Dewi Ratih Ta'Zir
Dewi Ratih Ta'Zir
FIQIH JINAYAH
“TA’ZIR”
Disusun
Oleh:
1. Suprianto
2. Ariya anggara
3. Arni puspitasari
4. Dewi ratih
5. megawati
Dosen Pengampu:
Abd. Azis Ilyas. S.Ag. M. H
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, hukum pidana islam berlaku sebagai hukum
publik. Yaitu hukum yang diatur dan diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa
Walaupun dalam kenyataannya, masih banyak umat islam yang belum tahu
dan paham tentang apa dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta bagaimana
kehidupan sehari-hari.
B. rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ta’zir
Menurut bahasa, lafaz ta’zir berasal dari kata “azzara” yang berarti
“Ta’zir adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa yang
Dari definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa ta’zir adalah suatu
3
ditetapkan oleh syara’ dinamakan jarimah ta’zir. Jadi, istilah ta’zir bisa digunakan
untuk hukuman dan bisa juga untuk jarimah (tindak pidana) Ta’zir sering juga
sepenuhnya kepada penguasa atau hakim. Hukuman dalam jarimah ta'zir tidak
ta'zir harus sesuai dengan prinsip syar'i. Bentuk hukuman hukuman ta'zir banyak
jumlahnya, yang dimulai dari hukuman paling ringan sampai hukuman yang yang
tersebut, yaitu hukuman yang sesuai dengan keadaan jarimah serta diri
1. Hukuman Mati
memberikan pengajaran (ta'dib) dan tidak sampai membinasakan. Oleh karena itu,
dalam hukum ta'zir tidak boleh ada pemotongan anggota badan atau penghilangan
nyawa. Akan tetapi beberapa foqoha' memberikan pengecualian dari aturan umum
4
tersebut, yaitu kebolehan dijatuhkan hukuman mati jika kepentingan umum
dengan jalan membunuhnya, seperti mata mata, pembuat fitnah, residivis yang
2. Hukuman Jilid
dalam ta'zir. Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama' Maliki, batas
kemaslahatan masyarakat dan atas dasar berat ringannya jarimah. Imam Abu
Hanifah dan Muhammad berpendapat bahwa batas tertinggi hukuman jilid dalam
pertama sama dengan pendapat Imam Abu Hanifah dan Muhammad. Pendapat
kedua sama dengan pendapat Abu Yusuf. Sedangkan pendapat ketiga, hukuman
jilid pada ta'zir boleh lebih dari 75 kali, tetapi tidak sampai seratus kali, dengan
syarat bahwa jarimah ta'zir yang dilakukan hampir sejenis dengan jarimah hudud.
jilid yang diancam atas sesuatu perbuatan jarimahtidak boleh menyamai hukuman
yang dijatuhkan terhadap jarimah lain yang sejenis, tetapi tidak boleh melebihi
hukuman jarimah lain yang tidak sejenisnya. Pendapat ke lima mengatakan bahwa
hukuman ta'zir tidak boleh lebih dari 10 kali. Alasannya ialah hadits nabi dari Abu
5
Darda sebagai berikut: "Seorang tidak boleh dijilid lebih dari sepuluh kali, kecuali
Ada dua macam hukuman kawalan dalam hukum Islam. Pembagian ini
Batas terendah dai hukuman ini adalah satu hari, sedang batas tertinggi, ulama'
berlangsung terus sampai terhukum mati atau taubat dan baik pribadinya. Orang
yang dikenakan hukuman ini adalah penjahat yang berbahaya atau orang yang
tidak terbatas. Sudah disepakati bahwa hukuman kawalan ini tidak ditentukan
masanya terlebih dahulu, melainkan berlangsung terus sampai terhukum mati atau
taubat dan baik pribadinya. Orang yang dikenakan hukuman ini adalah penjahat
yang berbahaya atau orang yang berulang ulang melakukan jarimah jarimah yang
berbahaya.
4. Hukuman Salib
(hirobah), dan untuk jarimah ini hukuman tersebut meruapakan hukuman had.
