

sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari

rangsangan tersebut. Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang

dipilihnya untuk menjad pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai

atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang

diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi

bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari (Purwanto,2011:53).

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,

gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif

(Sudjana,2009:23). Namun, taksonomi yang paling banyak digunakan adalah

taksonomi hasil belajar psikomotorik dari Simpson (Winkel,1996:249-250; Gronlund

dan Linn,1990:510 dalam Purwanto,2011:53) yang mengklasifikasikan hasil belajar

psikomotorik menjadi enam : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan

terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.

Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik yang

paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala

lain. Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu

gerakan. Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan


42

gerakan meniru model yang dicontohkan.Gerakan terbiasa (mechanism) adalah

kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh.Kemampuan dicapai karena

latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan kompleks (adaptation)

adalah kemampuan melakukan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan,

dan irama yang tepat. Kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan

gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengobinasikan gerakan-

gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal (Purwanto,2011:53).

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan

peneliti sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusri Handayani (2014), dengan judul

penelitian “(Peranan Strategi Active Knowledge Sharing (Saling Tukar

Pengetahuan) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Guru Kelas

VIIIA SMP Unismuh Makassar)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

analisis hasil belajar siswa diperoleh thitung sebesar 6,80 sedangkan ttabel 1,672

yang artinya hasil belajar fisika antara siswa yang mengikuti pembelajaran

Active Knowledge Sharing pada post- test skor tertinggi 21 dan skor rata-rata

14 dengan standar deviasi 4,54 lebih baik dibandingkan dengan sebelum di

lakukannyaa pembelajaran dengan Active Knowledge Sharingdengan pre- test

adalah 17 dan skor rata-rata 8,63 dengan standar deviasi 4,01. Berdasarkan

presentase kumulatif skor hasil beljar Fisika siswa pada pre-test 45,45% diatas

interval dan ada 54,55% di bawah interval. Sedangkan post-test ada 59,09%
43

peserta didik yang memperoleh skor diatas intterval dan ada 40,91% peserta

didik yang dibawah interval. Dari data diatas menunjukkan hasil belajar post-

test lebih tingggi dibanding pre-test. Hal ini dikarenakan karna pengaruh

pembelajaran dengan menggunakan strategi Active Knowledge Sharing.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rabiatul Qazariayah (2019), dengan judul

penelitian “Pengaruh Strategi Active Knowledge Sharing pada Pembelajaran

Fisika Materi Gerak Lurus Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Kelas X SMA

Al-Mujaddid Sabang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya

keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung, yang akhirya

berdampak pada hasil belajar yang kurang baik yaitu masih dibawah nilai

ketuntasan minimum. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing terhadap keaktifan

belajar siswa dan respon belajar iswa pada materi gerak lurus di SMA

tersebut. Penelitian ini merupakan peelitian deskriptif yang melibatjan

bakterian ‘Sangat Aktif” dan kelas (XB) memperoleh 69,98% bakteria “Aktif’

dan hasil analisi respondari keseluruhan data angket yang diperoleh 93,28%

memberikan respon positif dan 6,68% memilih respon negatif dengan kriteria

“Sangat Tertarik”. Jadi dapat disimbulkan bahwa penggunaan strategi

pembelajaran Active Knowledge Sharing memiliki pengaruh terhadap

keaktifan belajar siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mita Rohmatika Disanti dan Laily Rosdiana

dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siwa SMK

Melalui Strategi Active Knowledge Sharing”. Tes yang dilakukan bebentuk


44

essay,tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan strategi Active

Knowledge Sharing. Berdasarkan analisis data hasil belajar pada siklus I

adalah 21 siswa yang tuntas (63,63%) dan yang belum tuntas 12 siswa

(36.37%), sedangkan pada siklus II yang tuntas 5 siswa (84,84%) dan yang

belum tuntas 5 siswa (15,16%) dengan openingkatan nilai rata-rata kelas

siklus I = 72, 12 sedangkan siklus II nilai rata-rata 1= 76,06 yang mengalami

peningkatan secara signivikan, sehingga berdasarkan hasil analisis data yang

diperoleh dapat disimpulkan bahwa melalui staregi Active Knowledge Sharing

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI Multi Media di

SMK N 1 Bangkinan Kota.

C. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang

ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan

alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan

bahan belajar.Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku

belajar yang tampak dari luar.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan adalah kesanggupan

atau kecakapan untuk melakukan sesuatu. Guru adalah orang yang menyampaikan
45

materi pelajaran kepada siswanya. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan

perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap

siswa, tetapi guru juga dapat berperan sebagai perencana, pengatur, dan pendorong

siswa agar dapat belajar secara efektif.

Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran fisika. Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Salah satu faktor

yang mempengaruhinya adalah banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan

motivasi belajar fisika siswa, diantaranya menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dengan unsur kegembiraaan dan mendorong siswa untuk terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

Active Knowledge Sharing (saling tukar pengetahuan) merupakan salah

satu metode pembelajaran aktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktifitas

belajar siswa. Strategi Active Knowledge Sharing didasarkan pada mengajukan

pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran kepada siswa dan mendapat

tanggapan dari siswa. Strategi pembelajaran tersebut membuat siswa untuk siap

belajar materi pelajaran dengan cepat dan dapat digunakan untuk melihat tingkat

kemampuan siswa dalam kerjasama tim dalam memecahkan suatu permasalahan pada

topik pelajaran. Dengan adanyapembelajaran seperti ini diharapkan motivasibelajar

siswa akan meningkat,siswa yang kurang aktif akan menjadi aktif dalam proses

pembelajaran fisika. Dari pernyataan diatas, kerangka berpikir dari penelitian ini


46

adalah untuk meningkatkan motivasi belajar fisika siswa dibuktikan dengan hasil

belajar yang diperoleh siswa.

Adapun bagan kerangka berpikir dapat disajikan sebagai berikut :

KONDISI Guru: Siswa:


AWAL
Belum menggunakan Kemampuan berpikir
LKPD kritis rendah

TINDAKAN Dalam pembelajaran Dalam pembelajaran guru


menggunakan strategi menggunakan strategi
Active Knowledge Active Knowledge Sharing
Sharingdan LKPD dan LKPD yang konseptual

KONDISI AKHIR Diduga melalui


pembelajaran berbasis
strategi Active
Knowledege Sharing
dan LKPD dapat
meningkatkann
motivasi belajar sisiwa

Gambar 2.9 Bagan Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai