Modul EL-2101 RE - 2019-2020
Modul EL-2101 RE - 2019-2020
Praktikum
Rangkaian Elektrik
Laboratorium Dasar
Teknik Elektro
Mervin T Hutabarat
Muhammad Amin S. (Revisi)
Disusun oleh
Mervin T. Hutabarat
Muhammad Amin S. (Revisi)
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Daftar Kontributor i
Daftar Isi
ii Daftar Isi
Lampiran A: Akurasi, Presisi dan Nilai Penting ...................................................................... 62
Akurasi dan Presisi .............................................................................................................. 62
Error Sistematik dan Error Acak.......................................................................................... 62
Nilai Penting ........................................................................................................................ 63
Angka Penting pada Praktikum ........................................................................................... 63
Lampiran B: Petunjuk Pembuatan Rangkaian Elektronik pada Breadboard ........................... 64
Breadboard ........................................................................................................................... 64
Merangkai Kabel, Komponen dan Instrumen ...................................................................... 66
Lampiran C: Nilai dan Rating Komponen ............................................................................... 69
Resistor ................................................................................................................................ 69
Kapasitor .............................................................................................................................. 71
Induktor ................................................................................................................................ 74
Dioda .................................................................................................................................... 76
Transistor ............................................................................................................................. 77
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 77
Lampiran D: Instrumen Dasar dan Aksesoris .......................................................................... 78
Instrumen Dasar ................................................................................................................... 78
Generator Sinyal .................................................................................................................. 78
Osiloskop ............................................................................................................................. 79
Power Supply ....................................................................................................................... 79
Kabel Aksesoris ................................................................................................................... 80
Lampiran E: Prinsip Kerja Multimeter .................................................................................... 84
Jenis Multimeter................................................................................................................... 84
Multimeter Elektronis .......................................................................................................... 85
Penggunaan Multimeter ....................................................................................................... 85
Contoh Rangkaian Multimeter ............................................................................................. 93
Multimeter Sebagai Alat Ukur Besaran Lain....................................................................... 94
Spesifikasi Multimeter ......................................................................................................... 94
Lampiran F: Cara Menggunakan Generator Sinyal ................................................................. 96
Lampiran G: Prinsip Kerja Osiloskop...................................................................................... 98
Bagian-bagian Osiloskop ..................................................................................................... 98
Osiloskop “Dual Trace” ..................................................................................................... 102
Kalibrator ........................................................................................................................... 103
Probe dan Peredam ............................................................................................................ 103
Skema Muka Osiloskop ..................................................................................................... 103
Selama Praktikum
Setelah dipersilahkan masuk dan menempati bangku dan meja kerja, praktikan haruslah:
1. Menuliskan identitas diri pada Berita Acara Praktikum yang diedarkan oleh asisten,
2. Memperhatikan dan mengerjakan setiap percobaan dengan waktu sebaik-
baiknya, diawali dengan kehadiran praktikan secara tepat waktu,
3. Mengumpulkan Kartu Praktikum pada asisten,
4. Melakukan pengecekan terhadap peralatan praktikum (termasuk kabel di dalam
boks kabel) sebelum memulai praktikum,
Setelah Praktikum
Setelah menyelesaikan percobaan, praktikan harus
1. Memastikan BCL dan Kartu Praktikum telah ditandatangani oleh asisten,
2. Mengembalikan kunci loker dan melengkapi administrasi pengembalian kunci loker
(pastikan kartu identitas KTM/ SIM/ KTP diperoleh kembali),
3. Mengerjakan laporan dalam bentuk SoftCopy (lihat Panduan Penyusunan Laporan di
laman http://ldte.stei.itb.ac.id),
4. Mengumpulkan file laporan dengan cara mengunggah di laman
http://praktikum.ee.itb.ac.id. Waktu pengiriman paling lambat jam 11.00 WIB, dua
hari kerja berikutnya setelah praktikum, kecuali ada kesepakatan lain antara Dosen
Pengajar dan/atau Asisten.
Pergantian Jadwal
Kasus Biasa
Pergantian jadwal dilakukan dengan proses pertukaran. Pertukaran jadwal hanya dapat
dilakukan per orang dengan modul yang sama. Langkah untuk menukar jadwal adalah sebagai
berikut:
1. Lihatlah format Pertukaran Jadwal di http://ldte.stei.itb.ac.id pada halaman
Panduan
2. Salah satu praktikan yang bertukar jadwal harus mengirimkan e-mail ke
labdasar@stei.itb.ac.id atau melalui akun Official Line : @ldte.stei.itb. Waktu
pengiriman paling lambat jam 16.30, satu hari kerja sebelum praktikum yang
dipertukarkan.
3. Pertukaran diperbolehkan setelah ada konfirmasi dari Lab. Dasar.
Sanksi
Pengabaian aturan-aturan di atas dapat dikenakan sanksi pengguguran nilai praktikum
terkait.
Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker) dan
cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya,
laporkan pada asisten.
1. Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
2. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri
atau orang lain.
3. Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu.
4. Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini
adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
1. Jangan panik,
2. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik,
3. Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber
listrik,
4. Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.
Bahaya Lain
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan percobaan
perhatikan juga hal-hal berikut:
1. Jangan membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum
bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan,
2. Jangan memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang dll.,
3. Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai,
4. Hindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau
orang lain, misalnya bermain-main saat praktikum.
Lain-lain
Praktikan dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum.
Sanksi
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah
praktikum yang bersangkutan.
2. Persiapan
Baca appendix berjudul “Osiloskop dan Generator Sinyal” dan appendix mengenai kode warna
resistor. Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul instrumentasi laboratorium ini.
Agar mempermudah saat praktikum, praktikan disarankan untuk menyiapkan tabel-tabel hasil
percobaan pada Buku Catatan Laboratorium (BCL) sebelum praktikum dimulai. Kerjakan tugas
pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Multimeter
Berikut ini beberapa Catatan tentang Penggunaan Multimeter:
Osiloskop
Mengukur Tegangan
Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, dapat disebabkan oleh
osiloskopnya sendiri seperti kalibrasi osiloskop yang sudah buruk dan kesalahan penggunaan-
nya, misalnya pengaruh impedansi input, kabel penghubung serta gangguan parasitik. Untuk
mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh impedansi input, dapat digunakan probe yang
sesuai (dengan memperhitungkan maupun dengan kalibrasi dari osiloskop).
Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada layar dengan mengetahui nilai
volt/div yang digunakan. Gunakan skala tegangan V/div yang terkecil yang masih memberikan
gambar sinyal tidak melewati ukuran layar osiloskop.
Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar (1M, 10-50pF) jadi dalam
mengukur rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat
dianggap open circuit untuk pengukuran DC atau gelombang frekuensi rendah.
VA
t
0
A B T
Sinyal A Sinyal B
VB
t
t
0
c
d = sin −1
c d.
Mengukur Frekuensi
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain:
• Cara langsung,
• Dengan osiloskop dual trace,
• Metoda Lissajous,
• Metoda cincin modulasi.
Cara Langsung
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop. Frekuensi sinyal langsung dapat
ditentukan dari gambar, dimana f = 1/T, untuk T = periode gelombang.
Metoda Lissajous
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan generator dengan frekuensi yang
diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada kanal B. Ubah mode osiloskop menjadi
mode x-y. Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat suatu
lintasan seperti pada Gambar 1-4.
Pada Gambar 1-4 tersebut, perbandingan fx:fy adalah 1:2. Cara ini hanya mudah dilakukan untuk
perbandingan frekuensi yang mudah dan bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya).
Cara Langsung
Hubungkan keluaran Generator Sinyal pada masukan rangkaian penguat. Input rangkaian
penguat ini juga dihubungkan pada kanal 1 osiloskop. Hubungkan keluaran rangkaian penguat
pada kanal 2 osiloskop. Gunakan mode ‘X-Y’.
osiloskop
Konektor T
Kanal A Kanal B
Rangkaian Penguat
Vin Vout
GND GND
Generator Sinyal
Konektor T
Kanal A Kanal B
Rangkaian Penguat
Vin Vout
GND GND
Gambar 1-6 Pengukuran penguatan dengan membaca dan membandingkan dua amplituda
Pada layar akan didapat sinyal input dan output rangkaian penguat.
Dengan mengukur tegangan sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat, maka faktor
penguatan dapat ditentukan.
Cara ini dapat juga dilakukan dengan osiloskop single trace dengan membaca input dan output
bergiliran. Namun untuk ini, perlu diyakinkan pembebanan rangkaian tidak berubah pada kedua
pengukuran tersebut.
4. Tugas Pendahuluan
1. Carilah lembar data (data sheet) yang menunjukkan spesifikasi instrumen berikut:
Sanwa AMM YX360TRF, Sanwa DMM CD800a, Rigol DMM 3058, HP/Agilent/Keysight
DMM 34405A. Pelajari dan tandai parameter-parameter yang perlu diperhatikan
pada spesifkasi multimeter tersebut.
2. Lakukan perhitungan tegangan dan arus yang diharapkan terukur pada langkah
perobaan ini.
3. Pada pengukuran tegangan bolak-balik, apa yang disebut dengan tegangan efektif?
Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan osiloskop? Tegangan apakah
yang diukur dengan menggunakan multimeter?
4. Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi? Jelaskan!
R1
6V R2
I
A
R1 = R2 = 1,5 k
R1 = R2 = 1,5 M.
7. Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan amperemeter ke rangkaian),
pastikan batas ukur amperemeter terpilih dengan tepat.
8. Lakukan kembali pengukuran arus searah I (dengan tiga harga R yang berbeda)
menggunakan multimeter digital.
9. Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran arus I dalam Buku Catatan
Laboratorium. Perhatikan contoh pada Tabel 1-2.
Tabel 1-2 Data pengukuran arus dengan multimeter
Nilai Hitungan AMM DMM 1 DMM 2
R1 dan R2 I BU I(p) I(b) I(p) I(b) I(p) I(b)
(mA) (mA) (mA) (mA) (mA) (mA) (mA) (mA)
()
120
1.5k
1,5M
Catatan: BU batas ukur skala penuh, (p) pengukuran terpisah (b) bersamaan
10. Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran
sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
12. Dengan harga-harga VS dan R tersebut, hitunglah tegangan Vab (tidak menggunakan
Voltmeter!), cantumkan hasil perhitungan tersebut pada Tabel 1-3.
13. Kemudian ukurlah tegangan Vab dengan multimeter analog. (Perhatikanlah polaritas
meter!) Sesuaikan batas ukur yang dipilih dengan hasil perhitungan V ab. Batas ukur
manakah yang dipilih? Adakah pengaruh resistansi dalam meter terhadap hasil
pengukuran?
14. Ulangilah pengukuran tegangan Vab dengan memodifikasi parameter rangkaian
menjadi
R1 = R2 = 1,5 k
R1 = R2 = 1,5 M
15. Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan voltmeter ke rangkaian), pastikan
batas ukur voltmeter terpilih dengan tepat.
16. Lakukan kembali pengukuran tegangan searah Vab tersebut (dengan tiga harga R
yang berbeda) menggunakan multimeter digital.
17. Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran tegangan Vab tersebut dalam
Buku Catatan Laboratorium. Perhatikan contoh Tabel 1-3.
Tabel 1-3 Data pengukuran tegangan dengan multimeter
Nilai Hitungan AMM DMM 1 DMM 2
R1 dan R2 Vab BU Vab(p) Vab(b) Vab(p) Vab(b) Vab(p) Vab(b)
() (mA) (V) (V) (V) (V) (V) (V) (V)
120
1.5k
1,5M
Catatan: BU batas ukur skala penuh, (p) pengukuran terpisah (b) bersamaan
18. Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran
sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengukur Tegangan AC
19. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 1-9 dan Gambar 1-10. Pada rangkaian ini G
(Generator Sinyal) digunakan sebagai sumber tegangan bolak-balik. Atur frekuensi
Mengukur Resistansi
24. Gunakan Kit Multimeter sebagai obyek ukur dan multimeter sebagai ohmmeter.
Untuk multemeter analog, sebelum mengukur hubung singkatkan kedua probe
multimeter dan aturlah dengan pengatur harga nol sehingga Ohmmeter menunjuk
nol (Langkah ini harus dilakukan setiap kali kita mengubah batas ukur Ohmmeter).
R1=
R2=
R3=
R4=
R5=
0,1
25. Ukurlah resistansi R1, R2, R3, R4 dan R5 pada Kit Multimeter dengan menggunakan
Ohmmeter dari ketiga multimeter (terpisah). Baca nilai tertera pada gelang berikut
toleransinya. Saat menggunakan multimeter analog pilihlah batas ukur yang
memberikan pembacaan pada daerah pertengahan skala untuk pembacaan terbaik.
Tuliskanlah hasil pengukuran ini pada Tabel 1-6.
26. Gunakan resitor 0,1 yang tersedia (10 resistor 1 paralel) ukurlah dengan multi
meter digital genggam dan banchtop dengan cara pengukuran 2 kawat. Ukur lagi
dengan multimeter benchtop dengan cara pengukuran 4 kawat.
27. Perhatikan hasil pembacaan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran
sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengecek Kalibrasi
29. Hubungkan output kalibrator dengan input X osiloskop.
2
32. Bandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator sebenarnya. Diskusikan dan
masukkan dalam laporan.
Mengukur TeganganSearah
33. Atur tegangan output dari power supply DC sebesar 2 V diukur dengan multimeter
digital.
34. Kemudian ukur besar tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi source coupling
pada DC.
35. Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1-8.
Tabel 1-8 Hasil pengukuran tegangan DC dengan multimeter dan osiloskop
in out
2 1
Mengukur Frekuensi
(Bonus, lewati jika waktu habis)
48. Gunakan kit Box Osilator. Hubungkan dengan sumber tegangan DC 5 V.
49. Gunakan keluaran dari osilator dan amati pada osiloskop.
50. Ukur frekuensi salah satu osilator f1, f2 dan f3 dengan menggunakan cara langsung
dan cara Lissajous.
Tabel 1-12 Hasil pengukuran frekuensi dengan osiloskop
f1
f2
f3
Mengakhiri Percobaan
51. Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel dan
matikan osiloskop, generator sinyal, dan power supply DC. Cabut daya dari jala-jala
2. Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul rangkaian DC dan AC ini. Kerjakan tugas
pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pendahuluan : Rangkaian DC
Teorema Thevenin
Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan/ atau sumber arus dependen maupun
independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti dengan
suatu tegangan VT seri dengan resistor RT.
b
b
VT = tegangan pada a-b dalam keadaan tanpa beban (open circuit) = VOC
RT = resistansi pada a-b “dilihat” kearah rangkaian dengan semua sumber independen diganti
dengan resistansi dalamnya.
Dengan teorema ini kita dapat menghitung arus beban dengan cepat bila beban diubah-ubah.
Teorema Norton
Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan atau sumber arus dependen maupun
independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti dengan satu
sumber arus IN paralel dengan satu resistor dengan resistansi RN.
a
a
+
Rangkaian
RN
aktif linier
IN
b
b
IN = arus melalui a-b dalam keadaan hubung singkat (short circuit) = ISC
RN = resistansi pada a-b “dilihat” ke arah rangkaian dengan semua sumber independen diganti
dengan resistansi dalamnya.
Teorema Superposisi
Prinsip superposisi menyebabkan suatu rangkaian rumit yang memilki sumber tegangan/arus
lebih dari satu dapat dianalisis menjadi rangkaian dengan satu sumber. Teorema ini
menyatakan bahwa respon yang terjadi pada suatu cabang, berupa arus atau tegangan, yang
disebabkan oleh beberapa sumber (arus dan/atau sumber tegangan) yang bekerja bersama-
sama, sama dengan jumlah masing-masing respon bila sumber tersebut bekerja sendiri
dengan sumber lainnya diganti oleh resistansi dalamnya.
Ketika menentukan arus atau tegangan dari satu sumber tertentu, semua tegangan
independen digantikan dengan hubung singkat dan semua sumber arus independen
digantikan dengan hubung terbuka. Tegangan dependen tidak mengalami perubahan. Prinsip
at = a1 + a2 + ...+ an
dimana
at = arus atau tegangan pada suatu cabang bila n buah sumber (sumber arus dan/atau sumber
tegangan) bekerja bersama-sama
a1 = arus atau tegangan pada suatu cabang tersebut bila hanya sumber S 1 yang bekerja,
sedangkan sumber S2, S3, ... Sn diganti oleh resistansi dalamnya.
an = arus atau tegangan pada suatu cabang tersebut bila hanya sumber Sn yang bekerja,
sedangkan sumber S1, S2, ... Sn-1 diganti oleh resistansi dalamnya.
Teorema Resiprositas
Dalam tiap rangkaian pasif yang bersifat linier, bila suatu sumber tegangan V yang dipasang
pada cabang k menghasilkan arus I1 = I pada cabang m, maka bila sumber tegangan V tersebut
dipindahkan ke cabang m, arus yang mengalir pada cabang k adalah I2 = I.
R1 R2
m k
I1 = I
V R3
R4 R5
R6
m k
I2 = I R3 V
R4 R5
R6
Pendahuluan: Rangkaian AC
Dalam arus bolak-balik, untuk bentuk gelombang sinus, impedansi adalah perbandingan
phasor tegangan dan phasor arus.
Dari hubungan tegangan dan arus seperti v = R i;
di dv
v=L , i=C
dt dt
maka akan terlihat bahwa untuk sinyal tegangan sinusoidal (sinus atau kosinus):
pada R ; tegangan sefasa dengan arusnya
pada L ; tegangan mendahului 90o terhadap arusnya
pada C ; tegangan ketinggian 90o dari arusnya
Bila perbandingan tegangan dan arus pada R disebut resistansi, dan perbandingan tegangan
dan arus pada L dan C disebut reaktansi, maka akan terlihat bahwa resistansi tidak akan
“sebanding” dengan reaktansi.
Hal ini dinyatakan dengan adanya suatu operator “j” yang besarnya = − 1 yang menunjukan
perputaran 90o searah atau berlawanan arah dengan jarum jam terhadap besaran semula.
Rangkaian RC
Perhatikan rangkaian pada gambar 2-5.
vi = vR + vC
Tegangan resistor vR sefasa dengan I sedangkan tegangan kapasitor vC ketinggalan 90o dari
arus. Arus total mendahului antara 0o s.d. 90o. Sudut ketertingalan vi () ditentukan oleh
perbandingan reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara vC dan i, atau vi dan i dapat dilihat
dengan membandingkan beda fasa antara vC dan vR, atau antara vi dan vR (mengapa?).
Rangkaian RL
Analisa pada rangkaian RL seperti pada gambar 2-6 dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada rangkaian RC.
4. Tugas Pendahuluan
1. Perhatikan rangkaian di bawah ini untuk R1 = 33 k, R2 = 1,5 k, R3 = 2,2 k, dan
R4 = 1,5 k.
R1 R3
R2
R4 I4
V1
V2
2. Hitunglah arus yang melalui R4 (yaitu I4) dan beda potensial pada R1 untuk nilai
V1=12 V dan V2 = 6 V.
3. Asumsi di lab hanya tersedia resistor dengan nilai berikut ini:
220 k 1 buah
10 1 buah
33 k 1 buah
2,2 k 1 buah
5. Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja yang
diberikan oleh asisten. Catat juga nomor meja dan Kit Praktikum yang digunakan
dalam Buku Catatan Laboratorium.
2. Periksa kelengkapan dan kondisi alat ukur serta sumber arus yang tersedia di meja
praktikum.
A C
A
Rangkaian
20V N
R1 I
B D
A C
Rangkaian
20V N V
B D
6. Untuk mengukur RT, yaitu resistansi yang “dilihat” pada terminal C-D ke arah kiri,
bukalah/lepaskan sumber tegangan dari A-B dan hubung singkatkan A-B, seperti
pada Gambar 2-10. Ukurlah resistansi pada terminal C-D dengan ohmmeter (atau
jembatan).
A C
Rangkaian
N
Ohm meter
B D
7. Ukurlah resistansi R1
8. Hitunglah arus melalui R1 dari:
VT
I=
RT + Ri
RT
VT R1 I
10. Ulangilah percobaan Thevenin ini (langkah 3 sampai 7) untuk harga R = R2 dan
R = R3.
11. Tuliskan hasil percobaan di atas dalam bentuk tabel pada Buku Catatan
Laboratorium (BCL).
Teorema Norton
16. Dalam percobaan ini, rangkaian pada percobaan thevenin 1 di atas diganti dengan
sebuah sumber arus IN paralel dengan suatu resistansi RN yang besarnya sama
dengan RT.
17. Mencari besar IN. Pasanglah sumber tegangan searah 20 V pada A-B. Ukurlah arus
hubung-singkat pada C-D (pasanglah mA-meter pada C-D).
A C
Rangkaian
A
20V N
I
B D
E A C
A
Sumber
arus IN Rangkaian
RT
N
R1
F B D
20. Ubah resistor RN menggunakan resistor dekade, lakukan kembali pengukuran arus
seperti pada langkah 19.
21. Tulislah hasil pengamatan saudara dalam Buku Catatan Laboratorium.
Teorema Superposisi
22. Gunakan Kit Multimeter. Perhatikan rangkaian sebagai berikut untuk R 1 = 33 k,
R2 = 1,5 k, R3 =1,5 k, dan R4 = 2,2 k.
R1 R3
R2
R4 I4
V1
V2
23. Buatlah rangkaian seperti gambar di atas dengan V1= 12 V, dan V2 = 0 V (V2
dihubung singkat).
24. Ukur arus yang melalui R4 (yaitu arus I4) dan beda potensial pada R1. Catat hasilnya
pada Buku Catatan Laboratorium.
Keterangan: JANGAN menghubungsingkatkan sumber tegangan. Lepaskan sumber
tegangan dari rangkaian, baru hubung singkatkan kedua titik pada rangkaian.
26. Ukur arus yang melalui R4 (yaitu arus I4) dan beda potensial pada R1. Catat hasilnya
dalam Buku Catatan Laboratorium.
28. Ukur arus yang melalui R4 (yaitu arus I4) dan beda potensial pada R1, catat dalam
Buku Catatan Laboratorium. Lakukan perhitungan nilai arus dan tegangan yang
seharusnya terjadi dan Lakukan analisa dan sampaikan hasilnya dalam laporan.
Teorema Resiprositas
29. Buatlah rangkaian berikut dengan R1= 1,5 K, R2= 33K, R3= 1,5K, R4= 220K,
R5= 2,2K.
R1 R3 R5
R2 R4
RA
V
10 V RB
Vs
34. Amati dan catat tegangan, arus dan daya yang terjadi pada resistor beban RB
sesuai dengan Tabel 2-1.
35. Gambarkan grafik daya vs RB pada Buku Catatan Laboratorium dan amati adanya
tegangan maksimum.
36. Atur RB hingga diperoleh nilai RB yang memberi nilai daya maksimum.
37. Sampaikan analisis hasilnya pada laporan.
Tabel 2- 1 Pengukuran Transfer Daya Maksimum
No RB() VB(V) IB (A) PB (Watt)
1 200
2 400
3 800
4 1600
5 3200
6 6400
7 12800
8 512000
Rangkaian RC
40. Buatlah rangkaian dengan harga-harga besaran seperti pada Gambar 2-17.
Vi R
44. Carilah beda fasa antara Vi dan VR, juga antara VC dan VR dengan bantuan
osiloskop.
45. Carilah hasil perhitungan, pengukuran dan pengamatan saudara ke dalam bentuk
tabel dalam Buku Catatan Laboratorium (BCL).
Rangkaian RL
46. Buatlah rangkaian dengan harga-harga besaran seperti pada Gambar 2-18.
Vi R
Mengakhiri Percobaan
51. Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel dan
matikan osiloskop, generator sinyal, dan power supply DC. Cabut daya dari jala-
2. Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul op amp ini. Tugas pendahuluan pada
modul ini adalah menyusun lima buah rangkaian menggunakan IC op amp 741 pada
breadboard. Untuk mendukung pengerjaan tugas pendahuluan ini, siswa diharapkan telah
membaca “Petunjuk Umum Penggunaan BreadBoard” dan Appendix berjudul “Rating
Komponen”.
Peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan, seperti breadboard, IC, dan kabel
penghubung, akan disediakan dari lab dan dapat diambil di Laboratorium Dasar sehari
sebelum praktikum dimulai. Buat rangkaian di rumah dan bawa rangkaian ini pada saat
praktikum sebagai tugas pendahuluan sekaligus bahan praktikum.
Pengenalan Op Amp
Operational Amplifier, sering disingkat dengan sebutan Op Amp, merupakan komponen yang
penting dan banyak digunakan dalam rangkaian elektronik berdaya rendah (low power).
Istilah operational merujuk pada kegunaan op amp pada rangkaian elektronik yang
memberikan operasi aritmetik pada tegangan input (atau arus input) yang diberikan pada
rangkaian.
Op amp digambarkan secara skematik seperti pada Gambar 3-1. Gambar tersebut
menunjukkan dua input, output, dan koneksi catu daya pada op amp. Simbol”-” menunjukkan
inverting input dan ”+” menunjukkan non-inverting input. Koneksi ke catu daya pada op amp
tidak selalu digambarkan dalam diagram, namun harus dimasukkan pada rangkaian yang
sebenarnya.
IC Op Amp 741
Vout = Vin
Gambar 3-3 Rangkaian penyangga (voltage follower)
Vout = -(R2/R1)Vin
Gambar 3-4 Penguat Inverting
Vout = (1+R2/R1)Vin
Gambar 3-5 Penguat Noninverting
+ 12 V
3,3k ohm
Vo
2,2k ohm
A
B
C
2,2k ohm 1k ohm
D
1k ohm
2,2k ohm
- 12 V
3,3k ohm
- 12 V
Vin
3,3k ohm
B
2,2k ohm
1,1k ohm Vo
1k ohm
A
2,2k ohm
- 12 V
- 12 V
Vin
3,3k ohm
B
1k ohm 2,2k ohm
Vo
1,1k ohm
A 1k ohm
- 12 V
Vin1
+ 12 V
CF = 1nF
Rs = 1k ohm
Vo
Vs
- 12 V
t
Kombinasi 2, vO = 1,5v A + 4,7 v B dt Vo = 1,5Va + 4,7 ∫ Vb
0
t
Kombinasi 3, vO = 2v A + 2,2 v B dt Vo = 2Va + 2,2 ∫ Vb
0
t
Kombinasi 4, vO = 1,2v A + 4,7 v B dt Vo = 1,2Va + 4,7 ∫ Vb
0
5. Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja yang
tertempel pada masing-masing meja praktikum. Catat juga nomor meja dan Kit
Praktikum yang digunakan dalam Buku Catatan Laboratorium.
2. Pada percobaan ini akan digunakan tegangan catu + 12 V dan -12 V untuk rangkaian
op amp. Pastikan tegangan catu OFF ketika menyusun rangkaian. Setelah rangkaian
telah dicek (yakin bahwa tidak terdapat kesalahan perangkaian) baru berikan
tegangan. Koneksi tegangan yang tidak tepat akan merusak IC dan pengurangan nilai.
9. Bagaimana hubungan antara Vout dengan Vin? Catat dan lakukan analisa pada
laporan.
14. Bagaimana hubungan antara Vout dengan Vin? Catat dan Lakukan analisa dan
sampaikan hasilnya dalam laporan.
15. Selanjutnya, dengan masih terhubung ketitik B, pasang generator sinyal sebagai
Vin dengan frekuensi 500 Hz. Atur keluaran generator sinyal sehingga
menghasilkan output op-amp (Vout)sebesar 4 Vpp.
16. Catat besar tegangan Vin peak to peak. Pastikan setting osiloskop menggunakan
DC coupling. Bagaimana hubungan antara Vout dengan Vin? Lakukan Lakukan
analisa dan sampaikan hasilnya dalam laporan.
Rangkaian Summer(Penjumlah)
17. Modifikasi rangkaian pada Gambar 3-8 dengan menambahkan input lain (Vin2) dari
generator sinyal, seperti pada Gamabr 3-9.
18. Ukur dan catat nilai aktual resistor yang digunakan.
19. Buka sambungan dari titik C ke rangkaian. Pasang generator sinyal sebagai Vin
dengan frekuensi 500Hz. Atur keluaran generator sinyal sehingga menghasilkan
output op amp sebesar 4Vpp.
20. Sambungkan VP ke titik A. Amati dengan menggunakan osiloskop dan catat nilai
Vin serta Vo. Pastikan setting osiloskop menggunakan DC coupling.
22. Bagaimana hubungan antara Vout dengan Vin? Catat dan Lakukan analisa dan
sampaikan hasilnya dalam laporan.
Rangkaian Integrator
23. Perhatikan dan susun rangkaian seperti pada Gambar 3-10.
24. Rangkai Vs dengan sinyal kotak menggunakan generator sinyal pada frekuensi 1
kHz 0,5 Vpp.
25. Amati gelombang output dengan menggunakan osiloskop. Plot kedua gelombang
input dan output. Apakah hubungan antara gelombang input dan output? Lakukan
analisis dan tulis dalam laporan.
Desain
27. Gunakan rangkaian yang sudah Anda persiapkan dari rumah.
28. Tunjukkan pada asisten bahwa hubungan antara Vouput dengan Vinput pada
rangkaian Anda adalah benar. (Petunjuk: Gunakan tegangan input Va sekitar 0,5 V
dan tegangan Vb sekitar 0,1 Vpp.)
R4 = 3,9kΩ
R3 = 12kΩ
- 12 V
Mengakhiri Percobaan
34. Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel dan
matikan osiloskop, generator sinyal, dan power supply DC. Pastikan juga
multimeter analog dan multimeter digital ditinggalkan dalam keadaan mati
(selektor menunjuk ke pilihan off).
35. Periksa lagi lembar penggunaan meja. Praktikan yang tidak menandatangani
lembar penggunaan meja atau membereskan meja ketika praktikum berakhir akan
mendapatkan potongan nilai sebesar minimal 10.
36. Pastikan asisten telah menandatangani catatan percobaan kali ini pada Buku
Catatan Laboratorium anda. Catatan percobaan yang tidak ditandatangani oleh
asisten tidak akan dinilai.
2. Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul Gejala Transien ini. Kerjakan tugas
pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengenalan
Gejala transien terjadi pada rangkaian-rangkaian yang mengandung komponen penyimpan
energi seperti induktor dan/atau kapasitor. Gejala ini timbul karena energi yang diterima atau
dilepaskan oleh komponen tersebut tidak dapat berubah seketika (arus pada induktor dan
tegangan pada kapasitor).
Perhatikan Gambar 4-3, pada rangkaian tersebut terdapat dua kapasitor C1 dan C2. Kapasitor
C1 berfungsi untuk menyimpan muatan yang pada awalnya didapat dari power supply, yang
lalu akan disimpannya dan dibuang ke C2 (saklar S2 ‘on’) ketika sudah tidak lagi tersambung
dengan power-supply (saklar S1 ‘off’). Saklar S1 dan S2 menggunakan rangkaian terintegrasi
analog switch 4066 yang memiliki resistansi kontak (on) sekitar 80 .
1. Titik-titik A, B, C & gnd akan membentuk loop tertutup (ketika S 1 ‘on’ & S2 ‘off’),
sehingga muatan di C1 akan terisi. Sampai pada akhirnya tegangannya sama
dengan 5V.
2. Titik-titik C, D, E & gnd akan membentuk loop tertutup (ketika S 1 ‘off’ & S2 ‘on’),
maka muatan yang terdapat pada C1 akan mengalir mengisi C2, hingga pada suatu
saat tegangan di C2 sama dengan tegangan di C1.
1. mengisi C1
vi = vR + vC
Tegangan resistor vR sefasa dengan I sedangkan tegangan kapasitor vC ketinggalan 90o dari
arus. Arus total mendahului antara 0o s.d. 90o. Sudut ketertingalan vi () ditentukan oleh
perbandingan reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara vC dan i, atau vi dan i dapat dilihat
dengan membandingkan beda fasa antara vC dan vR, atau antara vi dan vR (mengapa?).
Diferensiator
Masih dari persamaan di atas, bila output diambil pada resistor vO = vR, untuk vC >> vR akan
diperoleh vi vC sehingga
1 dvt
vi
C i dt atau i C
dt
Dengan demikian diperoleh hubungan output (vO = vR) dengan input (vi) sebagai berikut:
vC vR atau V C V R
1
I R I
jC
High-Pass Filter
Dari persamaan VI = V R + V C , bila diambil V O = V R , maka dapat dituliskan
VO R 1 1
= = =
VI 1 1
R+ 1+ 1− j O
jC jCR
VO
• Untuk o akan diperoleh 1
VI
VO
• Untuk o akan diperoleh 0
VI
vo 1
• Untuk = o akan diperoleh =
vi 2
vo 1
Dari, = dapat diturunkan bahwa daya di R adalah
vi 2
PR = −
(
Vo 2 Vt / 2
=
)2
Vt 2 1
= Pmax . Pmax adalah daya pada R saat o . Rangkaian
R R 2R 2
merupakan High Pass Filter (HPF) yang sederhana.
vi
kapasitor ( vo = vC ) dan vR vC , maka vi vR sehingga vi R i atau i . Pada output
R
1 1 v 1
diperoleh vo = vC =
C i dt = i dt =
C R RC
vi dt . Fungsi rangkaian ini dikenal sebagai
rangkaian integrator.
Syarat terpenuhinya fungsi rangkaian integrator RC yang baik adalah vR vC . Dalam bentuk
phasornya, hubungan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
1
V R V C atau R I I
jC
1
Sehingga R atau CR 11
C
1 1
Bila O atau f O = , maka persamaan di atas dapat dituliskan
RC 2RC
1 atau O .
O
Low-Pass Filter
Dari persamaan V I = V R + V R , bila diambil V O = V C maka dapat dituliskan:
1
VO jC 1 1
= = =
VI R+ 1 1 + jCR 1 + j
jC O
Ada nilai utama yang diperoleh dari fungsi di atas:
VO
• Untuk o akan diperoleh 0
VI
VO
• Untuk o akan diperoleh 1
VI
vo 1
• Untuk = o akan diperoleh =
vi 2
Dengan ketiga keadaan di atas, rangkaian menunjukkan fungsi Low Pass Filter (LPF)
sederhana.
4. Tugas Pendahuluan
1. Perhatikan Gambar 4-3. Jika pada:
Turunkan persamaan yang menyatakan besaran VC1(t) dan VC2(t) pada setiap saat.
Gambarkan grafik yang bersesuaian.
2. Turunkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh rangkaian RL agar berfungsi
sebagai: differensiator, integrator, high pass filter, dan low pass filter.
3. Dengan harga R = 10 k; 100 k dan 1M hitunglah harga C dan L dari rangkaian
RC dan RL untuk menjadi differensiator, integrator, high pass filter dan low pass
filter. Isikanlah syarat ini pada tabel data percobaan 1 dalam Buku Catatan
Laboratorium (BCL) saudara.
Percobaan 1
3. Pastikan kapasitor dalam keadaan kosong dengan menghubungsingkatkan kaki-
kaki tiap kapasitor.
4. Siapkan rangkaian seperti pada Gambar 4-3, dengan nilai komponen pada Tabel
4-1.
Tabel 4-1 Nilai komponen RC pada percobaan 1
Komponen Nilai
R1 2,2 k
R2 4,7 k
C1 220 nF
C2 470 nF
5. Siapkan Osiloskop (cek dahulu kalibrasinya).
6. Hubungkan kabel power supply AC (outlet) dari kit Transien ke jala-jala.
9. Gunakan kanal-1 Osiloskop untuk melihat tegangan yang terjadi di C1 (VC1). Dan
catat plot tegangan-waktu dari VC1.
10. Gunakan kanal-2 Osiloskop untuk melihat tegangan yang terjadi di C2 (VC2). Dan
catat plot tegangan-waktu dari VC2.
11. Gabungkan kedua channel dengan fungsi “DUAL” di osiloskop. Plot secara detail
gabungan dari VC1 dan VC2 vs waktu.
12. Tuliskan hasil percobaan di atas dalam bentuk tabel dalam Buku Catatan
Laboratorium.
Percobaan 3
16. Susun kembali rangkaian seperti pada Percobaan 1.
17. Ubah tegangan sumber tegangan DC dari 5 V menjadi 4 V. Baca dan catatlah nilai
tegangan keadaan mantap pada C1 dan C2. Baca dan catat juga konstanta
waktunya.
18. Lakukan sekali lagi untuk sumber tegangan DC tegangan 2 V. Bandingkan nilai-nilai
tegangan mantap pada C1 dan C2 yang diperoleh dengan tegangan dari sumber
tegangan yang berbeda-beda tersebut. Bandingkan juga konstanta waktunya.
Tulis hasil pengamatan dan analisa dalam laporan.
Percobaan 4
19. Susunlah rangkaian menggunakan KIT Rangkaian RL & RC sehingga membentuk
rangkaian pada Gambar 4-5 dibawah ini.
Induktor
Vc
8,2 nF
Gel. Kotak
1Khz
~2Vpp - -
20. Ukur nilai RL yang ada pada kit percobaan anda, dan catat pada BCL.
21. Pasang probe oscilator pada posisi Vc di channel 1 dan output dari generator
fungsi di channel 2 osiloskop.
Rangkaian Diferensiator
26. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 4-7.
Rangkaian Integrator
31. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 4-8.
Input C Output
32. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 V pp pada frekuensi
500 Hz dengan bantuan osiloskop.
33. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga-harga C dan R yang tersedia (lihat
tabel-5).
34. Gambarlah bentuk gelombang output (ideal) dengan input bentuk gelombang segi
empat.
35. Amati dan ukurlah bentuk gelombang output yang terjadi dengan osiloskop.
36. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta gambarlah hasil pengamatan
saudara dalam bentuk tabel dalam BCL.
37. Ulangi untuk gelombang segitiga.
Mengakhiri Percobaan
38. Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel,
matikan osiloskop, power supply DC, dan cabut daya dari jala-jala ke kit praktikum.
2. Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul ini. Pada modul ini tidak terdapat tugas
pendahuluan.
Rangkaian RLC
Dalam rangkaian seri RLC impedansi total rangkaian dapat dituliskan sebagai berikut:
Ztot = R + j( X L − X C )
Dari hubungan ini akan terlihat bahwa reaktansi induktif dan kapasitif selalu akan saling
mengurangi. Bila kedua komponen ini sama besar, maka akan saling meniadakan, dan
dikatakan bahwa rangkaian dalam keadaan resonansi. Resonansinya adalah resonansi seri.
Demikian pula halnya pada rangkaian paralel RLC admitansi total rangkaian dapat dituliskan
sebagai:
Ytot = G + j (BC − BX L )
Resonansi Seri
Perhatikan rangkaian RLC seri pada Gamba 5-1. Dari hubungan Ztot = R + j( X L − X C ) terlihat
bahwa pada waktu resonansi dimana XL = XC maka Ztot = R merupakan Zminimum, sehingga akan
diperoleh arus yang maksimum. Dalam keadaan ini rangkaian hanya bersifat resistif sehingga
fasa arus sama dengan fasa tegangan yang terpasang.
V XL
XC
Disini O atau fO adalah frekuensi yang membuat rangkaian bersifat resistif dan terjadi arus
maksimum atau tegangan maksimum pada R. Bila dilihat dari impedansi rangkaian Ztot, maka
pada f<fo rangkaian akan bersifat kapasitif dan pada f>fo rangkaian akan bersifat induktif.
Pada waktu resonansi seri, sangat mungkin terjadi bahwa tegangan pada L atau pada C lebih
besar dari tegangan sumbernya. Pembesaran tegangan pada L atau pada C pada saat
resonansi ini didefinisikan sebagai faktor kualitas Q.
4. Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja yang
tertempel pada masing-masing meja praktikum.
4. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 Vpp pada frekuensi
50 Hz dengan bantuan osiloskop.
5. Ukur dan gambarlah bentuk gelombang output untuk harga-harga frekuensi 50 Hz,
500 Hz, 5 kHz, dan 50 kHz
6. Catatlah hasilnya dalam bentuk tabel dalam BCL.
7. Kemudian buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan rangkaian integrator,
dengan harga R = 10 k, dan C = 8,2 nF. Lakukanlah langkah 24-27.
8. Buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan rangkaian diferensiator dengan
harga R = 10 k dan C = 8,2 nF.
11. Ukurlah Vo (tegangan keluaran) /Vi (tegangan masukan) dengan bantuan osiloskop
(input di kanal-1 dan output di kanal-2) untuk 5 titik pengukuran yaitu:
• 1 titik frekuensi cut off (petunjuk: ubah frekuensi input dimana frekuensi ini
di sekitar frekuensi cut off hasil perhintungan sehingga diperoleh Vo/Vi = 1/2
atau = 0,7. Kemudian catat frekuensi ini sebagai fo).
• 2 titik untuk zona turun (LPF) atau zona datar (HPF). (petunjuk: pilih titik
frekuensi 10 fo dan 100 fo)
12. Hitunglah Vo/Vi yang terjadi dalam dB.
13. Catatlah hasilnya dalam tabel dalam BCL. Plot 5 titik pengukuran tersebut dengan
skala logaritmik. Hasil plot 5 titik pengukuran adalah seperti grafik pada Gambar
5-2.
14. Ukur beda fasa dengan menggunakan metode Lissajous
15. Plot hasil tersebut ke dalam grafik frekuensi-fasa seperti contoh pada Gambar 5.3.
:LPF
:HPF
2,5 mH
A B O
50 ohm 470 pF
1 Vpp
47 ohm
Generator
Sinyal
18. Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo maksimal dan atau minimum lokal
tersebut, catat besarnya tegangan induktor (VAB) dan kapasitor (VBO).
19. Bagaimana karakteristik rangkaian pada saat resonansi? Lakukan analisis dan sampaikan
pada laporan.
VO
50 ohm VA
470 pF
1 Vpp
47 ohm
Generator
Sinyal
21. Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo maksimum dan atau minimum lokal
tersebut, catat besarnya tegangan induktor (VAB) dan kapasitor (VBO).
22. Bagaimana karakteristik rangkaian pada saat resonansi? Lakukan analisa dan sampaikan
hasilnya dalam laporan.
50 ohm 470 pF
2,5 mH
1 Vpp
47 ohm
Generator
Sinyal
25. Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo maksimum dan atau minimum lokal
tersebut, catat besarnya tegangan induktor (VAB) dan kapasitor (VBO).
26. Bagaimana karakteristik rangkaian pada saat resonansi? Lakukan analisa dan sampaikan
hasilnya dalam laporan.
470 pF
50 ohm 470 pF
2 ,5 m H
1 Vpp
47 ohm
G e n e ra to r
S in ya l
Vi 47 nF Vo
50 ohm
2,5 mH
1 Vpp
47 ohm
Generator
Sinyal
Vo max
(Vo max)
/√2
Vo min
2,5 mH
Vi Vo
50 ohm 47 nF
1 Vpp
47 ohm
Generator
Sinyal
Vo max
(Vo max)
/√2
Mengakhiri Percobaan
37. Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel dan
matikan osiloskop dan generator sinyal. Pastikan juga multimeter analog,
multimeter dan digital ditinggalkan dalam keadaan mati (selector menunjuk ke
pilihan off).
38. Periksa lagi lembar penggunaan meja. Praktikan yang tidak menandatangani
lembar penggunaan meja atau membereskan meja ketika praktikum berakhir akan
mendapatkan potongan nilai sebesar minimal 10.
39. Pastikan asisten telah menandatangani catatan percobaan kali ini pada pada Buku
Catatan Laboratorium anda. Catatan percobaan yang tidak ditandatangani oleh
asisten tidak akan dinilai.
a b
c d
Gambar A-1. A. Presisi dan akurasi tinggi; b. Presisi rendah, akurasi tinggi;
c. Presisi tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan akurasi rendah
Nilai Penting
Nilai penting (signifikan) dari suatu pengukuran bergantung pada unit terkecil yang dapat
diukur menggunakan instrumen pengukuran tersebut. Dari nilai penting ini, presisi
pengukuran dapat diperkirakan.
Secara umum, presisi pengukuran adalah ±1/10 dari unit terkecil yang dapat diukur oleh suatu
instrumen pengukuran. Misalnya, sebuah mistar yang memiliki skala terkecil 1mm akan
digunakan untuk mengukur suatu panjang benda. Dengan demikian, pengukuran panjang
yang dilakukan tersebut dapat dikatakan memiliki presisi sebesar 0.1mm.
Perkiraan presisi di atas berbeda bila kita menggunakan instrumen digital. Biasanya presisi
pengukuran dengan instrumen digital adalah ±1/2 dari unit terkecil yang dapat diukur oleh
suatu instrumen pengukuran tersebut. Misalnya, nilai tegangan yang ditunjukan oleh
Voltmeter digital adalah 1.523V ; dengan demikian, presisi pengukuran tegangan tersebut
adalah ±1/2 x 0.001 atau sama dengan ±0.0005V.
Gambar B-1 Implementasi rangkaian joystick motor driver untuk Robot pada breadboard
[1]
Breadboard adalah suatu perangkat yang seringkali digunakan untuk melakukan
implementasi suatu rancangan rangkaian elektronik secara tidak disolder (solderless, Gambar
B-1). Implementasi rancangan yang demikian bertujuan untuk menguji-coba rancangan
tersebut yang biasanya melibatkan pasang-bongkar komponen. Bentuk implementasi lainnya
adalah implementasi dengan melakukan penyolderan komponen yang dikerjakan pada PCB
(Printed Circuit Board, Gambar B-2).
Komponen
Instrumen
Di bawah ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan/
menghubungkan instrumen laboratorium ke rangkaian di breadboard:
1. Gunakan kabel yang tepat untuk menghubungkan suatu instrumen ke breadboard
(lihat Kabel Aksesoris). Pegang badan konektor (bukan badan kabelnya) saat
memasang dan mencabut kabel.
2. Untuk percobaan yang menggunakan Generator Signal dan Power Supply:
nyalakan Power Supply terlebih dahulu, lalu nyalakan Generator Signal. Jika
dilakukan dengan cara sebaliknya, akan menyebabkan kerusakan pada IC.
Demikian juga ketika mengakhiri: matikan Generator Signal terlebih dahulu,
kemudian matikan Power Supply.
Kode Warna
Label kode warna pada badan resistor ada yang berjumlah 4, 5 atau 6 gelang warna. Aturan
pembacaan kode warna tersebut adalah sebagai berikut:
Nilai Resitor
Resistor tidak tersedia dalam sebarang nilai resistansi. Nilai resistansi setiap resistor
mengikuti standard Electronic Industries Association (EIA). Nilai tersebut dikenali dengan E6
dengan 6 nilai berbeda, E12 dengan 12 nilai, E24 dengan 24 nilai dst. Hingga E192 dengan 192
nilai.
Nilai resistansi berdasarkan EIA yang paling banyak dijumpai di pasaran adalah seri E6. Nilai
seri ini mempunyai toleransi 20%. Keenam nilai itu adalah 1, 1.5, 2.2, 3.3, 4.7, dan 6.8. Untuk
menyatakan nilai resistansi atau misalnya maka nilai resistansi dalam E6 adalah salah satu
angka tersebut dikalikan nilai orde dekadenya. Contoh 1, 10, 1 k, 2,2 nF, 2,2 mikro farad.
Nilai seri berikutnya adalah seri E12. Nilai seri ini memberikan toleransi 10%. Ke 12 nilai dalam
seri ini adalah 6 nilai dari seri E6 ditambah 6 nilai antara. Nilai dalam keluarga E12 adalah 1,
1.2, 1.5, 1.8, 2.2, 2.7, 3.3, 3.9, 4.7, 5.6, 6.8, dan 8.2.
Selain nilai-nilai resistansi di atas, ada nilai-nilai resistansi lebih presisi yang sukar dijumpai.
Nilai-nilai resistansi itu mengukuti standard EIA seri E24 (toleransi 5% dan 2%), E96 (1%) dan
E192 (0.5%, 0.25% dan 0.1%). Secara lengkap, nilai-nilai resistansi tersebut dapat dilihat di [1].
Keluarga nilai komponen ini juga digunakan untuk nilai kapasitansi.
Rating Daya
Ketika melewati resistor, energi listrik diubah menjadi energi panas. Tentu saja dampak energi
panas yang berlebih akan menimbulkan kerusakan pada resistor. Oleh karena itu, resistor
memiliki rating daya yang merepresentasikan seberapa besar arus maksimum yang
diperkenankan melewati resistor.
Rating daya resistor yang banyak digunakan adalah ¼ Watt atau ½ Watt. Resistor tersebut
adalah resistor dengan label kode warna yang banyak dipasaran. Selain itu, ada pula resistor
Kapasitor
Fungsi
Kapasitor adalah komponen yang bekerja dengan menyimpan muatan. Aplikasi kapasitor
diantaranya digunakan sebagai filter pada rangkaian penyearah tegangan.
Ada dua tipe kapasitor, yaitu polar dan nonpolar/ bipolar. Perbedaan dari keduanya adalah
pada ketentuan pemasangan kaki-kakinya. Polaritas pada kapasitor polar dapat diketahui
melalui label polaritas (negatif atau positif) kaki kapasitornya atau panjang-pendek kaki-
kakinya. Pemasangan kapasitor polar ini harus sesuai dengan polaritasnya. Sementara, untuk
pemasangan kapasitor nonpolar, tidak ada ketentuan pemasangan polaritas kaki-kakinya
karena itu pula pada kapasitor nonpolar tidak ada label polaritasnya.
Desain kapasitor, baik polar maupun nonpolar, ada dua bentuk, yaitu aksial dan radial. Contoh
bentuk kapasitor aksial dan radial ditunjukan pada Gambar C-2 (perhatikan posisi kaki-
kakinya).
Gambar C-2 Kapasitor bentuk radial (kiri) [2] dan kapasitor bentuk aksial (kanan) [3]
Kapasitor Polar
Gambar C-3 Dari kiri: simbol kapasitor polar, kapasitor tantlum dan kapasitor elektrolit [2]
Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah contoh jenis kapasitor polar. Rating
tegangan kedua kapasitor tersebut rendah, yaitu 6.3 V – 35 V. Pada badan kapasitor tersebut
Kapasitor Nonpolar
Gambar C-4 Dari kiri: simbol kapasitor nonpolar dan jenis-jenis kapasitor nonpolar [5]
Kapasitor nonpolar memiliki rating tegangan paling kecil 50 V. Kapasitor nonpolar yang
banyak digunakan biasanya memiliki rating tegangan 250 V atau lebih. Nilai kapasitansi
kapasitor nonpolar yang tercetak pada label berupa kode angka atau kode warna.
Kapasitor jenis ini biasanya digunakan di dalam rangkaian tuning radio. Nilai kapasitansinya
relatif kecil, biasanya diantara 100pF dan 500pF.
Kapasitor Trimmer
Induktor
Fungsi
Pada rangkaian DC, induktor dapat digunakan untuk memperoleh tegangan DC yang konstan
terhadap fluktuasi arus. Pada rangkai AC, induktor dapat meredam fluktuasi arus yang tidak
diinginkan.
Kode Warna
Ada jenis induktor yang desain fisiknya mirip dengan resistor. Nilai induktansinya dinyatakan
dengan kode warna. Induktor jenis ini ditunjukan oleh Gambar C-8.
Membaca kode warna pada induktor sama dengan membaca kode warna pada resistor dan
kapasitor:
1. warna pertama: angka pertama nilai kapasitansi
2. warna kedua: angka kedua nilai kapasitansi
3. warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan H
4. warna keempat: toleransi
Induktor memiliki rating arus tertemtu. Dalam suatu rangkaian biasanya digunakan stress
ratio 60%.
Reverse Voltage
Dioda ideal tidak akan melewatkan arus yang mengalir pada arah yang berlawanan (dengan
panah pada simbol dioda). Namun, secara praktis terdapat kebocoran, yaitu ada arus
dilewatkan maksimum sebesar beberapa A meski dapat diabaikan.
Tegangan balik maksimum (maximum reverse voltage) sebesar 50V atau lebih adalah nilai
maksimum tegangan (dengan arah arus berlawanan) yang masih dapat ditahan oleh dioda.
Bila tegangan balik melebihi rating tegangan balik maksimum ini maka dioda akan rusak,
kebocoran arus.
Jenis dioda
Dioda Signal
Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus kecil, yaitu hingga 100mA.
Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang terbuat dari bahan silikon.
Dioda Rectifier
Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda tersebut berfungsi untuk
mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating maksimum arus yang dapat dilewatkan
samadengan 1A atau lebih besar dan maximum reverse voltage samadengan 50V atau lebih
besar.
Dioda Zener
Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang tetap ketika reverse
voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse voltage, meski nilainya berubah-
ubah, asalkan berada di daerah breakdown maka tegangan dioda zener tersebut akan tetap.
Gambar C-10 Simbol transistor NPN dan PNP (ket.: B = Base, C = Collector dan E = Emitter)
[5]
Transistor memiliki tiga kaki yang masing-masing harus dipasang secara tepat. Kesalahan
pemasangan kaki-kaki transistor akan dapat merusakan transistor secara langsung. Perlu
dicatat bahwa pada badan transistor tidak ada label yang menunjukan bahwa kaki transistor
tersebut adalah B, C atau E. Dengan demikian, sebelum memasang sebuah transistor,
pastikan dimana kaki B, C dan E dengan membaca datasheet-nya. Di dalam penggunaannya
harus pula diperhatikan dua rating: daya disipasi kolektor, yaitu VCE x IC, dan breakdown
voltage, yaitu VBE reverse.
Daftar Pustaka
[1] www.em.avnet.com/ctf_shared/pgw/
df2df2usa/Resistance%20Decade%20Values.pdf
[2] www.columbia.k12.mo.us
[3] www.banzaieffects.com
[4] en.wikipedia.org/wiki/Inductor
[5] www.kpsec.freeuk.com
Generator Sinyal
Generator sinyal adalah instrumen yang menghasilkan/ membangkitkan berbagai bentuk
gelombang: sinus, kotak dan gergaji. Gambar D-2 contoh sebuah generator fungsi yang
tersedia di Laboratorium Dasar Teknik Elektro.
Power Supply
Perangkat ini adalah instrumen sumber tegangan dan sumber arus. Gambar D-4 adalah
gambar Power Supply yang dimiliki oleh Labdas. Jika anda menggunakan jenis Power Supply
seperti yang ditunjukan oleh gambar di sebelah kanan, pastikan lampu ”Output” menyala agar
kit praktikum yang telah anda hubungkan pada Power Supply tersebut bekerja.
BNC – 1 Banana/ 4 mm
Gambar D-8 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan 2 buah unstackable banana
Gambar D-10 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan probe kait + jepit buaya
Kabel ini adalah aksesoris Osiloskop. Pada konektor BNC dan probe kait terdapat fasilitas
adjustment.
adjustment
redaman
skrup
adjust
Gambar D-11 (Dari kiri) konektor BNC dengan skrup adjustment (lubang), probe jepit
dengan adjustment redaman dan capit buaya (untuk dihubungkan ke Ground)
Adapter
Adapter digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih konektor yang berbeda jenis.
Kabel 4 mm
Selain telah ditunjukan pada Gambar D-7, kabel 4 mm bisa saja memiliki konektor yang lain,
misalnya konektor jepit buaya satu atau kedua ujungnya.
Multimeter Elektronis
Multimeter ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM + Vacuum Tube Volt Meter, Solid
State Multimeter = Transistorized Multimeter. Alat ini mempunyai fungsi seperti multimeter
non elektronis. Adanya rangkaian elektronis menyebabkan alat ini mempunyai beberapa
kelebihan. Bacalah spesifikasi alat tersebut. Perhatikan " resistasi dalam" (input resistance,
input impedance) pada pengukuran tegangan DC dan AC.
Pelajarilah: kedudukan On-Off, cara melakukan zero adjusment, cara memilih batas ukur
(range), cara mempergunakan probe dan cara membaca skala.
Multimeter/Voltmeter elektronis dapat dibagi atas dua macam yaitu tipe analog dan tipe
digital. Apakah perbedaan kedua macam alat tersebut?
Penggunaan Multimeter
Mengukur Arus Searah
Ammeter arus searah (DC ammeter) dipergunakan untuk mengukur arus searah. Alat ukur ini
dapat berupa amperemeter, milliamperemeter dan galvanometer?
Dalam mempergunakan ammeter arus searah perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:
IX IM
IP M
I M RM R
Ix = IP + IM = +I M = I M 1 + M
RP RP
1
RP = RM
Misalkan IM adalah batas ukur meter M = 1 mA dan dipilih 9 maka arus yang diukur
R
I X = I M 1 + M = 10 I M = 10 mA
1
RM
adalah : 9
Jadi dengan memilih harga RP tertentu, kita dapat mengatur besarnya arus IX yang diukur.
Resistor RP disebut resistor paralel atau "shunt“ dari rangkaian ammeter.
IM
VX M
RM
2 V XM 2 V XM 2 VX 2 2 2 VX VX
IM = = = 0,9
RS + RM + 2 R F RS + RM RS + RM RS + RM RS + RM
atau V X (h arg a efektif ) 1,11 I M ( RS + RM )
Untuk (b)
Arus searah
1 V XM 1 V XM 1 2 VX VX
IM = = 0,45
RS + RM + 2 R F RS + RM RS + RM RS + RM
atau V X (h arg a efektif ) 2,22 I M ( RS + RM )
Skala multimeter sebagai voltmeter bolak-balik umumnya ditera (dikalibrasi) untuk bentuk
gelombang sinusoida murni. Dengan demikian meter akan menunjukan harga yang salah bila
kita mengukur tegangan bolak-balik bukan sinus murni
Mengukur Resistansi
Pada dasarnya pengukuran resistansi dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum Ohm.
Ada dua cara yang dapat dipilih:
1. Memompakan arus konstan pada resistor dan mengukur tegangannya (hubungan
resistansi-tegangan sebanding)
2. Memberikan tegangan pada resistor dan mengukur arusnya (hubungan resistansi-
arus berbanding terbalik)
Multimeter sederhana menggunakan cara yang kedua. Secara umum rangkaian ohmmeter
cara kedua ini terdiri dari meter dasar berupa miliammeter/mikroammeter arus searah,
M RM
+
_ R2
A
B
RX
Pada keadaan tersebut R2 diatur agar meter M menunjukan harga maksimum. Imaks = arus
skala penuh (full-scale).
Bila diambil RX = tak terhingga atau A-B dalam keadaan terbuka, maka diperoleh:
IM =0
Sekarang dimisalkan suatu resistor RX dipasang pada A-B, maka arus melalui M adalah:]
V
IM = .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .....( 3)
R1 + R2 + RM + R X
Sehingga:
V
RX = − ( R1 + R2 + RM )
IM
V V
= − .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 4)
I M I maks
Dalam persamaan tersebut IM = arus yang mengalir melalui meter M dan RX = resistansi yang
diukur.
Harga Rt sangat penting karena menunjukan jarum pada daerah sekitar Rt, akan mempunyai
ketelitian yang paling baik.
Mengapa?
Untuk menentukan harga Rt, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Dari persamaan (3), arus melalui meter adalah:
V
IM =
R1 + R2 + RM + R X
IM A
RM
+
V RX
_
S B
Dari persamaan (9) dapat dibuat kurva kalibrasi yaitu grafik RX sebagai fungsi IM. Contoh
bentuk kurva kalibrasi suatu ohmmeter paralel dapat dilihat pada Gambar E-7.
Perhatikan bahwa dengan rangkaian seperti pada Gambar E-7, kita peroleh Rt selalu lebih
kecil dari RM (lihat persamaan 12). Jadi ohmmeter paralel umumnya digunakan untuk
mengukur resistansi rendah. Bandingkanlah dengan ohmmeter seri 1.
80M 15M
RS R13 R7 Rb R23
50v 10v M
250v R24
2000
2,5v
100v
ac INPUT
200
100mA
500mA - 10A
10mA
+ 10A
pos
neg
Spesifikasi Multimeter
Yang perlu diperhatikan pada penggunaan multimeter adalah spesifikasi-spesifikasi yang
tertera pada badan multimeter. Contoh spesifikasi yang biasa tertera pada multimeter
tampak pada Gambar E-11.
Gambar E-12 Besar input maksimum multimeter analog (kiri) dan multimeter digital
(kanan)
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dari spesifikasi multimeter adalah besar
tegangan atau arus maksimum yang dapat diukur multimeter ini. Pada contoh di atas,
multimeter analog ini mampu mengukur tegangan DC sampai 1000V. Sedangkan multimeter
digital di atas mampu mengukur tegangan AC dan DC sampai 600V, dengan arus tidak
melebihi 400mA. Jika besar arus yang melewati multimeter ini melebihi 400mA, maka
sekering (fuse) pengaman yang terdapat dalam multimeter ini akan putus.
Beberapa tombol/saklar pengatur yang biasanya terdapat pada generator ini adalah:
1. Saklar daya (power switch): Untuk menyalakan generator sinyal, sambungkan
generator sinyal ke tegangan jala-jala, lalu tekan saklar daya ini.2.
2. Pengatur Frekuensi: Tekan dan putar untuk mengatur frekuensi keluaran dalam
range frekuensi yang telah dipilih.
1. Indikator frekuensi: Menunjukkan nilai frekuensi sekarang
2. Terminal output TTL/CMOS: terminal yang menghasilkan keluaran yang
kompatibel dengan TTL/CMOS
3. Duty function: Tarik dan putar tombol ini untuk mengatur duty cycle gelombang.
11. Pelemahan 20dB: tekan tombol untuk mendapat output tegangan yang
diperlemah sebesar 20dB
Gambar G-2 Tabung Sinar Katoda atau Cathodde Ray Tube (CRT)
Gambar G-4 Pola sinyal sweep (horisontal) dan blanking layar osiloskop
Generator “time base” menghasilkan tegangan “sweep” berbentuk gigi gergaji, yang
dihasilkan oleh suatu multivibrator untuk diberikan pada pelat defleksi X. Dari bentuk
tegangan sweep ini dapat terlihat bahwa simpangan horizontal pada layar akan bergerak dari
kiri ke kanan secara linier, kemudian dengan cepat kembali lagi ke kiri.
Pergerakan berlangsung berulang kali sesuai dengan frekuensi dari sinyal generator time base
ini. Gambar yang diinginkan diperoleh pada layar, hanyalah yang terjadi pada saat pergerakan
dari kiri ke kanan (“rise periode”). Gambar yang ingin diperoleh pada layar, hanyalah yang
terjadi pada saat pergerakan dari kanan ke kiri (“fly back period”) harus ditiadakan, karena
hanya akan mengacaukan pengamatan
Untuk dapat memadamkan intensitas gambar selama periode “fly back” ini, maka pada kisi
tabung sinar katoda diberikan sinyal “blanking”.
Rangkaian “Trigger”
Tugas utama dari rangkaian trigger adalah gambar yang diperoleh pada layar selalu diam
(tidak bergerak). Rangkaian trigger mendapat input dari penguat Y, dan outputnya yang
Stabilitas
Stabilitas gambar yang diperoleh ditentukan oleh stabilitas antara lain
1. Stabilitas power supply
2. Stabilitas frekuensi generator “time base”
3. Stabilitas fermis setiap komponen
4. Stabilitas terhadap gangguan luar
Semua faktor tersebut menentukan hasil yang diperoleh pada layar
Dengan pertolongann suatu saklar elektronik dapat diamati dua sinyal sekaligus pada layar.
Saklar elektronik ini mengatur kerja dari pre amplifier A dan B secara bergantian seiring
dengan sinyal dari generator time base. Saklar elektronik tak akan bekerja, bila hanya satu
kanal saja yang dipergunakan.
Kalibrator
Osiloskop biasanya dilengkapi dengan suatu sinyal kalibrasi yang mempunyai bentuk
tegangan serta periode tertentu. Dengan mengamati sinyal ini pada layar, maka “time/div”
dan “volt/div” osiloskop dapat dikalibrasi.