Anda di halaman 1dari 17

Distribusi Kekayaan

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Islam
Yang diampu oleh dosen Ustdzh. Nurfaedah

Disusun oleh

Ilham Hidayatulloh
Hendri Budianto
Muhammad paris
Ridwan Abdul Aziz

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM


Jl. Aruji Kartawinata, Garut, Jawa Barat, Jayaraga, Targong Kidul 44151
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih
lagi maha penyanyang. Segala puji hanyalah milik Allah SWT semata, tidak
terkira ungkapanrasa syukur yang kami panjatkan kepada-nya yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan karunianya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Distribusi Kekayaan”

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi


besar Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya kepada sahabatnya, serta
kepada seluruh umatnya yang masih berpegang teguh kepada ajaran-nya

Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ekonomi Makro Islam. Penulis berharap dapat mengetahui tentang apa itu Inflasi
dalam perspektik makro islam, menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dari pada pembaca
dan yang lainnya untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari
makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu selama proses penyusunan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama rahmatul lil’alamin mencakup ajaran-ajaran yang
bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan manusia dan alam
semesta dari kehancuran. Karena itu, islam menawarkan nilai-nilai, norma-norma
dan aturan-aturan hidup yang modern dan diharapkan mampu memberikan
alternative-alternatif pemecahan terhadap berbagai poblematika hidup manusia.
Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, di samping
produksi dan konsumsi. Dorongan al-qur’an pada sector distribusi telah dijelaskan
secara jelas. Ajaran islam menuntun kepada manusia untuk menyebarkan hartanya
agar kekaayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat saja.
Pendistribusian harta yang tidak adil dan merata akan membuat orang yang kaya
bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebagai salah satu aktivitas
perekonomian, distribusi menjadi bidang kajian terpenting dalam perekonomian

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengertian Distribusi?
2. Bagaimana Distribusi antar individu manusia?
3. Bagaimana Distribusi oleh Negara?
4. Bagaimana Aplikasi pengeluaran kas Baitul Mal?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Distribusi
2. Untuk mengetahui Bagaimana Distribusi antar individu manusia
3. Untuk mengetahui Bagaimana Distribusi oleh Negara
4. Untuk mengetahui Bagaimana Aplikasi pengeluaran kas Baitul Mal
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi & Kekayaan
1.Pengertian Distribusi
Distribusi merupakan penyaluran harta yang ada, baik dimiliki oleh pribadi
atau umum (publik) kepada pihak yang berhak menerima yang ditunjukan untuk
meningkatkan kesejahteran masyarakat sesuai dengan syariat. Secara sederhana
bisa digambarkan, kewajiban menyisihkan sebagian harta bagi pihak surplus
(berkecukupan) diyakini sebagai kompensasi atas kekayaannya dan di sisi lain
merupakan insentif (perangsang) untuk kekayaan pihak defisit (berkkekurangan).1

Titik berat dalam pemecahan permasalahan ekonomi adalah bagaimana


menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di tengah masyarakat.
Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai makna yang lebih luas mencakup
pengaturan kepemilikan, ,dan sumber-sumber kekayaan.

Islam memberikan batas-batas tertentu dalam berusaha, memiliki kekayaan


dan mentransaksikannya. Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-Quran telah
menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian
kekayaan dalam masyarakat secara objektif, seperti memperkenalkan hukum
waris yang memberikan batas kekuasaan bagi pemilik harta dengan maksud
membagi semua harta kekayaan kepada semua karib kerabat apabila seseorang
meninggal dunia. Begitu pula dengan hukum zakat, infaq, sadaqah, dan bentuk
pemberian lainnya juga diatur untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yang
membutuhkan.

Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS. Al-Hasyr


(59) : 7

َّ ‫َما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َرى فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َس ]ا ِكي ِن َواب ِْن‬
‫الس ]بِي ِل َك ْي اَل‬
ِ ‫يَ ُكونَ دُولَةً بَ ْينَ األ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُ]د ْال ِعقَا‬
(‫ب‬
)7

1
Mustofa Edwin nasution, Pengenalan Ekonomi Islam.h.121
Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.”

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa islam mengatur distribusi harta


kekayaan termasuk pendapatan kepada semua masyarakat dan tidak menjadi
komoditas di antara golongan orang kaya saja. Selain itu untuk mencapai
pemerataan pendapatan kepada masyarakat secara obyektif, islam menekankan
perlunya membagi kekayaan kepada masyarakat melalui kewajiban membayar
zakat, mengeluarkan infak, serta adanya hokum waris dan wasiat serta hibah.
Aturan ini diberlakukan agar tidak terjadi konsentrasi harta pada sebagian kecil
golongan saja. Hal ini berarti pula agar tidak terjadi monopoli dan mendukung
distribusi kekayaan serta memberikan latihan moral tentang pembelanjaan harta
secara benar.2

2. Prinsip Distribusi

Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen dalam


mewujudkan pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya distribusi harta
kekayaan dalam ekonomi islam tidak berarti tidak memperhatikan keuntungan
yang di peroleh dari produksi. Maka dalam distribusi, ada beberapa prinsip dasar,
yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip keadilan atau pemerataan


Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi
harus menyebar kepada seluruh masyarakat.

2
Abdul manan, Teori praktek ekonomi islam. h.24
Macam-macam factor produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus
dibagi secara adil. Islam menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih
harta kekayaan, terlepas dari tingkatan social, kepercayaan dan warna kulit. Islam
menjamin akan tersebarnya harta kekayaan di masyarakat dengan adanya
distribusi yang adil.

2. Prinsip keadilan dan kasih sayang


Menggambarkan adanya solidaritas individu dan social dalam masyarakat
islam, bentuk nyata ini tercermin pada pola hubungan sesame muslim. Rasa
persaudaraan sejati yang tidak akan terpecah-belah oleh kekuatan-kekuatan
duniawi inilah yang mempersatukan individu kedalam masyarakat. Peradaban
manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya, yaitu adanya saling
bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh seorang muslim maupun
masyarakat islam yang akan memperkokoh solidaritas seluruh anggota
masyarakat dalam aspek kehidupan yang termasuk juga aspek ekonomi.
3. Prinsip jaminan social
Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip
semata, melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang
sempurna seperti zakat, sedekah, dll
Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA
harus dinikmati oleh semua makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian terhadap
fakir miskin terutama oleh orang yang punya uang. Ketiga, kekayaan tidak boleh
dinikmati dan hanya berputar pada kalangan orang kaya saja. Keempat, perintah
untuk berbuat baik kepada orang lain. kelima, orang islam yang tidak punya
kekayaan harus mampu dan mau menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan
social. Keenam, larangan berbuat baik karena ingin dipuji orang (riya’). Ketujuh,
jaminan social itu harus diberikan kepada mereka yang telah disebutkan dalam Al-
Qur’an sebagai pihak yang berhak atas jaminan social itu.

a) Larangan Riba
Pelarangan riba merupakan permasalahan penting dalam ekonomi Islam,
terutama karena riba secara jelas dilarang dalam al-Qur’an. Jika dihubungkan
dengan masalah distribusi, maka riba dapat mempengaruhi meningkatnya masalah
dalam distribusi, yakni: berhubungan dengan distribusi pendapatan antara bankir
dan masyarakat secara umum, serta nasabah secara khusus dalam kaitannya
dengan bunga bank.

Lalu bagaimana jika suatu bank mengalami penurunan pendapatan? Sedangkan


sebagaimana yang kita ketahui, bank syariah hanya mengandalkan prinsip bagi
hasil yang tergantung pada perolehan laba nasabah. Jika terjadi kecurangan
nasabah yang memalsukan perolehan labanya, dan hanya melakukan bagi hasil
dengan bank sejumlah nominal yang sedikit, maka dalam jangka panjang yang
terjadi adalah bank mengalami gulung tikar. Jika tidak, maka bank terpaksa
mengabil bunga untuk menyelamatkan nasib bank.

b) Larangan Menumpuk Harta

Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan penumpukan


harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat merusak fondasi sosial
Islam.Apabila terjadi yang demikian, maka pemerintah dibenarkan, dengan
kekuasaannya, untuk mengambil secara paksa harta tersebut demi kepentingan
masyarakat.

Jika sekarang sesuai dengan prinsip larangan menumpuk harta diatas, seharusnya
dalam masyarakat akan terjadi pengambilan harta secara paksa terhadap
masyarakat yang mampu untuk diserahkan sebagian hartanya kepada masyarakat
yang membutuhkan. Tetapi itu tidak terealisasikan.3

3.Kekayaan

3
http://inipunyadhini.blogspot.com/2014/06/distribusi-kekayaandalam islam.html?m=1
merupakan segala sesuatu yang dapat diambil, dismpan dan di manfaatkan.
Islam tidak membatsi kehendak seseorang dalam memperoleh harta selam yang
demikian dilakukan dalan prinsip umum yang berlaku yaitu halal dan baik.

Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizing Allah SWT.
Oleh karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunya ha katas sebagian
kekayaan yang dimiliki manusia lain yang beruntung, dan kekayaan atau harta
yang dimiliki harus berputar tidak boleh ditimbun Sebagaimana dalam QS. Al-
humazah:1-3
Artinya: “ Celakalah bagi setiap pengumpat, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya, dan (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya.” (QS. Al-humazah:1-3)4

B. Distribusi antar individu manusia


Manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang tidak
akan menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan selama hidupnya dan
manusia berusaha keras, usia akan membatasi dirinya. Disinilah kemaslahatan
hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh karena itu, Allah SWT memberi
kemudahan pada setiap orang untuk mengusai pengerahuan salah satu
diantaranya, sehingga manusia dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebagaimana fiman Allah dalam QS. Al-Zukhruf:32.
Artinya: “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagaiman mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memepergunakan
sebagian yang lain.”( QS. Al-Zukhruf:32)
Bahwa seorang yang kafir membutuhkan orang kaya sedangkan orang
kaya membutuhkan tenaga orang miskin. Dari hasil tolong menolong tersebut,
manusia akan semakin mudah menjalankan aktivitas ibadah kepadaNya dalam
konteks ini Allah SWT berfirman dalam QS. Al-maidah : 2

4
https://www.google.com/amps/s/www.kompasiana.com/amp/dwiindahsari/kekayaan-dalam-
perspektif-islam.
Artinya: “Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
taqwa.”(QS.Al-maidah:2)
Rasulullah SAW berkata,”Sesungguhnya Allah SWT selalu menolong
hambaNya sela hambaNya tersebut menolong saudara muslimnya.”
(HR.BukhoriMuslim)
Distibutor antar individu sangat terkait dengan kepemilikan harta
didsarkan pada agama. Kepemilikan tidak memberi hak mutlak kepada
pemiliknya untuk memperguakan semaunya, melainkan harus sesuai dengan
beberapa aturan. Hal ini dikarenakan kepemilikan harta pada esesinya hanya
sementara, tidak abadi, dan tidak lebih dari pinjaman terbatas dari Allah. Terkait
dengan kepemilikan pribadi. Hal ini merupakan kepemilikan yang manfaatnya
hanya berkaitan dengan satu orang saja dan tidak ada satu orangpun yang ikut
andil dalam kepemilikan itu. Contoh : Kepemilikan rumah, mobil, motor dll.

C. Distribusi Oleh Negara


1). Pengelolaan Kekayaan Negara
Kekayaan milik Negara atau harta-harta yang menjadi wewenang negara dan
keterangannya tersebut dalam kitab Al-Qur‟an dan Sunah Rasul, ada tiga macam:
a. Harta rampasan perang (Ghonimah)

b. Harta sedekah dan zakat

c. Harta sitaan (Al Fai‟)


Dari tiga hal di atas, pengertiannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Yang dimaksud harta rampasan perang (ghonimah) ialah harta yang didapat dari
hasil pertempuran dengan kaum kafir, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-
Anfal: 1
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta
rampasan perang, katakanlah harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan
Rasul, sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungannmu
diantara sesamamu dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang
yang beriman.”(QS. Al-Anfal: 1)
Makna ayat ini menyebutkan bahwa harta rampasan atau ghanimah
dinamakan Al Anfal. Sedangkan Al Anfal itu milik Allah dan Rasul-Nya, yang
artinya bahwa pengelolaan harta rampasan itu sudah ketentuannya dari Allah dan
Rasulullah. Masih dalam surat Al Anfal ayat 69, Allah menjelaskan tentang harta
rampasan atau ghonimah ini.
“Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu,
sebagai makanan yang halal lagi baik, dan, bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang”
Ayat di atas menjelaskan bahwa ghonimah itu berarti harta rampasan perang
dan harta rampsan itu adalah sesuatu yang lebih baik.
Selanjutnya, yang dimaksud harta sedeqah dan zakat, yaitu harta sedekah
dan zakat yang diterankan di dalam Al-Qur‟an dan sunnah Rasul ialah harta yang
dihasilkan antara lain dari:
Zakat, adalah sebagai pokok dari segala macam sedekah
Sodaqatul Fitr, Yang yang biasa disebut zakat fitrah
Infak, Ialah harta yang dinafkahkan ketika ada hal-hal yang mengharuskan
menafkahkannya berdasarkan kebutuhan dan kepentingan.
Sedekah, adalah satu bagian dari tata aturan Islam mengenai bidang harta dan
kemasyarakatan, karena masalah sedekah zakat ini dibicarakan dalam buku yang
membahas tetnang keuangan Negara.
Fa’I adalah harta rampasan dari orang kafir, tanpa peperangan

2). Pola memanfaatan kekayaan Negara


Ekonomi yang sehat dari suatu Negara adalah adanya keseimbangan antara
kekayaan Negara yang masuk dan yang dikeluarkan. System atau pemanfaatnnya
akan sangat menetukan keseimbangan. Islam memandang pentingnya ekonomi,
walaupun bukan segala-galanya. Bagaian dari ekonomi Negara yaitu harta
kekayaan Negara, yang bermanfaat untuk mengurusi manusia yang hidup di suatu
Negara itu.
Kepentingan ekonomi sama dengan kepentingan bidang kehidupan lainnya,
system ekonomi dengan pola pemanfaatan kekayaan Negara dapat mengatur
kehidupan jasmaniyah sedang agama mengatur keidupan rohaniah. Kaduanya
harus seimbang. Pola dasar pemanfaatan kekayaan Negara ini didasarkan pada
firman Allah dalam Surah Al-Imran: 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran: 104)

Pemanfaatan kekayaan Negara itu tidak lepas dari :


1.. Unsur pemanfaatan lewat kejiwaan yang tumbuh dari iman dan landasan
aqidah yang mendorong timbulnya kegiatan-kegiatan dengan tujun moral,
kemasyarakatan dan kemanusiaan.

2. Unsur pemanfaatan dengan kaedah aturan apabila dilaksanakan menjamin


lahirnya masyarakat yang mempunyai gairah kerja, rasa keadilan dan
solidaritas yang tinggi dan tetap memperhatikan kenyataan yang ada pada
perbedaan kesungguhan kerja di dalam masyarakat.

3. Unsur penguasa yang berusaha untuk dapt tegaknya nilai-nilai keadilan.


Melindungi kepentingan perorangan dan kecukupan di dalam kehidupan
masyarakat, Negara menurut ajaran Islam pemerintahnya berkewajiban
menjamin tegaknya keadilan terpenuhi kebutuhan-kebutuhan rakyatnya. 5

D. pengeluaran kas Baitul Mal


Baitul Mal adalah sebuah institusi yang bertindak sebagai pengelola keuangan
Negara. Baitul mal ini memegang peranan yang sangat penting bagi
perekonomian, termasuk dalam melakukan kebijakan yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat.6
Pada masa pemerintahan Rasulullah, Baitul Maal terletak di Masjid Nabawi
yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat Negara yang sekaligus sebagai
tempat tinggal Rasulullah. Binatang-binatang yang merupakan perbendaharaan

5
http://www.google.com/amp/s/ahmadarkam.wordpress.com/2014/01/13/makalah-distribusi-
kekayaan/amp
6
P3EI. Ekonomi Islam Jakarta:2008 h.98
Negara tidak disimpan di Baitul Maal. Sesuai dengan alamnya, binatang-binatang
tersebut ditempatkan di alam terbuka.
Adapun Baitul Mal yang berarti tempat penyimpanan harta yang masuk dan
pengelolaan harta yang keluar, maka di masa Nabi saw belum merupakan tempat
yang khusus. Ini disebabkan harta yang masuk pada saat itu belum begitu banyak.
Lagi pula hampir selalu habis dibagikan kepada kaum Muslim, serta dibelanjakan
untuk pemeliharaan urusan mereka.
Demikian pula setiap harta yang wajib dikeluarkan untuk orang-orang yang
berhak menerimanya, untuk kemaslahatan kaum Muslim dan pemeliharaan urusan
mereka, serta untuk biaya mengemban dakwah, merupakan kewajiban atas Baitul
Mal, baik dikeluarkan secara riil maupun tidak. Baitul Mal dengan pengertian
seperti ini tidak lain adalah sebuah lembaga.
Baitul Mal sebagai sebuah lembaga didirikan pertama kalinya setelah
turunnya firman Allah Swt -yakni di Badar seusai perang, dan saat itu para
sahabat berselisih tentang ghanimah:
“Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang,
katkannlah harta rampsan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu
bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hbungannmu diantara sesamamu dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang yang beriman”
Pada saat itu Allah menjelaskan hukum tentang pembagiannya dan
menjadikannya sebagai hak seluruh kaum Muslim. Selain itu, Allah juga
memberikan wewenang kepada Rasul saw untuk membagikannya dengan
mempertimbangkan kemaslahatan kaum Muslim, sehingga ghanimah tersebut
menjadi hak Baitul Mal.
saat itu Rasulullah saw segera membagikan harta ghanimah, dan seperlima
bagian darinya (alakhmas) segera setelah selesainya peperangan tanpa menunda-
nundanya lagi. Dengan kata lain, beliau segera membelanjakannya sesuai
ketentuan. Harta yang merupakan sumber pendapatan Negara disimpan di baitul
maal dalam jangka waktu singkat untuk kemudian didistribusikan kepada
masyarakat hingga tidak tersisa sedikitpun.
Praktik pengumpulan dan pendistribusian harta yang dilakukan Rasulullah
inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Baitul Maal. Pada praktiknya, institusi
pengumpulan dan pendistribusian harta di masa Rasulullah belumlah berupa
organisasi yang kompleks, melainkan Rasulullah dibantu oleh beberapa
sahabatnya, untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran.
Pada tahun pertama kekhalifahan Abu Bakar, keadaan seperti itu
berlangsung sama. Jika datang harta dari berbagai daerah taklukan langsung
dibawa ke Masjid Nabawi dan langsung dibagikan. Tetapi pada tahun kedua,
pemasukan harta jauh lebih besar sehingga Abu Bakar pun menjadikan sebagian
ruang dirumahnya sebagai pusat penampungan dan pendistribusian harta itu untuk
kemaslahatan kaum muslimin.
Di era kekhalifahan Umar bin Khathab, perluasan kekuasaan wilayah Islam
berkembang pesat. Persia dan Romawi berhasil ditaklukan, maka semakin besar
volume pundi-pundi kekayaan yang mengalir ke Madinah. Khalifah Umar pun
memerintahkan untuk membangun tempat khusus sebagai tempat penampungan
harta itu sekaligus ia menyusun struktur organisasi untuk mengurus aktivitas
baitul maal tersebut.
Fungsi dan tujuan itu terlihat nyata dari bentuk struktur organisasi baitul
maal dimasa Khlifah Umar bin Kathab. Umar membentuk:
a. Departemen Pelayanan Militer.
Fungsi utama departemen ini, adalah medanai aktivitas dan kebutuhan
pasukan termasuk untuk pembayaran gaji, pensiun dan jaminan masa depan
keluarganya.
b. Departemen Kehakiman dan Eksekutif.
Tugas departem pokok departemen ini, adalah membiayai aktivitas pelayanan
hukum dan publik termasuk membayar gaji para hakim dan pejabat negara
sesuai dengan kecukupan yang wajar agar mereka tidak melakukan praktik
korupsi atau menerima suap.
c. Departemen Pendidikan dan Pelayanan Islam
Departemen bertugas mendistribusikan pembiayaan untuk kebutuhan
pencerdasan ummat dan aktivitas dakwah termasuk pembayaran gaji guru dan
juru dakwah serta keluarganya.
d. Departemen Jaminan Sosial.
Jaminan hidup bagi anak-anak yati, kaum fakir dan miskin, janda-jand tua dan
orang jompo, orang cacat, pembiayaan pernikahan, persalinan dan jaminan
kebutuhan hidup keluarga yang tidak mampu dan untuk kemaslahatan ummat
lainnya adalah menjadi tugas utama departemen jaminan sosial ini.
Pada masa umar pula struktur organisasi ini berkembang seiring dengan
perkembangan permasalahan yang terjadi, seperti pembentukan cabang-cabang
baitul maal di wilayah-wilayah taklukan, pembentukan sistim diwan, membentuk
tim sensus penduduk (nassab) untuk menentukan indeks kebutuhan dan jaminan
sosial bagi masyarakat7

