Anda di halaman 1dari 17

ACTA DIURNAL

Jurnal Hukum Kenotariatan dan ke-PPAT-an


ISSN: 2614-3542 EISSN: 2614-3550
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

PERTANGGUNGJAWABAN SUAMI ISTERI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN


HARTA BERSAMA PADA PERKAWINAN DENGAN PERJANJIAN KAWIN

Revi Inayatillaha*, Sonny Dewi Judiasihb, Anita Afrianac


a
Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas padjadjaran, Bandung
b, c
Departemen Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung

INFORMASI NASKAH: ABSTRAK


Naskah diterima 24/03/2018 Perkawinan yang sah tidak saja membawa akibat ikatan
Naskah diterbitkan 29/06/2018
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita saja yang
Halaman publikasi http://jurnal.fh.unpad.
ac.id/index.php/jad/issue/archive menyatu, akan tetapi terciptanya harta benda suami dan isteri
dalam perkawinan. Salah satu bentuk harta benda perkawinan
*
Koresponden Penulis: berupa harta bersama. Harta bersama merupakan harta
a
Alamat email: rev_poy@yahoo.co.id benda yang diperoleh suami dan isteri selama perkawinan
berlangsung, dengan tidak mempermasalahkan pihak mana
yang menghasilkannya. Dengan adanya Putusan Mahakamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015
dibolehkannya perjanjian kawin dibuat setelah perkawinan berlangsung. Dapat menjadi masalah
apabila terjadinya perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama, yang dikemudian hari baru
dibuat perjanjian perkawinan yang diperbolehkan dengan adanya putusan Mahkamah Kostitusi.
Artikel ini merupakan hasil dari penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif kemudian dianalisis secara normatif kualitatif. Disimpulkan bahwa suami/istri tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban apabila tidak menyatakan persetujuan dalam perjanjian kredit
dengan jaminan harta bersama. Perjanjian kawin pasca adanya Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 69/PUU-XIII/2015 belum memberikan kepastian hukum bagi pihak ketiga dikarenakan para
pihak dikhawatirkan tidak beritikad baik dalam pembuatan perjanjian kawin. Untuk memberikan
kepastian bagi pihak ketiga selaku pemberi fasilitas kredit bagi pasangan suami dan istri dan
dapat dipertanggungjawabkan, maka pasangan suami istri seharusnya melakukan pendaftaran
pencatatan perjanjian perkawinan guna memenuhi asas publisitas.
Kata kunci: harta bersama, perjanjian kawin, perjanjian kredit, perkawinan.

ABSTACT
Legitimate marriages not only bring the consequences of an inner bond between a man and a
woman merely but the creation of the husband and wife’s property in the marriage. One form of
marital property is a common property. Mutual property is a property acquired by a husband and
wife during marriage, without questioning which party produces them. With the Constitution of
the Constitution Number 69/PUU-XIII/2015, a marriage agreement was made after the marriage
took place. It can be a problem when a credit agreement with a joint property collateral, which
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 188
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

was later made a marriage agreement allowed with the verdict of the Constitutional Court. This
article is a result of research using a normative juridical approach method then normatively
analyzed qualitatively. It is concluded that husbands and wives can not be held accountable when
not expressing consent in a credit agreement with the guarantee of common property that the
spouse does not express agreement in a credit agreement with a joint property guarantee. The
marriage agreement after the Constitutional Court Decision Number 69 / PUU-XIII / 2015 has not
given legal certainty for third parties as the parties are feared not to have good faith in the making
of a marriage agreement. To provide certainty for a third party as a credit facility for couples and
spouses and to be accountable, spouses should register registration of marriage agreements in
order to fulfill the publicity basis.
Keywords: credit agreement, marriage, marriage agreement, mutual property.

PENDAHULUAN Peraturan perundang-undangan di


Perkawinan yang sah akan membawa Indonesia memberi peluang bagi para
akibat bukan hanya ikatan lahir batin antara calon suami istri untuk menyimpang dari
seorang pria dan seorang wanita saja yang ketentuan yang mengatur tentang harta
menyatu, akan tetapi akibat lain yang timbul kekayaan tersebut. Penyimpangan tersebut
karena adanya suatu perkawinan yang sah, dapat dilakukan dengan membuat perjanjian
yaitu terciptanya harta benda suami dan isteri kawin. Perjanjian kawin adalah perjanjian
dalam perkawinan. Salah satu bentuk harta yang dibuat oleh calon pasangan pengantin
benda perkawinan tersebut berupa harta sebelum perkawinan dilangsungkan, dan isi
bersama yang nantinya akan digunakan untuk perjanjian tersebut mengikat para pihak dalam
keperluan hidup bersama. perkawinan tersebut.1
Harta bersama merupakan harta Suatu perjanjian dikatakan sah apabila
benda yang diperoleh suami dan isteri perjanjian tersebut telah memenuhi syarat
selama perkawinan berlangsung, dengan sah nya suatu perjanjian, yakni kata sepakat,
tidak mempermasalahkan pihak mana yang kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang
menghasilkannya (baik suami atau istri saja, halal sebagaimana ditentukan dalam Pasal
ataupun suami dan isteri secara bersama- 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sama), maka harta tersebut menjadi milik (selanjutnya disebut dengan KUHPerdata). Dalam
bersama diantara suami dan isteri. Oleh karena KUHPerdata tentang perjanjian perkawinan
itu, mengenai harta bersama, suami dan isteri diatur dalam Pasal 139 sampai dengan Pasal
dapat bertindak bersama-sama, atau hanya 154. Pasal 139 KUHPerdata menyatakan bahwa
salah satu pihak yang bertindak, tetapi atas dengan mengadakan perjanjian kawin, kedua
persetujuan pihak lainnya. Hal ini sebagaimana calon suami isteri adalah berhak menyiapkan
diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UU Perkawinan. beberapa penyimpangan dari peraturan

1
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono Gini Saat Terjadi Perceraian, Visi Media, Jakarta: 2008, hlm. 78.
189 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

undang–undang sekitar persatuan harta perkawinan tentu akan menjadi masalah


kekayaan, asal perjanjian itu tidak menyalahi dikemudian hari antara lain berkaitan dengan
tata susila yang baik atau tata tertib umum pelaksanaan eksekusi yang akan dilakukan
dan asal diindahkan pula segala ketentuan di oleh kreditor bilamana dibuat perjanjian
bawah ini menurut pasal berikutnya. Menurut perkawinan pisah harta, demikian pula
Pasal 29 UU Perkawinan dikatakan bahwa pada terhadapanya tanggung jawab suami atau
waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan isteri masing-masing terhadap perjanjian kredit
kedua pihak atas persetujuan bersama dapat tersebut, oleh karenanya hasil yudisial review
mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan terhadap pengaturan perjanjian perkawinan
oleh Pegawai Pencatatan Perkawinan, setelah menimbulkan ketidakpastian hukum.
mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga Permasalahan berkaitan dengan perjanjian
sepanjang pihak ketiga tersangkut. Perjanjian perkawinan pasca berlakunya putusan
ini tidak dapat disahkan apabila melanggar Mahkamah Konsitusi membawa permasalahan
batas–batas hukum, agama dan kesusilaan yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini
(Pasal 29 ayat 2). yaitu pertanggungjawaban suami/isteri apabila
Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi tidak menyatakan persetujuan dalam perjanjian
Nomor 69/PUU-XIII/2015 (selanjutnya disebut kredit dengan jaminan harta bersama dan
Putusan MK) yang telah melakukan uji materil pengaturan tentang perjanjian kawin pasca
terhadap Pasal 29 ayat (1), ayat (2), dan ayat adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
(4) UU Perkawinan. Mahkamah Konstitusi 69/PUU-XIII/2015 telah memberikan kepastian
dalam putusannya menyatakan bahwa pada hukum bagi pihak ketiga.
waktu sebelum dilangsungkan atau selama
dalam ikatan perkawinan kedua belah pihak METODE PENELITIAN
atas persetujuan bersama dapat mengajukan Metode yang digunakan adalah pendekatan
perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai yuridis normatif, yakni suatu metode
pencatat perkawinan atau notaris setelah pendekatan yang menekankan penelitian pada
mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga asas-asas, kaidah, dan teori dari hasil penelitian
sepanjang pihak ketiga tersangkut. Perjanjian kepustakaan.2 Analisis data yang digunakan
kawin dapat dibuat sebelum, pada saat dan dalam penelitian ini adalah metode yuridis
selama perkawinan berlangsung. kualitatif, yaitu dengan menganalisis data-data
Adanya Putusan MK di atas memberikan sekunder secara kuantitatif dari sudut pandang
peluang bagi suami atau isteri membuat ilmu hukum sehingga dapat ditarik suatu
perjanjian perkawinan selama perkawinan, kesimpulan.3
dan bilamana telah terikat pada perjanjian
kredit yang ditaati dengan membuat perjanjian

2
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hlm. 11.
3
Idem, hlm. 32.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 190
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

PEMBAHASAN Pada hakikatnya harta benda perkawinan


Pertanggungjawaban Suami/Isteri Apabila suami istri meliputi harta yang dibawa kedalam
Tidak Menyatakan Persetujuan dalam perkawinan oleh suami istri (harta bawaan) dan
Perjanjian Kredit dengan Jaminan Harta harta yang diperoleh sepanjang perkawinan
Bersama berlangsung (harta bersama). Dalam UU
Perkawinan sebagai salah satu bentuk Perkawinan menganut asas perpisahan harta
hubungan hukum antara seorang pria dengan sebagaimana diatur dalam Pasal 35 yang
seorang wanita yang terjalin atas adanya ikatan menggolongkan harta dalam perkawinan
lahir batin antara keduanya akan menimbulkan terbagi harta bersama dan harta bawaan. Harta
akibat hukum baik bagi pasangan suami istri bersama diatur dalam Pasal 35 ayat (1) UU
maupun pada hal lain dan pihak lain yang terkait Perkawinan, yaitu:
dengan perkawinan tersebut. Salah satu akibat a. Harta yang diperoleh sepanjang perkawinan
hukum dari perkawinan yang timbul adalah berlangsung.
harta benda perkawinan. Sesungguhnya harta b. Harta yang diperoleh sebagai hadiah atau
benda perkawinan akan timbul dari adanya pemberian atau warisan apabila ditentukan
perkawinan yang sah. Harta benda perkawinan deimikian.
diperlukan untuk memenuhi segala keperluan c. Hutang-hutang yang timbul selama
yang dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga. perkawinan berlangsung kecuali yang
UU Perkawinan mengatur harta bersama merupakan harta pribadi masing-masing
dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 37. Pasal suami istri.
35 ayat (1) UU Perkawinan mengatur bahwa Mengenai harta bersama, suami atau istri
harta benda yang diperoleh selama perkawinan dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
menjadi harta bersama, sedangkan Pasal 35 pihak, sesuai dengan ketentuan yang tercantum
ayat (2) mengatur bahwa harta bawaan masing- pada Pasal 36 ayat (1) UU Perkawinan. Harta
masing suami dan istri dan harta benda yang bersama tersebut pada umumnya akan dibagi
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau dua secara proposional kepada masing-masing
warisan, berada dibawah penguasaan masing- pihak apabila terjadi perceraian, sedangkan
masing. Berbeda dengan konsep KUHPerdata, apabila perkawinan putus disebabkan oleh
harta bersama menurut UU Perkawinan hanya kematian salah satu pihak maka harta bersama
meliputi harta-harta yang diperoleh suami istri, tetap pada keadaan semula dikuasai oleh pihak
sepanjang perkawinan saja. Artinya harta yang yang masih hidup.5
diperoleh selama tenggang waktu, antara saat UU Perkawinan tidak menguraikan lebih
peresmian perkawinan, sampai perkawinan lanjut mengenai wujud dan ruang lingkup dari
tersebut putus, baik putus karena kematian harta bersama itu, tetapi meskipun demikian,
salah seorang diantara mereka (cerai mati), telah tertanam suatu kaidah hukum bahwa
maupun karena perceraian (cerai hidup).4 semua harta yang diperoleh selama masa