6
Akan tetapi untuk jarimah ta'zir hukuman salib tidak dibarengi atau didahului
hidup dan tidak dilarang makan minum, tidak dilarang mengerjakan wudhu, tetapi
dalam menjalankan sholat cukup dengan isyarat. Dalam penyaliban ini, menurut
Ancaman juga merupakan salah satu hukuman ta'zir, dengan syarat akan
membawa hasil dan bukan hanya ancaman kosong. Misalnya dengan ancama akan
dijilid, dipenjarakan atau dihukum dengan hukuman yang lain jika pelaku
Rosulullah terhadap sahabat Abu Dzar yang memaki maki orang lain dengan
menghinakan ibunya. Maka Rosulullah saw berkata, "Wahai Abu Dzar, Engkau
menghina dia dengan menjelek jelekkan ibunya. Engkau adalah orang yang masih
dihinggapi sifat sifat masa jahiliyah. "Hukuman peringatan juga diterapkan dalam
syari'at Islam dengan jalan memberi nasehat, kalau hukuman ini cukup membawa
melakukan hukuman pengucilan terhadap tiga orang yang tidak ikut serta dalam
7
perang Tabuk, yaitu Ka'ab bin Malik, Miroroh bin Rubai'ah, dan Hilal bin
Umaiyah. Mereka dikucilkan selama lima puluh hari tanpa diajak bicara, sehingga
"Dan terhadap tiga orang yang tinggal, sehingga apabila bumi terasa sempit oleh
mereka meskipun dengan luasnya, dan sesak pula diri mereka, serta mereka
mengira tidak ada tempat berlindung dari Tuhan kecuali padaNya, kemudian
hukumannya didenda dengan lipat dua kali harga buah tersebut, disamping
hukuman lain yang sesuai dengan perbuatannya tersebut. Sabda Rosulullah saw,
"Dan barang siapa yang membawa sesuatu keluar, maka atasnya denda sebanyak
dua kalinya besrta hukuman." Hukuman yang sama juga dikenakan terhadap
1. Ta`zir adalah hukuman yang bersifat mendidik atas perbuatan dosa yang belum
ditetapkan oleh syara` atau hukuman yang diserahkan kepada keputusan Hakim.
prinsip keadilan. Pelaksanaannya pun bisa berbeda, tergantung pada tiap keadaan.
Karena sifatnya yang mendidik, maka bisa dikenakan pada anak kecil.
8
2. Dalam menetapkan jarimah ta'zir, prinsip utama yang menjadi acuan penguasa
mati bisa dikenakan pada pelaku hukuman berat yang berulang-ulang. Hukuman
4. Lihat QS. Al-Maidah: 12, al-A’raf: 157. Disamping itu dilihat dari segi dasar
hukum (penetapannya), ta’zir juga dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud atau qishash, tetapi
syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang tidak
belum ditetapkan, seperti riba, suap dan mengurangi takaran dan timbangan.
3. Jarimah ta’zir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh syara’
jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri, seperti pelanggaran
lintas.
9
D. Pendapat Imam Mazhab
1. Tersebut di dalam suatu riwayat bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu
membakar kedai-kedai penjual khamr dan membakar suatu desa yang menjadi
tenpat penjualan khamr. Ta’zir dalam perkara yang disyariatkan adalah ta’zir yang
wajib menurut pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad
rahimahumullah.
2. Adapun Imam Syafi’i mengatakan bahwa Hukum Ta’zir itu tidak wajib.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat tentang jinayat ta’zir di atas, terdapat hal-hal yang
menarik perhatian kita untuk dikaji lebih jauh, baik yang berkaitan tentang
pengertian atau definisi hingga pendapat para fuqaha tentang hal-hal yang
berkaitan, yaitu :
10
1. Kita dapat menyimpulkan bahwa ta’zir adalah sebuah jarimah dengan
kebijakan hukuman paling ringan dibanding jarimah yang lain. Jarimah ini pun
pelaku jarimah ta’zir melebihi hukuman had atau untuk jarimah yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Arabi,
A’rabi, Beirut
Damaskus, 1989
Beirut, 1996
11
Drs. H. Ahmag Wardi Muslich. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika,
2005
Sa’id Abdul ‘Adhim, Kafarah Penghapus Dosa, Terj. Abu Najiyah Muhaimin bin
12