NIM : 206223036
Prodi/kelas : PGSD 3A
Dalam melakukan proses pembelajaran yang efektif perlu adanya hal yang mendorong
suasana kelas yang kondusif untuk belajar, akan tetapi perilaku karakter dan sifat masing – masing
sehingga guru kesulitan dalam upaya pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas sendiri merupakan salah
satu strategi dalam menciptakan kondisi kelas yang kondusif dalam melakukan pembelajaran.
Menurut Jurnal yang ditulis oleh [ CITATION Isn20 \l 1033 ] ada beberapa kendala dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas diantaranya ; (1) tugas guru yang multidimensi, (2)
Proses belajar mengajar di kelas yang dibatasi waktu.
Peran guru sendiri bersifat multidimesni, adapun beberapa peran guru diantaranya adalah
(Alfandi, 2017 :231) : Guru sebagai Pembimbing, kewajiban guru untuk mengajar dan memmbantu
siswa mencapai hakikat belajar. Guru sebagai motivator, Guru harus bisa membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar guna menciptakan pengelolaan kelas yang baik. Hal yang dapat dilakukan
adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa baik secara verbal dan non verbal.
Guru sebagai fasilitator, guru mampu menyediakan alat peraga maupun media yang semenarik
mungkin, dengan adanya media guru lebih mudah menyusun materi pengajaran agar sistematis dan
terstruktur. Guru sebagai Demonstrator, senantiasa dapat menguasai dan memahami materi yang
akan diajarkan,guru juga harus bisa memahami dan lebih mengenal apa yang dibutuhkan siswa
dengan cara menyajikan pembelajaran yang tepat.
Upaya mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas yaitu dengan melakukan tindakan
preventif dan melakukan tindakan korektif .Melakukan tindakan preventif atau pencegahan guru
harus bisa mengidentifikasikan perilaku siswa yang menyimpang baik individual atau
kelompok,maupun penyimpangan yang disengaja.
LAMPIRAN
STRATEGI PENGELOLAAN KELAS DI SEKOLAH DASAR
Jounal info
Jurnal Pendidikan Glasser Abstract.
p-ISSN : 2579-5082 The Objective of this research was to explore teacher’s
e-ISSN : 2598-2818 role in maximizing the potency of the class; factors
DOI : http:// 10.32529/glasser.v4i1.392 inhibiting classroom management; teacher’s efforts in
Volume : 4 coping with issues of classroom management; and
Nomor : 1 classroom management strategies. This case study was
Month : 2020 conducted at elementary school of SDN 83 Kota Tengah
Issue : April Gorontalo City, and employed a qualitative approach. The
data were collected from technical and source
triangulations. The result shows that in classroom
management, the teacher serves as a counselor, motivator,
facilitator, demonstrator, and evaluator. Therefore, the
teacher was able to analyze issues revolving around the
students, teachers, as well as the physical and socio-
emotional environment in the classroom. Regarding this,
the teacher endeavors to apply preventive and corrective
acts with the involvement of the school and the committee.
Teacher tends to apply eclectic or pluralistic approach in
which two or more approaches were applied at the same
time. Accordingly, it was expected that the eclectic
approach helps teachers improve their capacity in
selecting approaches that allow them to cope with
problems regarding classroom management
Keywords:
Strategi, Pengelolaan Kelas, Pendekatan Elektis
manajerial. Hal ini bukan samata-mata disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam
mengelola kelas. Akan tetapi, pemahaman seringkali lebih suka menghabiskan waktu di
guru mengenai pengelolaan kelas nampaknya luar kelas. Guru sebagai pengelola atau
masih keliru karena masih sering dikaitkan manajer mempunyai peranan yang lebih
dengan pengaturan ruang kelas saja. dominan dituntut untuk memiliki pemahaman
Pengaturan siswa dalam proses pembelajaran dalam menggunakan strategi yang tepat untuk
dan penataan lingkungan fisik kelas sejatinya mengatasi berbagai masalah dalam pegelolaan
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan kelas serta menciptakan suasana kelas yang
pengelolaan kelas. Dalam hal pengaturan kondusif dan efektif.
siswa saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ketika terjadi pelanggaran guru B. METODE PENELITIAN
cenderung menggunakan penyelesaian Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 83
masalah yang sifatnya sementara atau belum
Kota Tengah Kota Gorontalo, Jalan Prof. Dr.
bersifat kuratif. Misalnya dengan membentak
Joesoef Dalie, Kel. Dulalowo, Kec. Kota
atau berteriak di depan kelas dengan alasan
Tengah, Kota Gorontalo.
untuk memulihkan kembali suasana kelas
Pendekatan dan Jenis Penelitian
menjadi tenang dan kondusif. Tindakan yang
Penelitian ini dilakukan dengan
dilakukan guru ini tentu saja tidak
pendekatan studi kasus dengan jenis
menimbulkan efek jera bagi siswa, bahkan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
tidak menutup kemungkinan situasi kelas
dilakukan untuk mendapatkan pemahaman
akan kembali ribut.
yang lebih luas dan mendalam, data yang
Di samping itu, mengenai penataan
diperoleh bukan berupa angka melainkan
lingkungan fisik kelas guru masih cenderung
mengandung makna mengenai situasi sosial
mengabaikan prinsip kenyamanan dan
pendidikan yang hendak diteliti.
