Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR JAM SIBUK PADA JALAN LUAR KOTA

(PEAK HOUR FACTOR ANALYSIS FOR INTER URBAN ROADS)

Hikmat Iskandar
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jalan A.H. Nasution No. 264, Bandung, 40294
e-mail: iskandar_hikmat@yahoo.com
Diterima: 20 Mei 2015; direvisi: 10 Juni 2015; disetujui: 28 Juli 2015 2015.

ABSTRAK

Faktor Jam Sibuk (FJS) dipakai untuk mengkonversikan volume lalu lintas jam-jaman menjadi arus lalu lintas 15
menitan tertinggi dalam jam sibuk, dirumuskan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu jam
(kend/jam) terhadap empat kali arus lalu lintas selama 15 menit tertinggi dalam jam sibuk. F JS menjadi
perhatian khusus perencana jalan dalam analisis kapasitas karena pada jam tersebut terjadi fluktuasi arus lalu
lintas yang sampai pada ketinggian arus tersebut jalan masih dituntut untuk mampu mengalirkan arus lalu
lintas dengan kualitas pelayanan yang diharapkan. Dalam beberapa manual perencanaan, F JS menjadi salah
satu faktor dalam menganalisis arus jam perencanaan dan tingkat pelayanan. Tipikal nilai FJS berkisar antara
0,95 sampai dengan 0,80 yang berarti fluktuasi arus jam sibuk bisa lebih tinggi 5% sampai dengan 25% dari
volume lalu lintas jam sibuknya. Di Indonesia, dokumen perencanaan yang sering menjadi acuan, misalnya
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI’97), belum memperhitungkan F JS. Makalah ini bertujuan
menyajikan hasil pengamatan variabilitas arus lalu lintas dalam jam sibuk di beberapa ruas jalan nasional luar
kota melalui perekaman arus lalu lintas menggunakan video kamera, untuk menentukan nilai F JS. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa FJS bervariasi antara 0,69-0,94 untuk tipe jalan 2/2TT dan 0,83-0,97 untuk
tipe jalan 4/2T dengan nilai rata-rata masing-masing 0,89 dan 0,91. Nilai yang rendah diperoleh dari ruas
dengan volume lalu lintas yang rendah, dan nilai yang tinggi diperoleh dari ruas dengan volume lalu lintas yang
tinggi.

Kata kunci: Perencanaan lalu lintas, volume lalu lintas jam perencanaan,arus lalu lintas, faktor jam sibuk,
kapasitas

ABSTRACT

Peak hour factor (PHF) is usually used to converse an hourly volume (vehicles/hour) to 15 minutes flow rate in
a peak hour, formulated as comparison of an hour volume to four times of the highest 15 minutes flow rate
within peak hour. PHF becomes a special concern of planners in analyzing capacity, because within the peak
hour, road has to be capable to serve all flows variation in a suitable level of service. Several planning manual
apply PHF to become one of factors in analyzing design hourly volume and level of service (LOS). Typical
values of PHF range within 0,80 to 0,95 and may give an interpretation that fluctuation of flow rates within peak
hour increase by 5% to 25% than its peak hour volume. In Indonesia, planning document is usually used for
practice, i.e. Indonesian Highway Capacity Manual 1997 (IHCM’97), has not included the PHF yet. This paper
aims to discuss results of an investigation of traffic flows within peak hour on several inter urban roads which
were recorded by video camera, for exploring the PHF values. Results show that PHF varies between 0,69-0,94
for road type 2/2TT and 0,83-0,97 for road type 4/2T with mean values 0,89 and 0,91 repectively. Low value
comes from low hourly volume roads and high value is obtained from high hourly volume roads.

Keywords: Traffic planning, design hourly volume, traffic flows, peak hour factor, capacity

75
PENDAHULUAN Harian Rata-rata Tahunan (LHRT), faktor k dan
FJS (atau PHF).
Penyelenggaraan jalan diamanatkan LHRT secara ideal dapat diketahui,
undang-undang untuk dilakukan berdasarkan sesuai definisinya, dari jumlah total volume lalu
azas kemanfaatan, efektif, dan efisien lintas selama satu tahun dibagi dengan jumlah
(Indonesia 2004; 2009) sehingga jalan yang hari pada tahun tersebut. Faktor k ditetapkan
dibangun memiliki manfaat yang sebesar- dari kajian variasi volume lalu lintas jam-jaman
besarnya bagi kehidupan bangsa dan negara. Di selama satu tahun, dan FJS ditetapkan dari
dalam prakteknya, penyediaan jalan harus kajian variasi arus lalu lintas dalam waktu jam
sesuai dengan tuntutan kebutuhan sehingga sibuk.
menghasilkan perjalanan lalu lintas kendaraan Penetapan nilai LHRT membutuhkan
yang cepat, selamat, murah, dan nyaman. kajian dengan waktu panjang yaitu paling tidak
Tuntutan kebutuhan terhadap jalan tersebut satu tahun, tetapi dapat juga diprediksi dengan
pada tahap perencanaan dinyatakan oleh jumlah menggunakan data yang singkat, misalnya
lalu lintas kendaraan per satuan waktu yang dengan cara Bina Marga (Indonesia 1992),
akan menggunakan jalan tersebut. berdasarkan survey 7x24 jam secara menerus
Sesuai dengan tujuan perencanaan, (Howe 1972; Iskandar 2007). Cara prediksi ini
dibedakan dua entitas kebutuhan, yaitu: 1) adalah cara yang paling umum dipakai
kebutuhan untuk menetapkan dimensi sekalipun jarang diperhitungkan error yang
(geometric) jalan sesuai dengan kapasitas yang mungkin terjadi.
dituntutnya, dan 2) kebutuhan untuk Faktor k yang digunakan dalam
menetapkan kekuatan perkerasan jalan sesuai perencanaan umumnya diadopsi dari literatur,
dengan beban lalu lintas yang harus dipikulnya. hanya sedikit yang dikaji atau diukur langsung
Bahasan dalam makalah ini terfokus pada dari variasi volume lalu lintas jam-jaman.
entitas pertama. Iskandar (1999) melakukan pengkajian terhadap
Dalam perencanaan jalan, dibedakan dua arus lalu lintas di jalur pantai utara Jawa, dan
proses analisis sesuai dengan tujuannya, yaitu: menyarankan nilai rata-rata FJS sebesar 8,1%
1. Untuk memilih tipe jalan apakah dua lajur untuk variasi LHRT 6.000 - 19.000 kend/hari.
dua arah tak terbagi (2/2TT), atau empat MKJI’97 (Indonesia 1997a), manual yang
lajur dua arah tak terbagi (4/2TT), atau umum digunakan di Indonesia, menggunakan
empat lajur dua arah terbagi (4/2T), atau tipe nilai faktor k sebesar 11%.
jalan multi lajur yang lebih dari 4 lajur jalan Nilai FJS dalam praktek perencanaan
2. Untuk mengevaluasi kinerja lalu lintas suatu sangat sedikit dipublikasikan sehingga diper-
segmen jalan, apakah segmen jalan masih kirakan jarang digunakan. MKJI’97 yang sela-
mampu melayani arus lalu lintas yang ada, ma ini sering menjadi acuan dalam peren-
atau jalan sudah harus ditingkatkan canaan, juga belum memasukan FJS ke dalam
kapasitasnya. perhitungan baik untuk kapasitas maupun untuk
Proses analisis ini didasarkan pada kinerja lalu lintas. Dalam peraturan menteri
besarnya arus lalu lintas jam perencanaan (qJP) pekerjaan umum nomor 19 tahun 2011 tentang
sebagai nilai yang merepresentasikan persyaratan teknis jalan dan kriteria
kebutuhan, yang penetapannya berdasarkan perencanaan teknik jalan (Indonesia 2011) yang
perhitungan lalu lintas eksisting atau prediksi merupakan acuan resmi yang terkini, FJS juga
volume lalu lintas yang akan menggunakan termasuk yang belum diatur.
jalan tersebut selama usia perencanaannya. qJP Mempertimbangkan faktor-faktor dalam
ditetapkan sedemikian sehingga tipe jalan hasil penetapan qJP sebagai dasar perencanaan tipe
perencanaan adalah tipe jalan yang paling jalan, keakuratan parameter pendukungnya
ekonomis atau yang dapat menunjukkan kinerja menjadi hal yang penting, baik LHRT, faktor k,
lalu lintas yang memadai. maupun FJS. Misalnya, Tarko and Cartagena
Panduan-panduan perencanaan (lihat (2005), menyebutkan bahwa nilai FJS rata-rata
misalnya AASHTO 2001; TRB 1985, 1994, di jalan-jalan luar kota di Amerika bervariasi
2010; Indonesia 1997; Indonesia 1997a) antara 0,80 sampai dengan 0,99. HCM (TRB
menyebutkan tiga parameter perencanaan dalam 1985) menyarankan nilai 0,88 untuk jalan luar
menghitung qJP, yaitu Volume Lalu lintas kota (rural road). Memperhatikan dampaknya,

76
untuk nilai FJS sebesar 0,80 dapat mening- qJP = LHRT x (Faktor ̵k) x FJS ……………. 1)
katkan arus jam sibuk sampai 25% lebih besar
dari volume lalu lintas sibuknya. Dampak dari Volume lalu lintas untuk perencanaan
tidak diperhitungkannya FJS adalah qJP menjadi perkerasan, dinyatakan sebagai cumulative
terlalu rendah atau sebaliknya terlalu besar, equivalent standar axle (CESA) merupakan
sehingga pemilihan jumlah lajur jalan yang jumlah kumulatif kendaraan-kendaraan yang
direncanakan dapat tidak sesuai dengan yang akan melintasi ruas jalan tersebut, dinyatakan
perkiraannya, atau dalam memperkirakan dalam satuan lintasan kendaraan standar,
kinerja lalu lintas menjadi tidak tepat sehingga selama waktu pelayanan yang direncanakan.
nilai tundaannya terlalu besar atau sebaliknya. Dapat dihitung menggunakan persamaan 2
Makalah ini bertujuan menbahas hasil (Iskandar 2007).
penelitian terhadap arus lalu lintas dalam jam
sibuk untuk mengetahui nilai FJS bagi jalan- CESA = ∑j LHRTj . VDFj . 365 . (1 + i)N ..… 2)
jalan luar kota di Indonesia. Penelitian FJS ini
didasarkan atas data arus lalu lintas di ruas-ruas keterangan:
jalan luar kota yang dipandang dapat mewakili i= faktor pertumbuhan lalu lintas tahun-
kondisi variasi arus selama jam sibuk. Arus jam an, misalnya i=0,07
sibuk yang digunakan sebagai sampel adalah j= kategori jenis kendaraan, DJBM
arus pada jam-jam sibuk siang pada hari-hari (Indonesia 1992) menggunakan 11
kerja biasa yang normal. kelas
N= umur rencana, tahun
LHRTJ = volume lalu lintas harian rata-rata
KAJIAN PUSTAKA tahunan untuk kategori jenis kendaraan
j, kendaraan per hari
FJS merupakan faktor yang penting di VDFJ = vehicle damaging faktor untuk kategori
dalam perencanaan lalu lintas. Bagaimana jenis kendaraan j.
posisi dan pengaruhnya di dalam perencanaan
tersebut, serta berapa besar nilainya perlu Kedua perhitungan beban lalu lintas
dikaji, khususnya untuk melengkapi panduan terhadap jalan tersebut, yaitu untuk desain
perencanaan jalan. geometrik dan perkerasan jalan, berbeda total
sekalipun kedua-duanya menggunakan data
Perencanaan lalu lintas dasar yang sama yaitu LHRT.
Perencanaan lalu lintas terbagi menjadi
dua, yaitu untuk merencanakan 1) geometrik Faktor Jam Sibuk
jalan, dan 2) perkerasan jalan. Kedua-duanya Nilai FJS adalah faktor yang merepre-
sama menggunakan LHRT sebagai data sentasikan variasi arus lalu lintas per 5 menitan
dasarnya, tetapi berbeda dalam penggolongan atau 15 menitan selama satu jam sibuk. FJS
jenis kendaraannya dan perhitungan lalu lintas menjadi perhatian khusus dalam analisis karena
sebagai beban jalan. Untuk perencanaan jam sibuk menjadi jam yang merepresentasikan
geometrik, beban lalu lintas menuntut dimensi kondisi volume lalu lintas kritis, dijadikan dasar
jalan yang memadai agar banyaknya kendaraan bagi desain jalan, dan bagi para pengguna jalan
dapat tersalurkan secara efisien, sedangkan yang berjalan dalam waktu sibuk baik pagi
untuk perkerasan, beban lalu lintas menentukan maupun sore, diketahui bahwa pada saat
kekuatan jalan yang memadai agar arus lalu tersebut volume lalu lintas mencapai yang
lintas dengan berat tertentu dapat disalurkan tertinggi. Dalam Highway Capacity Manual
dengan baik. Volume lalu lintas untuk (TRB 1985, 1994, 2010), FJS dipakai sebagai
perencanaan geometrik dinyatakan oleh qJP salah satu faktor dalam menganalisis kapasitas
yang hanya mewakili volume lalu lintas selama dan LOS, karena pada jam sibuk tersebut terjadi
satu jam, dinyatakan dengan satuan mobil fluktuasi arus lalu lintas yang tidak bisa
penumpang per jam (smp/jam) dan dihitung diabaikan.
menggunakan persamaan 1. Nilai FJS biasanya ditetapkan sebagai
perbandingan antara volume lalu lintas dalam