BAB III
7
http://www.google.com/amp/s/ahmadarkam.wordpress.com/2014/01/13/makalah-distribusi-
kekayaan/amp
KESIMPULAN

1.-Distribusi merupakan penyaluran harta yang ada, baik dimiliki oleh


pribadi atau umum (publik) kepada pihak yang berhak menerima yang
ditunjukan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat sesuai dengan
syariat.

-Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS.


Al-Hasyr (59) : 7

- Prinsip Distribusi

a. Prinsip keadilan atau pemerataan

b. Prinsip persaudaraan atau kasih saying

c. Prinsip jaminan social


- Kekayaan
Harta merupakan segala sesuatu yang dapat diambil, dismpan dan di
manfaatkan. Islam tidak membatsi kehendak seseorang dalam
memperoleh harta selam yang demikian dilakukan dalan prinsip umum
yang berlaku yaitu halal dan baik.
1. Manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang
tidak akan menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan selama
hidupnya dan manusia berusaha keras, usia akan membatasi dirinya.
Disinilah kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya.
Oleh karena itu, Allah SWT memberi kemudahan pada setiap orang
untuk mengusai pengerahuan salah satu diantaranya, sehingga manusia
dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Pengelolaan Kekayaan Negara


Kekayaan milik Negara atau harta-harta yang menjadi wewenang
negara dan keterangannya tersebut dalam kitab Al-Qur‟an dan Sunah
Rasul, ada tiga macam:
a. Harta rampasan perang (Ghonimah)

b. Harta sedekah dan zakat

c. Harta sitaan (Al Fai‟)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul manan, Teori praktek ekonomi islam Yogyakarta:2008 Dana bakti


wakf
Hafizh Abdurrahman, Sistem Ekonomi Islam,

Mustofa Edwin nasution, Pengenalan Ekonomi Islam Jakarta:2008 Zahra

P3EI. Ekonomi Islam Jakarta:2008 Rajawali Press

Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar,

Taqiyuddin an-Nabhani, Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam,

http://inipunyadhini.blogspot.com/2014/06/distribusi-kekayaandalam
islam.html?m=1

https://www.google.com/amps/s/www.kompasiana.com/amp/dwiindahsari
/kekayaan-dalam-perspektif-islam.

http://www.google.com/amp/s/ahmadarkam.wordpress.com/2014/01/13/m
akalah-distribusi-kekayaan/amp

Anda mungkin juga menyukai