keindahan. Beberapa ruang kelas yang ada di
Data dan Sumber Data
SDN 83 Kota Tengah ini terhitung cukup luas
Sumber data dalam penelitian
sehingga memungkinkan guru dapat berkreasi
merupakan subjek dari mana data tersebut
dan menata ruang kelas dengan baik. Namun
dapat diperoleh. Data yang diambil dalam
hal ini justru kurang dimanfaatkan dengan
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
baik oleh guru atau wali kelas. Penempatan
hasil observasi partisipan, wawancara secara
lemari, papan tulis, meja alat peraga maupun
mendalam terhadap informan, dengan sumber
tempat duduk siswa masih kurang proposional
data yang terdiri atas:
dan kurang menarik. Akibatnya siswa
Data Primer diperoleh secara langsung
terkesan tidak nyaman di dalam kelas dan
dari sumber data melalui observasi mengenai
situasi sosial di lapangan yakni tempat dimana
situasi sosial tersebut berlangsung, pelaku dan aktivitas yang dilakukan oleh sumber data
yang terlibat dalam proses pengumpulan data, Data Sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang telah ada sebelumnya diperoleh dari hasil wawancara, catatan
berhubungan dengan permasalahan yang akan lapangan, dan dokumentasi secara sistematis,
diteliti. Peneliti sebagai instrumen utama yang kemudian melakukan reduksi terhadap data
akan menetapkan fokus penelitian, memilih yang dikumpulkan, menyajikan data,
informan sebagai sumber data, melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
pengumpulan data, menilai kualitas data, Pengecekan Keabsahan Data
analisis data, menafsirkan data dan membuat Peningkatan kepercayaan dalam
kesimpulan, berdasarkan apa yang diperoleh penelitian kuaitatif dilakukan teknik
di lapangan. Beberapa sumber data sekunder memperoleh kepercayaan dari kriteria
yang dapat dijadikan sebagai data pendukung kredibilitas, reliabilitas, dan objektivitas.
antara lain buku sebagai acuan referensi,
jurnal hasil penelitan, skripsi, dokumen atau C. HASIL DAN PEMBAHASAN
arsip sekolah. Peran Guru Dalam Mendayagunakan
Prosedur Pengumpulan Data Potensi Kelas
Untuk memperoleh data mengenai Keberhasilan guru mengajar di kelas
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik tidak cukup bila hanya dibekali dengan
pengumpulan data yang utama dalam pengetahuan tentang kurikulum, metode
penelitian kualitatif yakni observasi, mengajar, media pembelajaran, dan
wawancara, dan dokumentasi. penguasaan terhadap materi pelajaran. Di
Analisis Data samping itu guru harus memahami dan
Analisis data dalam penelitian kualitatif mengimplementasikan pengetahuannya dalam
dilakukan peneliti sejak sebelum memasuki mendayagunakan setiap potensi yang ada di
lapangan, selama di lapangan, dan setelah dalam kelas. Berdasarkan data yang peneliti
selesai di lapangan yang berlangsung terus temukan di lapangan dimana guru telah
menerus sampai penulisan hasil penelitian. memaksimalkan perannya utuk menciptakan
Pada penelitian kualitatif, analisis data bersifat dan mengkondisikan suasana kelas agar dapat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang menumbuhkan iklim pembelajaran yang aktif,
ditemukan di lapangan dan kemudian kreatif, efektif. Sejalan dengan pendapat yang
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori dikemukakan oleh Nawawi (Hilali, 2012:
(Sugiyono, 2015: 15). Analisis data dilakukan 130), bahwa pengelolaan kelas pada
dengan mencari dan menyusun data yang hakikatnya dapat dilihat dari kemampuan guru
dalam mendayagunakan potensi kelas berupa
pemberian kesempatan yang seluas-luasnya
pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan yang kreatif dan terarah dalam proses
pembelajaran. Apabila potensi kelas telah dioptimalkan, maka tentu dapat mendorong
terciptanya suasana kelas yang kondusif dan berusaha membantu siswa agar mampu
proses pembelajaran akan berjalan dengan memahami dan bertindak sesuai dengan
lancar pula. Kelas yang dikelola secara efektif hakikat belajar tersebut. Setiap kesulitan yang
dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dialami siswa dalam proses pembelajaran
berjalan lancar dan membuat siswa tidak akan tentu erat kaitannya dengan peran guru
merasa bingung, bahkan setiap hambatan yang sebagai pembimbing. Siswa sebagai anak
ada dapat segera diatasi secara maksimal didik yang memeliki karakteristik yang belum
sehingga semua siswa memperoleh sepenuhnya dewasa dan masih merupakan
kesempatan belajar yang sama di dalam kelas tanggungjawab guru membutuhkan perhatian
(Everston dan Emmer, 2011: 26). khusus baik dalam aspek intelektualnya
Berdasarkan penelitian yang telah maupun emosionalnya.
dilaksanakan, proses belajar mengajar guru Mengajar pada prinsipnya membimbing
sudah mengimplementasikan keterampilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan
mengelola kelas dengan baik, diantaranya merupakan usaha mengorganisasikan
dengan mengadakan pendekatan secara lingkungan dalam hubungannya dengan siswa
pribadi dengan siswa, membimbing dan dan bahan pengajaran yang menimbulkan
memudahkan belajar siswa, serta mengatur proses belajar (Usman, 2009: 6). Oleh sebab
dan memonitor kegiatan pembelajaran. Dalam itu upaya yang dilakukan wali kelas baik di
pengelolaan pembelajaran guru telah kelas rendah maupun di kelas tinggi dengan
menjalankan tugasnya selain sebagai pendidik mempersiapkan rancangan pembelajaran yang
juga sebagai pembimbing, motivator, sesuai serta memanfaatkan berbagai media
fasilitator, demonstrator, dan evaluator bagi yang ada di sekitar lingkungan siswa
siswa. Sesuai dengan peran guru yang merupakan salah satu pengimplementasian
berhubungan dengan proses belajar mengajar peran guru sebagai pembimbing bagi siswa.
