Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara ( Pertemuan Ke – 14 )

Dosen Pengampu : ARLINA, SH, Mitum


Pokok Bahasan : Peradilan Tata Usaha Negara

PERADILAN TATA USAHA NEGARA


NO. 5 TAHUN 1986 JO No. 9 Tahun 2004

Dalam undang-undang diatur mengenai kekuasaan kehakiman di lingkungan PERATUN


yang dilaksanakan oleh Pengadilan Tatausaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tatausaha
Negara (Pengadilan), yang berpuncak pada Mahkamah Agung, sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ditentukan oleh Undang-Undang Kekuasaan kehakiman dan Undang-Undang No. 14
tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Pengadilan Tatausaha Negara merupakan Pengadilan tingkat pertama untuk


memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tatausaha Negara bagi rakyat pencari
keadilan, sedang Pengadilan Tinggi Tatausaha Negara merupakan Pengadilan Tingkat
banding terhadap sengketa yang telah diputus oleh Pengadilan Tatausaha Negara, kecuali :

a. Sengketa Kewenangan mengadili antar Pengadilan Tatausaha Negara di daerah


hukumnya; dalam hal ini Pengadilan Tinggi Tatausaha Negara bertindak sebagai
Pengadilan tingkat pertama dan terakhir.

b. Sengketa yang terhadapnya telah digunakan upaya administrasi; dalam hal ini
Pengadilan Tinggi Tatausaha Negara bertindak sebagai Pengadilan tingkat pertama.

I. Subjek dan Objek Sengketa Tata Usaha Negara

Tiap-tiap proses sengketa Tatausaha Negara selalu mulai dengan diajukannya surat
gugutan oleh penggugat atau oleh kuasanya dalam daerah hukum Pengadilan di mana
tergugat bertempat kedudukan. dalam proses sengketa itu terdapat dua subjek sengketa atau
para pihak yang bersengketa di bidang Hukum Administrasi Negara (Sjachran Basah,
1989:15), dalam Mardiman. dan lazimnya disebut sebagai penggugat dan tergugat.
1. Subjek Sengketa
1.1 Pihak Penggugat

Mengenai siapa yang mempunyai hak menggugat atau pihak penggugat, dalam
ketentuan pasal 53 menyebutkan, bahwa yang dapat menjadi subjek sengketa adalah orang
dan Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
Tatausaha Negara.

a. Tentang Orang
b. Tentang Badan Hukum Perdata

1.2 Pihak Tergugat

Mengenai siapa yang dapat berkedudukan sebagai tergugat, maka pasal 1 angka 6 UU
No. 5 tahun 1986 JO UU No. 4 Tahun 2004 memberikan jawaban, siapa-siapa yang dapat
menjadi subjek hukum tergugat, yang dirumuskan, sebagai berikut : “tergugat adalah Badan
atau Pejabat Tatausaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang
ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum
perdata, termasuk di dalamnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

a. Tentang Badan atau Pejabat Tatausaha Negara


b. Tentang Perusahaan yang didirikan oleh kekuasaan umum

1.3 Unsur Kepentingan


2. Objek Sengketa

Sengketa antara individu dan masyarakat menyebabkan keseimbangan dan


ketenteraman masyarakat terganggu dan haruslah dipulihkan. Apabila terdapat sengketa
antara individu dan Alat-Alat Negara (Pemerintah), maka hal ini secara umum diselesaikan
oleh Pengadilan Negerim yang dalam kebanyakan hal hasilnya kurang memuaskan, karena
perselisihan antara Rakyat dan Pemerintah (masyarakat), timbul di bidang khusus, yaitu
bidang Tatausaha Negaram yang tidak sama dengan perselisihan perdata yang diadili oleh
Pengadilan Negeri ; Untuk maksud Tatausaha Negara (Rochmat Soemitro, 1987 : 2-4). dalam
Martiman.
a. Keputusan Tatausaha Negara

Administrasi Negara di dalam menjalankan tugas melakukan berbagai tindakan.


Tindakan-tindakan administrasi negara yang menimbulkan sengketa administrasi baik secara
intern maupun ekstem tentu berkaitan erat dengan perbuatan hukum yang dilakukan oleh
administrasi Negara itu sendiri. (Sjachran Basah, 1989:15).

Jadi “sengketa tatausaha negara” ialah sengketa yang timbul dalam bidang tatausaha
negara antara orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat Tatausaha
Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Tatausaha

Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan perundang-undangan yang berlaku


(Pasal 1 angka 4 ),

Istilah “Ketetapan” belum ada kesatuan pendapat di antara banyak pakar hukum
administrasi. Sering kali dipakai kata lain yang sepadan, seperi “beschikking: atau
“ketetapan”, “surat penetapan”, “penetapan”. Akan tetapi maksudnya adalah sama, ialah
“Keputusan tertulis dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum, untuk
menyelenggarakan pemerintahan (dalam arti sempit). Atas dasar itu maka ketetapan
menentukan situasi hukum yang konkrit dan mmepunyai akibat hukum bagi yang terkena.
(Sjachran Basah, 1989:21) dalam Martiman.

b. Unsur Keputusan Tata Usaha Negara


III. Gugatan

1. Upaya Administrasi
2. Gugatan

LITERATUR :

1. Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara – Martiman Prodjo


Hamidjojo, SH
2. Usaha memahami undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha
Negara – Maroharto
Bahas Tugas dibawah ini dan diserahkan pada pertemuan ke-15

1. Pihak Penggugat :
a. Tentang Orang
b. Tentang Badan Hukum

2. Pihak Tergugat :
a. Tentang Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
b. Tentang Perusahaan Yang Didirikan Oleh Kekuasaan Umum
c. Unsur Kepentingan

3. Unsur – Unsur Keputusan Tata Usaha Negara

4. Gugatan
a. Upaya Administrasi
b. Gugatan

Anda mungkin juga menyukai