Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK


KODE MATA KULIAH (PMB60002)

ASISTEN: BELLA LARASATI


KELOMPOK 2/ KELAS B01

ARYA DITYA PRAWIRA 215080500111020

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan

segala karunia serta anugrah-Nya yang luar biasa sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan pada praktikum dasar-dasar mikrobiologi akuatik tahun

2021.

Kedua kami sampaikan terimakasih kepada asisten praktikum mata kuliah

Dasar-Dasar Mikrobiologi atas bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan

laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari

kata sempurna dikarenakan keterbatasan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu,

kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang

membangun dari berbagai pihak. Kami berharap laporan praktikum ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Malang, 20 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii


DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Maksud........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.................................................................2
BAB 2. ANALISIS PROSEDUR.................................................................................4
2.1 Sterilisasi Alat..............................................................................................4
2.2 Pengambilan Sampel dan Sentrifugasi........................................................8
2.3 Pembuatan Media........................................................................................8
2.4 Pengenceran Bakteri dan Jamur................................................................11
2.5 Penanaman Bakteri dan Jamur..................................................................12
2.6 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC.......................................14
2.7 Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytometer..................15
2.8 Isolasi Bakteri.............................................................................................16
2.9 Pewarnaan Gram.......................................................................................17
2.10 Pengambilan Sampel Alga.........................................................................17
2.11 Penentuan Kelas Alga...............................................................................18
2.12 Pengamatan Hifa dan Jamur.....................................................................18
BAB 3. ANALISIS HASIL........................................................................................20
3.1 Perbedaan Alat Sebelum dan Sesudah Sterilisasi.....................................20
3.2 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC.......................................22
3.3 Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytomete....................24
3.4 Pewarnaan Gram.......................................................................................26
3.5 Penentuan Kelas Alga...............................................................................27
3.6 Pengamatan Hifa pada Jamur...................................................................29
BAB 4. PENUTUP...................................................................................................31
4.1 Kesimpulan................................................................................................31
4.2 Saran.........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................33

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Perhitungan Koloni dengan Metode TPC..................................... 22


Gambar 2. Grafik Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytometer........................24
Gambar 3. Bakteri Gram Positif............................................................................... 26
Gambar 4. Chlorophyta............................................................................................ 28
Gambar 5. Jamur zygomycota................................................................................. 30

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Alat Sebelum dan Sesudah Sterilisasi.............................................. 21

v
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroba, yang juga disebut mikroorganisme menurut Hidayat, et al. (2018)

adalah makhluk hidup sesaat yang secara individu yang memiliki ukuran terlalu kecil

untuk dilihat langsung dengan mata telanjang dan terkadang terdiri dari satu sel.

Kelompok ini terdiri dari bakteri, jamur (ragi dan jamur), protozoa, ganggang

mikroskopik. Kelompok Ini juga mencakup virus, entitas non seluler dan terkadang

dianggap mengangkangi perbatasan antara kehidupan dan bukan kehidupan.

Mikroorganisme umumnya ditemukan di manapun dari di dataran hingga di perairan

bahkan di atmosfer. Mikroorganisme memiliki fungsi yang berbeda-beda antara satu

dengan yang lainya, diantaranya mikroorganisme yang hidup di dalam tanah dapat

berkontribusi pada pembentukan struktur tanah yang stabil karena mikroorganisme

tanah dapat mengeluarkan zat perekat yang tidak mudah larut dalam air.

Mikroorganisme sering dikaitkan sebagai organisme kecil yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit yang dapat mengancam tubuh manusia.

Namun, tidak sedikit mikroorganisme yang justru membantu menjaga keseimbangan

lingkungan hidup. Setiap mikroba memiliki peranan penting dalam setiap tingkatan

kehidupan di bumi yang berarti memiliki pengaruh besar juga terhadap kehidupan

manusia. Oleh karena itu, manusia perlu mempelajari dan mengembangkan

mikrobiologi dikarena dengan begitu kita dapat memanfaatkan potensi dan sekaligus

kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat ditimbulkan oleh makhluk hidup

mikroskopis.

1
1.2 Maksud

Maksud dari praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik adalah bertujuan

untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang sterilisasi, pembuatan

media, pengencerean, penanaman, teknik isolasi pada cawan petri, analisis

pewarnaan gram, pengamatan hifa pada jamur, dan perhitungan koloni bakterif

dengan metode TPC serta kepadatan sel bakteri dengan haemocytometer.

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik yaitu:

1. Mengetahui dan mampu mengenali alat-alat yang digunakan pada praktikum

serta cara sterilisasi alat dan bahan.

2. Mengetahui dan mampu mebuat media, melakukan pengenceran serta

penanaman bakteri dan jamur.

3. Mengetahui dan mampu melakukan teknik isolasi pada cawan petri.

4. Mengetahui dan mampu melakukan analisis pewarnaan gram.

5. Mengetahui dan mampu mengamati hifa jamur di bawah mikroskop.

6. Mengetahui dan mampu menghitung koloni bakteri dengan metode TPC.

7. Mengetahui dan mampu menghitung kepadatan Sel bakteri dengan

haemocytometer.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik dilaksanakan pada tanggal 15

Oktober - 24 Oktober 2021 untuk kelas B01 dan B02. Praktikum Dasar-Dasar

Mikrobiologi Akuatik dilaksanakan setiap hari Jumat dan Minggu. Praktikum ini

2
dilaksanakan dengan metode daring yaitu, dilakukan di rumah masing-masing

melalui aplikasi yang telah disediakan yaitu, aplikasi zoom.

3
BAB 2. ANALISIS PROSEDUR

2.1 Sterilisasi Alat

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh atau menghambat

semua jenis kehidupan mikroorganisme yang hidup dalam suatu benda. Sterilisasi

berfungsi menjaga kebersihan atau kesterilitas suatu benda yang akan

dipergunakan. Tujuan dari steriliasi alat itu sendiri agar ketika alat keluar dari

autoklaf, alat itu akan tetap dalam keadaan steril dan juga agar air panas yang di

hasilkan oleh autoklaf tidak akan merusak alat itu sendiri. Saat kondisi di dalam alat

terdapat media atau bahan lain yang disterilkan berfungsi agar uap yang dihasilkan

autoklaf tidak langsung mengenai media atau bahan lain yang akan disterilkan.

a. Cawan Petri

Cawan Petri merupakan wadah yang dipergunakan sebagai pembuatan

media atau medium pengembangbiakan untuk sel bakteri atau jamur, biasanya

cawan petri berbentuk bundar yang memiliki dua sisi, sisi bawah dengan ukuran

yang lebih kecil memiliki fungsi seagai wadah dans sisi bagian atas memiliki ukuran

yang lebih besar berfungsi sebagai tutup wadah. Cawan petri memiliki fungsi untuk

membiakkan mikroba. Media akan dituang ke cawan bagian bawah dan cawan

bagian berguna sebagai penutup. Cawan petri memiliki berbagai macam variasi

ukuran, diameter tetapi, cawan yang biasa digunakan berdiameter 15 cm dan bisa

menampung media sebanyak kurang lebih sebanyak 15-20 ml, sedangkan untuk

cawan yang memilikin diameter 9 cm kurang lebih dapat menampung media

sebanyak 10 ml. Proses pembungkusan cawan petri adalah sebagai berikut.

Pertama, siapkan kertas yang berguna untuk membungkus cawan petri. kedua,

4
apabila kita menggunakan kertas bekas yang terdapat tulisan, harus kita pastikan

sisi kertas tersebut berada di luar sehingga tinta tidak akan mengenai alat yang

nantinya akan menghambat proses penelitian kita. Ketiga, cara pembungkusan

cawan petri: kita balik cawan petri dengan posisi cawan yang berukuran kecil berada

di posisi atas dan yang berukuran besar berada di posisi di bawah, setelah itu

posisikan cawan tepat bagian tengah kertas pembungkus. Bagi kertas menjadi dua

bagian lalu lipat, kemudian lipat sisa kertas yang di atas seperti melipat ketika

membuat kipas setelah terbentuk lipat kedalam dan tarik hingga kencang. Terakhir,

lipat kertas bagian atas dan bawah dengan melipat sisi kanan dan kiri kertas ke

dalam dan lipat kertas ke belakang dan cawan sudah siap untuk disterilkan.

b. Pipet Volume

Pipet volume merupakan alat laboratorium yang terbuat dari kaca berbentuk

silinder panjang dengan ujung berbentuk runcing dan ujung pada bagian atas

terbuka yang apa bila dilihhat secara sekilas terlihat hampir sama seperti pipet ukur.

Di tengah-tengah dari pipet ini terdapat bagian yang membesar (gondok) dengan

ujung runcing dan pada bagian atas memiliki tanda goresan melingkar. Tepat

sampai tanda tersebut, volume larutan di dalam pipet sama dengan angka yang

tertera pada pipet tersebut. Alat ini digunakan untuk mengambil dan memindahkan

larutan secara tepat pada suatu volume tertentu sesuai dengan kapasitas alat.

Fungsi pipet volume untuk memindahkan cairan yang akan digunakan dalam proses

pengujian dengan jumlah yang sangat kecil atau ukuran lainnya yang diinginkan.

Cara penggunaanya yaitu, dengan menghisap cairan yang akan dipindahkan

dengan menggunakan mulut secara perlahan. Proses pembungkusan pipet volume

adalah sebagai berikut. Pertama, kita siapkan kertas, lalu dipotong menjadi 4

bagian. Apabila pada kertas terdapat tulisan atau bekas tinta, pastikan bekas

5
tersebut berada pada sisi luar sehingga tinta tersebut tidak mengenai alat yang

nantinya akan menghambat proses penelitian. Bungkus pipet volume dengan cara

menggulung kertas hingga menutupi semua bagian pipet volume dengan sempurna

dan harus kita pastikan tidak ada bagian yang dapat terlihat. Terakhir, lipat bagian

ujung atas dan bawah, lalu ikat dengan tali agar ketika proses pensterilan

berlangsung tidak ada lipatan yang terlepas dan alat siap disterilkan.

c. Blue Tip

Blue tip adalah alat laboratorium yang diintegrasikan dengan mikropipet yang

dimana blue tip itu sendiri berfungsi sebagai wadah untuk mengambil atau

memindah larutan dalam ukuran 100 µl sampai 1000 µl. Blue tip merupakan tip

memiliki volume paling besar apabila dibandingkan dengam tip lainnya dimana white

tip memiliki memiliki ukuran paling kecil yaitu, volume 10 µl – 20 µl. yellow tip

memiliki sedang dengan kapasitas volume 20 µl – 100 µl. blue tip hanya dapat

digunakan sekali pemakaian dan harus ditaruh pada wadah tertutup dengan cara

penggunaannya sebagai berikut; blue tip harus langsung ditancapkan dipasangkan

pada mikropipet dan pemasangan tidak boleh dipegang langsung dengan tangan

untuk menghindari kontaminasi dari pihak luar.

d. Autoklaf

Autoklaf merupakan alat sterilisasi basah dengan kapasitas penyimpanan

yang cukup besar. Prinsip kerjanya sendiri adalah membuat uap dari air mendidih,

yang meningkatkan suhu dan menciptakan tekanan, sehingga proses sterilisasi

cenderung lebih cepat daripada sterilisasi kering. Sterilisasi menggunakan Autoklaf

dilakukan dengan suhu 121°C dan menggunakan tekanan 1 atm/0,15 Mpa dan

kurang lebih proses ini berlagsung selama 15-20 menit, Oleh karena itu, mikroba

6
atau kontaminan yang terdapat pada alat dan bahan yang disterilkan dapat mati dan

terhamba pertumbuhanya, sehingga alat dan bahan menjadi steril.

Autoklaf memiliki beberapa variasi, namun pada pengoperasiannya hampir

sama yaitu, sebagai berikut; pertama, pastikan praktikan menaati setiap prosedur

perlengkapan saat berada di lingkungan laboratorium, siapkan autoklaf pastikan

penggunaan autoklaf pada ruang yang terbuka dan cukup lapang untuk pelepasan

uap, kemudian kita buka penutup autoklaf dan tuangkan air akuades ke dalam

autoklaf sampai batas melewati alat pemanas untuk menghindari pengendapan

kapur pada alat pemanas, tempatkan alat atau bahan yang akan disterilkan dalam

autoklaf, kemudian tutup autoklaf secara diagonal agar tekanannya seimbang dan

autoklaf selalu tertutup rapat untuk mencegah uap air panas keluar dari autoklaf

setelah autoklaf tertutup rapat, pastikan bahwa katup keluar uap / katup pengaman

dihentikan atau dihentikan. Selanjutnya, putar autoklaf ke posisi on sampai lampu

control berubah menjadi kuning. Setelah itu, atur suhu ke suhu paling tinggi

sehingga lampu pemanas berubah menjadi hijau, kemudian tunggu sampai autoklaf

mengeluarkan uap dan tutup side safety valve, lalu pastikan suhu mencapai suhu

sterilisasi. Kemudian, turunkanlah suhu sampai lampu sterilisasi berwarna kuning.

Setelah itu nyalakan timer dan set waktu pada 15 menit. saat alarm telah berbunyi

mengartikan proses sterilisasi telah berakhir. Kemudian turunkan Kembali

temperature ke minimal dan matikan alat autoklaf pada posisi off. Setelah posisi off

bukalah klep secara perlahan sampai jarum menunjuk pada angka nol. Terakhir,

tutuplah autoklaf dapat dan proses sterilisasi pun berakhir.

7
2.2 Pengambilan Sampel dan Sentrifugasi

Sentrifugasi merupakan proses memisahkan partikel berdasarkan berat jenis

partikel tersebut terhadap densitas layangnya (buoyant density), sehingga partikel

yang berat jenisnya lebih berat akan berada pada lapisan bawah, sedangkan partikel

yang berat jenisnya lebih ringan akan berada pada lapisan atas. Pemisahan

sentrifugal adalah menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal

pada kecepatan tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang

berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak

menuju ke pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang

berlawanan yang menuju ke arah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut

adalah gaya sentrifugasi. Sampel adalah sebagian dari populasi yang

karakteristiknya hendak diteliti, jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi

maka bisa dikatakan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian sampel. Ada

beberapa metode yang digunakan untuk pengambilan sampel salah satunya yaitu,

pengambilan sampel dengan sistem diagonal, pengambilan sampel dilakukan

dengan sistem diagonal. Terdapat 5 titik atau unit sampel atau sub-lokasi dalam satu

lahan. Jadi sampel diambil pada titik atau pada unit sampel.

2.3 Pembuatan Media

a. TSA

Tryptic Soya Agar (TSA) adalah medium pertumbuhan yang pada umumnya

digunakan di laboratorium mikrobiologi. Tryptic Soya Agar (TSA) dipergunakan untuk

melakukan kultivasi, isolasi mikroorganisme yang fastidious atau nonfastidious, dan

untuk membuat stok kultur. Skema kerja pembuatan media TSA adalah sebagai

8
berikut. Pertama, lakukan perhitungan menggunakan rumus. Kebutuhan media TSA

yang akan digunakan untuk media pertumubuhan setelah mendapatkan hasil

timbang media sesuai dengan hasil yang di peroleh ukur juga akuades yang

dibutuhkan. Kedua, homogenkan media TSA dan akuades didalam erlenmayer.

Ketiga, homogenkan tutup ujung erlenmayer dengan kapas dan lapisi menggunakan

alumunium foil. Keempat, ikat dengan karet agar tidak lepas. Kelima, Sterilkan di

dalam autoklaf selama 15 menit media steril dan siap untuk digunakan. Rumus

pembuatan media TSA:

TSA = ∑ Cawan Petri 20 ml = … Gram

b. TSB

Truptic Soya Broth (TSB) adalah media yang sering digunakan untuk

menumbuhkan atau menanamkan sampel bakteri, media ini banyak mengandung

kasein dan pepton kedelai yang sangat baik untuk menyediakan asam amino

dansubstansi yang nantinya akan dibutuhkan bakteri ketika proses penumbuhan.

Proses dalam pembuatan media TSB adalah sebagai berikut. Pertama-tama hitung

media yang dibutuhkan menggunakan rumus yang sudah di tentukan, kemudian

timbang media TSB, lalu ukur akuades yang dibutuhkan untuk pencampuran media

TSB. Homogenkan media TSB dan akuades di dalam erlenmayer, setelah selesai di

homogenkan tutup ujung erlenmayer dengan kapas dan lapisi dengan alumunium

foil, ikat ujung erlenmayer dengan karet agar alumunium foil tidak terlepas.

Panaskan media dengan hot plate, lalu tuangkan kedalam tabung reaksi sebanyak

10 ml dan tutup ujung tabung reaksi menggunakan kapas, lapisi dengan alumunium

foil dan plastic wrap untuk melindungi media saat proses sterilisasi di dalam alat

9
autoklaf. Sterilkan media di dalam autoklaf selama 15 menit, media telah steril dan

siap untuk di gunakan. Rumus pembuatan media TSB:

TSB= ∑ Tabung ReaksI 10 ml = … Gram

c. PDA

Potato Dextrose Agar (PDA) adalah salah satu media yang dipergunakan

untuk pertumbuhan jamur. media ini mengandung banyak ekstrak kentang dan

karbohidrat. selain mengandung karbohidrat yang banyak. media ini juga

mengandung glukosa, sehingga media ini begitu cocok digunakan sebagai media

pertumbuhan jamur. Berikut adalah skema kerja dalam proses pembuatan media

PDA. Pertama, hitung media PDA yang diperlukan menggunakan rumus yang

telah ditentukan. Kedua, Timbang media PDA berdasarkan hasil perhitungan awal.

Ketiga, ukurlah akuades yang dibutuhkan. Keempat, homogenkan media PDA dan

akuades menggunakan alat erlenmayer. Kelima, tutuplah ujung alat erlenmayer

dengan kapas dan gunakan alumunium foil sebagai pelapis. Keenam, ikatlah

dengan karet agar aluminium foil tidak terlepas. Ketujuh, Panaskan media PDA

yang telah dihomogenkan menggunakan alat hot plate. Terakhir, Sterilkan

menggunakan alat autoklaf selama 15 menit dan media steril sudah siap untuk

digunakan. Rumus pembuatan media PDA:

PDA = ∑ Cawan Petri yang dipakai 20 = … Gram

d. Na-Fisiologis

10
Larutan Na-Fisiologis atau yang dikenal sebagai cairan infus atau cairan

isotonis ini mempunyai kandungan larutan garam dengan konsentrasi 0,9%.

Cairan infus sendiri memiliki kisaran harga yang cukup mahal. kita juga dapat

membuat cairan ini sendiri menggunakan bahan dan kegunaan yang relatif sama.

Skema kerja dalam proses pembuatan Na-Fisiologis adalah sebagai berikut.

Pertama, hitung larutan NaCl sesuai dengan yang kita butuhkan. Pembuatan

cairan Na-Fisiologis menggunakana rumus yang telah di tentukan, setelah hasil

ukur cairan NaCL sudah ditentukan, masukkanlah larutan NaCL ke dalam beaker

glass. Kemudian, Ukur akuades yang diperlukan menggunakan gelas ukur.

Setelah itu, homogenkan bersamaan dengan larutan NaCL, setelah mendapatkan

NaFis sebanyak 0,9 % masukkanlah ke dalam tabung reaksi masing-masing

kurang lebih sebanyak 9 ml, lalu tutup tabung reaksi menggunakan kapas. Setelah

menutup tabung reaksi masukkan kedalam beaker glass dan tutup beaker glass

menggunakan aluminum yang berguna untuk melindungi media pada saat proses

sterilisasi. Sterilkan media menggunakan alat autoklaf selama jangka waktu 15

menit. Terakhir, larutan NaFis yang telah disteril dan media sudah siap untuk di

gunakan. Rumus dalam pembuatan Na-Fisiologis:

Na-Fis = ∑ Tabung Reaksi 9 ml = … Gram

2.4 Pengenceran Bakteri dan Jamur

Pengenceran adalah suatu cara untuk mengurangi kepadatan dari bakteri

dengan mengurangkan nutrient pada tempat bakteri. Pengenceran dilakukan

11
dengan sistem pengenceran bertingkat untuk memudahkan proses pengenceran,

karena semakin tinggi konsentrasi maka semakin rendah densitas bakteri. Langkah-

langkah proses pengenceran ditandai dengan 10-1, 10-2P, dll, arti 10-1 sesuai dengan

rasio dalam 10 ml larutan campuran per 1 ml sampel dan seterusnya. tumbuh.

pengenceran bertujuan mengurangi kepadatan populasi pada sempel.

Proses dalam pengenceran bakteri adalah sebagai berikut. Pertama ambil 1

ml sampel bakteri yang telah melalui prosws sentrifugasi dan masukkan ke dalam

tabung reaksi satu dan dicatat 10-1, setelah diberi tanda dihomogenkan dengan

vortex mixer, untuk melakukan tingkatan di atasmya, ambil Kembali sebnayak 1 ml

sampel yang berasal dari tabung reaksi satu dan pemindahan ke dalam tabung

reaksi dua. Kemudian, tulis 10-2 sebagai penanda, lakukan proses tersebut berulang

kali sampai tabung reaksi ke 10-7. Proses penanaman bakteri biasanya dilakukan

pada tabung reaksi yang ke 10-5. 10-6, dan 10-7 sebanyak 1ml. Terdapat beberapa

tahap proses pengenceran. pertama, ambil 1 ml sampel yang telah disentrifugasi

dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1, dan ditandai dengan 10 -1. Kemudian

dihomgenkan dengan menggunakan vortex mixer dan lakukan proses tersebut

hingga mendapatkan tabung reaksi yang ke 10-3. Penanaman jamur biasanya

diambil dari sampel 10-2 dan 10-3 sebanyak 0,1 ml.

2.5 Penanaman Bakteri dan Jamur

Inokulasi merupakan pemindahan bakteri dari media (tempat) lama menuju

media baru dengan ketelitian yang sangat tinggi. Alat-alat yang digunakan pada

praktikum dasar-dasar mikrobiologi akuatik pada materi penanaman bakteri dan

jamur adalah botol film, tube, sentrifuge, hot plate, gelas ukur 100 ml, washing bottle,

nampan, bunsen, rak tabung reaksi, tabung reaksi, pipet volume, bola hisap,

12
mikropipet, triangle, cawan petri, beaker glass (250 ml), erlenmeyer, autoklaf,

timbangan digital, vortex mixer, spatula, kulkas, korek api, inkubator, dan spayer.

Bahan-bahan yang digunakan pada materi ini adalah air sampel, plastic wrap, karet,

kertas label, kapas, alumunium foil, blue tip, NaFis steril, PDA, TSA, TSB, NaCl

teknis, spiritus, plastik, air, serta alkohol 70%. Skema kerja pada proses penanaman

bakteri dan jamur adalah sebagai berikut.

a. Metode Tuang (Bakteri)

Metode tuang merupakan metode untuk meperoleh biakan murni dari

populasi campuran mikroorganisne dengan cara mengencerkan specimen yang

kemudian dituangkan kedalam cawan steril dan diikuti dengan menuangkan medium

agar yang telah dicairkan dan didinginkan pada suhu ±45°C, yang nantinya akan

dihomgenkan dengan cara menggoyangkan cawan petri membentuk angka 8.

Skema kerja penanaman pada sampel bakteri menggunakan metode tuang adalah

sebagai berikut, pertama yaitu, menuangkan sampel sebanyak 1 ml (1000 µl)

dengan menggunakan mikropipet pada cawan petri kemudian dimasukkan media

TSA sebanyak 15-20 ml pada masing-masing cawan petri, selanjutnya ditunggu

sampai membentuk agar, setelah itu dibungkus dengan plastic wrap dan cawan petri

dibalik, langkah terakhir dilakukan inkubasi selama 24 jam di dalam inkubator.

b. Metode Tebar (Jamur)

Prinsip metode tebar hampir sama dengan metode tuang, prinsip metode

tebar dilakukan dengan cara menginokulasi kultur pada permukaan media.

Penyebaran sispensi sampel pada permukaan media agar sangat mudah

terkontaminasi. Skema kerja pada metode tebar yaitu, langkah pertama

memasukkan media PDA sebanyak 15-20 ml ke dalam cawan petri, tunggu hingga

menjadi agar kemudian masukkan sampel sebanyak 0,1 ml (100µl) dan ratakan

13
menggunakan triangle, kemudian bungkus dengan plastic wrap, setelah itu cawan

petri dibalik, langkah terakhir yaitu, lakukan inkubasi dalam inkubator selama 36 jam

kemudian didapatkan hasil.

c. Metode Cair (Bakteri)

Skema kerja penanaman pada sampel bakteri menggunakan media cair

yaitu, langkah pertama menuangkan sampek sebanyak 1 ml (1000µl) dengan

mikropipet pada tabung reaksi yang berisi media TSB, tutup menggunakan kapan,

kemudian bungkus dengan plastic wrap, setelah itu masukkan ke dalam beaker

glass dan bungkus lagi menggunakan aluminium foil, langkah terakhir yaitu, lakukan

inkubasi selama 24 jam di dalam inkubator dan kemudian didapatkan hasil.

2.6 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi akuatik untuk perhitungan koloni

menggunakan beberapa bahan-bahan. Pertama, koloni bakteri yang berguna

sebagai sampel yang akan dihitung. Kedua, TSA sebagai tempat tumbuh bakteri

untuk perhitungan metode TPC. Ketiga, kapas sebagai penutup wadah media TPC.

Keempat, larutan dengan kadar alkohol 70% yang berguna untuk membersihkan

alat. Kelima, tisu sebagai pengering alat yang sudah digunakan.

Metode perhitungan ini memiliki beberapa syarat. Perhitungan ini

menggunakan pengenceran yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah bakteri.

Keberhasilan perhitungan ini jika alat dan bahan steril. Pada perhitungan bakteri

dengan metode TPC terdapat beberapa Langkah-langkah sebagai berikut. Pertama,

Persiapan media, pengenceran, dan kultur bakteri. Kedua, Bakteri diambil dari

cawan petri dengan isi medium dan sampel dari incubator. Persyaratan perhitungan

koloni menggunakan metode TPC – SNI yaitu, berkisar antara 25 – 250 koloni, tidak

14
TBUD (Too Many to Count), dan penyebar atau koloni juga tidak melebihi cawan

petri. Keempat, Hitung koloni bakteri yang telah di inkubasi dengan colony counter.

Terakhir, Hitung jumlah koloni bakteri yang ditemukan dengan rumus:

Keterangan:

N : Jumlah koloni produk (koloni/ml)


∑C : Jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung
n1 : Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung
n2 : Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d : Pengenceran pertama yang dapat dihitung

2.7 Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytometer

Perhitungan koloni bakteri dengan haemocytometer terdapat beberapa

bahan-bahan yang diperlukan untuk perhitungan. Pertama, koloni bakteri sebagai

sampel yang akan di hitung. Kedua, TSB sebagai media tempat tumbuh bakteri

untuk haemocytometer. Ketiga, kapas untuk penutup wadah media TSB. Keempat,

larutan alkohol dengan kadar 70% sebagai pembersih alat. Kelima, tisu sebagai

pengering alat yang telah digunakan.

Pada perhitungan bakteri dengan Haemocytometer terdapat beberapa

Langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, Mengambil 1 ml sampel bakteri. Kedua,

Sampel diancerkan ke dalam 10 atau 15 ml akuades. Ketiga, dihomogenkan.

Keempat, Diambil 1 tetes setelah itu dimasukkan ke dalam haemocytometer yang

telah ditutup cover glass. Kelima. Amati hasil di bawah mikroskop perbesaran 40x,

15
100x, 400x, dan 1000x. Terakhir, Kemudia hitung jumlah kepadatan bakteri dengan

rumus:

Keterangan:

N : Jumlah kepadatan bakteri (sel/ml)


Pi : Jumlah sel bakteri pada 5 bidang pandang
5 : Jumlah bidang pandang
p : Banyaknya pengenceran

2.8 Isolasi Bakteri

Isolasi bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari media atau tempat

lama di alam ke media yang baru dengan cara menanam atau menebar bakteri di

medium baru. Tujuan dari isolasi ini adalah memindahkan mikroorganisme dari

lingkungan lama ke lingkungan baru untuk mendapatkan biakan murni agar dapat

mengidentifikasi suatu jenis bakteri tertentu.hal ini dilakukan dengan menumbuhkan

bakteri pada media padat baru sehingga sel-sel mikroba membentuk coloni baru

pada media baru. Proses isolasi miroba merupakan pemisahan mikroba satu

dengan mikroba lainya yang berasal dari campuran berbagai jenis mikroba agar

dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat mikroba lain.

Terdapat skema kerja atau proses pemindahan bakteri dari media lama ke

media baru sebagai berikut. Pertama, siapka alat dan bahan terlebih dahulu. Kedua,

nyalakan bunsen dengan menggunakan korek. Ketiga, panaskan ose loop di atas

Bunsen dan ambil 1 sel bakteri dengan menggunakan ose loop lalu goreskan ose

loop pada medium isolasi (TSA) dengan metode 4 kuadran. Kelima, bungkus

16
medium dengan plastic wrap, dan langkah terakhir yaitu, lakukan inkubasi selama 24

jam di dalam inkubator kemudian didapatkan hasil.

2.9 Pewarnaan Gram

Salah satu sifat mikroorganisme yaitu, tidak bisa membiaskan cahaya, oleh

karena itu diperlukan dilakukannya pewarnaan Gram dalam rangka mempermudah

pengamatan sel bakteri. Pewarnaan Gram merupakan metode yang digunakan

dalam membedakan bakteri Gram positif dengan bakteri Gram negatif berdasarkan

warna yang tampak dibawah mikroskop. Pewarnaan Gram selain digunakan untuk

membedakan antara Gram positif dan Gram negatif, juga digunakan untuk

mengetahui bagaimana bentuk bakteri dan susunan bakteri. Terdapat beberapa

langlah dalam Skema kerja atau proses pewarnaan Gram pada bakteri. Pertama,

ambil sampel bakteri menggunakan ose loop lalu digesekkan pada object glass

bersamaan dengan difiksasi di atas Bunsen. Kedua, tetesi cairan atau kristal ungu

dan didiamkan selama satu menit. Ketiga diamkan selama satu menit bilas dengan

menggunakan akuades. Keempat, tetesi menggunakan iodium dan diamkan selama

dua menit, setelah dua menit bilas lagi dengan menggunakan akuades, kelima,

semprotkan menggunakan larutan dengan kadar alkohol 70% dan bilas lagi dengan

akuades. Keenam, teteskan lagi dengan safranin dan diamkan selama menit

dan bilas dengan akuades. Terakhir, amati dibawah mikroskop dengan besaran 40x,

100x, 400x dan 1000x dan lakukan dokumentasi hasil dari pengamatan.

17
2.10 Pengambilan Sampel Alga

Proses dalam pengambilan alga terdapat beberapa langkah. Pertama,

siapkan alat yang akan kita digunakan untuk pengambilan sampel seperti botol film,

pipet tetes, kertas label dan bulpen untuk memberi tanda pada sampel. Kedua,

Tandai botol film dengan kertas label yang berisi lokasi pengambilan sampel.

Ketiga, Ambil air kolam dengan menggunakan pipet tetes. Keempat, masukkan air

kolam yang telah diambil dengan pipet tetes ke dalam botol film dan

dokumentasikan. Setelah semua rangkaian proses maka sampel telah siap untuk

diteliti lebih lanjut.

2.11 Penentuan Kelas Alga

Penentuan kelas alga merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui sampel yang diambil termasuk dalam kelas alga yang mana. Langkah

pertama, ambil air sampel yang akan diteliti menggunakan pipet tetes lalu letakkan

di dalam bottle film dan dokumentasikan, setelah pengambilan air sampel

selanjutnya menuju pembuatan preparat. Langkah pertama yaitu, kalibrasi object

glass menggunakan akuades dan dilap menggunakan tisu secara searah,

selanjutnya tetesi object glass dengan sampel alga dan botol film sebanyak 1 tetes

dan ditutup menggunakan cover glass dengan kemiringan 45°, ulangi kembali jika

terdapat gelembung dan dokumentasikan. Kemudian Langkah terakhir penentuan

kelas alga yaitu, letakkan sampel alga dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x,

100x, 400x, dan 1000x. tentukan filum alga berdasarkan pengamatan di miskroskop

dan dokumentasikan.

18
2.12 Pengamatan Hifa dan Jamur

Pengamatan hifa dan jamur bertujuan untuk mengetahui karakteristik,

morfologi dan jenis dari hifa dan jamur. Pada pengamatan hifa dan jamur terdapat

beberapa alat bahan. Pertama, spiritus sebagai isi Bunsen untuk pengkondisian

aseptis. Kedua, alkohol sebagai larutan pengkondisian aseptis. Ketiga, NaFis

sebagai larutan yang memperjelas bayangan saat identifikasi jamur menggunakan

teleskop. Keempat, jamur sebagai sampel yang diamati. Keelima, alumunium foil

sebagai pembungkus beaker glass dan tabung reaksi yang berisi agar miring setelah

diisolassi. Keenam, tisu sebagai pembersih object glass. Ketujuh, kertas label untuk

pemberi tanda alat. Kedelapaan, alkohol untuk membersihkan alat. Setelah semua

alat dan bahan telah lengkap proses pengamtan dapat dimulai. Proses

pengamatannya adalah sebagai berikut, langkah pertama pijarkan ose loop yang

sudah dipijarkan lalu goreskan pada cover glass, tetesi dengan Na-Fisiologis

sebanyak 1 tetes, kemudian tutup dengan object glass cekung dengan sudut 45°

dan balik object glass. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x, 100x,

400x, dan 1000x dan dokumentasikan.

19
BAB 3. ANALISIS HASIL

3.1 Perbedaan Alat Sebelum dan Sesudah Sterilisasi

Objek sebelum sesudah


Cawan - Berdebu - Berembun
petri - Kusam - bersih
- Kotor
Bluetip - kotor - bersih
- kusam - serembun
Pipet - berdebu - bersih
volume - kusam - berembun
Table 1. Perbedaan Alat Sebelum dan Sesudah Sterilisasi

Steriliasi memiliki bertujuan untuk membunuh mikroba pada alat dan bahan

dengan memanfaatkan suhu tinggi. Terdapat perbedaan pada benda dengan

kondisi telah di sterilisasi dengan benda dengan kondisi belum disterilisasi.

Sebelum di sterilisasi kondisi cawan petri masih berdebu, kusam, dan kotor,

sedangkan setelah disterilisasi kondisi cawan petri menjadi bersih dan berembun.

Sebelum di sterilisasi kondisi bluetip masih kotor dan kusam, sedangkan kondisi

setelah sterilisasi kondisi bluetip menjadi bersih dan berembun. Pada pipet volume

terdapat perubahan yang sama seperti alat-alat yang lainya. Kondisi pipet volume

sebelum disterilisasi adalah berdebu dan kusam, sedangkan kondisi setelah

disterilisasi bersih dan berembun

Pada praktikum mensterilkan terdapat alat-alat yang dapat kita pergunakan

untuk mensterilkan alat dan bahan untuk keperluan praktikum. Kita dapat

mensterilkan peralatan seperti ose loop, jarum, dan spatula dengan membakar

ujung peralatan menggunakan pembakar Bunsen. Hal itu dilakukan untuk

mencapai kondisi yang disebut aseptis atau keadaan dimana lingkungan terkontrol

20
dari kehidupan-kehidupan mikroba. Kita dapat membedakan sterilisasi menjadi

dua yaitu, kering dan basah. Terdapat beberapa perbedaan di antara sterilisasi

basah dan kering. Pada sterilisas kering kita mengguanakan oven dengan suhu

160 - 170°C dengan kurun waktu 1-2 jam. Pada sterilisasi basah kita

menggunakan autoklaf dengan suhu 121°C dan pada tekanan 1 atm selama kurun

waktu 1 jam (Andriani, 2016).

Menurut data-data hasil praktikum sterilisasi memberikan dampak yang

signifikan pada kondisi alat yang disterilkan. Perbedaan kondisi pada benda saat

sebelum dan sesudah sterilisasi membuktikan bahwa mensterlisisakan alat

menggunakan oven dan autoklaf terbukti efektif. Sterilisasi menggunakan autoklaf

memerlukan waktu yang lebih cepat dikarenakan autoklaf melibatkan tekanan

dalam proses sterilisasinya. Apa bila kita lihat suhu dan waktu yang digunakan

sterilisasi terbukti lebih efektif dikarenakan memerlukan suhu yang lebih rendah

dan waktu yang lebih sedikit. Keterlibatan penggunaan tekanan pada sterilisasi

memiliki dampak yang cukup signifikan berdasarkan litelatur yang didapatkan.

21
3.2 Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

Perhitungan Koloni Metode TPC


350 327,1
291,1 292,5
300
Jumlah Koloni (x 105 CFU)

248,4
250
205,2
200

150
92,5
100

50

0
K1 K2 K3 K4 K5 K6

Kelompok

Gambar 1. Gambar Koloni Bakteri dengan Metode TPC

Hasil perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC dari enam kelompok

pada praktikum dasar-dasar mikrobiologi mendapatkan hasil yang berbeda-beda.

Kelompok pertama pada perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC

mendapatkan hasil 92,5 x 105. Kelompok ke dua pada perhitungan koloni bakteri

dengan metode TPC mendapatkan hasil 291,1 x 105. Kelompok ke tiga pada

perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC mendapatkan hasil 248,4 x 10 5.

Kelompok keempat pada perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC

mendapatkan hasil 205,2 x 105. Kelompok ke lima pada perhitungan koloni bakteri

dengan metode TPC mendapatkan hasil 327,1 x 105. Kelompok ke enam pada

perhitungan koloni bakteri dengan metode TPC mendapatkan hasil 292,5 x 10 5.

Kelompok pertama memiliki jumlah koloni terkecil dari kelima perhitungan kelompok

22
yang lain. Kelompok lima memiliki perhitungan bakteri dengan metode TPC memiliki

hasil hitungan jumlah koloni tertinggi dibandingkan dengan perhitungan kelompok

lain. Setiap kelompok memiliki hasil yang berbeda-beda dikarenakan perbedaaan

kondisi sampel yang dimiliki oleh masing-masing kelompok dan juga pengaruh faktor

lain.

Jumlah perhitungan kolony Vibrio sp pada tiap-tiap lokasi budidaya tambak

udang dibagi menjadi lima kategori. Pertama, kategori tambak yang berdekatkan

dengan Kawasan pertanian. Kedua, kategori tambak yang berdekatkan dengan

pemukinan. Ketiga, kategori tambak yang berdekatkan dengan muara. Keempat,

kategori tambak yang berdekatan dengan Kawasan mangrove. Terakhir, kategori

tambak yang tidak termasuk ke empat kategori yang lain nya. Tambak yang

berdekatan dengan Kawasan pertanian memiliki potensi memiliki kualitas air tambak

yang terganggu oleh pestisida yang berasal daro buangan pertanian. Tambak yang

berdekatan dengan pemukimanan memiliki pencemaran air dikarenakan banyaknya

polutan yang berasal dari pemukiman yang masuk ke dalam saluran air tambak.

Tambak yang berdekatan di muara memiliki populasi koloni Vibrio sp yang paling

tinggi dikarenakan muara menjadi saluran terakhir dari limbah pertanian dan

pemukiman. Tambak yang berkawasan berdekatan dengan 23awasan mangrove

memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah koloni Vibrio sp dikarenakan

ditemukannya jumlah isolasi bakteri pada 23awasan mangrove lebih sedikit

dibandingkan pada area tidak ada mangrove. Tambak yang jauh dari pemukiman,

pertanian, dan mangrove memiliki jumlah koloni Vibrio sp yang masih dalam kategori

aman dikarenakan tidak adanya zat pencemaran yang masuk ke dalam tambak

(Idami dan Nasution, 2020).

23
Perhitungan koloni bakteri menggunakan metode TPC memiliki banyak

manfaat bagi kita terutama untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pencemaran di

suatu perairan. Setiap perairan memiliki kadar pencemaran yang berbeda-beda

dikarena kan setiap perairan memiliki kondisi yang berbeda-beda. Tingkat

pencemaran pada suatu perairan dapat diidentifikasi berdasarkan besar kecilnya

jumlah koloni bakteri dari perhitungan TPC. Oleh karena itu, Kondisi perairan yang

baik untuk budidaya perairan adalah perairan yang memiliki jumlah koloni Vibrio sp

yang rendah karena mengartikan tingkat pencemaran pada perairan itu rendah.

3.3 Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytomete

Perhitungan Kepadatan Sel Bakteri Kelompok 1-6


1600
Jumlah Sel x 105 (sel/ml)

1370
1400

1200
1000

800 740 730 735


635
580
600

400

200

0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Jumlah Sel

Gambar 2. Grafik Kepadatan Sel Bakteri dengan Haemocytomete

Setiap kelompok dari mulai kelompok 1-6 memilki hasil perhitungan

kepadatan sel bakteri menggunakan Haemocytometer memiliki hasil yang berbeda.

Kelompok satu memperoleh perhitungan kepadatan bakteri dengan angka 740 x 105.

24
sel/mL. Kelompok dua memperoleh perhitungan kepadatan bakteri dengan angka

580 x 105 sel/mL. Kelompok tiga memperoleh perhitungan kepadatan bakteri dengan

angka 1370 x 105 sel/mL. Kelompok empat memperoleh perhitungan kepadatan

bakteri dengan angka 730 x 105 sel/mL. Kelompok lima memperoleh perhitungan

kepadatan bakteri dengan angka 735 x 105 sel/mL. Kelompok lima memperoleh

perhitungan kepadatan bakteri dengan angka 635 x 105 sel/mL.

Dalam perhitungan Kepadatan sel Chlorella sp. kita dapat menggunakan alat

yang biasa disebut haemocytometer. Alangkah baiknya sebelum kita menggunakan

alat haemocytometer menggunakan dibersihkan menggunakan akuades lalu

dikeringkan dengan menggunakan tissue. Dalam penutupan hemocytomete kita

perlu memerhatikan prosese penutupan alat dikarebakan untuk mencegah adanya

timbul gelemubung. Proses perhitungan dimulai dengan meneteskan pada

haemocytometer menggunakan pipet pada parit yang melintang. Luas permukaan

bergaris haemocytometer = 1 mm2 dengan kedalamannya = 0,1 mm. volume sampel

di atas permukaan bergaris = 1 mm 2 x 0,1 mm = 0,1 mm 3 atau 0,0001 cm3 atau

0,0001 mL. Misalkan jumlah sel adalah N, berarti dalam 0,1 mm 3 terdapat N sel. Jadi

dalam 1 cm3 atau 1 mL jumlah Chlorella sp. adalah N x 104 (Mujiman, 2000).

Berdasarkan data table di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok

memiliki hasil perhitungan yang berbeda-beda dikarenakan ketidak samaan kondisi

sampel tiap kelompok. Pada perhitungan kepadatan sel bakteri kelompok yang

mendapatkan hasil tertinnggi adalah kelompok tiga. Kelompok dengan perhitungan

kepadatan sel bakteri terendah adalah hasil perhitungan kelompok dua. Perhitungan

kepadatan bakteri dapat menggunakan peralatan mikroskop dengan perbesaran

40x, 100x, 400x, sampai dengan 1000x. kita harus memastikan penutupan alat

25
harus dilakukan dengan benar dikarenakan dapat menimbulkan masalah pada alat

yang digunakan

3.4 Pewarnaan Gram

Gambar 3. Bakteri Gram Positif

Terlihat pada gambar di atas warna yang muncul merupakan warna ungu

yang menandakan sampel di atas termasuk Gram positif. Bakteri Gram positif

memiliki dinding sel yang terdapat lapisan peptidoglikan yang tebal dan

mengandung lipid yang lebih rendah, sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah

terdehidrasi akibat alkohol. Dinding sel yang terdehidrasi mengakibatkan ukuran

pori-pori sel berubah menjadi kecil dan daya permeabilitasnya menjadi berkurang,

sehingga zat warna ungu kristal yang merupakan zat warna utama tidak dapat

keluar dari sel dan sel tetap bewarna ungu. Bakteri Gram positif dapat diidentifikasi

memiliki warna ungu sedangkan bakteri Gram negatif dapat diidendifikasi memiliki

warna merah. Hasil pewarnaan kelompok satu sampai dengan enam didapatkan

Kelompok 2, 3, 4, dan 6 mendapatkan hasil bakteri Gram positif. Kelompok yang

26
mendapatkan hasil bakteri Gram negatif adalah kelompok 1 dan 5. Pada kelompok 2

didapatkan hasil bakteri Gram positif karena bakteri yang terlihat berwarna ungu.

Pewarnaan Gram menurut Trijeri et al.¸ (2019), menujukkan bahwa pada

pewarnaan Gram terdapat 2 jenis bakteri yaitu, bakteri Gram positif dan Gram

negatif. Tujuan dari kegiatan pewarnaan Gram ini agar mempermudah penelitian

lebih lanjut pada bakteri tersebut. Kelebihan metode pewarnaan Gram ialah salah

satu metode paling sederhana dan juga murah untuk diagnosis cepat infeksi bakteri.

Metode ini jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan kultur bakteri. Kekurangan

dari metode inii ialah hanya dapat mengetahui ukuran dan bentuk bakteri serta

hanya dapat melihat struktur dalam bakteri dengan zat warna saja.

Kelompok 2 mendapatkan bakteri Gram positif karena pada terjadinya

pengamatan bakteri memperlihatkan warna ungu. Bakteri Gram positif juga

didapatkan pada kelompok 3,4, dan 6. bakteri Gram negatif didapatkan oleh

kelompok 1 dan 5. Pewarnaan Gram ini bertujuan agar mempermudah melihat

bakteri secara mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur

bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia

khas dari bakteri dengan zat warna. Bakteri Gram positif dapat diidenfikas dengan

sel bakteri yang berwarna ungu. bakteri Gram negatif ditandai dengan warna

merah.

27
3.5 Penentuan Kelas Alga

Gambar 4. Chlorophyta

Praktikum dasar-dasar mikroniologi yang bertepatan pada tanggal 24 oktober

2021. Praktikum untuk kesempatan kali ini menggunakan dua jenis alga, yaitu

chynophyta (alga biru-hijau) dan chlorophyta alga (alga hijau). Pada kesempatan kali

kelompok satu dan tiga mendapatkan sampel alga chynophyta (alga biru-hijau).

Kelompok 2, 4, 5, dan 6 mendapatkan sampel chlorophyta (alga hijau). Contoh dari

spesies dari divisi cyanophyta adalah Anabaena, Aphanothece, Oscillatoria. Setiap

alga yang diteliti memiliki perbedaan jenis berdasarkan warnanya.

Cyanobacteria adalah bakteri yang bersifat fotosintetik dikarenakan memiliki

klorofil. Cyanobacteria memiliki ciri berpigmen klorofil A, karatenoid, dan

fikobiliprotein yang memungkinkan Cyanobacteria untuk melakukan proses

fotosintesis. Cyanobacteria yang ditemukan pada praktikum dasar-dasar

mikrobiologi merupakan anggota dari kelas Hormogoneae dan Cyanophyceae.

Divisi Cyanobacteria sendiri terdiri atas beberapa mikroalga hijau-biru dan bersifat

unisesuler, berfilamen atau berkoloni, tidak memiliki membran internal, tidak memiliki

organel/nucleus. memiliki beberapawarna mulai dari hijau-biru, hijau-hijau, ungu,

cokelat, merah-jingga tergantung pada konsentrasi pigmen klorofil, fikosianin, dan

fikoeritin. Terdapat 1.500 spesies dari divisi Cyanobacteria. Divisi ini bercirikan

28
memiliki warna hijau kebiruan yang disebabkan oleh klorofil dan karotenoid.

mikroalga ini mempunyai menempati beberapa habitat asal seperti air tawar, air laut,

dan air payau. Cyanobacteria merupakan mikroorganisme yang bersifat eukariotik

yang memiliki memiliki membran inti dan nukleus, memiliki dinding sel yang tebal

(Peptidoglikan), lentur, dan sel-selnya tidak memiliki flagel (Harmoko dan Krisnawati,

2018).

Alga merpakan mikroorganisme tingkat rendah dan bersifat eukariotik. Selain

alga termasuk eukariotik alga juga temasuk tumbuhan Thallophyta atau tumbuhan

yang tidak dapat dibedakan antara batang, akar, dan daun. Alga banyak bertindak

sebagai orgasme penghasil oksigen di wilaya perairan dan dapat menjadi energi

bagi organisme lain. Pada dasarnya alga dibagi menjadi 4 macam yaitu,

Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, dan Cyanophyta. Namun pada praktikum

kalo ini keenam kelompok dapat mengidentifikasi dua divisi Chlorophyta dan

Cyanophyta dengan menggunkan mikroskop.

3.6 Pengamatan Hifa pada Jamur

Gambar 5. Jamur Zygomycota.

29
Hasil pengamatan tiap kelompok pada praktikum pengamatan hifa jamur

ditemukan perbedaan pada tiap hasil pengamatan tiap kelompok. Pengamatan pada

kelompok satu berhasil mengidentifikasi jamur kelas Ascomycota. Pengamatan pada

kelompok dua berhasil mengidentifikasi jamur kelas Zygomycota Pengamatan pada

kelompok tiga berhasil mengidentifikasi jamur kelas Zygomycota. Pengamatan pada

kelompok empat berhasil mengidentifikasi jamur kelas Rhizopus sp. Pengamatan

pada kelompok lima berhasil mengidentfikasi jamur kelas Phycomycota.

Pengamatan pada kelompok enam berhasil mengidentifikasi jamur kelas Rhizopus

sp.

Jamur adalah mikroorganisme yang begitu beragam. Dalam

pengidentifikasian jamur dapat melakukan pengamatan pada motfologi jamur. Jamur

dapat mendiami berbagai jenis lingkungan dari tanah, bagian tumbuhan hingga

sumber air dan makan. Pertumbuhan dan penyebaran pada jamur sangat

dipengaruhi faktor-faktor lingkungan seperti suhu, pH, kelembaban, kebutuhan

oksigen, jumlah dan jenis nutrisi. Morfologi pada koloni jamur dapat diamati pada

jamur berfilamen yang dimana jamur tersusun atas hifa dengan bentuk silinder,

struktur diameter 2-10 μm seperti benang, panjang hingga beberapa sentimeter,

dengan pengamatan yang berbeda dari kenampakan koloni seperti warna, ukuran,

bentuk yang terkadang dapat kita lihat menggunakan mata telanjang yang

digunakan secara klasik untuk mengidentifikasi jamur. Morfologi jamur diamati

menggunakan mikroskop majemuk untuk melihat bagaiman bentukan jamur yang

terbentuk dari susunan spora (Alsohaili dan Bani-hasan, 2018).

Jamur bersifat eukariotik dan juga non fotosintetik. Jamur memiliki

perkembangan yang begitu cepat dikarenakan jamur dapat berkembang

dikarenakan jamur dapat hidup di berbagai kondisi. Terdapat bakteri yang memiliki

30
sifat saprofit dan parasit. Jamur kapang adalah jamur yang bersifat saprofit dan

termasuk jamur aerob. Jamur khamir adalah jamur yang bersifat parasite dan khamir

termasuk jamur aerob dan anaerob. Pada dasarnya jamur dapat diklasifikasikan

menjadi 4 kelas yaitu, Phycomycota, Ascomycota, Rhizopus, dan Deuteromycota.

Pada kesempatan praktikum kali ini ke enam kelompok dapat mengidentifikasi

keempat kelas jamur tersebut.

31
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Sterilisasi pada praktimu bertujuan untuk membebaskan membebaskan alat

dan bahan dari segela bentuk kehidupan kontaminasi agar tidak

terkontaminasi faktor luar.

2. Perhitungan koloni bakteri menggunakan metode TPC memiliki syarat tidak

spreader, tidak TBUD dan juga range harus di antara 25-250 koloni.

3. Alat haemocytometer dapat digunakan untuk mengitung kepadatan sel pada

sampel bakteri dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu agar

mendapatkan kepadatan yang rendah.

4. Kita dapat membedakan bakteri Gram positif dan negatif dengan melakukan

pewarnaan Gram. Setiap pewarnaan Gram menghasilkan reaksi pada bakteri

yang membuat kita dapat mengidentifikasi jenis bakteri tersebut.

5. Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang dapat dibedakan berdasarkan

perbedaan kandungan klorofil yang dimiliki. Pengidentifikasi alga dapat

menggunakan alat mikroskop untuk mempermudah melihat perbedaan

morfologi alga.

6. Jamur merupakan organisme eukariotik yang tersusun atas hifa-hifa. Jamur

terbagi menjadi 4 kelas, Phycomycota, ascomycota, basidiomycota, dan

deuteromycota yang dapat diidentifikasi menggunakan mikroskop.

32
4.2 Saran

Praktikum dasar-dasar mikrobiolohi akuatik 2021 tidak terjadi kendala serius

dan berjalan dengan baik walaupun dilakukan dengan daring. Kendala terbesar saat

melakukan praktikum online adalah jaringan yang cenderung tidak stabil dan dapat

menganggu disaat penyampaian materi praktikum dasar-dasar mikrobiologi oleh

kakak-kakak asisten praktikum. Selain jaringan terdapat beberapa kendala-kendala

yang tidak dapat ditangani langsung dan diluar perkiraan seperti mati lampu

sehingga cenderung menganggu. Saya ucapkan mohon maaf sebesar-besarnya

apabila laporan dan yang saya buat masih jauh dari kata sempurna sesuai dengan

ketentuan dasar dan belum melakukan praktikum secara maksimal. Harapan saya

untuk kakak-kakak asisten praktikum untuk terus memberikan kritik dan saran

kepada kami agar lebih baik ke depanya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. (2016). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk


Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi. 1(1), 1-7.
Bani-Hasan, S., A. (2018). Morphological and Molecular Identification of Fungi
Isolated. Jordan Journal of Biological Sciences. 11(3), 329-330.
Harmoko, Krisnawati, Y., (2018). Keanekaragaman Mikroalga Divisi Cyanobacteria
Di Danau Aur Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Biodjati. 3(1), 8-14.
Hidayat, N., Meitiniarti, I., & Yuliana, N. (2018). Mikroorganisme dan
Pemanfaatannya. Malang. UB Press.
Bulele, T., Rares, F., E., S., Porotu’o, J. (2019). Identifikasi Bakteri dengan
Pewarnaan Gram pada Penderita Infeksi . Jurnal e-Biomedik (eBm). 7(1), 30-
36.
Idami, Z. & Nasution, R. A. (2020). Kelimpahan Koloni Bakteri Vibrio Sp.
Berdasarkan Lokasi Budidaya Tambak Udang Di Kabupaten Pidie. BIOMA:
Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi. 5(2), 121-134.
DOI: 10.32528/bioma.v5i2.4012

34

Anda mungkin juga menyukai