dimana guru bukan hanya sebagai pengajar Hal ini didukung oleh pihak sekolah dengan
semata melainkan juga bertindak sebagai mengadakan pelatihan dan pembekalan
fasilitator, motivator, counsellor, dan terhadap guru berkaitan dengan pengelolaan
evaluator yang baik (Alfandi, 2017: 231). kelas yang disesuaikan dengan kurikulum
a. Guru sebagai pembimbing yang berlaku saat ini. Pihak sekolah
Sebagai seorang pembimbing guru bekerjasama dengan pengawas di Dinas
memahami betul bahwa belajar merupakan Pendidikan setempat memfasilitasi guru agar
usaha mencari dan menemukan suatu makna. dapat memiliki pemahaman mengenai
Dengan demikian, guru harus senantiasa pengelolaan kelas yang baik guna mengatasi
masalah dan hambatan yang timbul dalam
pengelaan kelas.
Pendayagunaan potensi kelas ini ditandai dengan upaya yang telah dilakukan
guru dalam melaksanakan pembelajaran individual, kelompok ataupun klasikal
sesuai dengan rencana pelaksanaan (Suwardi dan Daryanto, 2017: 171).
pembelajaran maupun dengan melakukan b. Guru sebagai motivator
penataan lingkunga fisik kelas agar siswa Siswa akan terdorong untuk belajar
merasa nyaman selama belajar di dalam kelas. manakala mereka memiliki minat untuk
Kenyamanan siswa menjadi tolok ukur guru belajar. Mengembangkan motivasi belajar
dalam melakukan pengelolaan kelas siswa merupakan salah satu strategi yang
khususnya berkenaan dengan lingkungan fisik harus dilakukan guru dalam memaksimalkan
kelas. Misalnya dengan melakukan perubahan proses pengelolaan kelas. Guru dalam hal ini
posisi tempat duduk siswa, menata ruang telah berupaya maksimal dalam melaksanakan
kelas agar senantiasa terlihat rapi serta tugasnya sebagai motivator, dimana guru
memperhatikan unsur keindahannya. lebih selektif dalam menggunakan kata-kata
Pengaturan tempat duduk siswa ketika merespon setiap perilaku yang
menjadi hal penting guna menciptakan proses ditunjukkan siswa karena guru menyadari
pembelajaran yang efektif. Melalui variasi bahwa setiap siswa memiliki karakteristik
tempat duduk yang sesuai dengan tujuan yang berbeda. Pemberian motivasi kepada
pembelajaran dan mempertimbangkan siswa tidak lepas dari bagaimana komunikasi
dinamisnya gerak guru dan siswa di dalam yang terjalin antara guru dan siswa itu sendiri.
kelas, membuat siswa merasa lebih nyaman Secara umum komunikasi yang terjalin antara
sehinga memudahkannya menyerap materi guru dan siswa di SDN 83 Kota Tengah telah
pembelajaran dengan baik. Penataan tempat berjalan cukup baik. Hal ini ditandai dengan
duduk siswa yang lebih dominan dilakukan berbagai upaya yang dilakukan guru dalam
guru antara lain bentuk tapal kuda atau huruf membangkitkan sikap antusias siswa
U, konvensional atau berjajar serta bentuk terhahadap materi yang dipelajari melalui
kelompok. Pengaturan bangku tersebut sesuai kegiatan ice breaking maupun dengan
dengan tujuan pembelajaran yakni; (1) memberikan penguatan dan reward kepada
aksebilitas yaitu kemudahan dalam siswa yang menunjukkan perilaku positif
menjangkau sumber belajar; (2) mobilitas selama proses pembelajaran berlangsung.
yaitu kemudahan pergerakan siswa dan guru Selain itu guru juga mendorong rasa
di dalam kelas; (3) interaksi yang kepedulian dalam diri siswa dengan
memudahkan komunikasi antar sesama siswa membiasakan untuk saling berbagi dan
maupun siswa dengan guru; dan (4) variasi membantu temannya yang mengalami
kegiatan siswa di dalam kelas baik secara kesulitan. Guru juga mengajarkan siswa untuk
mengemban tanggung jawab, yaitu dengan
cara selektif menerima berbagai alasan dari
terpaku pada satu media saja melainkan dapat menggunakan media yang bervariasi. Artinya,
di dalam setiap pembelajaran akan lebih baik dan lebih mudah bagi guru untuk mengatur
menggunakan berbagai media atau kelasnya, menjaga kedisiplinan, dan
menggunakan media yang kondusif terhadap mendorong siswa belajar. Hasil penelitian
materi yang dipelajari siswa. menunjukkan bahwa wali kelas khususnya di
Sebuah hasil penelitian Encyclopedia of kelas I dan VI memiliki karakteristik tersebut.
Educational Reseach (Suda, 2016: 6) Temuan observasi menunjukkan bahwa guru
menyatakan bahwa media pembelajaran dalam hal ini wali kelas telah menampilkan
sangat bermanfaat bagi siswa untuk perilaku bersahabat, antusias, dan senang
mengurangi verbalisme, meningkatkan berdiskusi dengan siswanya, sehingga para
perhatian dan minat belajar, menstimulus siswa juga tampak tertarik dengan mereka.
siswa untuk bertanya, serta memberikan Selain itu guru juga tampak memiliki
pengalaman berlajar yang bermakna bagi kedekatan dengan para siswanya, yang
siswa. Penggunaan media juga merupakan ditandai dengan interaksi hangat yang terjalin
salah satu alat yang memudahkan guru dalam di kelas dengan sering mengajak siswa
melakukan transfer pengetahuan (transfer of berbicara secara personal dan seringkali
konwledge). Tidak hanya itu, dengan bergurau dengan siswa. Beberapa siswa juga
memanfaatkan media guru lebih mudah didapati mau menceritakan kesulitan atau
mengorganisir materi pelajaran, sehingga masalahnya kepada wali kelasnya.
penyajian materi pelajaran dapat dilakukan d. Guru sebagai demonstrator
secara sistematis dan lebih terstruktur. Dengan Melalui perannya sebagai demonstrator,
demikian siswa akan menjadi antusias dan guru senantiasa menguasai bahan materi
betah mengikuti pelajaran, sehingga pelajaran yang akan diajarkannya serta
berdampak positif pada perubahan sikap siswa berusaha mengembangkannya dalam arti
untuk menghindari timbulnya perilaku negatif meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu
yang dapat memicu terjdinya pelanggaran yang dimiliki. Salah satu upaya yang telah
terhadap aturan yang ditetapkan di dalam dilakukan oleh pihak sekolah yaitu dengan
kelas. melaksanakan kegiatan workshop sebagai
Di lain pihak Dash dan Dash (Helsa dan bentuk pelatihan kepada guru yang ada di
Hendriyati, 2017: 102) mengemukakan bahwa SDN 83 Kota Tengah bekerjasama dengan
guru yang bersahabat, antusias, memiliki pihak Dinas Pendidikan setempat. Guru
banyak pengetahuan, berpengalaman, dan merupakan individu yang dituntut untuk
berperan sebagai pemimpin dan fasilitator mampu terampil dalam memberikan informasi
belajar di kelas cenderung lebih disukai siswa dalam bentuk penyajian materi kepada siswa
(Usman, 2009: 9). Sebagai demonstrator, guru
di SDN 83 Kota Tengah telah mampu
membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu
pengetahuan yang dipelajari di sekolah. Oleh Faktor Penghambat Proses Pengelolaan
sebab itu, guru perlu mengenal dan Kelas
memahami tingkat kebutuhan individu siswa Pengelolaan kelas menjadi salah satu
dengan menyajikan pembelajaran setepat masalah krusial yang masih sulit diselesaikan
mungkin (Kompri, 2015: 257). oleh guru, termasuk di SDN 83 Kota Tengah
e. Guru sebagai evaluator Kota Gorontalo. Masalah yang timbul
Dalam proses pembelajaran guru biasanya berasal dari faktor siswa, guru,
dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang maupun lingkungan. Pertama, kendala yang
baik. Hal ini dimaksudkan agar guru mampu berkenaan dengan faktor siswa salah satunya
mengetahui apakah tujuan atau indikator adalah variasi tingkah laku siswa itu sendiri.
pembelajaran yang dirumuskan telah tercapai a. Faktor Siswa
atau belum. Kegiatan evaluasi merupakan Masalah yang sering ditimbulkan siswa
salah satu cara guru dalam menilai sejauh antara lain perilaku yang tidak tertib dalam
mana keefektifan pembelajaran berlangsung proses pembelajaran, sulitnya memusatkan
di dalam kelas. Maka apabila masih terdapat perhatian siswa, kecenderungan melakukan
hambatan maupun masalah, langkah pelanggaran terhadap aturan yang berlaku di
selanjutnya adalah dengan melakukan dalam kelas maupun kesulitan belajar. Variasi
tindakan korektif dan kuratif sehingga tingkah laku siswa disebabkan oleh latar
hambatan tersebut tidak akan terulang belakang siswa yang beragam baik dari segi
kembali. Salah satu upaya yang dilakukan ekonomi, keluarga, maupun lingkungan
guru baik di kelas I maupun di kelas IV yakni sosialnya.
dengan memberikan tugas secara terstruktur b. Faktor Guru
maupun secara tidak terstruktur kepada siswa. Faktor yang berasal dari guru
Penilaian yang dilakukan guru bukan hanya merupakan salah satu hal yang bersifat
pada aspek pengetahuan semata, akan tetapi krusial. Guru sebagai seorang manajer
juga dilakukan penilaian pada aspek sikap dan dituntut agar senantiasa maksimal dalam
keterampilan siswa. Berbagai jenis latihan melakukan pengelolaan kelas. Akan tetapi
diberikan guru dimaksudkan agar siswa tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada
mampu meningkatkan kemampuan dan beberapa masalah terkait dengan guru itu
pengetahuannya mengenai materi yang sendiri. Hal ini merupakan dampak dari tugas
diajarkan tersebut, sehingga pembelajaran di guru yang berdimensi banyak dimana selain
dalam kelas akan lebih bermakna. harus menjadi pengajar, guru juga dituntut
untuk melaksanakann hal lain di luar tugas
utamanya. Seperti ketika guru berhalangan
hadir karena masalah pribadi, tugas
kedinasan, maupun dalam hal tugas administratif. Ditambah lagi dengan berbagai
kegiatan yang harus dilaksanakan guru secara berpengaruh positif terhadap pencapaian
bersamaan di dalam kelas. Sebagaimana yang tujuan pembelajaran. Dalam menata ruang
termaktub dalam UU RI No. 14 tahun 2005, kelas guru harus mengatur posisi tempat
yang mana tugas guru antara lain mendidik, duduk siswa agar tidak berdesakkan dan perlu
mengajar, membimbing, mengarahkan, mempertimbangkan kenyamanan siswa.
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa Sebagaimana prinsip pengelolaan kelas yang
(Suprihatiningrum, 2014: 30). dikemukakan oleh Loisel yakni visibility,
c. Faktor lingkungan accesbility, feksdibilitas, kenyamanan, dan
Pada jenjang pendidikan di Sekolah keindahan (Suwardi dan Daryanto, 2017:
Dasar, keberhasilan belajar siswa sebagian 170). Dalam hal ini guru telah berupaya dalam
besar bergantung pada usaha guru dalam mensinergikan antara lingkungan fisik
memfasilitasi siswa saat proses pembelajaran maupun lingungan sosio-emosional kelas
berlangsung. Guru secara langsung guna menciptakan iklim kelas yang kondusif,
mempengaruhi bagaimana siswa belajar, apa karena pada dasarnya kelas merupakan sarana
yang dipelajari, seberapa banyak siswa berinteraksi antara siswa dengan siswa
belajar, dan pola interaksi di dalam kelas maupun dengan guru. Oleh sebab itu, guru
maupun interaksi dengan lingkungan yang perlu mengoptimalisasi sumber daya kelas
lebih luas. Disinilah kemampuan guru dalam yang bersifat manusia dan nonmanusia agar
mengelola atau mengatur kelasnya menjadi dapat mewujudkan proses pembelajaran yang
penting. Henley (Helsa dan Hendriyati, 2017: efisien (Danim, 2010: 89).
90) menyatakan bahwa pengelolaan atau Upaya Mengatasi Masalah Dalam
manajemen kelas adalah kemampuan Pengelolaan Kelas
mengajar yang penting bagi guru, karena Pengelolaan kelas dilakukan untuk
dapat mengurangi gangguan di dalam kelas menciptakan dan mempertahankan kondisi
dan menciptakan lingkungan belajar untuk kelas yang optimal agar proses pembelajaran
mendukung perkembangan intelektual dan dapat berlangsung secara efektif. Strategi
emosional siswa. yang dilakukan guru dalam mengelola kelas
Lingkungan fisik tempat belajar pada dasarnya dalam rangka mendorong dan
mempunyai pengaruh penting terhadap hasil mengembangkan tanggung jawab individu
pembelajaran. Lingkungan fisik yang maupun klasikal dalam berperilaku sesuai tata
menguntungkan dan memenuhi syarat tertib, menyadari kebutuhan dan perbedaan
minimal akan mendukung peningkatan individu siswa, serta memberikan respon yang
intensitas proses pembelajaran dan efektif terhadap perilaku peserta didik. Sikap
guru dalam memberikan apresiasi terhadap
perilaku positif yang ditunjukkan siswa
dengan memberikan penguatan secara verbal maupun non verbal maupun dalam bentuk
hadiah, dapat medorong siswa agar senantiasa kebutuhan dan keinginan siswa, menciptakan
mengembangkan sikap positif tersebut. Hal ini suasana saling pengertian, serta menanamkan
merupakan upaya guru dalam memberikan sikap saling menghormati dan menghargai
respon yang efektif terhadap tingkah laku antar sesama.
siswa. Guru harus memaknai setiap Sebelum terjadi pelanggaran terhadap
kelemahan siswa guna memacu dirinya untuk aturan di dalam kelas, salah satu upaya yang
menemukan dan mengembangkan sekesil dianggap paling efektif adalah dengan
apapun potensi yang ada dalam diri siswa melakukan kegiatan apersepsi di awal proses
menjadi sebuah keunggulan yang hebat pembelajaran. Guru mengambil inisiatif untuk
(Mubarrok, 2017: 23). Oleh sebab itu, guru melalui kegiatan apersepsi sebelum
berupaya semaksimal mungkin dalam menyajikan materi, dengan maksud untuk
memecahkan berbagai macam masalah memusatkan perhatian siswa. Tindakan
menyangkut pengelolaan kelas dengan menegur tingkah laku siswa yang berpotensi
melakukan tindakan preventif, tindakan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas juga
korektif dan kuratif, serta melakukan tindakan kerap kali dilakukan guru untuk mencegah
kerjasama dengan pihak sekolah dan pihak situasi kelas yang tidak kondusif.
komite. Selanjutnya, selain guru juga
a. Melakukan tindakan preventif atau memberikan pemahaman akan pentingnya
pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan kedisiplinan. Hal ini bertujuan agar siswa
sebelum adanya penyimpangan agar tidak dapat memiliki kontrol individu (self control)
dalam kelas. Guru dapat mengidentifikasi pengawasan guru, misalnya, memperjelas hal-
perilaku siswa yang menyimpang baik bersifat hal yang belum dipahami siswa tentang
penyimpangan yang disengaja (Suwardi dan menegaskan aturan yang berlaku di dalam
Daryanto, 2017: 144). Hal ini ditandai dengan kelas (Sunhaji, 2014: 43). Penanaman disiplin
upaya guru menanamkan kesadaran dalam diri pada siswa dilakukan guru dengan
siswa untuk menghindari sikap yang tidak menanamkan kesadaran sikap konsisten
baik seperti sikap malas, sikap mudah putus dengan waktu, bersikap tegas pada siswa yang
asa, mudah marah, serta mudah tertekan oleh kurang disiplin, dan memberikan teladan
peraturan yang ditetapkan. Guru juga sering langsung berkaitan dengan perilaku yang
pendapat John W. Santrock bahwa sikap tegas merupakan cara terbaik dalam menangani
konflik yang ada (Puspitaningrum, 2017: Guru melakukan tindakan korektif
274). Good dan Brophy juga mengemukakan dengan mencari tahu penyebab terjadinya
bahwa permasalahan disiplin memang pelanggaran dan memberikan konsekuensi
termasuk dalam tugas guru sebagai pengelola terhadap perilaku negatif yang ditampilkan
di dalam kelas: siswa melalui hukuman yang mendidik,
“Teacher classroom management has sehingga membuat siswa jera dan mencegah
been define as : “planning and conducting siswa yang lain untuk mengulangi perbuatan
activities in an orderly fashion : keeping tersebut. Selain memberikan konsekuensi
student engaged in lessons and seat work berupa hukuman, guru juga mengupayakan
activities; and minimizing disruptions and pemberian bantuan kepada siswa dengan
discipline problems”. (Sunhaji, 2014: 37). membimbing dan mengarahkan siswa agar
b. Melakukan tindakan korektif senantiasa melaksanakan aturan di dalam
Sesuai dengan salah satu komponen kelas serta melakukan pengawasann terhadap
fungsi pengendalian dalam pengelolaan kelas perkembangan tingkah laku siswa melalui
yakni melakukan tindakan korektif saat buku progres. Hal ini merupakan langkah
terdapat penyimpangan yang tidak sejalan efektif sebagai bentuk tindakan penyembuhan
dengan tujuan kelas (Karwati dan Priansa, untuk kasus yang sudah terlanjur terjadi
2014: 17). Selanjutnya adalah melakukan sehingga setiap siswa tetap merasa senantiasa
tindakan kuratif atau penyembuhan terhadap dalam pengawasan dan penilaian guru. Pada
perilaku menyimpang yang sudah terlanjur saat tertentu guru juga berupaya melakukan
terjadi. Hal ini dilakukan guru untuk menjaga tindakan perbaikan terhadap perilaku siswa
situasi kelas agar tetap kondusif sesuai dan yang terus menimbulkan gangguan dan sulit
meminimalisir kemungkinan terjadinya diberikan untuk diarahkan. Guru sering
kembali pelanggaran terhadap aturan yang mendiagnosis penyebab dari perilaku siswa
berlaku. Sebagaimana pendapat yang tersebut, bahkan terkadang guru bertanya
dikemukakan Rohani (Afifaturohmah, 2011: secara langsung kepada siswa yang
7) bahwa dengan memaksimalkan menunjukkan tingkah laku apatis dalam
pengelolaan kelas diharapkan setiap guru proses pembelajaran. setelah mengetahui
dapat mengelola proses belajar mengajar faktor penyebab dari perilaku siswa tersebut,
secara lebih efektif, karena kondisi yang selanjutnya guru langsung mengalihkan
menguntungkan di dalam kelas merupakan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
prasyarat utama bagi terjadinya proses belajar dengan kegiatan belajar sambil bermain.
mengajar yang efektif. c. Melakukan kerjasama dengan pihak
sekolah dan pihak komite
Pada dasarnya, keberhasilan dari suatu dalam hal ini termasuk orang tua siswa.
proses pengelolaan kelas tidak lepas dari Sebagaimana peran dari komite sekolah yakni
peran pihak sekolah maupun pihak komite sebagai; (1) advicory agency (pemberi
pertimbangan); (2) supporting agency (Makinudin, 2017: 14). Dengan strategi yang
(pendukung kegiatan layanan pendidikan); (3) tepat, maka guru dapat memperkecil
controlling agency (pengontrol kegiatan kemungkinan timbulnya perilaku siswa yang
layanan pendidikan); dan mediator atau dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar
penghubung komunikasi antara masyarakat mengajar di dalam kelas. Tindakan kelas yang
dengan pemerintah (Kompri, 2015: 92). dilakukan guru akan lebih efektif apabila guru
Melalui komunikasi yang positif dan itu sendiri mampu mengidentifikasi masalah
mensinergikan seluruh fungsi pihak yang yang dihadapi dengan tepat.
terkait, maka akan meringankan beban guru Berdasarkan hasil penelitian di SDN 83
dalam menyelesaikan setiap hambatan yang Kota Tengah Kota Gorontalo, dapat diketahui
ada. Pihak komite maupun orang pihak bahwa guru telah mampu menguasai strategi
sekolah senantiasa dilibatkan dalam setiap dalam pengelolaan kelas yang ditandai dengan
penanganan masalah berkaitan dengan kemampuan guru dalam menentukan manakah
pengelolaan kelas, dengan memaksimalkan pendekatan yang tepat digunakan dalam
peran orang tua dalam membimbing dan menyelesaikan setiap masalah yang timbul
mendampingi siswa. Sebagaimana ciri sebagai dalam proses pengelolaan kelas, baik di kelas
seorang organisator yang baik tentu tidak akan rendah maupun di kelas tinggi.
mengambil keputusan tanpa melibatkan orang Pendekatan manajemen kelas terdiri
lain (Mursel dan Nasution, 2008: 9). dari pendekatan kekuasaan, ancaman, buku
Strategi Pengelolaan Kelas resep, pengajaran, perubahan tingkah laku,
Strategi merupakan siasat atau cara sosio-emosional, kerja kelompok, dan elektis
yang digunakan untuk mencapai tujuan atau pluralistik (Karwati dan Priansa, 2014:
tertentu. Menurut Rosyada, strategi 11). Pendekatan yang digunakan guru di SDN
pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai pola 83 Kota Tengah sangat bervariasi. Namun,
atau siasat yang sengaja dilakukan guru dalam berdasarkan temuan data di lapangan, dimana
menciptakan dan mempertahankan kondisi hanya ada 6 pendekatan yang menonjol yang
kelas agar tetap kondusif, yang mendorong sering digunakan guru antara lain pendekatan
proses pembelajaran berjalan optimal sesuai otoriter, ancaman, pengajaran, pengubahan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tingkah laku, sosio-emosional, maupun kerja
kelompok. Beberapa pendekatan tersebut
seringkali digunakan guru dalam waktu yang
bersamaan, bahkan guru melakukan lebih dari
satu pendekatan sekaligus dalam mengatasi
masalah yang muncul dalam proses
pembelajaran. Adapun pendekatan dalam
pengelolaan kelas yang sering digunakan guru di SDN 83 Kota Tengah Kota Gorontalo antara
lain: melalui peraturan ini, dan bukan berdasarkan
a. Pendekatan Kekuasaan kehendaknya sendiri.
Di dalam kegiatan pembelajaran, faktor b. Pendekatan Ancaman
kedisiplinan adalah kekuatan utama untuk Pendekatan ancaman dilakukan oleh
dapat menciptakan suasana belajar yang guru selama ini masih dalam taraf kewajaran
kondusif, karena itu guru perlu menekankan dan diusahakan untuk tidak melukai perasaan
pentingnya peserta didik untuk menaati peserta didik. Guru memberi ancaman seperti
peraturan yang telah dibuat sebelumnya. penangguhan nilai, pemberian tugas
Biasanya guru telah membuat kesepakatan- tambahan, serta memberikan tugas-tugas lain
kesepakatan dengan peserta didik mengenai yang sifatnya mendidik bagi siswa. Beberapa
keharusan untuk menaati aturan dan memberi kali guru juga sering melontarkan sindiran
sanksi atas pelanggaran terhadap aturan halus kepada siswa yang enggan menaati
tersebut, seperti yang diterapkan guru di kelas aturan. Namun guru menyadari bahwa
I antara lain; (1) meletakkan pekerjaan siswa ancaman dalam bentuk intimidasi yang
yang ditugaskan di rumah di atas meja guru; berlebihan, seperti mengejek, membanding-
(2) mengatur dan menata kembali fasilitas bandingkan, memukul dan memaksa harus
kelas yang digunakan, duduk sopan ketika dihindari. Sebab ancaman seperti itu sangat
sedang belajar; (3) memberi sanksi berupa berpotensi melukai perasaan siswa serta
tugas kepada siswa yang terlambat masuk menyebabkan siswa semakin bertindak
kelas saat waktu istirahat berakhir; (4) represif di dalam kelas.
memberi sanksi kepada siswa dengan menyita c. Pendekatan Pengajaran
bangku tempat duduknya saat siswa tersebut Guru telah berupaya dalam membuat
tidak bisa duduk tertib. Begitu pula yang perencanaan pembelajaran yang matang
dilakukan oleh guru di kelas IV, dimana dalam pembelajaran dengan memperhatikan
sanksi bagi siswa yang melanggar ketertiban kesesuaian antara materi dengan media
di dalam kelas biasanya berupa memungut maupun metode yang digunakan dan
sampah dan membersihkan lingkungan kelas, mempertimbangkan alokasi waktu yang sesuai
berdiri di tempat duduk maupun berdiri di dalam setiap proses pembelajaran. Dengan
depan kelas. Berbagai peraturan tersebut demikian dapat diartikan bahwa guru
ibaratnya sebagai penguasa yang wajib untuk senantiasa menghindari kebiasaan mengajar
ditaati. Oleh sebab itu, disini guru melakukan dengan apa adanya, apalagi tanpa perencanaan
pendekatan yang baik kepada peserta didik yang matang. Pembelajaran yang dilakukan
secara sistematis tentu dapat membuat siswa
terhindar dari kejenuhan, karena mereka dapat
mengikuti pelajarannya secara bertahap.
Sebaliknya siswa akan mudah jenuh apabila mereka tidak memahami alur pembelajaran
yang disampaikan guru, sehingga materi yang kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hal
mereka pelajari cenderung membingungkan. tersebut guru membentuk dan mengaktifkan
d. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku siswa agar mampu bekerja sama dalam
Melalui pendekatan ini guru berusaha
menyusun program kelas dan suasana yang kelompok dengan mengatur posisi tempat
dapat merangsang terwujudnya proses belajar duduk yang disesuaikan dengan karakteristik
tingkah laku yang baik menurut ukuran norma Hal tersebut dilaksanakan agar semua siswa
yang berlaku di sekolah. Dalam hal ini guru dapat saling bekerjasama dengan teman di
laku siswa yang baik atau positif harus dengan hambatan yang berarti. Kegiatan tersebut
pujian atau hadiah yang menimbulkan dilakukan guru antara lain dengan membuat
perasaan senang atau puas. Namun, apabila kelompok belajar di dalam kelas dan
siswa menunjukkan tingkah laku yang kurang menempatkan siswa dengan kemampuan yang
baik dalam melaksanakan program kelas lebih dalam bidang akademik sebagai tutor
maka guru memberi sanksi atau hukuman sebaya yang bertugas membantu temannya
yang akan menimbulkan efek jera. yang kesulitan memahami materi di dalam
pendekatan apa saja yang akan digunakan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif. Sebagaimana pendapat Weber, masalah pengelolaan kelas, baik menyangkut
bahwa pendekatan elektis ini dilakukan siswa, guru maupun lingkungan fisik dan
dengan menggabungkan semua aspek terbaik lingkungan sosio-emosional.
dari berbagai pendekatan manajemen kelas Sesuai dengan kesimpulan di atas maka
untuk menciptakan suatu kebulatan atau ada beberapa hal yang menjadi saran untuk
keseluruhan yang bermakna, yang secara pihak sekolah terutama untuk guru atau wali
psikologis dinilai benar oleh guru serta kelas. Besar harapan peneliti agar saran ini
merupakan sumber pemilihan perilaku dapat diterima dan sebagai tindak lanjut yang
pengelolaan tertentu yang sesuai dengan akan dilakukan sekolah terkait dengan
situasi (Mahendra, 2017: 17). Kemampuan penelitian yang telah dilaksanakan, antara
guru untuk memilih dan menentukan strategi lain:
pengelolaan kelas sangat bergantung pada 1. Diharapkan bagi guru terutama untuk
kemampuan guru itu sendiri dalam dapat meningkatkan kreativitasnya dalam
menerapkan strategi pengelolaan kelas
menganalisis masalah yang ada baik berkaitan yang tepat sehingga mampu menciptakan
dengan siswa, guru maupun lingkungan fisik suasana kelas yang kondusif.
2. Melalui strategi pengelolaan kelas yang
kelas. Oleh sebab itu, hal yang perlu dikuasai baik, siswa diharapkan mampu menaati
oleh seorang guru dalam menerapkan setiap aturan yang berlaku di dalam kelas
dan tetap memelihara situasi kelas yang
pendekatan elektik yaitu dengan menguasai tertib dan kondusif.
pendekatan pengelolaan kelas yang potensial 3. Pihak sekolah diharapkan lebih
meningkatkan hubungan baik dengan
untuk diterapkan di dalam kelas, dan dengan pihak komite, berkaitan dengan program
tanggap memilih pendekatan sesuai kondisi yang dilaksanakan sekolah.
yang dihadapi.
E. REFERENSI
Alfandi, H. 2017. Desain Pembelajaran yang
D. PENUTUP Demokratis dan Humanis. Yogyakarta:
Berdasarkan hasil penelitian dan Ar-Ruzz Media
Danim, S. dan Danim, Y. 2010. Administrasi
pembahasan, menunjukkan bahwa strategi Sekolah & Manajemen Kelas: Strategi
pengelolaan kelas di SDN 83 Kota Tengah Membangun Disiplin Kelas dan
Suasana Edukatif di Sekolah. Bandung:
sudah nampak dan berjalan dengan baik. Hal Pustaka Setia
ini ditandai dengan upaya guru dalam Everston, C.M. dan Emmer, E.T. 2011.
Classroom Management For
mendayagunakan potensi kelas melalui Elementary Teachers. Eight Edition.
perannya sebagai pembimbing, motivator, Terjemahan A. Rahman. 2015.
fasilitator, demonstrator, dan evaluator,
sehingga guru mampu menganalisis setiap
Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Edisi Kedelapan. Jakarta: Prenada
Media
Helsa dan Hendriyati, A. 2017. Kemampuan Manajemen Kelas Guru: Penelitian Tindakan
Di Sekolah Dasar dengan SES Rendah. Jurnal Psikologi. Vol: 16, hal: 90. Diambil
pada tanggal 26 Juni 2018 dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/p sikologi/article/viewFile/13144/pdf
Hilali, E.H. 2012. Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran. Jurnal.
vol: 3, hal: 130. Diambil pada tanggal 08 Maret 2018
dari http://www.e- journal.iainjambi.ac.id/index.php/edubi
o/article/view/371
Karwati, E. dan Priansa, D. J. 2014. Manajemen Kelas: Guru Profesional yang
Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung:
Alfabeta
Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran: Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mahendra, F. 2017. Analisis Manajemen Kelas Dalam Proses Pembelajaran Tematik Kelas
Iv Sd Negeri Mojolangu
3 Malang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Diambil
pada tanggal 04 Juli 2018 dari http://eprints.umm.ac.id/35572/
Makinudin, M. 2017. Strategi Pengelolaan Guru Kelas Dalam Meningkatkan Efektivitas
Pembelajaran (Studi Multi Sistus di MI Perwanida Kota Blitar dan MI 6 Tahun
Tambakboyo Kab Blitar). Tesis. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Pascasarjana IAIN Tulungagung.
Minarti, S. 2016. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Mubarrok, H. 2017. Ketika Guru dan Siswa Saling Bercermin (Kajian Refleksi Diri,
Membangun Motivasi Menuju Perbaikan Diri). Jakarta: Elex Media Komputindo
Mursel J. dan Nasution S. 2008. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara
Puspitaningrum, E. 2017. Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas Di SD Negeri
Minomartani 2. Jurnal Pendidikan. Diambil pada tanggal 26 Juni 2018 dari
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/inde x.php/pgsd/article/download/6604/6370
Suda, I.K. 2016. Pentingnya Media dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Di
Sekolah Dasar. Universitas Hindu Indonesia. Artikel Ilmiah. Diambil pada
tanggal 26 Juni 2018 dari http://www.unhi.ac.id/wp-
content/uploads/2016/02/PENTINGNY A-MEDIA-DALAM- MENINGKATKAN-
KUALITAS- PEMBELAJARAN-SISWA-DI- SEKOLAH-DASAR.pdf
Sunhaji. 2014. Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal
Kependidikan. Vol: 2. Diambil padatanggal 26 Juni 2018 dari
https://media.neliti.com/media/publicati ons/104713-ID-konsep-manajemen- kelas-
dan-implikasinya.pdf
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta
Suprihatiningrum, J. 2014. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan
Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Suwardi dan Daryanto. 2017. Manajemen Peserta Didik. Yoyakarta: Gava Media
Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Gorontalo
Usman, M.U. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya