Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN

UNIV. HALU OLEO


(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203

FAKTOR RISIKO DIARE TERKAIT LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMBO KOTA KENDARI
(STUDI KASUS SUKU BAJO DAN NON BAJO)
Risk Factors for Diarrhea Related to The Environment with Malnutrition Incidence in
Toddlers in The Working Area of Public Health Center of Nambo Kendari City (case
study of Bajo and Non Bajo tribe)

Rila Aprilia1, La Ode Muhamad Sety2*, Fithria3


Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo
(rilaaprilya@gmail.com1,setyuho@gmail.com2*,fithria.ahmad@gmail.com3)

INFO ARTIKEL Abstrak


Diterima: Faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah faktor lingkungan,
Juni 2020 faktor perilaku pada masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
Dipublikasi: diare serta malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan yang buruk misalnya kondisi
Juli 2020 sanitasi yang tidak memenuhi syarat maupun fasilitas sarana prasarana air bersih
yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko
Kata kunci: diare terkait lingkungan dengan kejadian gizi kurang pada balita di wilayah kerja
Lingkungan, Gizi Kurang, Puskesmas Nambo Kota Kendari tahun 2019 (studi kasus suku Bajo dan Non-Bajo).
Bajo dan Non Bajo. Metode pengambilan sampel dengan sistem purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan
Keywords: kejadian gizi kurang pada balita suku Bajo dan Non Bajo dengan pValue = 0,115,
Environmentaln, ada hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian gizi kurang pada balita
Malnutrition, Bajo and suku Bajo dan Non Bajo dengan pValue = 0,000, ada hubungan antara sarana
Non Bajo. pembuangan air limbah dengan kejadian gizi kurang pada balita suku Bajo dan
Non Bajo dengan pValue = 0,000, dan ada hubungan antara sarana pembuangan
*Penulis Korespondensi sampah dengan kejadian gizi kurang pada balita suku Bajo dan Non Bajo dengan
Alamat email: pValue = 0,004. tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian gizi
setyuho@gmail.com (La kurang pada balita suku Bajo dan Non Bajo dan ada hubungan antara jamban
Ode Muhammad Sety) keluarga, sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah dengan
kejadian gizi kurang pada balita suku Bajo dan Non Bajo di Wilayah kerja
Puskesmas Nambo Kota Kendari tahun 2019 studi kasus suku Bajo dan Non Bajo).

Abstract
Risk factors that can cause diarrheal disease are environmental factors, behavioral
factors in the community, low public knowledge about diarrhea and malnutrition.
Examples of poor environmental factors such as unqualified sanitation conditions
and inadequate clean water infrastructure facilities. The purpose of this study was to
find out the risk factors of diarrhea related to the environment with the incidence of
malnutrition in toddlers in the working area of The Health Center Nambo Kota
Kendari in 2019 (case study of Bajo and Non-Bajo tribes). Sampling method with
purposive sampling system. The results showed that, there is no relationship
between the source of clean water and the incidence of malnutrition in toddlers Bajo
and Non Bajo tribe with pValue = 0.115, there is a relationship between family latrines
and malnutrition events in toddlers Bajo and Non Bajo tribe with pValue = 0.000,
there is a relationship between wastewater disposal facilities and the incidence of
malnutrition in toddlers Bajo and Non Bajo with pValue = 0.000 , and there is a
relationship between waste disposal facilities and malnutrition events in toddlers
Bajo and Non Bajo tribe with pValue = 0.004. there is no relationship between clean
water sources and malnutrition events in bajo and non bajo tribe toddlers and there
is a relationship between family latrines, wastewater disposal facilities, waste
disposal facilities with malnutrition events in bajo and non bajo toddlers in the
working area of Puskesmas Nambo Kota Kendari in 2019 case studies of Bajo and Non
Bajo tribes).

Rila Aprilia, et al. 82


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203

PENDAHULUAN berdasarkan indeks BB/U sebanyak 492 balita


Gizi kurang adalah gangguan (4,67%). Untuk wilayah Kecamatan Nambo
kesehatan akibat kekurangan atau sendiri jumlah balita 0-59 bulan yang
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan mengalami gizi kurang berdasarkan indeks
untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan BB/U sebanyak 22 balita (5,35%) (5).
semua hal yang berhubungan dengan Diare pada anak sering disebabkan oleh
kehidupan (1). rotavirus atau sejumlah infeksi bakteri lainnya,
Menurut WHO (World Health seperti cacing mikroskopis, namun diare
Organization) pada tahun 2018, sekitar 7,3% dapat mudah disembuhkan jika diobati secara
atau 49,5 juta anak di bawah 5 tahun secara dini. Kebanyakan kematian akibat diare yang
global mengalami kejadian gizi kurang, terutama pada anak berhubungan dengan
persentasi anak di bawah 5 tahun dengan dehidrasi. Diduga ada sekitar 2,2 juta kematian
status gizi kurang tertinggi terdapat di Asia anak setiap tahun akibat diare di seluruh
Selatan sebesar 14,6%, di osceania sebar 9,4%, dunia (6).
di Asia Tenggara sebesar 8,7%, di Afrika utara Secara global terjadi peningkatan
sebesar 8,5%, di Afrika Barat sebesar 8,1% dan kejadian diare dan kematian akibat diare pada
persentasi anak di bawah 5 tahun dengan balita dari tahun 2015-2017. Diare pada tahun
status gizi kurang terendah terdapat di 2017 menyebabkan sekitar 688 juta orang
Amerika Utara sebesar 0,4% (2). sakit dan 499.000 kematian di dunia terjadi
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 pada anak-anak dibawah 5 tahun, hampir 1,7
menyatakan bahwa persentase gizi buruk di miliar kasus diare terjadi pada anak dengan
Indonesia adalah 3,9%, sedangkan persentase angka kematian sekitar 525.000 pada anak
gizi kurang adalah 13,8%. Hal tersebut tidak balita tiap tahunnya. Dari semua kematian
berbeda jauh dengan hasil Pemantauan Status anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi
Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh di wilayah Afrika dan Asia Tenggara (7).
Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu Tahun 2018 jumlah penderita diare
persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 Balita yang dilayani di sarana kesehatan
bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebanyak 1.637.708 atau 40,90% dari perkiraan
sebesar 14,0%. Provinsi dengan persentase diare di sarana kesehatan. Target cakupan
tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita pelayanan penderita Diare semua umur (SU)
usia 0-59 bulan tahun 2018 adalah Nusa yang datang ke sarana kesehatan adalah 10%
Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan dari perkiraan jumlah penderita Diare SU
persentase terendah adalah Provinsi (Insidens Diare SU dikali jumlah penduduk di
Kepulauan Riau (3). satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun).
Secara umum jumlah kasus gizi buruk Tahun 2017 jumlah penderita diare SU yang
di provinsi Sulawesi Tenggara dalam 5 tahun dilayani di sarana kesehatan sebanyak
terakhir mengalami penurunan, jika tahun 4.274.790 penderita dan terjadi peningkatan
2013 ditemukan 333 kasus, maka pada tahun pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524
2017 turun menjadi 220 kasus. Penurunan penderita atau 62,93% dari perkiraan diare di
secara umum kasus gizi buruk ini disebabkan sarana kesehatan. Insiden diare semua umur
karena kegiatan sweeping/pelacakan dan secara nasional adalah 270/1.000 penduduk
penanganan terhadap kasus gizi buruk (Rapid Survey Diare tahun 2015).
semakin baik dari tahun ke tahun, melalui Penyakit diare merupakan penyakit
peningkatan kapasitas petugas pelaksana endemis di Indonesia dan juga merupakan
Pemantauan Status Gizi (PSG), sosialisasi dan potensial KLB yang sering mengakibatkan
advokasi gerakan nasional sadar gizi yang tiap kematian, tidak terkecuali di Sulawesi
tahun dilaksanakan baik di sarana fasilitas tenggara. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun
kesehatan (puskesmas, polindes dan 2013 period prevalence diare di Sulawesi
posyandu), juga di institusi pendidikan (SD/MI, Tenggara sebesar 7,3% dengan insiden diare
SMP dan SMA) (4). pada balita sekitar 5%. Jumlah kasus diare
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan yang ditangani pada tahun 2017 sebanyak
Kota Kendari tahun 2018, jumlah balita 0-59 39.913 kasus atau sebanyak 53,72% dari
bulan yang mengalami gizi kurang perkiraan kasus, lebih tinggi dibandingkan

Rila Aprilia, et al. 83


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203
dengan tahun 2016 sebanyak 35.864 kasus syarat yakni 37 orang (92,5%). Hasil uji statistik
(46,77% dari perkiraan kasus). menunjukkan tidak ada hubungan signifikan
Jumlah kasus diare di Kecamatan antara sumber air bersih dengan kejadian gizi
Nambo Kota Kendari pada tahun 2016 yaitu kurang pada balita Suku Bajo dan Non Bajo,
139 kasus dari 128 balita yang dirawat dengan ρ-value = 0,115 (ρ-value>0,05).
dipuskesmas. Pada tahun 2017 meningkat
sebanyak 171 kasus dari 150 balita yang Tabel 2. Hubungan Jamban Keluarga dengan
dirawat. Kemudian , pada tahun 2018 Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah
menurun menjadi 153 kasus dari 120 balita Kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari Tahun
yang dirawat di Puskesmas Nambo. 2019 (Studi Kasus Suku Bajo dan Non Bajo)
Gizi Kurang
Jamban Jumlah
METODE Keluarga Bajo Non bajo P-Value
Penelitian ini merupakan penelitian n % n % n %
kuantitatif, jenis penelitian menggunakan Tidak 38 95 10 25 48 60
metode komparatif digunakan untuk memenuhi
syarat
membandingkan antara dua kelompok atau Memenuhi 2 5 30 75 32 40
lebih dalam suatu variabel. Penelitian ini syarat 0,000
dilakukan pada bulan Januari-Februari 2020 di
Total 40 100 40 100 80 100
wilayah kerja Puskesmas Nambo Kota
Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua balita usia 12-59 bulan yang tercatat di Tabel 2 menunjukkan bahwa dari
wilayah kerja Puskesmas Nambo 2019. Sampel keseluruhan suku Bajo yang memiliki balita
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua gizi kurang (40%) sebagian besar memiliki
kelompok yaitu: kelompok 1 terdiri dari jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
sampel balita usia 12-59 bulan suku Bajo yakni 38 orang (95,0%). Sebaliknya , dari
dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U. keseluruhan suku Non Bajo yang memiliki
Kelompok 2 terdiri dari sampel balita usia 12- balita gizi kurang (40%) pada umumnya
59 bulan suku Non Bajo dengan status gizi mereka memiliki jamban keluarga yang
berdasarkan indeks BB/U. Metode memenuhi syarat yakni 30 orang (75,0%). Hasil
pengambilan sampel dengan sistem purposive uji statistik menunjukkan ada hubungan yang
sampling dengan populasi terbatas. signifikan antara jamban keluarga dengan
kejadian gizi kurang pada balita, dengan ρ-
HASIL value = 0,000 (ρ-value<0,05).
Tabel 1. Hubungan Sumber Air Bersih dengan
Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Tabel 3. Hubungan Sarana Pembuangan Air
Kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari Tahun Limbah dengan Kejadian Gizi Kurang pada
2019 (Studi Kasus Suku Bajo dan Non Bajo) Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo
Gizi Kurang Kota Kendari Tahun 2019 (Studi Kasus Suku
Sumber Air Jumlah Bajo dan Non Bajo)
Bajo Non bajo P-Value
Bersih
n % n % n % Gizi Kurang
Sarana Jumlah
Tidak 9 22,5 3 7,5 12 15 Pembuangan Bajo Non bajo P-Value
memenuhi Air Limbah n % n % n %
syarat
0,115 Tidak 38 95 11 27,5 49 61,2
Memenuhi 31 77,5 37 92,5 68 85 memenuhi
syarat syarat
Total 40 100 40 100 80 100 0,000
Memenuhi 2 5 29 72,5 31 38,8
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari syarat
keseluruhan suku bajo yang memiliki balita Total 40 100 40 100 80 100,0
gizi kurang (40 %), sebagian besar memiliki
sumber air bersih yang memenuhi syarat yakni Tabel 3 menunjukkan bahwa dari Dari
31 orang (77,5%), demikian pula dari keseluruhan suku Bajo yang memiliki balita
keseluruhan suku Non Bajo yang memiliki gizi kurang (40%) sebagian besar memiliki
balita gizi kurang yakni (40%) yang memenuhi sarana pembuangan air limbah yang tidak

Rila Aprilia, et al. 84


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203
memenuhi syarat yakni 38 orang (95,0%). sehat akan mengakibatkan diare pada anak
Sebaliknya , dari keseluruhan suku Non Bajo balita dan menurunkan berat badan
yang memiliki balita gizi kurang (40%) pada badannya, sehingga berpengaruh pada pada
umumnya mereka memiliki jamban keluarga status gizi yang bersifat akut yaitu kurang gizi
yang memenuhi syarat yakni 29 orang (72,5%). dan gizi buruk. Upaya penurunan angka
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan kejadian penyakit bayi dan balita dapat
yang signifikan antara sarana pembuangan air diusahan dengan menciptakan sanitasi
limbah dengan kejadian gizi kurang pada lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya
balita, dengan ρ-value = 0,000 (ρ-value<0,05). akan memperbaiki status gizinya (Hidayat dan
Fuada, 2013) (8).
Tabel 4. Hubungan Sarana Pembuangan Berdasarkan hasil penelitian dan
Sampah dengan Kejadian Gizi Kurang pada observasi yang dilakukan dapat diketahui
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo bahwa sumber air bersih di wilayah kerja
Kota Kendari Tahun 2019 (Studi Kasus Suku Puskesmas Nambo telah memenuhi syarat.
Bajo dan Non Bajo). Sumber air bersih yang digunakan masyarakat
Gizi Kurang di wilayah kerja Puskesmas Nambo
Sarana Jumlah
Pembuangan Bajo Non bajo P-Value bersumber dari PAM dan sumur. Untuk
Sampah n % n % n % keperluan memasak dan minum sebagian
Tidak 36 90 24 60 60 75
besar masyarakat menggunakan air yang
memenuhi berasal dari air PAM. 85% responden dimana
syarat air mentah atau air PAM yang digunakan
0,004 sehari-hari sudah memenuhi kualitas air
Memenuhi 4 10 16 40 20 25
syarat bersih.
Total 40 100 40 100 80 100 Air PAM tersebut memiliki kualitas
yang baik dilihat dari warna air yang jernih, air
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari tidak memiliki bau, tidak keruh dan air tidak
keseluruhan suku Bajo yang memiliki balita memiliki rasa. Sehingga layak untuk
gizi kurang (40%) sebagian besar memiliki digunakan air masak maupun air minum, yang
sarana pembuangan sampah yang tidak telah dimasak terlebih dahulu untuk
memenuhi syarat yakni 36 orang (90,0%). keperluan sehari-hari. Air yang telah dimasak
Sebaliknya , dari keseluruhan suku Non Bajo dengan benar hingga mendidih dapat
yang memiliki balita gizi kurang (40%) pada mematikan bakteri yang dapat menyebabkan
umumnya mereka memiliki sarana diare adapaun bakteri penyebab penyakit
pembuangan sampah yang memenuhi syarat diare yaitu Escherichia coli, Salmonella
yakni 16 orang (40,0%). Hasil uji statistik enterica, Campylobcter dan Shigella. Sehingga
menunjukkan ada hubungan yang signifikan bisa dikatakan bahwa sumber air bersih bukan
antara sarana pembuangansampahdengan penyebab terjadinya gizi kurang pada balita
kejadian gizi kurang pada balita, dengan ρ- Suku Bajo dan Non Bajo di wilayah kerja
value = 0,004 (ρ-Value<0,05). Puskesmas Nambo.
Penelitian ini sejalan dengan
PEMBAHASAN Rondonowu et al. (2016) menyatakan bahwa
Hubungan Sumber Air Bersih dengan Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara
Kejadian Gizi Kurang Pada Balita suku Bajo ketersediaan air bersih dengan status gizi
dan Non Bajo pada anak usia 6-24 bulan yang dilaksanakan
Penyakit diare termasuk salah satu di pulau nain kecamatan wori kabupaten
penyakit dengan sumber penularan melalui air minahasa utara dengan menggunakan uji
(water borne disease), dan penyakit diare yang chisquare dari hasil dapat dilihat tidak
terjadi pada balita umumnya disertai muntah terdapat hubungan yang signifikan yang di
dan mencret. Kurangnya akses masyarakat tunjukan dimana nilai p lebih tinggi dari nilai α
terhadap air bersih atau air mnum serta yang berarti tidak terdapat hubungan antara
buruknya sanitasi dan perilaku higiene ketersediaan air bersih dengan status gizi
berkontribusi terhadap kematian 1,8 juta pada anak usia 6 – 24 bulan di pulau nain (9).
orang pertahun karena diare. Air yang tidak

Rila Aprilia, et al. 85


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203
Penelitian ini sejalan dengan sehingga jamban keluarga yang ada belum
Puspitawati (2013) menyatakan bahwa layk memenuhi kategori jamban sehat.
tentang sanitasi lingkungan yang tidak baik Sehingga bisa dikatakan bahwa ada hubungan
mempengaruhi status gizi pada balita dimana yang signifikan antara jamban keluarga
dalam sanitasi lingkungan indikator dengan kejadian gizi kurang pada balita Suku
ketersediaan air bersih di bahas yang tidak Bajo dan Non Bajo di wilayah kerja Puskesmas
memiliki hubungan yang signifikan dengan Nambo.
status gizi pada balita (10). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Zairinayati dan Purnama
Hubungan Jamban Keluarga dengan Kejadian (2019) menyatakan bahwa berdasarkan uji
Gizi Kurang Pada Balita suku Bajo dan Non statistik Chi Square ternyata ada hubungan
Bajo antara jenis jamban dengan kejadian stunting
Keberadaan jamban yang tidak pada balita (p = 0,000 ; OR = 0,286; CI 95%
memenuhi standar secara teori berpotensi 0,177 – 0,461). Dengan nilai OR 0,286 artinya
memicu timbulnya penyakit infeksi yang balita yang tinggal di rumah dengan jenis
karena higiene dan sanitasi yang buruk jamban yang tidak memenuhi syarat
(misalnya diare dan kecacingan) yang dapat mempunyai risiko untuk mengalami stunting
menganggu penyerapan nutrisi pada proses 0,3 kali lebih besar dibandingkan balita yang
pencernaan. Beberapa penyakit infeksi yang tinggal dengan jenis jamban yang memenuhi
diderita bayi dapat menyebabkan berat badan syarat (12).
bayi turun. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang cukup lama dan tidak disertai dengan yang dilakukan Rohmah dan Syahrul (2017)
pemberian asupan yang cukup untuk proses tentang Hubungan kebiasaan cuci tangan dan
penyembuhan maka dapat mengakibatkan penggunaan jamban sehat dengan kejadian
kurang gizi (11). diare balita menyatakan bahwa berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-
observasi yang dilakukan dapat diketahui square didapatkan p-value sebesar 0,014 dan
bahwa jamban keluarga di wilayah kerja besar koefisien kontigensi sebesar 0,342. Hal
Puskesmas Nambo belum memenuhi syarat. ini menunjukkan bahwa ada hubungan
Jamban yang digunakan masyarakat di jamban sehat dengan kejadian diare pada
wilayah kerja Puskesmas Nambo terdiri dari balita (13).
dua jenis yaitu jamban leher angsa dengan
septi tank dan jamban cemplung atau tanpa Hubungan Sarana Pembuangan Air Limbah
septi tank. Sebanyak 60% responden memiliki dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita suku
jamban yang tidak memenuhi syarat hal ini Bajo dan Non Bajo
dikarenakan walaupun memiliki jamban Kondisi SPAL yang tidak memenuhi
namun dapat dilihat dari jamban yang tidak syarat dapat menjadi salah satu media
cukup penerangan, jamban tidak memiliki alat penularan penyakit diare. Mekanisme
pembersih, jamban mengeluarkan bau tidak penularannya dengan memindahkan bakteri
sedap, lantai jamban licin dan frekuensi penyebab diare yang ada di air
pembersihan jamban tidak rutin dilakukan buangan/limbah ke manusia melalui vektor
setiap minggunya. penyakit, air, dan tanah. Selanjutnya bakteri
Frekuensi pembersihan jamban masih berpindah ke makanan atau minuman yang
banyak responden yang kurang jika dimakan oleh sesorang akan
memperhatikan kebersihan jambannya hal ini menyebabkan diare, jika diare terjadi secara
dapat menjadi perkembangbiakan bakteri terus menerus akan mengakibatkan
E.coli dan Salmonella yang dapat penurunan berat badan dan mempengaruhi
menyebabkan penyakit infeksi yaitu Diare, asupan nutrisi untuk tubuh sehingga
dan juga masih banyak yang menggunakan menyebabkan kekurangan gizi (14).
jamban cemplung atau tanpa septi tank Berdasarkan hasil penelitian dan
khususnya pada masyarakat suku bajo yang observasi yang dilakukan dapat diketahui
membuang langsung kotorannya dilaut dan bahwa sarana pembuangan air limbah di
dapat menimbulkan bau tidak sedap, wilayah kerja Puskesmas Nambo belum

Rila Aprilia, et al. 86


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203
memenuhi syarat. Ada dua macam sarana anak yang pengasuh/ibunya menggunakan
pembuangan air limbah yang digunakan metode pembuangan masyarakat (OR =1,7, p
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Nambo = 0,011), dibandingkan dengan mereka yang
yakni saluran pembuangan air limbah yang menggunakan penggolahan limbah
terhubung langsung kegot/sumur resapan pemerintah (OR = 0, 63, p = 0,022) (16).
dan saluran pembuangan air limbah yang Hubungan Sarana Pembuangan
langsung dialirkan ke laut. Sebanyak 61% Sampah dengan Kejadian Gizi Kurang pada
responden tidak memenuhi syarat sarana Balita suku Bajo dan Non Bajo.
pembuangan air limbah, hal ini dikarenakan Sampah merupakan hasil dari aktivitas
walaupun memiliki sarana pembuangan air manusia. Keberadaannya tidak dapat dihindari
limbah tetapi sebagian sarana pembuangan dan harus dikelola dengan baik karena
air limbah menimbulkan bau tidak sedap, pengelolaan sampah yang tidak saniter dapat
terdapat genangan pada saluran pembuangan mengakibatkan terjadinya pencemaran
air limbah, saluran pembuangan air limbah lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan
tidak tertutup dan terdapat lalat, nyamuk dll terjadinya penurunan kualitas lingkungan
pada saluran pembuangan air limbah, dan hidup dan gangguan pada kesehatan
sebagian besar responden yang memiliki manusia. Salah satu dampak negatif pada
sarana pembuangan air limbahnya langsung lingkungan disebabkan oleh berbagai bahan
dialirkan ke laut dan menimbulkan bau yang berbahaya dan beracun (B3) yang terkandung
tidak sedap dan sebagai perindukkan vektor di dalam sampah. Sampah masih menjadi
yang menyebabkan penyakit infeksi seperti masalah di Indonesia karena pelayanan yang
diare. dilakukan saat ini masih relatif terbatas (17).
Air limbah dapat menyebabkan Berdasarkan hasil penelitian dan
berbagai gangguan kesehatan pada observasi yang dilakukan dapat diketahui
masyarakat dan lingkungan hidup antara lain, bahwa sarana pembuangan sampah di
menjadi media penyebaran berbagai penyakit wilayah kerja Puskesmas Nambo tidak
terutama: kolera, tifus abdominalis, desentri memenuhi syarat. Sebanyak 75% responden
baciler, menjadi tempat berkembang biaknya memiliki tempat sampah tidak memenuhi
mikroorganisme pathogen, menimbulkan bau syarat, hal ini karenakan sebagian besar
yang tidak sedap serta pandangan yang tidak tempat sampah yang dimilki responden tidak
enak, dapat menjadi sumber pencemaran air memiliki penutup, tempat sampah tidak
permukaan tanah dan lingkungan hidup kedap air, dan mengeluarkan bau tidak sedap.
lainnya, Sehingga bisa dikatakan bahwa ada Tempat sampah yang tidak memiliki penutup
hubungan yang signifikan antara sarana dapat menimbulkan bau yang menarik
pembuangan air limbah dengan kejadian gizi beberapa vektor penyakit dan binatang
kurang pada balita Suku Bajo dan Non Bajo. pengganggu akibatnya adalah timbulnya
Penelitian ini sejalan Soeracmad et al. sarang lalat atau tikus yang erat kaitannya
(2019) Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan proses penularan penyakit, sampah
Tangga Dengan Kejadian Stunting Pada Anak yang tidak dikelola dengan baik, dibuang
Balita Di Puskesmas Wonomulyo Kabupaten sembarangan dan mengotori lingkungan akan
polewali Mandar Tahun 2019menyatakan menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat.
bahwa berdasarkan hasil statistik dengan p Sebagian masyarakat juga membuang
value sebesar 0.000 (0.000>0.005) maka sampah rumah tangganya langsung kelaut,
secara statistik dikatakan bermakna sehingga sampah yang dibuang langsung kelaut dapat
penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh berdampak pada kerusakan pada terumbu
yang bermakna antara pengamanan saluran karang dan dapat meracuni hewan yang ada
pembuangan air limbah rumah tangga dilaut seperti ikan yang dikonsumsi langsung
terhadap kejadian stunting (15). oleh manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa
Penelitian ini sejalan dengan ada hubungan yang signifikan antara sarana
Oloruntoba et al. (2014) tentang Faktor resiko pembuangan sampah dengan kejadian gizi
kebersihan dan sanitasi penyakit pada anak kurang pada balita Suku Bajo dan Non Bajo.
balita di Ibadan, Nigeria. Menunjukkan bahwa Penelitian ini sejalan dengan
ada peningkatan resiko diare diantara anak- Soeracmadet al. (2019) menyatakan bahwa

Rila Aprilia, et al. 87


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203
Berdasarkan hasil statistik di peroleh data 3. Diharapkan kepada masyarakat untuk
faktor risiko sarana pembuangan sampah memperhatikan saluran pembuangan air
rumahvalue sebesar 0.000 (0.000>0.05) maka yang berpotensi sebagai tempat
secara statistik dikatakan peneitian ini perkembang biakan vektor yang dapat
menunjukkan adanya pengaruh yang menyebarkan penyakit.
bermakna antara sarana pembuangan 4. Diharapkan kepada masyarakat untuk
sampah rumah tangga terhadap kejadian memperhatikan tempat pembuangan
stunting. sampah yang memenuhi syarat kesehatan
Hasil Penelitian sejalan yang dilakukan sebagai sumber penularan penyakit.
wulandari et al. tahun (2018) ada hubungan
sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting DAFTAR PUSTAKA
di wilayah kerja puskesmas kerkep kabupaten 1. Ratufelan E, Zainuddin A & Junaid.
bengkulu utara dengan nilai p=0.008.Tinjauan Hubungan Pola Makan, Ekonomi Keluarga
pengaman sampah rumah tangga adalah dan Riwayat Infeksi Dengan Kejadian Gizi
untuk menghindari penyimpanan sampah Kurang Pada Balita di Wilayah Kerja
yang aman adalah pengumpulan, Puskesmas Benu-Benua Tahun 2018. Jurnal
pengangkutan, pemerosesan, pendaur Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
ulangan atau pembuangan dari material 2018; 3(2): 1-13.
sampah dengan cara yang membahayakan 2. World Health Organization. Levels and
kesehatan masyarakat dan lingkungan(18). Trends in Child Malnutrition 2018
[internet]. 2018 [cited 2019 Dec 20].
KESIMPULAN Avaible from: https://www.who.int/news-
1. Tidak ada hubungan antara sumber air room/fact-sheets/detail/malnutrition.
bersih dengan kejadian Gizi kurang Balita 3. Kementrian Kesehatan Republik
pada suku bajo dan non bajo di wilayah Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari 2018; 2018.
tahun 2019 4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
2. Ada hubungan antara jamban keluarga Tenggara. Profil Kesehatan Provinsi
dengan kejadian Gizi Kurang balita pada Sulawesi Tenggara Tahun 2017; 2017.
suku bajo dan non bajo di wilayah kerja 5. Dinas Kesehatan Kota Kendari. Profil
Puskesmas Nambo Kota Kendari tahun Kesehatan Kota Kendari Tahun 2018; 2018.
2019 6. Suherman, Qurota F & Aini. Analisis
3. Ada hubungan antara sarana Kejadian Diare pada Siswa di SD Negeri
pembuangan air limbah dengan kejadian Pamulang 02 Kecamatan Pamulang Tahun
Gizi kurang balita pada suku bajo dan non 2018 . Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.
bajo di wilayah kerja Puskesmas Nambo 2019; 15(2): 199-208.
kota Kendari tahun 2019 7. World Health Organization. World Health
4. Ada hubungan antara sarana Statisitcs 2017 [internet]. 2017 [cited 2019
pembuangan sampah dengan kejadian Dec 20]. Avaible from:
gizi kurang balita pada suku bajo dan non https://www.who.int/news-room/fact-
bajo di wilayah kerja Puskesmas Nambo sheets/detail/diarrhoeal-disease.
Kota Kendari tahun 2019. 8. Hidayat T. S & Fuada N. Hubungan Sanitasi
lingkungan, Morbiditas, dan status gizi
SARAN balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan
1. Diharapkan kepada masyarakat untuk Masyarakat. 2013; 34(2): 104-113.
tetap mempertahankan kualitas air yang 9. Rondonuwu S, Punuh M. I & Ratag B. T.
digunakan dan terus memperhatikan Hubungan Antara Riwayat Penyakit
persyaratan yang diperlukan dalam Infeksi, Ketersediaan Air Bersih dan
menjaga kualitas air. Kepemilikan Jamban dengan Status Gizi
2. Diharapkan kepada masyarakat untuk Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Pulau Nin
memperhatikan kondisi jamban yang Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
digunakan yang memenuhi syarat Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;
kesehatan 1-14.

Rila Aprilia, et al. 88


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIV. HALU OLEO
(JKL - UHO)
JKL - UHO Vol. 1/No.2/Bulan Juli Tahun 2020; e-ISSN: 2723-5203
10. Puspitawati N & Sulistyarini T. Sanitasi
Lingkungan yang Tidak Baik
Mempengaruhi Status Gizi Pada Balita.
Jurnal STIKES. 2013; 6(1): 74-83.
11. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan. Situasi Balita
Pendek (Stunting) di Indonesia; 2018 ISSN
2088 – 270.
12. Zairinayati & Purnama R. Hubungan
Hygiene dan sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Ilmiah
Multi Science Kesehatan. 2019; 10(1): 78-91.
13. Rohmah N & Syahrul F. Hubungan
Kebiasaan Cuci Tangan dan Penggunaan
Jamban Sehat dengan Kejadian Diare
Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2017;
5(1): 96-106.
14. Sidhi A. N, Raharjo M & Dewanti N. A.
Hubungan Kualitas Sanitasi Lingkungan
dan Bakteriologis Air Bersih Terhadap
Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Adiwerna Kabupaten Tegal.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016; 4(3):
665-676.
15. Soeracmad Y, Ikhtiar M & Bintara A.
Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah
Tangga Dengan Kejadian Stunting Pada
Anak Balita Di Puskesmas Wonomulyo
Kabupaten polewali Mandar Tahun 2019.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2019; 5(2):
138-150.
16. Oloruntoba E. O, Folarin T. B & Ayede A. I.
Hygiene and sanitation risk factors of
diarrhoeal disease among under-five
children in Ibadan, Nigeria. African Health
Sciences. 2014; 14(4): 1001-1011.
17. Hasbullah, Ashar T & Nurmaini. Analisis
Pengolahan Sampah di Kota Subulussalam
tahun 2017. Jurnal Jumantik. 2019; 4(2):
135-146.
18. Wulandari, Rahayu F & Darmawangsah.
Hubungan sanitasi lingkungan dan riwayat
penyakit infeksi dengan kejadian stunting
di wilayah kerja puskesmas Kerkap
Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2019.
Jurnal Avicenna. 2019; 14(2): 1-12.

Rila Aprilia, et al. 89


JKL-UHO (Vol.1, No.2, Juli 2020)

Anda mungkin juga menyukai