77
jam sibuk (kend/jam) dibagi oleh 12 kali arus nilai FJS antara 0,80 sampai dengan 1,00. Nilai
lalu lintas selama lima menit yang tertinggi, FJS yang tinggi menunjukkan variabilitas yang
atau empat kali arus lalu lintas selama 15 menit kecil selama jam tersibuk atau arus per
yang tertinggi (Gambar 1). Arus lalu lintas per seperempat jam-jamannya relatif sama dan
lima menit biasanya dipakai untuk menetapkan kondisi arus mendekati kapasitasnya.
FJS bagi jalan bebas hambatan (JBH), dan arus Tipikal nilai FJS untuk jalan-jalan diling-
per 15 menit biasa dipakai untuk menetapkan kungan perkotaan bervariasi antara 0,80 sampai
FJS ruas jalan yang lain dan persimpangan. dengan 0,98 (IoU 2013). Di persimpangan FJS
Formulasi matematik dan contohnya untuk arus dapat bervariasi antara 0,58-0,99 dengan nilai
per 15 menit seperti dalam persamaan 3 dan rata-rata 0,86 (Tarko, Andrew and Cartagena
Gambar 1 (Hobb 1979; TRB 1985, 1994, 2010; 2005). Nilai yang rendah menggambarkan
Tarko and Cartagena 2005; Shiekhman R 2013, besarnya variasi arus dalam jam tersebut yang
UoI 2013). berkaitan dengan rendahnya volume lalu lintas
dalam jam tersebut. Nilai yang tinggi
menggambarkan arus yang steady selama jam
sibuk. Nilai di atas 0,95 memberikan indikasi
volume lalu lintas yang tinggi yang mendekati
kapasitasnya.
Tipikal nilai FJS untuk JBH adalah
berkisar antara 0,8 sampai dengan 0,95 (UoI
2014; Shiekman 2013). Bassan (2013)
menyampaikan nilai antara 0,88-0,99. Nilai FJS
yang rendah adalah tipikal untuk JBH luar kota
atau pada kondisi arus lalu lintas yang tidak
sibuk (off peak). Nilai FJS yang tinggi biasanya
terjadi pada kondisi jam sibuk atau JBH di
perkotaan.
Gambar 1. Contoh menghitung FJS pada ruas ja-
lan 2/2TT Padalarang-Ciburuy, tahun Variabilitas dalam jam sibuk menjadi
2010. penting dalam desain, pada saat qJP ditetapkan
dan dijadikan dasar untuk menetapkan desain
𝐪𝐣𝐚𝐦 𝐬𝐢𝐛𝐮𝐤 tipe jalan (misal 2/2TT, atau 4/2T, atau lebih
𝐅𝐉𝐒 = 𝟒 𝐱 𝐪 …………..………. 3) besar lagi), karena arus kapasitas tipe jalan yang
𝟏𝟓𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢
dipilih adalah arus pada kondisi yang kurang
keterangan: stabil, maka kenaikan arus lalu lintas dalam
qjam sibuk = volume lalu lintas dalam jam setiap segmen waktu (15 menitan atau 5
sibuk, kend/jam. menitan) karena variabilitas arus selama jam
q15menit tertinggi = arus kendaraan tertinggi sibuk, akan menyebabkan penurunan kinerja
selama 15 menit dalam jam lalu lintas yang drastis, misalnya arus tersendat
sibuk tersebut, kend/jam. karena arus dalam segmen 15 menitnya lebih
dari volume jam perencanaannya. Jika FJS
Tipikal nilai FJS untuk ruas-ruas jalan luar bervariasi antara 0,80 sampai dengan 0,95
kota seperti pada ruas-ruas arteri di pulau Jawa berarti dalam 15 menit jam sibuk akan
dengan tipe jalan 2/2TT (Iskandar 1999), berpotensi meningkat sekitar 25% sampai
berkisar di antara 0,90-0,92. Di Israel (Bassan dengan 5%. Apalagi untuk tipe jalan antar kota
2013), untuk tipe jalan 2/2TT luar kota, FJS (inter-urban highway) yang memiliki
berkisar antara 0,92-0,97. Di Rumania (Ciont et variabilitas FJS dari 0,7 sampai dengan 0,90
all 2015), berdasarkan pengukuran di satu ruas yang berarti terdapat potensi meningkatnya arus
tipe jalan 4/2TT, nilai FJS berkisar diantara dalam segmen waktu yang kecil (15 menit)
0,84-0,95. DJBM (Indonesia 1997b) antara 33% sampai dengan 11%. Kenaikan ini
mengadopsi nilai yang bervariasi berkaitan cukup signifikan untuk menyebabkan kondisi
dengan LHRTnya, untuk nilai LHRT antara kinerja lalu lintas menurun drastis. Oleh karena
30.000 sampai dengan 50.000 smp/ hari dipakai itu menjadi hal yang penting, FJS
diperhitungkan dalam perencanaan. TRB

