Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERAN KELEMBAGAAN AGAMA DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KUALITAS MANUSIA DALAM BERAGAMA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama dan Humaniora
Yang di bimbing oleh Choirul Kurniawan, S.Hi, MH

Disusun oleh
Andini Anggraini 2171000210068
KELAS B 2017

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN


IKIP BUDI UTOMO MALANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu unsur universal dalam kehidupan umat manusia adalah
agama yang disebut juga dengan sistem religi, agama merupakan bagian
dari sistem religi ini. Hampir setiap umat manusia dimuka bumi
mengenal keberadaan agama. Kemunculan agama tidak lepas dari
munculnya sebuah kesadaran dalam diri manusia mengenai adanya
kekuatan yang melebihi kekuatan dirinya. Keberadaan zat adikodrati yang
berada di luar diri manusia sudah diyakini sejak manusia tinggal di bumi.
Akal manusia pun berkembang, mereka mulai mempercayai hal-hal
yang sifatnya konkrit dan kekuatan supranutal tersebut kemudian di
wujudkan dalam bentuk kekuatan yang sifatnya konkrit. Manusia mulai
mempercayai bahwa setiap benda-benda di sekitar mereka memiliki
kekuatan. Mereka kemudian menyembah pohon, sungai, matahari, serta
berbagai fenomena alam seperti banjir,petir, dan sebagainya yang dapat di
tangkap oleh pancaindra mereka.
Agama berkaitan erat dengan kepercayaaan manusia akan kekuatan
supranatural. Kepercayaan ini diwujudkan dalam berbagai bentuk maupun
aktivitas, juga diwujudkan dalam berbagai symbol. Agama kemudian
mampu menggerakan pola pikir manusia, dan mampu mengendalikan
prilaku manusia dan agama juga mampu mengubah hidup manusia.
Dimana manusia lebih banyak dibentuk dan ditentukan oleh
pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuannya mengatasi
kesadarannya. Unutuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
agama sebagai militansi sosial dimasyarakat.
Peningkatan kualitas kehidupan beragama merupakan salah satu
upaya pembangunan pemerintah untuk memenuhi hak dasar rakyat
dalam menjalankan kehidupan beragama. Hak dasar tersebut diatur dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Bab XI, Pasal 29, ayat 1 dan 2 yang
mengamanatkan bahwa ”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa” dan ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya itu”. Pembangunan bidang agama ini merupakan
suatu investasi penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam arti luas, yaitu mencakup dimensi lahir, batin, material, dan
spiritual. Untuk itu, pembangunan bidang agama merupakan bagian
penting dalam upaya mewujudkan agenda meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Pembangunan bidang agama juga mencakup dimensi peningkatan
kerukunan umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya,
saling menghormati, dan harmonisasi antarkelompok masyarakat.
Dimensi kerukunan intern dan antarumat beragama ini sangat penting
dalam rangka membangun masyarakat yang memiliki kesadaran
mengenai realitas multikulturalisme dan memahami makna kemajemukan
sosial sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh
toleransi, tenggang rasa, dan harmoni. Melalui pembinaan kerukunan
intern dan antarumat beragama, agenda menciptakan Indonesia yang
aman dan damai diharapkan dapat diwujudkan.
Program peningkatan pelayanan kehidupan beragama ditujukan
untuk (1) memberikan pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama
dalam melaksanakan ajaran agama dan (2) mendorong dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelayanan kehidupan beragama.
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut langkah kegiatan yang sudah
dilaksanakan adalah memberikan bantuan rehabilitasi tempat ibadah,
sumbangan kitab suci, lektur keagamaan, dan pengembangan
perpustakaan di tempat peribadatan. Pemerintah juga memberikan
pelayanan pembinaan agama bagi keluarga melalui peningkatan
kemampuan para petugas pencatat nikah, peningkatan pelayanan dan
pengelolaan dana sosial yang berbasis agama, seperti dana infak, zakat,
wakaf, sedekah, persembahan kasih/pelayanan kasih (termasuk dana
kolekte), dana punia, dan dana paramita serta ibadah sosial lainnya.
Khusus untuk kalangan Muslim, pemerintah berusaha meningkatkan
kualitas pembinaan, pelayanan, efisiensi, transparansi, serta perlindungan
jamaah dalam penyelenggaraan ibadah haji

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Peran Lembaga keagamaan dalam upaya meningkatkan
kualitas manusia dalam beragama?

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui Peran Lembaga keagamaan dalam upaya
meningkatkan kualitas manusia dalam beragama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Keagamaan


Sandarson ( 1993) menyatakan bahwa agama merupakan suatu ciri
kehidupan sosial manusia yang universal, dalam arti bahwa setiap
masyarakat memiliki cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut sebagai agama. Secara Sosiologis konsep
agama terdiri terdiri atas berbagai symbol, citra kepercayaan, serta nilai-
nilai spesifik tempat manusia menginterperstasikan eksistensi mereka.
E.B Tylor ( 1832-1917) menyebutkan bahwa agama bearti
keyakinan terhadap sesuatu yang spiritual. Hal ini dikatakan bahwa
sebagai suatu yang mirip di miliki oleh seluruh agama, yaitu adanya
keyakinan terhadap roh-roh berpikir, berperilaku, dan berperasaan seperti
manusia. Esensi dari setiap agama adalah animism yaitu adanya
kepercayaan pada roh-roh nenek moyang.

