Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF

“ SYARI’AT, THARIQAT, HAKIKAT, DAN MA’RIFAT”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

 MALA MARDIANSYAH : 210202149


 HABIBURRAHMAN : 210202159
 AHMAD ISPIRONI : 210202138
 HAFIDATURRAHMI : 210202151
 WAHYUNI : 210202148

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS NEGRI MATARAM (UIN)

2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Yang menurut
kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah “Akhlak Tasawuf”.
Maka harapan kami makalah ini, sesuai dengan harapan Bapak Dosen Abdullah, MH.

Kami menyadari bahwa sebagai manusia bisa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan
sehingga hanya yang demikian saja yang dapat kami berikan.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga Allah SWT. Memberkahi malakah inisehingga dapat memberikan manfaat Aamiin….

Mataram, 14 September 2021

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. PENGERTIAN SYARI’AT.............................................................................................................5
B. THARIQAD....................................................................................................................................6
C. HAKIKAT.......................................................................................................................................6
D. MA’RIFAT......................................................................................................................................7
E. HUBUNGA ANTARA SYARI’AT, THARIQAT, HAKIKAT, DAN MA’RIFAT........................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek
spiritual dari Islam.spiritualitas ini dapat mengambil bentuk yang beraneka di dalamnya.
Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang
aspek jasmaninya
Berbagai upaya dilakukan manusia untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Mereka
mencari jalan yang dapat membawa mereka lebih dekat dengan Allah sehingga mereka
merasa melihat Allah dengan hati sanubari, bahkan merasa bersatu dengan Allah. Ajaran-
ajaran seperti ini terdapat dalam tasawuf.
Meskipun secara tekstual tidak terdapat ketentuan untuk melaksanakan tasawuf,
namun hal ini telah dilakukan Rasulullah SAW. dengan pergi ke Gua Hira untuk
mengasingkan diri dari kehidupan kota Mekkah yang hanyut oleh penyembahan-
penyembahan terhadap berhala dan merenung mencari hakikat kebenaran disertai
beribadah dan berpuasa sehingga jiwanya semakin suci dengan membawa sedikit bekal.
Amalan tersebut mewarnai kehidupan para sahabat. Mereka meneladani  kehidupan
Rasulullah SAW. dan membaktikan hidupnya untuk kepentingan agama. Diantara
mereka ada yang tekun beribadah dan hidup zuhd. Mereka dikenal dengan Ahl al-
shuffah. Yang kemudian disebut sebagai cikal bakal munculnya kaum shuffi.
Dilihat dari segi amalan serta jenis ilmu yang dipelajari, maka terdapat beberapa
istilah yang khas dalam ilmu tasawuf. Kaum sufi membagi ajaran agama kepada ilmu
lahiriah dan ilmu batiniah. Oleh karena itu, cara memahami dan mengamalkannya juga
harus melalui aspek lahir dan batin. Kedua aspek yang terkandung dalam ilmu agama
tersebut oleh kaum sufi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu syari’ah, thariqad,
haqiqah, dan ma’rifah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu syari’at?
2. Apa itu thariqad?
3. Apa itu hakikat?
4. Apa itu ma’rifah
5. Bagaimana hubungan antara syari’at, thariqad, hakikat, dan ma’rifat
C. TUJUAN
Semoga dengan terbuatnya malakah ini maka kita bisa lebih mengetahui dan lebih
mengerti tentang tasawuf terutama tentang syari’at, thariqad, hakikat dan ma’rifah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SYARI’AT
Secara bahasa, syari’at berarti jalan, peraturan, undang-undang tentang suatu
perbuatan. Syari’at berasal dari bahasa Arab “syara’atun wa syariiatun – syara’a” yang
artinya: menggariskan suatu aturan atau pedoman.
Secara istilah, syariat (syariiatun) adalah undang-undang yang dibuat oleh Allah
SWT yang tegak di atas dasar iman dan islam, berupa seperangkat hukum tentang
perbuatan zhahir/formal manusia yang diatur berdasarkan wahyu al-Qur’an dan hadits
atau as-sunnah.
Syari’at juga diartikan sebagai peraturan-peraturan atau garis-garis yang telah
ditentukan, termasuk didalamnya hukum-hukum halal dan haram, yang diperintah dan
yang dilarang, yang sunnah, makruh, mubah, haram dan sebagainya. Syari’at disisni
ditujukan sebagai landasan bagi seorang shufi untuk mengerjakan amal ibadah, baik yang
bersifat lahiriyah dari segala hukum seperti shalat, zakat, puasa, haji, berjihad di jalan
Allah, menuntut ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Tegasnya syari’at itu adalah
peraturan yang bersumber dari kitab suci Al Qur’an dan Hadits Nabi.
Segala perbuatan yang dikerjakan oleh semua umat Islam tidaklah terlepas dari suatu
hukum. Menurut pandangan ahli tashawwuf, bahwa syari’at itu baru merupakan tingkat
pertama dalam menuju jalan Tuhan. Dengan demikian, berpegang pada syari’at adalah
sama halnya berpegang kepada agama Allah, dengan menjalankan segala perintah-Nya
dan berusaha sekuat tenaga menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Hal ini sebagaimana
dikatakan dalam kitab Kifayatul Atqiya’ oleh Syaikh Zainuddin bin Ali al Malibary
sebagai berikut : “Syari’at adalah berpegang pada agama Allah Khaliqul alam dan
menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya”
Oleh sebab itu perlu ditegaskan sekali lagi bahwa tashawwuf tidak bisa dilepaskan
dari pondasi Islam, yaitu syari’at. Dan barang siapa yang meninggalkan syari’at dalam
bertashawwuf dengan alasan apa saja, maka akan batallah amalnya dan bahkan akan
terjerumus kedalam kekufuran yang nyata.

5
B. THARIQAD
Kata thariqat berasal dari bahasa Arab al-tharq, jamaknya al-thuruq merupakan isim
musytaraq, yang secara etimologi berarti jalan, tempat lalu atau metode.
Dalam wacana tasawuf, istilah thariqat ini sampai abad ke-11 M/5 H dipakai dengan
pengertian jalan yang lurus yang dipakai oleh setiap calon sufi untuk mencapai tujuannya,
yaitu berada sedekat mungkin dengan Allah atau dengan kata lain berada di hadirat-Nya
tanpa dibatasi oleh dinding atau hijab. Sedangkan ikhtiar untuk menempuh jalan itu
dinamakan suluk. Dan orang yang bersuluk disebut salik.
Ditinjau secara etimologi, kata thariqat ditemukan dalam berbagai definisi. Di
antaranya, menurut Abu Bakar Aceh, Thariqat adalah petunjuk dalam melaksanakan
suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dicontohkan oleh rasul, dikerjakan
oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-
menyambung dan rantai-berantai.
L. Masignon mengatakan bahwa thariqat mempunyai dua makna dalam dunia Sufi.
Pertama, dalam abad ke-9 dan abad ke-10 M berarti cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi
mereka yang berminat menempuh hidup sufi. Kedua, setelah abad ke-11 M thariqat
mempunyai arti suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan
jasmani oleh segolongan orang-orang Islam menurut ajaran-ajaran dan keyakinan-
keyakinan tertentu.
J. Spencher Triminghan mendefinisikan thariqat sebagai suatu metode praktis untuk
menuntun dan membimbing seorang murid secara berencana melalui pikiran, perasaan
dan tindakan yang terkendali secara terus-menerus pada suatu tingkatan-tingkatan
(maqamat) untuk dapat merasakan thariqat yang sebenarnya.
Berdasarkan pada pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa thariqat adalah
suatu jalan atau metode tertentu dalam ibadah yang dilakukan oleh seorang sufi dan
diikuti oleh para muridnya dengan tujuan bisa berada sedekat mungkin dengan Allah

C. HAKIKAT
Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar
ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau
benar (kebenaran).

6
Dalam bahasa hakikat yaitu arti yang sebenarnya atau intisari atau isi akhiran.
Sedangkan hakikat islam ialah bebas dan bersih dari penyakit lahir dan bathin yang
menimbulkan perasaan nyaman, damai dan tentram serta menjadikan kita patuh dan taat
pada segala apa yang diperintahkan oleh-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya. Jadi
Hakikat adalah buah dari benih syariat yang pengamalannya melalui tareka
Para sufi menyebut diri mereka ahl al haqiqah. Penyebutan ini mencerminkan obsesi
mereka terhadap kebenaran yang hakiki. Karena itu, mudah dipahami kalau mereka
menyebut Tuhan dengan “al-haqq,” seperti yang tercermin dalam ungkapan al Hallaj,
“ana al Haqq” (aku adalah Tuhan). Obsesi penafsiran mereka terhadap formula “la ilaha
illa Allah” yang mereka artikan “tidak ada realitas yang sejati kecuali Allah.”
Bagi mereka Allah-lah satu-satunya yang hakiki, dalam arti yang betul-betul ada,
keberadaan yang absolut, sedangkan yang lain keberadaannya tidaklah hakiki, atau nisbi,
dalam arti tergantung pada kemurahan Allah. Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang
Lahir dan yang Batin, penyebab dari segala yang ada dan tujuan akhir, tempat mereka
kembali. Ibarat matahari, Dialah yang memberi cahaya kepada kegelapan dunia, dan
menyebabkan terangnya objek-objek yang tersembunyi di dalam kegelapan tersebut. Dia
jualah pemberi wujud, sehingga benda-benda dunia menyembul dari persembunyiannnya
yang panjang.
Al-Qur’an menggambarkan Allah sebagai “al-Awwal” dan “al-Akhir”, “al Zahir”,
dan “al Batin”. Al-Awwal dipahami para sufi sebagai sumber atau prinsip atau asal dari
segala yang ada. Dialah causa prima, sebab pertama dari segala yang ada/ maujudad di
dunia ini. Dia yang akhir diartikan sebagai tujuan akhir atau tempat kembali dari segala
yang ada di dunia ini, termasuk manusia. Dialah pulau harapan kamana bahtera
kehidupan manusia berlayar. Inilah tujuan akhir sang sufi mengorientasikan seluruh
eksitensinya
D. MA’RIFAT

Ma’rifat adalah mengenal Allah, baik lewat sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya maupun


perbuatan-perbuatan-Nya. Ma’rifat merupakan puncak dari tujuan tashawwuf dan dari
semua ilmu yang dituntut dan satu-satunya perbuatan yang paling mulia.
Makrifat adalah anugerah Allah pada kalangan Al-Arif (orang yang mencapai
makrifat) berupa ilmu, rahasia (asrar) dan lataif (kelembutan). Untuk mendapatkan
anugerah arifbillah ini, seorang salik tidak dapat begitu saja, tetapi, ia harus menempuh
jalan panjang yang berisi tingkatan-tingkatan. Jumlah maqam yang harus dilalui oleh
seorang sufi ternyata bersifat relatif. Artinya, antara satu sufi dengan yang lain
mempunyai jumlah maqam yang berbeda karena maqāmāt itu terkait erat dengan
pengalaman spiritual itu sendiri.

7
Yang dimaksud maqam di sini ialah puncak pencapaian spiritual yang dapat dicapai
seseorang. Ibarat tangga yang mempunyai beberapa anak tangga, harus didaki para
pencari Tuhan (salik) melalui berbagai usaha. Dari anak tangga pertama hingga puncak
memerlukan perjuangan dan upaya spiritual, mujahadah dan riyadhah. Anak-anak tangga
(maqamat) tidak sama pada setiap orang atau setiap tarekat.
Pencapaian maqam tertinggi yang di idamkan bagi seorang salik adalah ma'rifat,
konsep ma'rifat ini bagi Abu Yazid al-Bustami dikenal dengan istilah Ittihad, bagi al-
Hallaj dikenal dengan istilah hulul, bagi Al-Jilli disebut Insan al-Kamil, bagi Al-Ghazali
disebut wushul dan bagi lbnu Arabi menyebutnya dengan istilah wahdat al-wujud.
Makrifat bisa dicapai dengan lamanya "bermuamalah" dengan Allah. Makrifat
merupakan hasil dari sikap zuhud dan penyucian diri dan ia tidak dapat dicapai kecuali
dengan dzauq (rasa) dan wijdan (kekuatan batin)

E. HUBUNGA ANTARA SYARI’AT, THARIQAT, HAKIKAT, DAN MA’RIFAT


Uraian tentang syari’at, thariqat, haqiqah, dan ma’rifah di atas mengambarkan betapa
seriusnya para ulama sufi dalam upayanya memberi jalan bagi umat untuk mengamalkan
ajaran islam dengan mudah dan tepat, sehingga mengantarkan hamba menuju kebahagian
lahir dan batin.
Syariah itu diibaratkan sebagai perahu dimana ia menjadi sarana untuk sampai pada
tujuan, sementara thariqat bagaikan lautan luas yang tersedia sebagai wahana tempat
tujuan berada. Sedangkan haqiqat adalah laksana intan berlian mahal yang
menyenangkan hati sebagai tujuan perjalanan perahu. Dan ma’rifat itu adalah tujuan yang
terakhir.
Ber-thariqat dan ber-haqiqat (berada dilautan luas menggapai mutiara) tergantung
dengan syari’at (sarana perahu yang kokoh). Seorang tidak akan berhasil ber-thariqat dan
ber-haqiqat tanpa melalui syari’at. Dengan ungkapan lain, bahwa seseorang tidak akan
mendapatkan intan-mutiara tanpa menyediakan perahu dan menyemai lautan dalam.
Perumpamaan  keempat konseptersebut merupakan sebuah sistem dan struktur amalan
islam yang tidak dapat dipisah-pisah.
Ibarat buah manis suatu pohon, maka tidak bisa buah tersebut bermunculan terus
tanpa disuplai oleh akar-akar pohon, oleh karena kesemuanya merupakan satu struktur
sistematik. Sama halnya dengan satu buah berharga semisal durian. Seseorang tidak dapat
langsung memperoleh inti buahnya, kecuali terlebih dahulu harus mengupas kulit dengan
susah payah, dan beresiko terkena durinya, dan oleh sebab itu harus hati-hati.

8
Atas dasar ilustrasi seperti itu, ibadah-ibadah islam terus diwajibkan sepanjang hidup
manusia sembari diperoleh buah ibadah yang berupa ma’rifattullah yang menjadi hakikat
dan tujuan ibadah tersebut.
Dari uraian dan ilustrasi tentang syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat di atas dapat
dipahami, bahwa keempat tema tersebut adalah sebuah konseptualisasi terhadap islam
oleh para sufi dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan benar.
Singkatnya, konseptualisasi tersebut menggambarkan intensitas keislaman
pengamalanya, bukannya mengkotak-kotak islam menjadi empat dimensi terpisah.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Syari’at adalah undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh Allah SWT yang tegak
di atas dasar iman dan islam, berupa seperangkat hukum tentang perbuatan
zhahir/formal manusia yang diatur berdasarkan wahyu al-Qur’an dan hadits atau as-
sunnah.
2. Thariqat adalah suatu jalan atau metode tertentu dalam ibadah yang dilakukan oleh
seorang sufi dan diikuti oleh para muridnya dengan tujuan bisa berada sedekat
mungkin dengan Allah
3. Hakikat yaitu arti yang sebenarnya atau intisari atau isi akhiran. Sedangkan hakikat
islam ialah bebas dan bersih dari penyakit lahir dan bathin yang menimbulkan
perasaan nyaman, damai dan tentram serta menjadikan kita patuh dan taat pada segala
apa yang diperintahkan oleh-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya. Jadi Hakikat
adalah buah dari benih syariat yang pengamalannya melalui tarekat
4. Ma’rifat adalah mengenal Allah, baik lewat sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya maupun
perbuatan-perbuatan-Nya
5. Uraian tentang syari’ah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah di atas mengambarkan
betapa seriusnya para ulama sufi dalam upayanya memberi jalan bagi umat untuk
mengamalkan ajaran islam dengan mudah dan tepat, sehingga mengantarkan hamba
menuju kebahagian lahir dan batin

10
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalahmahsiswa.blogspot.com/2017/03/syariat-thariqat-hakekat-
dan-marifat.html?m=1
https://tomymuhlisin.blogspot.com/2014/11/contoh-makalah-syariat-tharikat-
hakikat.html
http://jalantasawuf.blogspot.com/2007/03/tahapan-tahapan-tasawuf.html
https://www.merdeka.com/sumut/tasawuf-adalah-ilmu-dalam-islam-yang-berfokus-
untuk-menjauhi-hal-hal-duniawi-kln.html

11

Anda mungkin juga menyukai