78
(1985,1994, 2010) memasukkan nilai FJS ke Kendaraan-kendaraan dalam arus lalu
dalam analisis kapasitasnya, terutama dalam lintas bermacam-macam jenisnya yang dalam
penilaian service volume suatu LOS. Sementara hal perencanaan perlu dilakukan
itu, MKJI’97 (Indonesia 1997a) yang tidak pengelompokan sesuai dengan maksud
menggunakan konsep LOS tetapi menggunakan perencanaan dan karakter kendaraan. Undang-
nilai derajat kejenuhan (degree of saturation) undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
sebagai ukuran kinerjanya, tidak menggunakan dan angkutan jalan (Indonesia 2009)
FJS dalam analisisnya baik untuk evaluasi mengelompokkan jalan berdasarkan daya
kinerja operasional maupun untuk analisis dukung untuk menerima muatan sumbu terberat
perencanaan. (MST) dan dimensi kendaraan bermotor (Tabel
Mengevaluasi hasil pengukuran FJS untuk 1).
jalan antar kota seperti yang didiskusikan dalam
tulisan ini dan juga penelitian terdahulu Tabel 1. Pengelompokan jenis-jenis kendaraan
(Iskandar 1999) yang menunjukkan nilai variasi berdasarkan ukuran kendaraan dan
FJS yang dapat mempengaruhi volume lalu kelas penggunaan jalan
lintas perencanaan, maka dipandang perlu untuk
menambahkannya di dalam analisis kapasitas Kelas Panjang Lebar Tinggi MST
dan kinerja lalu lintas pelayanan jalan. jalan (m) (m) (m) (Ton)

III ≤9,0 ≤2,1 ≤3,5 8


Volume lalu lintas Harian rata-rata
Tahunan II ≤12,0 ≤2,5 ≤4,2 8
LHRT didefinisikan sebagai jumlah ken- I ≤18,0 ≤2,5 ≤4,2 10
daraan yang melalui satu ruas jalan selama satu khusus >18,0 >2,5 ≤4,2 >10
tahun dibagi oleh jumlah hari dalam tahun yang
bersangkutan, dinyatakan dalam satuan
kendaraan per hari. LHRT merepresentasikan Pengelompokan ini memberikan
beban kendaraan yang harus ditampung jalan implikasi kepada pengelompokan jenis
baik untuk dimensi jalannya (geometrik) kendaraan yang diizinkan menggunakan jalan
maupun untuk kekuatan perkerasan jalannya. kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas khusus.
Nilai LHRT dapat diperoleh dari perhitungan Konsekuensinya, perencanaan lalu lintas untuk
lalu lintas langsung pada ruas-ruas jalan yang perkerasan menjadi terkelompok berdasarkan
menjadi objek, atau dihasilkan dari suatu kajian kelas jalan dan dasarnya adalah jenis kendaraan
transportasi (Transport planning). yang diperhitungkan dalam setiap kelas
Di dalam praktek perencanaan, LHRT tersebut.
yang dihitung dari arus lalu lintas selama satu Untuk perencanaan geometrik,
tahun penuh praktis jarang dilakukan, kecuali pengelompokan didasarkan lebih kepada
untuk tujuan penelitian. LHRT pada umumnya dimensi kendaraan, sedangkan untuk
diprediksi, misalnya berdasarkan perhitungan perencanaan perkerasan, pengelompokan lebih
lalu lintas selama 40 jam setiap triwulan didasarkan atas MST kendaraan. Dewasa ini,
(Indonesia 1992) dan LHRT ditetapkan dari terdapat beberapa pengelompokan kendaraan,
rata-rata empat nilai volume lalu lintas harian DJBM menggunakan 11 kelas (Indonesia
rata-rata (LHR) triwulanannya. Cara lain, 1992). MKJI’97 menggunakan 5 kelas.
misalnya berdasarkan data perhitungan lalu Konsekuensinya, penyiapan data untuk
lintas 7x24 jam menerus pada minggu normal. perencanaan harus dilakukan sesuai dengan
LHR seminggu tersebut digunakan sebagai metoda perencanaan yang dianutnya beserta
prekdiktor nilai LHRT. asumsi pengelompokan jenis kendaraannya, dan
Dari proses tersebut terlihat bahwa hal ini yang menjadi sebab upaya simplifikasi
prediksi LHRT akan memiliki error. Howe pengelompokan kendaraan yang berpotensi
(1972) menyarankan nilai error ini dapat ketidak akuratan perencanaan lalu lintas.
sampai 15% dari memprediksi LHRT Mengevaluasi arah pengelompokan,
berdasarkan data perhitungan lalu lintas 7x24 desain geometri mendasarkan pada jumlah
jam pada minggu normal. kendaraan dengan dimensi-dimensi tertentu
yang harus disalurkan dalam satu jam,

79
sedangkan desain perkerasan mendasarkan pada besar karena penetapannya berdasarkan arus
jumlah lintasan beban kendaraan selama usia jam sibuk yang tertinggi. Tetapi, variasi arus
perencanaannya, maka pengelompokan ini jam sibuk ini terjadi hanya melingkupi waktu
dapat lebih disederhanakan, misalnya untuk kejadian yang sedikit dan pada umumnya arus
desain geometri, kendaraan-kendaraan yang lalu lintas terjadi berada di bawah nilai arus
dimensinya berdekatan dapat dikelompokan. tertentu, sehingga desain pun, yang berdasarkan
Untuk desain perkerasan, kendaraan-kendaraan azas efisien, tidak menetapkan arus jam sibuk
dengan nilai VDF yang berdekatan dapat disatu tertinggi sebagai dasar perencanaan, tetapi
kelompokan. dipilih nilai arus di bawah itu untuk tujuan
Dari uraian tentang LHRT di atas, bahwa ekonomis. Praktek desain di Amerika
LHRT yang menjadi dasar desain pada (AASHTO 2001; TRB 2010) menggunakan jam
umumnya diprediksi bukan dihitung dari sibuk ke 30 sebagai patokan, yang maknanya
pengamatan lalu lintas selama setahun, bahwa jalan yang dibangun hanya mengizinkan
sehingga dari komponen LHRT saja, qJP memi- 29 jam dalam satu tahun (0,33% atau rata-rata
liki potensi error yang tidak dapat diabaikan. 4,8 menit per hari) menampung arus lalu lintas
Disamping itu, simplifikasi pengelompokan yang melampaui arus jam perencanaanya.
jenis kendaraanpun berpotensi memperbesar Kondisi 29 jam ini dalam kenyataanya dapat
error. berupa arus yang macet atau tersendat-sendat.
Desain lain, ada yang menggunakan urutan jam
Faktor k tersibuk ke 80 (lihat misalnya Hobbs 1979). Di
Faktor k merepresentasikan arus lalu Indonesia, mengacu kepada Permen PU nomor
lintas jam-jaman tersibuk (peak traffic) dari 19 tahun 2011, pasal 54 ayat 2 (Indonesia
suatu ruas jalan dalam satu tahun, didefinisikan 2011), menyebutkan :
sebagai perbandingan antara volume lalu lintas
“ ….……. (2) Pada saat RVK suatu ruas jalan
per jam yang terjadi dalam urutan tersibuk ke
sudah mencapai batas tingkat pelayanan
30 (atau yang lain, misalnya urutan ke 50 atau sampai dengan 100 jam dalam setahun (1,14%
ke 200) terhadap LHRTnya (AASHTO 2001). (satu koma empat belas persen) dari waktu
Karena nilainya ditetapkan dari arus tersibuk, pelayanan) atau rata-rata 16 (enam belas)
maka pada umumnya menjadi patokan dalam menit dalam satu hari, maka kapasitas ruas
mendesain dimensi jalan yang berkaitan dengan jalan tersebut harus ditingkatkan ……..”.
kapasitasnya dan faktor ini dalam desain jalan
Sebagai catatan, istilah RVK dalam
menjadi penting.
peraturan tersebut adalah singkatan dari Rasio
Berdasarkan data arus lalu lintas jam-
Volume terhadap Kapasitas yang di dalam
jaman di jalur Pantura Jawa yang disurvei pada
MKJI’97 (Indonesia 1997a) disebut derajat
tahun 1997 sampai dengan 1999 (Iskandar
kejenuhan (DS). RVK dipakai sebagai kriteria
1999; 2007) diketahui bahwa di jalur tersebut
batas pelayanan untuk menentukan apakah
arus jam tersibuk terjadi di sekitar bulan
suatu jalur lalu lintas harus ditingkatkan atau
Februari dan bulan Juli. Pada umumnya di
tidak. Berbeda dengan faktor k, dipakai untuk
Indonesia dimana masyarakatnya banyak
menentukan qJP sebagai dasar penentuan
menganut agama Islam, jam tersibuk tersebut
dimensi jalan yang diperlukan. Peraturan
dapat bergeser kejadiannya, karena jam sibuk
tersebut menunjukkan bahwa untuk
terpengaruh oleh kegiatan yang dapat
menetapkan faktor k di Indonesia digunakan
meningkatkan arus lalu lintas, yaitu sekitar
kriteria urutan jam tersibuk ke 100.
bulan suci Ramadhan yang penetapan siklusnya
Nilai faktor k bervariasi antara 8%
tidak berdasarkan perhitungan tahun Masehi,
sampai dengan 30% (Thagensen 1996). Nilai
tetapi berdasarkan perhitungan tahun Hijriah.
yang rendah biasanya terjadi pada ruas-ruas
Hari raya Idul Fitri selalu maju sekitar 2
jalan dengan kepadatan yang tinggi, kesibukan
minggu dari tahun ketahun dalam tahun Masehi
yang rutin tiap hari atau tiap minggu, seperti di
yang dianut sebagai kalender kegiatan ekonomi.
wilayah perkotaan, dan nilai yang tinggi
Secara ideal, jalan didesain harus mampu
biasanya terjadi pada ruas-ruas jalan dimana
untuk menampung seluruh arus jam-jaman yang
jam sibuk terjadi musiman seperti ruas jalan
melaluinya sepanjang waktu pelayanannya,
pariwisata, ruas jalan yang melayani pertanian
tetapi konsekuensinya, jalan akan berdimensi

80
dengan panen yang musiman. Pengukuran di Memperhatikan ketentuan yang terkini
ruas jalur Pantura Jawa pada tahun 1997-1999 tentang ketentuan batas tingkat pelayanan yang
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 8,1% yang didasarkan tidak dari jam sibuk ke 30 tetapi dari
ditetapkan dari urutan volume lalu lintas jam jam sibuk ke 100 (Indonesia 2011), maka nilai
tersibuk ke 30. faktor k dalam Tabel 2 akan lebih rendah dari
Secara ideal, faktor k ditetapkan untuk yang ditetapkan berdasarkan urutan jam
setiap ruas jalannya sesuai dengan besar dan tersibuk ke 30. Hal ini bermakna bahwa jalan-
karakter variasi arus lalu lintasnya seperti jalan di Indonesia akan lebih lama mengalami
ditunjukkan dalam Tabel 2 (Iskandar 1999). kemacetan dibandingkan dengan jalan-jalan
yang didesain dengan faktor k berdasarkan jam
Tabel 2. Nilai LHRT dan faktor k yang diukur ke 30, sebelum dilakukan peningkatan
pada tahun 1998-1999 kapasitas.

Nama Ruas LHRT Faktor k Arus Jam Perencanaan


(kend/hari)
Cianjur-Ciawi 19,025 6,97 Volume qJP seperti dirumuskan dalam
Selajambe-Cianjur 18,498 6,90
persamaan 1, dihitung dari perkalian tiga
parameter, LHRT, faktor k, dan FJP. Dalam
Pejagan-Brebes 17,718 8,53
hitungan desain, jika perkiraan LHRT memili
Parung-Bogor 17,711 7,15 error sampai dengan 15%, faktor k memiliki
Padalarang-Purwakarta 16,711 7,29 error sampai 5%, dan FJP memiliki error
Cilegon-Serang 16,112 6,87 sampai dengan 20%, dan jika error tersebut
Trengguli-Pati 16,665 7,38 tidak diperhitungkan dalam desain, maka qJP
Waleri-Kendal 16,112 6,67 akan berpotensi error sampai dengan ±45%.
Lohbener-Jatibarang 14,200 6,68 Nilai ini akan sangat berdampak kepada hasil
Pemalang-Pekalongan 14,676 8,24
desain, dapat under-estimate atau sebaliknya,
yang menghasilkan masalah setelah jalan di-
Cileunyi-Sumedang 13,684 7,91
bangun. Jalan dapat mengalami kemacetan-
Lamongan-Gresik 13,491 7,34
kemacetan lebih awal dari perkiraan, atau tidak
Pringsurat-Bawen 12,880 10,26 mengalami masalah kemacetan sampai sekian
Nagreg-Rajapolah 10,727 10,37 waktu dari usia perkiraannya.
Nagreg-Garut 3,532 9,46 Uraian dimuka dapat menunjukkan
Temangkar-Babat 8,771 7,50 pentingnya akurasi nilai-nilai parameter
Rembang-Bulu 7,453 6,98 perencanaan, yang dalam hal ini FJS yang
Wangon-Batas Jabar 6,109 11,87 menjadi penting untuk dimasukkan dalam
perhitungan perencanaan sehingga perlu
ditetapkan nilainya, berdasarkan variasi arus
Secara praktis, biasanya untuk mene- lalu lintas dalam jam tersibuk untuk kondisi di
tapkan satu nilai yang berlaku umum, diambil Indonesia. Nilai FJS yang menjadi fokus dari
dari nilai rata-rata untuk sekelompok ruas yang makalah ini berkisar antara 0,80 sampai
memiliki karakter yang serupa. Sebelumnya, mendekati 1,00.
tata cara perencanaan geometri jalan antar kota
(Indonesia 1997b) menggunakan nilai umum
faktor k yang dikaitkan dengan nilai LHRT dan HIPOTESIS
FJS dimana nilai-nilainya diadopsi dari literatur.
Nilai-nilai faktor k pada Tabel 2 diperoleh dari 1. Fluktuasi arus lalu lintas yang signifikan
pengukuran langsung yang dapat digunakan dalam arus lalu lintas jam sibuk perlu
sebagai nilai usulan pemutakhiran. Yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan volume
dipertimbangkan bahwa nilai yang berlaku lalu lintas.
umum ini memiliki deviasi terhadap nilai yang 2. Nilai Fjs pada jalan luar kota di Indonesia
sesungguhnya, sehingga dalam desain perlu dipengaruhi oleh fluktuasi arus lalu lintas.
dipertimbangkan error dari parameter ini.

81
METODOLOGI Pengumpulan data dilakukan menggunakan
video recorder yang merekam arus lalu lintas
Cara menghitung Faktor Jam Sibuk selama jam pengamatan tersebut. Perhitungan
FJS dihitung menggunakan persamaan 3 arus lalu lintas dilakukan di laboratorium teknik
(Hobbs 1979; TRB 1985, 1994, 2010; Tarko , lalu lintas dengan menghitung arus per jenis per
Andrew and Cartagena 2005; Shiekhman R. seperempat jam dari memutar ulang rekaman
2013, UoI 2013), sehingga untuk video tersebut.
memperolehnya diperlukan data volume lalu Dari setiap ruas yang diamati, dipilih jam
lintas dalam jam sibuk. Volume kendaraan yang yang tertinggi dan pada jam tersebut dihitung
dihitung dikelompokkan menjadi dua, yaitu FJS menggunakan persamaan 3. Dari seluruh
pertama kelompok lalu lintas Mobil yang terdiri ruas yang diamati, fluktuasi nilai FJS dianalisis
dari semua kendaraan bermotor roda empat dan variabilitasnya dan ditetapkan nilai FJS yang
lebih, dan yang kedua adalah kelompok Mobil representatif.
ditambah sepeda motor (SM). Kendaraan fisik
diabaikan. FJS yang akan ditetapkan adalah
yang didasarkan atas lalu lintas kendaraan HASIL DAN ANALISIS
bermotor termasuk SM. Perhitungan FJS Mobil,
akan dipakai sebagai pembanding. Lokasi pengamatan
Jam sibuk yang biasanya dipakai untuk Pengamatan dilakukan di 18 ruas jalan
perencanaan, ditetapkan dari jam tersibuk nasional (Tabel 3) pada tahun 2010, terdiri dari
urutan ke 30, yaitu urutan ke 30 dari volume 13 ruas tipe jalan 2/2TT dan 4 ruas tipe jalan
lalu lintas jam-jaman tertinggi (AASHTO 4/2T. Pada tipe jalan 2/2TT, pengamatan
2001). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dilakukan sekaligus dua arah sehingga FJS yang
nomor 19/PRT/M/2011 tentang persyaratan akan diperoleh adalah FJS dua arah. Pada tipe
teknis jalan dan kriteria perencanaan teknis jalan 4/2T, pengamatan dilakukan per arah
jalan menetapkan urutan jam tersibuk yang ke sehinggta FJS yang diperoleh adalah FJS per
100. arah.
Adalah hal yang sulit untuk memperoleh Dalam kenyataannya, lebar lajur ideal
data distribusi volume lalu lintas jam-jaman yang diukur dari sisi dalam marka tepi ke sisi
selama satu tahun penuh untuk mengetahui dalam marka tepi di sisi lain selebar 7,0 meter
kapan terjadinya jam sibuk yang dijadikan dasar umumnya tidak dipenuhi, tetapi rata-rata
untuk menetapkan qJP, atau jam ke 30, atau jam terpenuhi jika diukur dari sisi perkerasan ke sisi
ke 100. Untuk mendekati kondisi tersibuk perkerasan. Fungsi jalan luar kota terpenuhi
tersebut, diambil volume lalu lintas jam-jaman oleh lokasi yang memang berada di luar kota
pada siang hari pada hari-hari normal. Jam dan sebagai jalan arteri antar kota dengan
tersibuknya diperkirakan akan terjadi pada hari katagori hambatan samping rendah (Indonesia
kerja yang normal antara Senin sampai dengan 1997a). Arus lalu lintas yang dilayani
Kamis di mana kegiatan perekonomian yang diperkirakan terdiri dari umumnya perjalanan
membangkitkan lalu lintas memiliki pola waktu antar kota.
yang relative sama. Hari Jumat memiliki pola
kegiatan berbeda karena ada kegiatan umat
Islam yang melakukan shalat Jumat. Demikian
juga Sabtu di mana sebagian ada yang bekerja
dan sebagian lagi tidak. Minggu merupakan
hari libur. Pengumpulan data dilakukan selama
beberapa jam di antara jam 06.00 sampai
dengan jam 17.00. Arus lalu lintas dihitung
setiap 15 menit. Pengambilan data dilakukan
pada jalan nasional tipe 2/2TT dan 4/2T dengan
kondisi geometrik yang ideal. Lebar jalur lalu
lintas 7,0 m dengan bahu minimal 1,0 m pada
tipe jalan 2/2TT dan lebar lajur 3,5 m dengan
bahu minimal 1,0 m pada tipe jalan 4/2T.

82
Tabel 3. Lokasi pengamatan arus lalu lintas diperoleh data volume lalu lintas jam-jaman dan
No Nama Ruas Tipe Provinsi data arus lalu lintas per 15 menitan.
(jalan Nasional) Jalan Perhitungan ini dibedakan untuk arus tanpa
1 Ambon-Liang 2/2TT Maluku sepeda motor (SM) dan arus dengan SM. Hal
2 Banjarmasin-Banyuasin 2/2TT Kalimantan Selatan
3 Jomin-Cikampek 2/2TT Jawa Barat ini dilakukan karena porsi SM cukup besar
4 Kadipaten AM 2/2TT Jawa Barat untuk arus lalu lintas antar kota, yaitu sebesar
5 Maros-Parepare 2/2TT Sulawesi Selatan rata-rata 54% dengan variasi yang berkisar
6 Mataram-Lotim 2/2TT Nusa Tenggara Barat
7 Nagreg-Tasikmalaya 2/2TT Jawa Barat antara 33%-81%.
8 Padalarang-Ciburuy 2/2TT Jawa Barat Fluktuasi volume lalu lintas jam-jaman
9 Pasuruan-Probolinggo 2/2TT Jawa Barat
10 Serang-Tangerang 2/2TT Banten
dalam satu hari siang menunjukkan bahwa pada
11 Subang-Sadang 2/2TT Jawa Timur jalan antar kota dari 18 ruas yang diamati, sulit
12 Tebingtinggi-Medan 2/2TT Banten untuk ditemukan pola variasi yang sama,
13 Yogyakarta-Wates 2/2TT Jawa Barat
14 Bandung-Nagreg 4/2T Sumatera Utara terutama untuk terjadinya jam tersibuk baik
15 Cirebon-Brebes 4/2T D.I. Yogyakarta untuk tipe jalan 2/2TT maupun untuk tipe jalan
16 Cikampek-Pamanukan 4/2T Jawa Barat 4/2T (lihat Gambar 2 sampai dengan Gambar
17 Lamongan-Tuban 4/2T Jawa Timur
18 Tegal-Pemalang 4/2T Jawa Tengah 5), baik untuk arus Mobil (kendaraan roda 4
atau lebih), maupun untuk arus yang
Fluktuasi arus lalu lintas jam-jaman memperhitungkan SMnya.
Video dari 18 ruas jalan diamati untuk
menghitung arus lalu lintasnya dan hasilnya

Gambar 2. Fluktuasi volume lalu lintas Mobil (tanpa SM) jam-jaman pada tipe jalan 2/2TT

Gambar 3. Fluktuasi volume lalu lintas Mobil+SM jam-jaman pada tipe jalan 2/2TT

83
Gambar 4. Fluktuasi volume lalu lintas Mobil (tanpa SM) jam-jaman pada tipe jalan 4/2T

Gambar 5. Fluktuasi volume lalu lintas Mobil+SM jam-jaman pada tipe jalan 4/2T

Faktor Jam Sibuk Tabel 4. Nilai FJS hasil pengamatan


Hasil perhitungan dari data arus per 15
menitan di ruas-ruas jalan yang menjadi FJS
sampel, menunjukkan praktis tidak ada pola Tipe qMobil qMobil+SM
waktu kejadian arus lalu lintas jam-jaman jalan Rata- Minimum- Rata- Minimum-
tertinggi. Ada ruas yang arus tersibuknya terjadi rata maksimum rata maksimum
2/2TT 0,88 0,77-0,97 0,89 0,69-0,94
pada pagi hari, ada yang siang, maupun yang 4/2T 0,90 0,77-0,98 0,91 0,83-0,97
sore.
Dari data arus jam-jaman, untuk setiap
ruas diambil arus lalu lintas satu jam dengan PEMBAHASAN
arus yang tertinggi, kemudian dihitung
beberapa parameter, yaitu nilai FJS-nya Kajian literatur menunjukkan bahwa FJS
menggunakan persamaan 3, nilai FJS rata-rata, perlu diperhitungkan di dalam menghitung qJP
nilai FJS maksimum, dan nilai FJS minimum. untuk dijadikan dasar baik dalam mendesain
Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 4. geometrik jalan maupun untuk penilaian kinerja
lalu lintas. Nilainya yang bervariasi antara 0,69-
0,94 untuk tipe jalan 2/2TT dan 0,83-0,97 untuk

84
tipe jalan 4/2TT menunjukkan bahwa Hasil perhitungan FJS menunjukkan
perhitungan volume lalu lintas dalam satu jam bahwa nilai rata-ratanya relatif tidak berbeda
memiliki variasi tingkat arus per seperempat antara volume lalu lintas Mobil tanpa SM
jam yang tidak dapat diabaikan. dengan volume lalu lintas Mobil ditambah SM,
Kejadian jam sibuk di ruas-ruas jalan luar yaitu sebesar masing-masing 0,88 dan 0,89
kota yang menjadi sampel tidak memiliki pola untuk tipe jalan 2/2TT dan 0,90 dan 0,91 untuk
yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa atribut tipe jalan 4/2T. Nilai ini menunjukkan bahwa
ruas jalan luar kota atau antar kota pada sampel fluktuasi arus per seperempat jaman untuk arus
tersebut melayani variasi kegiatan yang tidak Mobil saja dan arus Mobil ditambah SM relatif
memiliki pola yang sama. Diperkirakan tidak sama, sekalipun rentang variasinya ada
seluruhnya melayani angkutan antar kota perbedaan. Secara praktis, penggunaan FJS
dengan jarak yang jauh, tetapi bercampur dalam perencanaan hanya mempertimbangkan
dengan jarak menengah dan jarak dekat. Hal ini nilai arus per seperempat jam tertingginya dan
dapat terjadi dengan indikasi tingginya porsi bukan melihat terjadinya pada seperempat jam
SM pada semua ruas-ruas jalan yang menjadi yang pertama, kedua, ketiga, atau keempat,
sampel (rata-rata 54% dengan kisaran antara sehingga detail fluktuasi ini tidak menjadi
33%-81%). SM tidak diharapkan berfungsi penting.
sebagai moda transport jarak jauh yang rutin, Di dalam perhitungan lalu lintas untuk
diperkirakan dipergunakan pada umumnya perencanaan geometri, SM sebaiknya diper-
sebagai moda transport jarak dekat sampai hitungkan sehingga keberadaannya, terutama
dengan sedang dengan sifat yang fleksibel jika porsinya besar seperti pada sampel arus
(tidak terjadwal). Mempertimbangkan hal ini, yang diambil (sampai 54%), dapat diakomodasi
perjalanan dengan SM memiliki tujuan di dalam desain, sehingga nilai FJS yang dipakai
perjalanan yang bervariasi yang menyebabkan sebagai acuan, pun harus yang
rendahnya kemungkinan akan terakumulasinya memperhitungkan SM. Dengan demikian, nilai
arus SM pada jam yang sama. Hal ini yang FJS untuk tipe jalan 2/2TT luar kota adalah 0,89
diperkirakan menjelaskan bahwa arus jam sibuk dan untuk tipe jalan 4/2T luar kota adalah 0,91.
pada masing-masing ruas berlainan dengan ruas
yang lain atau tidak berpola yang sama.
Nilai FJS yang didapat ditetapkan dari KESIMPULAN DAN SARAN
kejadian volume jam-jaman yang tertinggi
dalam kejadian sehari yang rata-rata diamati Kesimpulan
dari arus selama 7-8 jam di siang hari. Secara Dari uraian di muka, dapat diambil
ideal seyogianya, arus lalu lintas yang dipilih kesimpulan bahwa pada ruas jalan luar kota,
untuk menetapkan FJS adalah jam yang dipakai terdapat fluktuasi arus lalu lintas per
sebagai dasar perencanaan, yaitu jam tertinggi seperempat jam jaman yang penting, bernilai
ke 30 (ASSHTO 2001) atau jam ke 100 antara 0,69-0,94 untuk tipe jalan 2/2TT dan
(Indonesia 2011) dari distribusi volume lalu 0,83-0,97 untuk tipe jalan 4/2T.
lintas jam-jaman selama satu tahun penuh. Evaluasi terhadap fluktuasi tersebut
Perwakilan volume jam-jaman oleh data dalam memberikan nilai FJS untuk tipe jalan 2/2TT
sehari tersebut akan menghasilkan volume lalu luar kota adalah 0,89 dan untuk tipe jalan 4/2TT
lintas per jam yang belum mewakili jam ke 30 luar kota adalah 0,91. Dengan demikian, FJS
atau jam ke 100. Perkiraannya, bahwa arus perlu diperhitungkan dalam menetapkan qJP
yang terpilih masih di bawah volume jam baik untuk perencanaan geometri jalan maupun
tersibuk tersebut, sehingga nilai FJS yang untuk penilaian kinerja kapasitas jalan.
didapat cenderung lebih rendah. Sekalipun
demikian, volume arus lalu lintas jam-jaman Saran
yang diperoleh sudah mendekati nilai kapasitas Nilai FJS sebesar 0,89 untuk tipe jalan
jalannya karena ditetapkan dari volume 2/2TT dan 0,91 untuk tipe jalan 4/2T dari hasil
tertinggi dalam sehari pengamatan tersebut, di atas, disarankan untuk digunakan dalam
sehingga volume yang diperkirakan akan perhitungan qJP seperti dirumuskan dalam
menjadi volume lalu lintas perencanaan, persamaan 1, kecuali ada nilai FJS lain yang
mempunyai nilai yang tidak terlalu jauh.

85
ditetapkan dari perhitungan lalu lintas yang dengan PT Bina Karya (persero). Jakarta:
dapat dipertanggung jawabkan. DJBM.
Untuk mendapatkan nilai faktor k dan FJS _________. DJBM. 1997b. Tatacara Perencanaan
yang ideal, disarankan untuk dilakukan Geometrik Jalan antar Kota. Jakarta: DJBM.
_________. 2004. Undang undang Republik
perhitungan lalu lintas per seperempat jam
Indonesia nomor 38 Tahun 2004 tentang
jaman menerus selama paling tidak satu tahun Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik
penuh (8760 jam), pada ruas-ruas jalan yang Indonesia.
representatif. _________. 2009. Undang undang Republik
Indonesia nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
UCAPAN TERIMA KASIH lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.
Terima kasih diucapkan kepada, Kepala _________. Kementerian Pekerjaan Umum. 2011.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor
Jembatan, serta Kepala Balai Teknik Lalu 19/PRT/M/ 2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis
Lintas dan Lingkungan Jalan yang telah
Jalan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
mendukung penelitian kapasitas jalan sehingga Umum.
dapat terwujudnya makalah ini. Iskandar, H. 1999. Karakteristik volume lalu lintas
perkotaan. Laporan Penelitian. Bandung:
Puslitbang Teknologi Prasarana Jalan.
DAFTAR PUSTAKA _________. 2007. Volume lalu lintas rencana untuk
geometrik dan perkerasan jalan. Jurnal Jalan-
American Association of State Highway and Jembatan. volume 24, No.3: 268-286.
Transportation Officials (AASHTO). 2001. Shiekman, R. 2013. Definition of Peak Hour Faktor
Policy on Geometric Design of Highway and in Traffic Engineering. www. Answer.com
Intersections. Washington, D.C.: AASHTO. (accessed 1st April 2015).
Bassan S. 2013. Modelling of Peak Hour Faktor on Tarko, Andrew P. and Rafael Cartagena I.P. 2005.
Highways and Arterials. KSCE Journal of Variability of a peak hour factor at
Civil Engineering. Volume 17 no.1, pages intersections. The 84nd Annual Meeting of the
224 -232. http: //link.springer.com/article/10. Transportation Research Board . Washington
1007%2Fs12205-013-1551-y#page-1 D.C.: TRB.
(accessed 17 Juni 2015). Thagensen B., 1996. Highway and Traffic
Ciont N., R.D. Cadar, M. Iliescu, D.A. Laslau. 2015. Engineering in Developing Countries.
Interactive application for the evaluation of London: E & FN Spon.
the peak hour faktor using weigh-in-motion Transportation Research Board. 1985. Highway
traffic data. U.P.B. Scientific Bulletin, Series Capacity Manual (HCM). 3rd edition.
C. Volume 77, Iss. I. http://www.scientific Washington, D.C.: National Research
bulletin.upb.ro/rev_docs_arhiva/rezfe8_11589 Council.
4.pdf (accessed 18th June 2015). _________. 1994. Highway Capacity Manual
Hobbs, FD. 1979. Traffic Planning & Engineering. (HCM), Washington, D.C.: Updated to the
2nd edition. England: Perganon Press. Ltd. HCM 3rd edition. Washington DC: National
Howe, JDGF. 1972. A review of rural traffic Research Council.
counting methods in developing countries. _________. 2010. HCM 2010, Highway Capacity
RRL Report LR 427. Crowthorne: TRL. Manual. 5th edition. Washington, D.C.:
Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM). National Research Council.
1992. Panduan Survei Perhitungan Lalu University of Idaho. 2013. Capasity & LOS
lintas (cara manual). Jakarta: DJBM. Analisys, theory and concept. Idaho: UOI.
_________. DJBM, Direktorat Bina Jalan Kota. www.webpage.uidaho/theory/concept/.../Peak
1997a. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. HourFaktor.htm (accessed 1st April 2015).
Final Report IHCM, Sweroad bekerja sama

86

Anda mungkin juga menyukai