B. Peningkatan kualitas manusia dalam beragama


Untuk mewujudkan sasaran pembangunan agama, arah kebijakan
peningkatan kualitas kehidupan beragama adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta
kehidupan beragama
2. peningkatan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
ajaran agama, melalui peningkatan kualitas materi dan tenaga
penyuluh agama dan pelayanan keagamaan lainnya, terutama yang
bertugas di daerah rawan konflik dan daerah terpencil dan daerah
terkena musibah;
3. peningkatan kualitas pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, antara
lain, melalui peningkatan ketersedian dan kualitas tenaga pendidik
dan kependidikan bidang agama dan keagamaan;
4. peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat,
wakaf, infak, sedekah, persembahan kasih/pelayanan kasih
(termasuk dana kolekte), dana punia, dan dana paramita;
peningkatan profesionalisme tenaga pengelola;
5. peningkatan kualitas penataan dan pengelolaan serta
pengembangan fasilitas pada pelaksanaan ibadah, dengan
memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat beragama
dengan akses yang sama bagi setiap pemeluk agama;
6. pembinaan keluarga harmonis (sakinah/bahagia/ sukinah/hita
sukaya) untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama
pembinaan moral dan etika masyarakat;
7. peningkatan efisiensi biaya naik haji, pencegahan korupsi,
dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap jemaah haji;
8. peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan
lembaga pendidikan keagamaan;
9. peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan agama untuk
mendukung perumusan kebijakan pembangunan bidang agama.

C. Peran Lembaga keagamaan dalam upaya meningkatkan kualitas


manusia dalam beragama
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
bidang agama dan hasil yang telah dicapai, diperlukan langkah dan tindak
lanjut sebagai sebagai berikut:
Upaya untuk meningkatkan pemahaman penghayatan, pengamalan,
dan pengembangan nilai ajaran agama akan terus dilakukan melalui
penyuluhan dan bimbingan keagamaan bagi masyarakat dan aparatur
negara; pembinaan calon penganten (suscaten) dan pelaksanaan nikah
serta rujuk; pelatihan bagi penyuluh, pembimbing, mubalig/dai, dan
orientasi bagi pemuka agama; pembentukan jaringan dan kerja sama lintas
sektor serta masyarakat untuk memberantas pornografi, pornoaksi, praktik
KKN, perjudian, penyalahgunaan narkoba, prostitusi, dan berbagai jenis
praktik asusila; pemberian bantuan sarana dan prasarana penerangan dan
bimbingan keagamaan; pengembangan materi, metodologi, manajemen
penyuluhan dan bimbingan keagamaan; pemberian bantuan paket
dakwah untuk daerah tertinggal, terpencil, pascakonflik dan bencana alam
serta bantuan operasional penyelenggaraan kegiatan keagamaan seperti
musabaqah tilawatil Quran (MTQ dan STQ), pesparawi, utsawa Dharma
Gita, Festival Seni Baca Kitab Suci Agama Budha, dan kegiatan sejenis
lainnya. Upaya lain yang akan dilakukan adalah melanjutkan subsidi
tunjangan fungsional penyuluh agama non-PNS; peningkatan mutu
penerangan agama dan bimbingan keagamaan; pemberian bantuan
penyelenggaraan festival keagamaan; peringatan hari besar keagamaan;
pengembangan materi, manajemen dan pemberian bantuan paket
pelayanan agama untuk daerah terpencil, perbatasan, tertinggal,
pascakonflik, dan bencana alam; peningkatan pemberantasan pornografi,
pornoaksi; pemantapan peraturan perundangan bidang agama.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Lembaga keagamaan yaitu berkaitan erat dengan kepercayaaan
manusia akan kekuatan supranatural. Kepercayaan ini diwujudkan dalam
berbagai bentuk maupun aktivitas, juga diwujudkan dalam berbagai
symbol. Agama kemudian mampu menggerakan pola pikir manusia, dan
mampu mengendalikan prilaku manusia dan agama juga mampu
mengubah hidup manusia Menjadi militant tidak terus menerus menjadi
fundalis. Nilai hidup seorang militan lahir dengan penempaan kritis dan
reflektif. Nilai setiap orang haruslah hidup dengan nilai. Ia perluh memiliki
cita-cita tertentu, cita-cita itu terwujudkan secara nyata dengan nilai-nilai
yang memengaruhi cara berpikir dan prilakunya. Nilailah yang membuat
hidup seseorang lebih bermakna.
Peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan agama
dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat dan cermat serta
membantu penentuan kebijakan akan dilakukan melalui kajian dan
pengembangan dalam meningkatkan mutu pembinaan dan partisipasi
masyarakat mendukung pelayanan kehidupan beragama; peningkatan
pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan pengembangan nilai-nilai
keagamaan; peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama dan
keagamaan; peningkatan kerukunan dan harmonisasi kehidupan
beragama; peningkatan mutu pembinaan lembaga sosial keagamaan dan
lembaga pendidikan keagamaan; serta pemberdayaan pemanfaatan lektur
keagamaan. Di samping itu, akan dilakukan pelatihan bagi tenaga peneliti,
sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan melalui kegiatan workshop,
seminar, dan penerbitan; Penyelenggaraan lomba penulisan/karya ilmiah,
buku cerita, sketsa, dan komik keagamaan, kajian terhadap dampak
negatif modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial yang semakin cepat
dan kompleks.
B. SARAN
Dalam hal ini di harapkan agama menjadi katalisator pencegah
terjadinya disentegrasi dalam masyarakat. Dan lebih dari itu dengan
kekuatan yang dimilikinya agama dapat diharapkan memberi kekuatan dan
pengarahan dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa
frustasi, penindasan dan kemiskinan. Lembaga keagamaan adalah
organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan maksud untuk
memajukan kepentingan keagamaan umat yang bersangkutan di dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Yesmil, Adang. 2013.Sosiologi Untuk Unerversitas. Bandung: PT. Refika


Aditama
Martono Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada.
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada
Soekanto Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai