Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1978 – 3000

Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng Daging Giling


Terkait Cara Pencucian (Leaching) dan Jenis Daging yang Berbeda

Water Activity (Aw) and Colour of Dendeng Giling (from minced meat)
as Affected by Leaching Method and Kind of Meat

Suharyanto

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu


Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu. 38123
Telp 0736 21170 ext 206. e-mail: suharyanto@unib.ac.id

ABSTRACT

Dendeng is a typical Indonesian jerked meat product commonly made from sliced or ground beef with 2 mm
thickness. This research was conducted to study the effect of leaching methods and kinds of meat on water
activity (Aw) and color of dendeng giling (from minced meat). The experimental design used a completely
randomized factorial design (3 X 3) with three replications. The first factor was leaching method with 3 levels (no
washing, washed in 1.5 x 1.5 x1.5 cm sizes and washed in minced meat). The second factor was kinds of meat:
Horse, Lamb and Beef. The results of this research indicated that leaching method increased the lightness and
yellowness (P<0.05) of dendeng, and there was no interaction between leaching methods and kind of meat.
Neither leaching methods nor kinds of meat affected on water activity of dendeng (P>0.05).

Keywords: dendeng, water activity, meat color.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh cara pencucian (leaching) dan jenis daging terhadap nilai
aktivitas air (Aw) dan warna objektif dendeng daging giling. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap berfaktor (3 X 3) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pencucian dengan tiga
taraf (tanpa pencucian, pencucian pada ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 cm dan pencucian pada daging giling). Faktor
kedua adalah jenis daging: kuda, domba dan sapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara pencucian
meningkatkan derajat kecerahan dan kekuningan (P<0,05), dan tidak ada interaksi antara cara pencucian dan
jenis daging. Kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap aktivitas air dendeng (P>0,05).

Kata kunci : dendeng, aktivitas air, warna daging.

PENDAHULUAN sendiri merupakan produk antara


pengolahan daging ikan yang digiling
Penelitian dan pelaporan terkait kemudian dicuci (leaching) dengan air
dengan aplikasi teknologi surimi untuk dingin hingga beberapa kali dan kemudian
bahan daging non ikan sudah mulai dipress. Hasil setelah dipres ini kemudian
banyak dilakukan untuk menelaah menjadi bahan baku bagi pembuatan
pengaruhnya pada produk basah dan semi produk-produk lanjutan seperti sosis dan
basah seperti sosis, bakso dan dendeng bakso.
(Mega, 2006a, 2006b, Suryaningsih, 2006 Proses pencucian pada pembuatan
dan Suharyanto et al., 2008). Surimi itu surimi dimaksudkan untuk memisahkan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli– Desember 2009 113


ISSN 1978 – 3000

daging dari bahan yang larut dalam air, ukuran sekitar 1,5 X 1,5 X 1,5 cm kemudian
lemak, darah (pigmen-pigmen) dan untuk digiling (L1) dan dicuci setelah digiling
memperbaiki flavor dan warna serta (L2). Faktor kedua adalah jenis daging,
meningkatkan kekuatan gel (Toyoda et al. yaitu daging kuda (DK), daging domba
1992). Melalui pencucian, produk-produk (DD) dan daging sapi (DS).
olahan semisal bakso dan sosis diharapkan Bahan utama yang digunakan pada
memiliki kekuatan gel yang baik disertai penelitian ini adalah daging kuda, domba
dengan flavor dan warna yang menarik dan sapi bagian paha (topside dan
bagi konsumen. Teknologi inilah yang silverside). Daging kuda diperoleh dari
kemudian dicobakan kepada daging non pasar Ciroyom Bandung dan daging
ikan seperti daging domba yang diketahui domba dan sapi diperoleh dari pasar
memiliki flavor kurang disukai dan daging Anyer Bogor. Daging yang diperoleh ini
kuda yang selain flavornya kurang disukai berumur 12 jam posmortem dan kemudian
juga memiliki warna yang relatif gelap. disimpan dalam termos pendingin untuk
Menurut Mega (2006b), pencucian kemudian dibawa ke laboratorium dan
berpengaruh terhadap aroma, warna dan disimpan beku hingga digunakan
teksur nikumi dan mampu meningkatkan penelitian. Thawing dilakukan dengan
kesukaan konsumen terhadap aroma, menggunakan air mengalir suhu kamar.
warna dan teksur nikumi (surimi-like Daging yang telah diperoleh
material). kemudian dipisahkan dari lemak dan
Penelitian terkait surimi dan jaringan ikat dan kemudian
surimi-like lebih banyak mengkaji dikelompokkan berdasarkan perlakuan.
pencucian dan krioprotektan (Nowsad et Pencucian dilakukan satu kali dengan
al., 2000), frekuensi pencucian (Mega, menggunakan air dingin bersuhu 5-10 oC
2006a), dan frekuensi pencucian dan pH dengan perbandingan air dengan daging
(Jin et al., 2007, 2008 dan 2009). Kajian sebesar 3:1. Setelah dicuci, daging diperas
terhadap ukuran partikel daging saat dengan menggunakan kain kasa.
dicuci belum dikaji. Oleh karena itu, Kemudian daging yang telah digiling dan
penelitian ini mengkaji aplikasi leaching dicuci sesuai perlakuan, dicampurkan
(pencucian) pada ukuran partikel daging dengan garam sendawa (0,3% dari berat
yang berbeda untuk pembuatan dendeng. daging giling yang siap dibuat dendeng)
Dendeng bisa dibuat dari berbagai macam dan diperam (curing) semalam. Setelah
jenis daging, termasuk daging kuda dan curing maka ditambahkan bahan-bahan
domba. Penelitian ini mengevaluasi yaitu, garam (3%), gula putih (15%),
pengaruh cara pencucian dan jenis daging ketumbar (2,5%), bawang putih (1,5%),
terhadap aktivitas air (Aw) dan warna lengkuas (0,3%), merica (0,3%) dan asam
objektif dendeng daging giling. jawa (0,1%) yang dihitung berdasarkan
berat daging giling yang akan dibuat
dendeng. Alur proses pembuatan dendeng
MATERI DAN METODE giling pada penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 1.
Penelitian ini menggunakan Variabel yang diamati pada
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola penelitian ini adalah (a) aktivitas air
faktorial (3 X 3) dengan 3 ulangan. Faktor (Aw) yang diukur dengan menggunakan
pertama adalah pencucian (leaching), yaitu alat pengukur Aw meter. Sebelum
tidak dicuci dan daging langsung digiling melakukan pengukuran, alat ini dikalibrasi
(L0), dicuci pada kondisi dicacah dengan dengan larutan NaCl yang memiliki nilai

Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng 114


ISSN 1978 – 3000

Daging kuda (DK), domba (DD) dan sapi (DS)

Dipotong-potong ukuran
1,5 X 1,5 X1,5 cm
kemudian dicuci (L1)

Tidak dicuci dan Digiling kemudian


langsung digiling dicuci (L2)
Digiling
(L0)

Diperas

Di-curing semalam (sendawa 0,3%)

Dicampur bumbu-bumbu

Dibuat lembaran tipis-tipis (2 mm)

Dikeringkan dlm oven 80oC selama 4,5 jam

Dendeng daging giling siap diamati

Gambar 1. Skema alur pembuatan dendeng daging giling penelitian

Aw sekitar 0,75. Setelah itu, sampel dengan menggunakan Chromameter.


diletakkan ke dalam Aw meter dan bila Pengukuran ini dilakukan dengan cara
sudah dalam posisi ready, lalu tekan tombol menyinarkan alat ke permukaan sampel.
start. Maka kemudian nilai Aw akan Hasil peyinaran dari alat ini menunjukkan
terbaca bila alat tersebut dalam posisi derajat ”kecerahan”, ”kemerahan” dan
completed. (b) Penilaian warna dilakukan ”kekuningan” yang masing-masing

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli– Desember 2009 115


ISSN 1978 – 3000

dicerminkan oleh nilai ”L”, ”a”, dan ”b”. tidak dipengaruhi oleh faktor pencucian,
Nilai ”L” menunjukkan derajat kecerahan jenis daging dan interaksi antara keduanya
yang nilainya berkisar antara 0–100 dimana (P>0,05). Bila ditinjau dari faktor
nilai 0 menunjukkan warna hitam, nilai 100 pencucian, rataan nilai Aw dendeng untuk
menunjukkan warna putih. Nilai ”a” L0, L1 dan L2 masing-masing adalah 0,75,
menggambarkan derajat kemerahan dan 0,76 dan 0,76. Sedangkan menurut faktor
kehijauan yang nilainya berkisar antara -80 jenis daging maka rataan nilai Aw untuk
sampai 100. Nilai ”a” negatif menunjukkan dendeng daging kuda, domba dan sapi
bahan berwarna hijau dan bila positif masing-masing adalah 0,74, 0,75 dan 0,77.
menunjukkan berwarna merah. Nilai ”b” Nilai Aw hasil penelitian ini
menunjukkan tingkat kekuningan dan ternyata masih lebih tinggi dari pada Aw
kebiruan dengan kisaran nilai -70 sampai dendeng pada umumnya. Tingginya nilai
+70. Nilai ”b” negatif menunjukkan warna Aw pada penelitian ini mungkin
kuning dan bila positif menunjukkan disebabkan oleh kelembaban lingkungan
warna biru. yang cukup tinggi sehingga ketika
Data yang diperoleh diuji dengan dendeng dikeluarkan dari alat pengering
analisis keragaman menggunakan software maka terjadi proses menuju keseimbangan
SPSS 11 for windows dan apabila terdapat kandungan air dari udara dan dendeng
perbedaan nyata dengan selang dengan cara menyerap air dari udara. Hal
kepercayaan 95% akan diuji lanjut dengan ini menyebabkan Aw dendeng menjadi
Duncan’s New Multiple Range Test. tinggi. Hubungan antara Aw dengan
kelembaban adalah hubungan
kesetimbangan antara kandungan air bebas
HASIL DAN PEMBAHASAN di suatu bahan dengan kandungan air di
udara. Bila kadar air udara tinggi maka
Aktivitas Air bahan akan menyerap air udara dan
Aktivitas air (Aw) menggambarkan sebaliknya bila kadar air bebas pada bahan
banyaknya air bebas pada daging yang lebih tinggi dari pada di udara maka udara
dapat digunakan untuk aktivitas biologis akan menyerap air bahan hingga dicapai
mikroorganisma. Oleh karenanya nilai Aw suatu keadaan kesetimbangan.
berkaitan dengan tingkat keawetan suatu Namun demikian Aw ini masih
bahan pangan. termasuk dalam kisaran Aw bahan
Hasil penelitian ini memperlihatkan makanan semi basah, yaitu 0,60-0,92.
bahwa nilai Aw dendeng memiliki kisaran Sedangkan menurut Salguero et al. (1994)
rata-rata antara 0,71–0,77 dengan rataan bahwa bahan pangan semi basah memiliki
umumnya 0,75 (Tabel 1). Hasil analisis Aw antara 0,60-0,91 dan menurut Purnomo
ragam menunjukkan bahwa Aw dendeng (1996) bahwa dendeng memiliki Aw 0,60-

Tabel 1. Nilai aktivitas air (Aw) dendeng

Variabel Jenis Daging L0 L1 L2 Rataan


Aktivitas Kuda (DK) 0,71+ 0,005 0,76+ 0,006 0,75+ 0,005 0,74+ 0,005
Air (Aw) Domba (DD) 0,75+ 0,005 0,75+ 0,005 0,76+ 0,004 0,75+ 0,005
Sapi (DS) 0,77+ 0,003 0,77+ 0,004 0,77+ 0,004 0,77+ 0,004
Rataan 0,75+ 0,004 0,76+ 0,005 0,76+ 0,004 0,75+ 0,004
Keterangan: Angka yang dikuti superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,01). L0 = tanpa pencucian; L1 = daging dipotong berukuran 1,5 X 1,5 X 1,5
cm kemudian dicuci; L2 = daging digiling kemudian dicuci.

Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng 116


ISSN 1978 – 3000

0,80. Menurut Huang dan Nip (2001) giling (L2) memiliki tingkat kecerahan
bahwa dendeng sayat memiliki Aw 0,52- yang lebih tinggi dari pada L1 dan L0
0,67 dan dendeng giling memiliki Aw 0,62- (tanpa pencucian). Menurut Soekarto
0,66. Tetapi dendeng yang beredar di (1990) bahwa nilai “L” berkisar dari 0-100
pasaran pada umumnya memiliki Aw 0,40- dimana 0 (nol) menunjukkan hitam dan
0,50 (Purnomo 1996). 100 menunjukkan putih. Jadi semakin
Nilai aktivitas air dendeng bila tinggi nilai “L” maka produk
dimasukkan ke dalam diagram Labuza menunjukkan warna yang semakin cerah.
maka masuk ke dalam daerah II. Pada Hasil ini menyiratkan bahwa pencucian
daerah ini merupakan daerah aktif untuk mungkin telah mampu menghilangkan
terjadinya oksidasi, reaksi pencoklatan non beberapa komponen yang menyebabkan
enzimatik, aktivitas enzim, hidrolisis dan warna daging atau dendeng menjadi lebih
mulai tumbuhnya kapang. Nilai Aw gelap, misalnya Fe pada darah. Meskipun,
dendeng hasil penelitian tepat berada di dengan metode ini tidak menunjukkan
daerah II yang memungkinkan tumbuhnya adanya pengaruh pencucian terhadap
kapang (Aw lebih dari 0,7). Dengan komponen larut air pada daging
demikian maka dendeng hasil penelitian (Suharyanto et al., 2008), komponen darah
ini akan rentan terhadap tumbuhnya akan larut bersama proses pencucian. Fe
kapang. berperan dalam pembentukan warna baik
Indikator Warna warna kecoklatan (dalam keadaan
Derajat kecerahan (“L”) dendeng teroksidasi) maupun warna kemerahan
hasil penelitian sangat nyata dipengaruhi (dalam keadaan tereduksi). Hilangnya Fe
oleh faktor pencucian (P<0,01) darah turut berperan dalam menurunkan
sebagaimana disajikan pada Tabel 2. warna kecoklatan dendeng karena
Rataan nilai L0, L1 dan L2 masing-masing keberadaan Fe memungkinkan untuk
adalah 31,30, 32,48 dan 33,59 dimana L0 teroksidasi ketika terjadi pemanasan saat
tidak berbeda nyata dengan L1 tetapi pengeringan.
berbeda nyata dengan L2 dan L1 juga tidak Selain hal di atas, diduga juga
berbeda nyata dengan L2. Berdasarkan bahwa dengan pengeringan oven pada
nilai rataan tersebut terlihat bahwa suhu 80oC belum mendegradasi protein,
pencucian yang dilakukan pada daging terutamanya mioglobin sehingga Fe yang
Tabel 2. Indikator warna dendeng daging giling

Leaching
Notasi Warna Jenis daging Rataan
L0 L1 L2
“L” Kuda (DK) 31,05+0,03 32,33+0,03 33,08+0,04 32,15+0,03
(kecerahan) Domba (DD) 32,26+0,04 32,32+0,03 32,53+0,04 32,37+0,04
Sapi (DS) 30,60+0,03 32,79+0,03 35,15+0,03 32,85+0,03
Rataan 31,30+0,03 a 32,48 +0,03 ab 33,59 +0,04 b 32,46+0,03
“a” Kuda (DK) 12,92+0,04 11,91+0,04 13,11+0,04 12,65+0,04
(kemerahan) Domba (DD) 12,10+0,05 11,18+0,03 10,46+0,04 11,25+0,04
Sapi (DS) 11,40+0,03 11,93+0,03 10,08+0,04 11,14+0,03
Rataan 12,14+0,04 11,67+0,03 11,22+0,04 11,68+0,04
“b” Kuda (DK) 3,72+0,05 4,01+0,04 5,52+0,05 4,42+0,05
(kekuningan) Domba (DD) 3,94+0,04 4,51+0,05 5,96+0,05 4,80+0,05
Sapi (DS) 2,89+0,04 4,69+0,04 7,36+0,04 4,98+0,04
Rataan 3,51+0,04 a 4,40+0,04 a 6,28+0,05 b 4,73+0,05
Keterangan: Angka yang dikuti superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,01). L0 = tanpa pencucian; L1 = daging dipotong berukuran 1,5 X 1,5 X
1,5 cm kemudian dicuci; L2 = daging digiling kemudian dicuci.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli– Desember 2009 117


ISSN 1978 – 3000

terikat pada mioglobin belum terlepas. Rataan nilai “a” secara umum adalah 11,68.
Hasil penelitian Sorensen et al. (2007) Bila ditinjau pada faktor pencucian, rataan
menunjukkan bahwa pemanasan pada untuk L0, L1 dan L2 masing-masing adalah
suhu 120o C baru menunjukkan pengaruh 12,14, 11,67 dan 11,22 dan berdasarkan
nyata pada pelepasan Fe daging. jenis daging maka untuk dendeng daging
Terlepasnya Fe akan mempengaruhi kuda, domba dan sapi masing-masing
perkembangan warna daging pada tahap adalah 12,65, 11,25, dan 11,14. Hasil ini
selanjutnya. Hal ini sejalan dengan masih lebih tinggi dari pada hasil
Konieczny et al. (2007) yang menyatakan penelitian Nuraini (1996) baik pada
bahwa warna objektif produk Jerky dendeng yang dibuat dilaboratorium
dipengaruhi oleh perlakuan panas. Youssef maupun yang beredar di pasar memiliki
et al. (2001) menyatakan bahwa dengan nilai “a” berkisar antara 0,26-5,50.
pemanasan Charqui maka telah merubah Tingginya nilai “a” pada dendeng
status Fe dari tereduksi (Fe2+) menjadi penelitian ini dibandingkan dengan
teroksidasi (Fe3+) dan ini sejalan dengan dendeng lainnya menunjukkan bahwa
Behrends (2004) yang menyebutkan bahwa dendeng ini memiliki derajat warna yang
perlakuan panas ini dapat meningkatkan lebih merah. Perbedaan ini diduga karena
konversi status pigmen warna daging dari adanya perbedaan bahan-bahan yang
oksimioglobin menjadi metmioglobin. digunakan, proses pengeringan, dan
Hasil penelitian ini juga metode pembuatannya. Pembuatan
menunjukkan bahwa jenis daging tidak dendeng pada penelitian ini curing
mempengaruhi nilai “L” dendeng. Rataan dilakukan lebih dahulu baru dicampur
nilai “L” untuk dendeng daging kuda, dengan bumbu sehingga fiksasi pigmen
domba dan sapi masing-masing adalah merah daging terbentuk tanpa adanya
32,15, 32,37 dan 32,85. Sedangkan rataan gangguan bumbu-bumbu. Derajat
umum nilai “L” dendeng ini adalah 32,46. kemerahan ini juga dipengaruhi oleh status
Nilai ini masih berada dalam kisaran rata- oksidasi-reduksi ion Fe. Bila dalam ion Fe
rata nilai “L” dendeng yang beredar di dalam kondisi tereduksi (Fe2+) maka
pasar, yaitu antara 23,15-36,02 (Nuraini terbentuk oksimioglobin dimana daging
1996) dan masih lebih tinggi dari hasil berwarna merah cerah. Sebaliknya bila Fe
penelitian Nuraini (1996) yaitu 28,41. dalam keadaan teroksidasi (Fe3+) maka
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh terbentuk metmioglobin yang
jenis daging, metode pembuatan dan menghasilkan daging berwarna coklat.
komposisi bahan yang digunakan berbeda- Selain itu, keberadaan nitrit
beda. Meskipun demikian secara umum berpengaruh pada fiksasi warna merah
dendeng yang ada memiliki nilai “L” yang daging. Dendeng yang dibuat melalui
lebih dekat pada nilai 0 (nol) yang curing dengan nitrit maka menghasilkan
berwarna hitam dari pada nilai 100 yang warna yang lebih merah. Mekanisme ini
berwarna putih. terjadi bila nitrit diubah menjadi oksida
Derajat kemerahan dendeng nitrat (NO) yang akan berperan dalam
ditunjukkan oleh nilai Hunter “a” yang mereduksi metmioglobin (coklat) menjadi
semakin positif. Nilai yang semakin negatif mioglobin oksida nitrat yang menghasilkan
menunjukkan warna hijau. Semua faktor produk berwarna merah. Bila terjadi
baik pencucian, jenis daging maupun pemanasan dan denaturasi protein maka
interaksinya tidak berpengaruh terhadap akan terbentuk nitrosilhemokromagen
derajat kemerahan dendeng (P>0,05) yang menyebabkan produk berwarna pink
sebagaimana disajikan pada Tabel 2. (Aberle et al., 2001).

Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng 118


ISSN 1978 – 3000

Derajat kemerahan dendeng juga sejalan dengan nilai “L” yang tidak
dipengaruhi oleh reaksi pencoklatan non dipengaruhi oleh jenis daging. Sedangkan
enzimatis. Kehadiran gula pereduksi dan rataan umum nilai “b” dendeng adalah
protein yang dipicu oleh panas akan 4,73 (Tabel 2).
menghasilkan reaksi pencoklatan non Menurut Nuraini (1996) bahwa
enzimatis (reaksi maillard). Salah satu hasil tingkat kekuningan ini mungkin berkaitan
akhir reaksi ini adalah adanya produk juga dengan status reaksi pencoklatan non
yang berwarna coklat. Selain itu, selama enzimatis yang terjadi. Pada tahap awal
proses pengeringan terjadi juga reaksi, terjadi reaksi kondensasi antara
pemanasan. Selama pemanasan terjadi gugus amino bebas dengan gugus karbonil
denaturasi mioglobin sehingga gugus pada gula pereduksi membentuk
heme terlepas dari globin. Heme yang glikosilamin yang tidak menghasilkan
terlepas ini sensitif terhadap oksidasi warna. Pada tahap kedua terjadi
sehingga dengan adanya pemanasan pemecahan produk antara (intermediate)
terbentuk warna coklat karena menghasilkan senyawa yang berwarna
pembentukan pigmen teroksidasi (Nuraini kuning tua. Sedangkan pada tahap ketiga
1996). adalah tahap degradasi strecker yaitu
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya pemecahan asam amino bebas
bahwa pencucian berpengaruh nyata menjadi aldehida dan N-heterosiklik serta
terhadap nilai hunter “b” (derajat menghasilkan senyawa yang berwarna
kekuningan) sebagaimana disajikan pada coklat gelap atau coklat merah. Proses
Tabel 2. Rataan nilai “b” pada L0, L1 dan reaksi pencoklatan non enzimatis pada
L2 masing-masing adalah 3,51, 4,40, dan dendeng ini diduga sampai pada tahan
6,28 dimana L0 dan L1 tidak berbeda nyata kedua yang menghasilkan warna
tetapi keduanya ini berbeda nyata dengan kekuningan.
L2. Nilai “b” antara 0 sampai +70
menunjukkan warna kuning dan antara -70
sampai 0 menunjukkan warna biru. Hasil KESIMPULAN
ini menunjukkan bahwa pencucian pada
daging ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 memiliki Metoda pencucian daging cacah
derajat kekuningan dendeng paling tinggi. berukuran 1,5 X 1,5 X 1,5 cm dan digiling
Hal ini mungkin karena pencucian pada dengan sekali cuci dapat meningkatkan
ukuran daging yang lebih besar dapat derajat kecerahan dendeng daging tetapi
mempertahankan Fe darah yang lebih tidak menurunkan nilai aktivitas air (Aw).
banyak dari pada pada ukuran daging Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
lumat (giling). Kehadiran Fe dapat dengan mengkombinasikan frekuensi
menyebabkan dendeng berwarna coklat pencucian dan kominusi daging.
maupun merah. Hal ini sejalan dengan
nilai “L” di atas, dimana pencucian
meningkatkan nilai “L” yang berarti DAFTAR PUSTAKA
semakin mengarah pada warna yang
kecerah-cerahan. Hasil penelitian ini juga Aberle ED, JC Forrest, DE Gerrard, EW
menunjukkan bahwa jenis daging tidak Mills, HB Hendrick, MD Judge, RA
berpengaruh terhadap nilai “b” dendeng Merkel. 2001. Principles of Meat
(P>0,05). Rataan nilai “b” untuk dendeng Science. Edisi ke-4. Kendall/Hunt
daging kuda, domba, dan sapi masing- Puiblishing Co., Dubuque-Iowa. 354
masing adalah 4,42, 4,80 dan 4,98. Hasil ini halaman.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli– Desember 2009 119


ISSN 1978 – 3000

Behrends JM. 2004. Metmyoglobin Cryoprotectant Effects on Frozen


Reducing Ability and Visual Storage of Spent Hen Surimi. Poultry
Characteristics of Nine Selected Science. 79: 913-920.
Bovine Muscles. Disertation. Office of Nuraini H. 1996. Pengaruh Sendawa
Graduate Studies, Texas A&M (Kalium Nitrat) dan Asam Askorbat
University. terhadap Residu Nitrit dan
Huang TC & WK Nip. 2001. Intermediate- Pembentukan N-nitrosamin pada
moisture Meat and Dehydrated Meat. Dendeng. Tesis. Program Pascasarjana
In: Meat Science and Applications. IPB, Bogor.
YH Hui, WK Nip, RW Rogers, and Purnomo H. 1997. Studi Tentang Stabilitas
OA Young (Eds). Marcel Dekker, Protein Daging Kering dan Dendeng
New York-Basel. Pp 403-442. selama Penyimpanan. Laporan
Jin SK, IS Kim, YJ Choi and HS Yang. 2009. Penelitian. FP-Unibraw Press, Malang.
Effect of Number of Washes and pH 45 halaman.
Adjustment on Characteristics of Salguero JF, R Gomez, MA Carmona. 1994.
Surimi-like Materials from Prok Leg Water Activity of Spanish
Muscle. Asian-Australian Jounal of Intermedite-moisture Meat Products.
Animal Science 22 (4): 584-590. Meat Science 38: 342-346.
Jin SK, IS Kim, YJ Choi, GB Park and HS Suharyanto, R Priyanto, E Gurnardi. 2008.
Yang. 2008. Quality Characteristics of Sifat fisiko-Kimia Dendeng Daging
Breast Chicken Surimi as Affected by Giling Terkait Cara Pencucian
Water Washing Time and pH (Leaching) dan Jenis Daging yang
Adjustment. Asian-Australian Jounal of Berbeda. Media Peternakan 31 (2): 99-
Animal Science 21 (3): 449-455. 106.
Jin SK, IS Kim, SJ Kim, KJ Jeong, YJ Choi Suryaningsih L. 2006. Pengaruh Jenis
and SJ Hur. 2007. Effect of Muscle Daging, Penambahan Antidenaturan
Type and Washing Times on Physico- dan Natrium Tripolifosfat pada
chemical Characteristics and Nikumi terhadap Karakteristik
Qualities of Surimi. Journal of Food Produk Daging Olahan. Disertasi.
Engineering 81: 618-623. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Konieczny P, J Stangierski, J Kijowski. 2007. Sørensen AD, H Sørensen, I Søndergaard,
Physical and Chemical Characteristics K Bukhave. 2007. Non-haem Iron
and Acceptability of Home Style Beef Availability from Pork Meat: Impact
Jerky. Meat Science 76: 253-257. of Heat Treatments and Meat Protein
Mega O. 2006a. Beberapa Karakteristik Dose. Meat Science 76: 29-37.
Fisiko-kimia Nukimi Kuda dan Sapi Toyoda K, I Kimura, T Fujita, SF Noguchi,
pada Beberapa Frekuensi Pencucian. and CM Lee. 1992. The Surimi
Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Manufacturing Process. In: Surimi
31 (1): 15-20. Technology. TC Lanier, CM Lee
Mega O. 2006b. Stabilitas Emulsi, Susut (Eds). Mercel Dekker, New York-
Masak dan Karakteristik Basel-Hong Kong.
Organoleptik Pasta Nikumi Kuda dan Youssef EY, CER Garcia, M Shimokamaki.
Sapi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 1 2001. Effect of Salt on Color and
(2): 39-44. Warmed Over Flavor in Charqui
Nowsad AA, WF Huang, S Kanoh and E Meat Processing. Brazilian Archives of
Niwat. 2000. Washing and Biology and Technology 46: 595-600.

Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng 120

Anda mungkin juga menyukai