4
J.Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Citra Aditya Bakti, Bandung: 1993, hlm. 189.
5
Djaren Saragih, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsito, Bandung: 1984, hlm. 45.
191 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

perkawinan menjadi yurisdiksi harta bersama.6 Meskipun istri tidak bekerja, harta bersama
M. Yahya Harahap menyatakan bahwa tetap milik suami dan istri terkecuali adanya
pada dasarnya semua harta yang diperoleh perjanjian kawin. Harta bersama ini dapat
selama ikatan perkawinan menjadi yurisdiksi dijadikan jaminan apabila suatu hari pasangan
harta bersama yang dikembangkan dalam suami dan istri menginginkan untuk melakukan
proses peradilan. Berdasarkan pengembangan perjanjian kredit.
tersebut maka harta perkawinan yang termasuk Harta bersama mempunyai nilai ekonomi
yurisdiksi harta bersama adalah sebagai yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai jaminan
berikut:7 oleh suami dan istri dalam suatu perjanjian
Pasal 36 ayat (1) UU Perkawinan yang kredit, baik oleh suami dan istri secara bersama-
menentukan bahwa berkaitan dengan harta sama, atau oleh salah satu pihak suami atau
bersama, suami atau istri dapat bertindak istri, dengan persetujuan masing-masing
atas persetujuan kedua belah pihak, hal ini pihak. Melalui Pasal 36 ayat (1) UU Perkawinan
mencerminkan suatu kedudukan yang setara memberikan pemahaman bahwa apabila suami
terhadap kekuasaan atas harta bersama dan atau istri melakukan suatu tindakan yang
dalam perkawinan. Kedudukan yang setara berkaitan dengan harta bersama, maka hal
antara suami dan istri terhadap harta bersama tersebut harus dilakukan atas persetujuan
tersebut, maka lahirlah tanggung jawab dari kedua belah pihak. Apabila harta bersama
suami dan istri tersebut manakala mereka dijadikan sebagai objek jaminan hutang oleh
secara bersama-sama atau salah satu dari suami dan atau istri, maka penjaminan itu harus
mereka melakukan suatu perbuatan hukum.8 didasarkan pada persetujuan dan kesepakatan
Hukum harta kekayaan mengatur suami dan istri.
mengenai hubungan antara individu dengan Hal ini berarti bahwa apabila suami yang
harta kekayaan yang dimilikinya, cara menjadikan harta bersama sebagai objek
bagaimana seseorang dapat memperoleh harta jaminan hutang, maka dalam penjaminan
kekayaannya, dan cara mengenai bagaimana itu harus mendapatkan persetujuan istrinya.
seseorang tersebut mempertanggungjawabkan Demikian pula sebaliknya, apabila istri
perbuatannya yang berkaitan dengan harta bertindak sebagai pihak yang menjaminkan,
kekayaannya. maka hal tersebut harus dilakukan dengan
Pasangan suami dan istri yang bekerja persetujuan suaminya. Dengan demikian suami
dapat menimbulkan harta bersama yang dan istri tidak diperbolehkan menjual atau
dihasilkan oleh keduanya. Hal ini berarti bahwa memindahtangankan harta bersama tanpa
harta bersama yang dihasilkannya merupakan persetujuan kedua belah pihak.9
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

6
Abdul Manaf, Aplikasi asas Equalitas Hak dan Kedudukan Suami Istri dalam Penjaminan Harta Bersama pada Putusan Mahkamah
Agung, CV. Mandar Maju, Bandung: 2006. hlm. 46.
7
Ibid., hlm. 59-60.
8
Sonny Dewi J.(I), Harta Benda Perkawinan: Kajian Terhadap Kesetaraan Hak dan Kedudukan Suami dan Isteri atas Kepemilikan Harta
dalam Perkawinan, Refika Aditama,Bandung: 2015, hlm. 25.
9
Ibid., hlm. 74.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 192
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

Suami dan istri dapat melakukan oleh salah satu pihak suami atau istri, sementara
perbuatan hukum terhadap harta bersamanya pihak yang lain menyetujui secara diam-diam,
dengan persetujuan kedua belah pihak, seperti maka keadaan yang dianggap sebagai wujud
menjual, menyewakan dan menjaminkan persetujuan terhadap perbuatan hukum yang
harta bersama untuk memperoleh fasilitas telah dilakukan. Penjaminan harta bersama
kredit. Perjanjian kredit yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh salah satu pihak tanpa
suami dan istri, dalam praktiknya harus selalu persetujuan dari pihak yang lainnya. Hal ini
disertai dengan adanya persetujuan dari kedua akan menimbulkan masalah karena penjaminan
belah pihak, dan apabila tercapai kesepakatan tersebut tidak diakui keberadaannya oleh pihak
maka pihak suami dan istri harus secara yang tidak menyetujui dilakukannya perjanjian
bersama-sama menandatangani perjanjian penjaminan karena akan mengakibatkan
kredit tersebut. Apabila dalam perjanjian kerugian bagi pihak tersebut. Pihak ketiga
kredit tersebut salah satu pihak tidak bersedia sebagai penerima barang jaminan akan
menandatangani atau karena sesuatu hal tidak menimbulkan kerugian pula, karena apabila
dapat ikut menandatangani perjanjian, maka terjadi suatu keadaan dimana pemberi
perjanjian kredit tersebut batal atau ditolak jaminan tidak melaksanakan kewajibannya,
oleh pihak bank. maka pihak penerima barang jaminan tidak
Hak dan kewajiban yang setara diantara dapat memperoleh apa yang seharusnya
suami dan istri menimbulkan adanya tanggung menjadi haknya.10 Dalam pelaksanaannya
jawab yang sama terhadap segala perbuatan tidak selamanya perjanjian kredit diketahui
hukum yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau disetujui oleh pasangannya, terkadang
suami dan istri. Perbuatan hukum tersebut pasangannya tidak mengetahui bahwa suami
dapat dilakukan oleh salah satu pihak dengan atau istrinya melakukan perjanjian kredit
persetujuan pihak lainnya maupun secara dengan pihak ketiga.
bersama-sama oleh suami dan istri. Seperti dalam contoh kasus, Tuan Budi
Suami dan istri yang melakukan perbuatan melakukan perjanjian kredit dengan lembaga
hukum dalam bentuk perjanjian kredit dengan pembiayaan sebesar Rp 800.000.000 dengan
menjadikan harta bersama sebagai obyek menjadikan rumah tinggal Tuan Budi dan
jaminan, mempunyai kewajiban yang sama Nyonya Anne yang merupakan harta bersama
terhadap pelunasan kredit. Dikarenakan sebagai jaminan atas kredit tersebut. Tuan Budi
perjanjian yang timbul dalam ikatan perkawinan melakukan kredit tanpa diketahui oleh istrinya
maka dalam pelunasannya dilakukan dengan yaitu Nyonya Anne. Kredit ini diberikan dengan
mengambil bagian dari harta bersama. jangka waktu sepuluh tahun. Setiap bulan Tuan
Penjaminan harta bersama yang dilakukan Budi selalu membayar angsuran tepat waktu.
dengan persetujuan kedua pihak suami dan Sebagai jaminan Tuan Budi menjaminkan
istri, maka segala hak dan kewajiban akan sebidang tanah bersertifikat hak milik yang
ditanggung secara bersama, demikian juga merupakan harta bersama Tuan Budi dan
apabila penjaminan harta bersama dilakukan Nyonya Anne. Pada pertengahan cicilan, Tuan

10
Ibid, hlm. 79-80.
193 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

Budi tidak mampu mengembalikan semua Kewajiban pokok peminjam adalah


jumlah kredit yang telah diterima. Tak lama mengembalikan pinjaman dalam jumlah dan
kemudian, lembaga pembiayaan melakukan keadaan yang sama, pada waktu yang telah
tindakan terhadap rumah yang dijadikan ditentukan, dengan demikian kewajiban
jaminan. Sehingga Ny. Anne mengetahui bahwa melunasi utang setelah jangka waktu tertentu
suaminya telah melakukan perjanjian kredit dengan bunga yang telah ditetapkan merupakan
tanpa sepengetahuannya. kewajiban pokok penerima kredit dalam suatu
Contoh lain adalah Tn. Halim dan Iwan perjanjian kredit.12
melakukan perjanjian kredit pada tahun 2007 Hak pihak ketiga, dalam hal ini kreditur,
dengan Bank X dengan jaminan aset tanah untuk melakukan eksekusi terhadap objek
berupa bangunan yang berada di Cipinang jaminan yang berbentuk harta bersama akan
Jakarta Timur. Aset tersebut merupakan harta menemui kesulitan apabila ternyata dalam
bersama Tn. Halim bersama dengan Ny. Ratna. pelaksanaan perjanjian kredit dilakukan tanpa
Tn. Halim dan Ny. Ratna melakukan perkawinan adanya persetujuan dari kedua belah pihak
pada tahun 1964 dan kemudian melakukan suami dan istri, dalam arti bahwa perjanjian
perjanjian kawin dengan pisah harta. Fasilitas hanya dilakukan oleh salah satu pihak suami
kredit yang didapatkan tanpa sepengetahuan atau istri tanpa persetujuan pihak suami
Ny. Ratna dikarenakan Bank X melihat adanya atau istri. Berdasarkan fakta tersebut, maka
perjanjian kawin dengan pisah harta. Pada kepentingan pihak ketiga menjadi tidak
tahun 2013 Tn. Halim meninggal dunia. Bank terlindungi, demikian pula di sisi lain, pihak
X akan melakukan lelang barulah Ny. Ratna suami atau istri yang tidak memberikan
mengetahui bahwa salah satu harta bersamanya persetujuan terhadap perjanjian dengan
dijaminkan oleh suaminya. objek jaminan harta bersama akan terlanggar
Pelaksanaan perjanjian sering kali kepentingannya untuk mempertahankan hak-
menimbulkan suatu keadaan di mana pihak haknya terhadap penguasaan harta bersama
debitur melakukan ingkar janji antara lain yang dijaminkan tersebut.13
berupa keterlambatan pembayaran kredit Debitur memiliki kewajiban untuk
sebagaimana diperjanjikan. Kebiasaan memenuhi prestasi, dan apabila tidak dapat
perbankan mengenai sanksi bagi keterlambatan melaksanakan kewajiban bukan karena
pembayaran berupa keharusan membayar keadaan memaksa, maka debitur dianggap
bunga tunggakan (sebagai denda), sedangkan melakukan ingkar janji. Adapun bentuk ingkar
terhadap kredit macet sanksi hukum seharusnya janji dapat berupa tidak memenuhi prestasi
dilakukan eksekusi benda objek jaminan atau sama sekali, terlambat memenuhi prestasi atau
pembayaran oleh pihak ketiga.11 memenuhi prestasi secara tidak baik. Kreditur

11
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan
Asas Pemisahan Horisontal (Suatu Konsep Dalam Menyongsong Lahirnya Lembaga Hak Tanggungan), Cetakan Kedua, Nuansa PT.
Madani, Jakarta: 2011, hlm. 213.
12
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung: 1994, hlm. 108
13
Sonny Dewi, Ibid, hlm. 81.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 194
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

dapat menuntut pemenuhan perikatan, ikut menikmati uang tersebut dianggap


pemenuhan perikatan dengan ganti rugi, ganti memberikan persetujuan secara diam-diam.
rugi, pembatalan persetujuan timbal balik, atau Meskipun pasangannya tidak dapat hadir harus
pembatalan dengan ganti rugi. ada bukti yang menunjukkan persetujuannya
Ganti rugi dapat merupakan pengganti dari tersebut, persetujuan tersebut berupa surat
prestasi pokok, akan tetapi dapat juga sebagai kuasa yang bersifat notaril. Notaris tidak ambil
tambahan di samping prestasi pokoknya. resiko apabila surat kuasa dibawah tangan
Ingkar janji tidak segera terjadi sejak debitur karena dikhawatirkan bukan ditandatangan
tidak memenuhi prestasinya karena diperlukan oleh pemberi kuasa, apabila pembuatannya
suatu tenggang waktu. Debitur bebas dari dibawah tangan harus dilegalisasi dulu.14
kewajiban membayar ganti rugi jika debitur Hal ini sependapat dengan Arista
karena keadaan memaksa tidak memberi atau Puspamega15 Dalam praktiknya perjanjian
tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan atau kredit yang tidak disetujui oleh salah satu
telah melakukan perbuatan yang seharusnya pasangan baik suami maupun istri tidak
tidak dilakukan sebaliknya apabila debitur tidak dimungkinkan, karena keduanya haruslah
dapat membuktikan bahwa tidak terlaksananya melakukan persetujuan, baik dalam bentuk
prestasi bukan karena kesalahannya, tandatangan pernyataan dan harus hadir
diwajibkan untuk membayar ganti rugi. Suami dalam akad kredit. Kredit yang diajukan tidak
dan istri merupakan debitur dalam perjanjian akan disetujui oleh bank. Namun, apabila
kredit dengan jaminan harta bersama yang kredit yang hanya melibatkan personal seperti
dapat melakukan ingkar janji atau wanprestasi kredit tanpa agunan, cukup dihadiri oleh pihak
karena tidak dapat melakukan pemenuhan yang bersangkutan tana perlu kehadiran atau
kewajiban kepada kreditur, diwajibkan untuk persetujuan pasangannya, apabila ada sengketa
bertanggungjawab atas segala perbuatan misalnya nunggak bayar angsuran, pihak bank
hukum yang harus dijalaninya. akan melakukan penagihan ke personal saja.
Harta bersama merupakan harta Pendapat yang sama dari Afdholul
yang diperoleh suami maupun istri dalam Awalin,16 bahwa mekanisme pengajuan kredit
perkawinan, memiliki kedudukan yang sama dengan jaminan harta bersama di Bank Jabar
untuk mengikatkan diri dengan pihak ketiga Banten harus ada persetujuan dari pasangannya
dalam perjanjian kredit dengan menjaminkan bentuknya persetujuan tersebut dengan adanya
harta bersama. Dalam praktiknya, Notaris tanda tangan pasangan dalam perjanjian kredit
rekanan bank yang membuat perjanjian kredit dan harus hadir dalam proses akad kredit. Pihak
dan perjanjian accesoir berupa perjanjian bank selaku kreditor meminimalisir adanya
penjaminan dihadapan para pihak tidak resiko dengan adanya tanda tangan itu. Apabila
akan mau menandatangani akta perjanjian terjadi kesalahan, dilihat apakah kesalahan
kredit apabila tidak ada persetujuan dari tersebut dilakukan oleh pihak bank atau oleh
pasangannya. Akan tetapi apabila pasangannya debitur. Kalau ternyata dalam praktiknya

14
Wawancara dengan Notaris Dr. Juli Asril, S.H., M.H. pada tanggal 05 Juli 2018.
15
Wawancara dengan Arista Puspamega, S.H. Staff Regional Bussiness Manager Bank Mandiri pada tanggal 04 Juli 2018.
16
Wawancara dengan Afdholul Awalin, S.H. Staff Marketing Dana Institusi Bank Jabar Banten Kantor Cabang Bekasi pada tanggal 04 Juli
2018.
195 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

kesalahan terjadi dari pihak bank, maka bank kreditur dilakukan dengan menggunakan
tidak dapat melakukan eksekusi secara sepihak. harta bersama dengan memisahkan mana
Apabila terjadi gagal bayar oleh debitur, yang menjadi harta suami dan istri kemudian
kreditur berhak untuk mengeksekusi jaminan dilakukan pemenuhan kewajibannya kepada
tersebut. Penyelesaian kasus apabila terjadi, lembaga pembiayaan selaku kreditor. Apabila
pihak bank berupaya untuk menyelesaikan tidak terpenuhi dapatlah digunakan harta
kewajiban debitur dengan cara kekeluargaan bawaan suami untuk memenuhi kewajibannya
berupaya agar uang yang dikeluarkan dapat tersebut.
segera kembali. Suami dan istri sebagai debitur dalam
Seperti yang dilakukan oleh Tn Budi dalam perjanjian kredit dengan jaminan harta
contoh kasus bisa saja hal itu terjadi dalam bersama yang terbukti melakukan ingkar janji
praktik. Perjanjian dilakukan oleh para pihak atau wanprestasi karena tidak dapat memenuhi
yang bersepakat untuk menentukan peraturan kewajibannya kepada kreditur, haruslah
atau kaidah atau hak dan kewajiban yang bertanggungjawab atas segala perbuatan
mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan. hukum yang telah dijalaninya. Apabila terjadi
Perjanjian dapat menimbulkan perikatan. ingkar janji, maka suami dan istri sebagai debitur
Perikatan adalah suatu hubungan hukum harus merelakan harta bersamanya yang
yang bersifat harta kekayaan antara dua orang dijadikan sebagai jaminan dalam perjanjian
atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu kredit untuk dieksekusi, dan untuk selanjutnya
berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban dilelang guna memenuhi pelunasan utang.
(debitur) atas suatu prestasi. Hubungan hukum Apabila hasil lelang barang obyek jaminan
berarti hubungan yang diatur dan diakui oleh melebihi jumlah utang yang harus dilunasi, maka
hukum.17 kelebihan hasil penjualan akan diserahakan
Perjanjian kredit yang dilakukan oleh kepada suami dan istri sebagai debitur, tetapi
pihak suami dan istri dalam perkawinan akan sebaliknya apabila hasil lelang tidak memenuhi
menimbulkan hak dan kewajiban. Kewajiban jumlah yang harus dibayarkan, maka suami
tersebut berupa pemenuhan kesepakatan yang dan istri mempunyai kewajiban untuk melunasi
sudah diperjanjiakan antara pihak suami istri utang kredit dari harta pribadinya.
sebagai pihak debitur dan kreditur. Kehendak Apabila ternyata suami atau istri tidak
para pihak untuk melaksanakan hak dan menyatakan persetujuan dirinya dalam
kewajiban yang timbul dari suatu perjanjian, perjanjian kredit, harta bersama yang dijadikan
didasari oleh kaidah moral masing-masing jaminan dalam perjanjian kredit tidak dapat
pihak, dimana para pihak menghendaki untuk di eksekusi karena pasangannya dianggap
melaksanakan hal-hal yang sudah disepakati tidak mengetahui adanya penjaminan atas
bersama dalam perjanjian yang sudah dibuat.18 harta bersama tersebut. Oleh karena itu, tidak
Debitur dan kreditur dalam suatu dapat dimintakan pertanggungjawaban atas
perjanjian kredit harus melaksanakan segala pelunasan utang yang timbul dari perjanjian
sesuatu yang telah disepakati dalam perjanjian. kredit tersebut.
Dalam pemenuhan kewajiban debitur terhadap

17
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung: 1979, hlm. 2.
18
Sonny Dewi, Ibid., hlm. 97.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 196
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

Perjanjian Kawin Pasca Adanya Putusan mempunyai suatu kehendak yang bebas
Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU- yaitu terhadap pihak-pihak tersebut
XIII/2015 bagi Pihak Ketiga tidak ada unsur paksaan, penipuan atau
Perjanjian kawin dahulu diatur dalam kekhilafan dalam mengadakan perjanjian.
Buku I KUHPerdata sebelum lahirnya UU 2. Para pihak harus cakap menurut hukum
Perkawinan. Sebagian besar ketentuan dalam untuk membuat suatu perjanjian. Untuk
KUHPerdata, khususnya mengenai perkawinan membuat suatu perjanjian, para pihak yang
telah dinyatakan tidak berlaku setelah mengadakan perjanjian cakap mempunyai
diundangkannya UU Perkawinan, akan tetapi kewenangan/berhak untuk melakukan
perlu diketahui pula bahwa sebelumnya dalam suatu tindakan hukum seperti yang diatur
KUHPerdata, ketentuan mengenai perjanjian dalam perundang-undangan yang berlaku.
perkawinan telah diatur secara menyeluruh 3. Perjanjian yang dibuat tersebut harus
yang terdapat pada Pasal 139 sampai dengan secara jelas memperjanjikan tentang suatu
Pasal 154. Pasal 119 KUHPerdata menghendaki hal yang tertentu.
bahwa saat perkawinan dilangsungkan, maka 4. Hal-hal yang diperjanjikan oleh para pihak
terjadilah persatuan antara harta kekayaan harus tentang sesuatu yang halal dan
suami dan istri, sepanjang mengenai itu dengan tidak boleh bertentangan dengan undang-
perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain. undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Perjanjian perkawinan dibuat untuk Selain syarat umum mengenai sahnya
kepentingan perlindungan hukum terhadap suatu perjanjian, dalam membuat perjanjian
harta bawaan masing-masing suami atau perkawinan calon suami-istri juga harus
istri, walaupun dalam undang-undang tidak memperhatikan persyaratan khusus mengenai
mengatur tujuan perjanjian perkawinan dan apa perjanjian perkawinan yang harus dipenuhi.
yang dapat diperjanjikan, segalanya diserahkan Persyaratan tersebut meliputi diri pribadi,
kepada kedua calon yang akan menikah, bentuk dan isi perjanjian perkawinan.
asalkan isinya tidak boleh bertentangan dengan Perjanjian Perkawinan
ketertiban umum, kesusilaan, hukum dan (huwelijksvoorwaarden) adalah perjanjan
agama.19 yang dibuat oleh calon suami-isteri yang
Perjanjian Perkawinan harus dibuat memuat tentang status kepemilikan harta
dengan memenuhi syarat-syarat umum yang dalam perkawinan mereka. Berkaitan dengan
berlaku untuk dapat sahnya suatu perjanjian perjanjian ini ada beberapa hal yang perlu
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 diperhatikan, yaitu:21
KUHPerdata yaitu:20 1. Perjanjian perkawinan tidak menimbulkan
1. Berdasarkan pada kesepakatan atau hak untuk menuntut di muka hakim akan
kata sepakat, dimana para pihak yang berlangsungnya perkawinan dan menuntut
mengadakan perjanjian perkawinan penggantian biaya, rugi dan bunga, akibat

19
Mike Rini, Perlukah Perjanjian Perkawinan?Danareksa.com, diakses pada tanggal 10 Mei 2018.
20
Subekti, Hukum Keluarga dan Hukum Waris, Cetakan Keempat, Jakarta, Internusa, 2004, hlm. 17.
21
Libertus Jehani, Perkawinan Apa Risiko Hukumnya, Forum Sahabat, Jakarta: 2008, hlm. 8-9.
197 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

kecidraan yang dilakukan terhadapnya. penguasaan masing-masing. Perjanjian


Segala persetujuan untuk ganti rugi perkawinan tersebut dapat dilaksanakan
dalam hal ini adalah batal (Pasal 58 ayat 1 terhadap harta bersama, baik harta bawaan
KUHPerdata). yang diperoleh sebelum kawin maupun semua
2. Seorang anak yang masih di bawah harta yang diperoleh suami isteri selama
umur (belum mencapai umur 21 tahun), perkawinan sebagaimana diatur dalam Bab VII
tidak diperbolehkan untuk bertindak Pasal 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
sendiri dan harus diwakili oleh orang 1974, adalah merupakan penyimpangan dari
tuanya atau walinya. Namun, menurut pasal-pasal yang terdapat dalam KUHPerdata.22
Pasal 151 KUHPerdata, seorang yang UU Perkawinan menyatakan bahwa
belum memenuhi syarat untuk kawin, perjanjian kawin ini tidak disyaratkan harus
diperbolehkan untuk bertindak sendiri dilakukan dengan suatu bentuk tertentu,
dalam menyetujui perjanjian kawin, asalkan tetapi cukup dalam bentuk tertulis, dengan
ia dibantu oleh orang tua atau oleh orang demikian para pihak dapat membuat perjanjian
yang diharuskan memberi izin kepadanya perkawinan secara di bawah tangan maupun
untuk kawin. dalam bentuk akta otentik. Perjanjian
3. Setiap perjanjian kawin harus dibuat akte perkawinan yang dibuat secara di bawah
notaris sebelum perkawinan berlangsung, tangan, maka hal itu berarti para pihak dapat
dan perjanjian mulai berlaku semenjak membuatnya sendiri, meskipun demikian
saat perkawinan dilangsungkan (Pasal 147 perjanjian tersebut kemudian harus disahkan
KUHPerdata). oleh pegawai pencatat perkawinan. Keharusan
4. Perjanjian kawin ini mulai berlaku bagi bahwa suatu perjanjian tersebut secara
pihak ketiga sejak hari pendaftarannya di tertulis mengingat hal itu akan mempermudah
kepaniteraan pengadilan negeri setempat, pembuktian.
dimana pernikahan itu telah dilangsungkan Perjanjian perkawinan merupakan
(Pasal 152 KUHPerdata). persetujuan antara calon suami atau istri,
5. Setelah perkawinan berlangsung, perjanjian untuk mengatur akibat perkawinan terhadap
kawin dengan cara bagaimanapun tidak harta kekayaan mereka, yang menyimpang
boleh diubah (Pasal 149 KUHPerdata). dari persatuan harta kekayaan. Perjanjian
Pasal 29 UU Perkawinan sebagai dasar perkawinan sebagai suatu perjanjian mengenai
hukum kebolehan bagi calon suami istri untuk harta benda suami istri dimungkinkan
mengadakan perjanjian perkawinan dan pasal untuk dibuat dan diadakan sepanjang tidak
tersebut merupakan salah satu diantara pasal- menyimpang dari asas atau pola yang ditetapkan
pasal dalam UU Perkawinan yang bersifat oleh undang-undang. 23
pelaksanan. Sebab masalah harta benda dalam Bentuk perjanjian perkawinan di dalam
perkawinan telah diatur oleh sistem hukum Putusan MK ketentuan Pasal 29 ayat (1) UU
sebelumnya, yakni menurut pola hukum ada Perkawinan berbunyi, bahwa ”(...) kedua
yang berdasarkan pemisahan, dimana semua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
harta kekayaan pribadi suami istri dibawah mengajukan perjanjian tertulis baik dibuat

22
H. A. Damanhuri HR, Segi-segi Hukum Perjanjian Perkawinan Harta Bersama, Mandar Maju, Bandung: 2007, hlm.9.
23
Subekti, Ibid., hlm. 9.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 198
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

dalam bentuk di bawah tangan atau otentik harus disahkan oleh pegawai pencatat
untuk disahkan pegawai pencatat perkawinan perkawinan agar mempunyai sifat publisitas
atau notaris (...)”. Hal ini berarti bahwa, dan berlaku terhadap pihak ketiga sepanjang
Perjanjian perkawinan yang dibuat dalam pihak ketiga tersangkut. Apabila belum/tidak
bentuk di bawah tangan24 dapat diajukan untuk disahkan perjanjian perkawinan tersebut oleh
disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan pegawai pencatat perkawinan, maka perjanjian
atau notaris. Mengenai pengajuan untuk perkawinan hanya berlaku terhadap kedua
disahkan oleh pencatat perkawinan berarti belah pihak suami-istri berdasarkan asas
telah dijamin bahwa isi perjanjian perkawinan Pakta sund servanda (Putusan MA No. 585 K/
tidak melanggar batas-batas hukum, agama, Pdt/2012).26
kesusilaan dan ketertiban umum. Selain Pengesahan oleh pegawai pencatat
jaminan tersebut pengesahan mempunyai perkawinan terhadap perubahan atau
fungsi publisitas agar setelah mana isinya pembatalan perjanjian perkawinan
berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang seyogyanya harus pula dilakukan agar berlaku
pihak ketiga tersangkut. Adapun disahkan oleh terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
notaris melibatkan notaris dalam masalah tersangkut. Terhadap pengesahan tersebut ada
pengesahan perjanjian perkawinan yang pada kemungkinan pegawai pencatat perkawinan
hakekatnya merupakan tugas pegawai pencatat atau pihak KUA karena belum adanya juklak/
perkawinan, apakah dapat dikatakan telah juklis hanya melakukan pengesahan perjanjian
menyalahi sistem dari fungsi publisitas. perkawinan yang dibuat sebelum atau
Apabila benar yang dimaksudkan pada saat perkawinan dilakukan dan akan
”disahkan oleh notaris”, sehingga untuk akta menolak untuk mengesahkan apabila dibuat
perjanjian perkawinan yang dibuat dalam sepanjang perkawinan, diubah atau dibatalkan
bentuk akta otentik dihadapan notaris tidak perjanjian perkawinan. Dalam hal ini dapat
perlu lagi disahkan oleh Pegawai Pencatat ditempuh dengan permohonan penetapan
Perkawinan sebagaimana biasanya dilakukan dari pengadilan negeri atau pengadilan agama
sebelum adanya putusan MK.25 sehingga dengan penetapan tersebut instansi
Membaca kalimat Pasal 29 ayat (1) pencatat perkawinan dapat mensahkan baik
tersebut yang anak kalimatnya (...)”setelah perjanjian perkawinan maupun perubahan
mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga atau pembatalan tersebut.27
sepanjang pihak ketiga tersangkut” maka Dalam putusan MK disebutkan di dalam
menurut pendapat penulis baik akta yang ketentuan Pasal 29 ayat (3) yang menyatakan
dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan bahwa ”Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak
maupun dalam bentuk akta otentik keduanya perkawinan berlangsung, kecuali ditentukan

24
Pasal 3 PP 103/2015 tentang Pemilikan rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing menyebutkan bahwa perjanjian
pisaharta antara suami istri dibuat dengan akta notaris. berbeda dengan Pasal 29 ayat (1) yang menyebutkan cukup dibuat dalam
perjanjian tertulis, berarti dapat dibuat dalam bentuk di bawah tangan atau akta notaris.
25
Herlin Budiono, Perjanjian Perkawinan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69 Tahun 2015 dan Permasalahannya, Makalah
pada Loka Karya Perjanjian Perkawinan Pasca Putusan MK 69/2015, Universitas Padjadjaran, 5 April 2017.
26
Ibid.
27
Ibid.
199 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

lain dalam Perjanjian Perkawinan”. Adanya jelas dinyatakan di dalam MK tapi seyoganya
putusan MK 69/2015 terhadap kapan dibuatnya pengesahan tersebut harus dilakukan agar
perjanjian perkawinan berakibat hukum berlaku terhadap pihak ke tiga.
diantaranya:28 Putusan MK membawa dampak terhadap
1. Dengan diperbolehkannya pembuatan isi perjanjian perkawinan sehingga harus
perjanjian perkawinan pada waktu, dibedakan29 Apabila di dalam perjanjian
sebelum dilangsungkan atau selama perkawinan ditentukan berlakunya sejak
dalam ikatan perkawinan, berarti bahwa perkawinan berlangsung, sedangkan perjanjian
perjanjian perkawinan dapat dibuat kapan perkawinan dibuat selama perkawinan
saja yakni sebelum perkawinan menurut berlangsung, maka harta bersama yang
hukum, masing-masing agamanya dan telah terjadi sebelum perjanjian perkawinan
kepercayaannya, sebelum pencatatan dibuat harus dibagi dua dan ditentukan mana
perkawinan Pegawai Pencatat Perkawinan merupakan bagian suami dan mana yang
atau selama perkawinan berlangsung; merupakan bagian istri. Oleh para pihak
2. Saat berlakunya perjanjian perkawinan dapat ditentukan bahwa sebelum perjanjian
adalah sejak perkawinan dilangsungkan, perkawinan terjadi percampuran harta,
kecuali ditentukan lain dalam perjanjian sedangkan sejak perjanjian perkawinan terjadi
perkawinan. Penentuan tanggal berlakunya perpisahan harta bersama.
perjanjian perkawinan sejak perkawinan Ketentuan mengenai perkawinan bersifat
dilangsungkan untuk perjanjian perkawinan memaksa kecuali adanya kebebasan bagi
yang dibuat sepanjang perkawinan akan calon suami-istri atau suami istri selama dalam
berakibat terhadap harta benda perkawinan ikatan perkawinan diberi kebebasan untuk
yang telah terjadi sebelum perjanjian membuat perjanjian perkawinan baik sebelum
perkawinan dibuat. Dengan demikian perkawinan maupun sepanjang perkawinan
akibat serta kepastian hukumnya terhadap yang menyimpang terhadap harta benda yang
pihak ketiga tergantung pada penentuan diperoleh selama perkawinan yang menjadi
kapan berlakunya perjanjian perkawinan; harta bersama. Walaupun adanya kebebasan
3. Selain kapan dibuatnya perjanjian tersebut tetap dibatasi dengan rambu-rambu
perkawinan, diperbolehkannya selama bahwa isi perjanjian perkawinan yang dapat
perkawinan berlangsung atas persetujuan mengenai harta perkawinan atau perjanjian
kedua belah pihak (suami-isteri) mengubah lainnya tidak boleh bertentangan dengan
atau mencabut perjanjian perkawinan yang perundang-undangan yang bersifat memaksa,
dapat mengenai harta perkawinan atau kesusilaan baik dan ketertiban umum, sehingga
perjanjian lainnya, asal perubahan dan dengan demikian terhadap isi perjanjian
pencabutan tidak merugikan pihak ketiga; perkawinan para notaris harus dapat mengkaji
4. Atas perubahan dan pembatalan perjanjian agar supaya tidak terdapat hal-hal yang
perkawinan harus pula disahkan oleh merugikan pihak ketiga.
pejabat pencatat perkawinan yang tidak

28
Ibid.
29
Ibid.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 200
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

Putusan MK menegaskan bahwa yaitu dalam melaksanakan kontrak tersebut


perjanjian perkawinan tersebut harus harus mengindahkan norma-norma kepatuhan
dibuat atas persetujuan bersama, dengan dan kesusilaan. Mengenai pelaksanaan asas
perjanjian tertulis yang disahkan oleh Petugas itkad baik yang berhubungan erat dengan
Pencatat Perkawinan, sebelum perkawinan kepatutan juga dijelaskan dalam Pasal 1339
itu berlangsung atau pada saat perkawinan KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu
berlangsung dan perjanjian perkawinan kontrak tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
tersebut mulai berlaku sejak perkawinan itu dengan tegas dinyatakan dalam suatu kontrak,
dilangsungkan. Perjanjian semacam ini biasanya tetapi juga mengikat untuk segala sesuatu
berisi janji tentang harta benda yang diperoleh yang menurut sifat kontrak diwajibkan oleh
selama perkawinan berlangsung, lazimnya kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.31
berupa perolehan harta kekayaan terpisah, Subekti menjelaskan bahwa itikad baik
masing-masing pihak memperoleh apa yang menurut Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata
diperoleh atau didapat selama perkawinan itu merupakan satu dari beberapa sendi
termasuk keuntungan dan kerugian. Perjanjian yang terpenting dari hukum kontrak yang
perkawinan ini berlaku sebagai Undang-Undang memberikan kekuasaan kepada hakim untuk
bagi mereka yang membuatnya, juga berlaku mengawasi pelaksanaan suatu kontrak agar
bagi pihak ketiga yang memiliki kepentingan tidak melanggar kepatutan dan keadilan.
terhadapnya.30 Dalam pembuatan perjanjian Ini berarti bahwa hakim berwenang untuk
perkawinan yang dilakukan setelah perkawinan menyimpang dari kontrak jika pelaksanaan
berlangsung tidak terlepas dari adanya itikad kontrak yang melanggar perasaan keadilan
baik dari para pemohon yaitu suami dan istri. (recht gevoel) satu diantara dua pihak. Asas
Itikad baik ini merupakan hal utama dalam itikad baik menurut adanya kepatutan dan
pembuatan perjanjian tersebut. Karena baik keadilan, dalam arti tuntutan adanya kepastian
suami maupun istri bisa saja sedang terikat hukum yang berupa pelaksanaan kontrak tidak
perjanjian kredit dengan pihak ketiga yang tidak boleh melanggar norma-norma kepatutan dan
diketahui oleh pejabat umum yang berwenang nilai-nilai keadilan.32
dalam pembuatan perjanjian kawin. Itikad baik ini merupakan dasar dalam
Itikad baik terdapat dalam Pasal 1338 melakukan perjanjian. Para pihak harus
ayat (1) KUHPerdata, yang mengatur bahwa: beritikad baik dalam membuat suatu perjanjian
“Persetujuan-persetujuan (perjanjian) harus termasuk dalam pembuatan perjanjian setelah
dilaksanakan dengan itikad baik.” Selanjutnya perkawinan. Tidak lepas dari kemungkinan
Pasal 1339 KUHPerdata: Itikad baik merupakan apabila ada suami dan istri yang sengaja
dasar dalam melaksanakan kontrak. Para membuat perjanjian kawin setelah perkawinan
pihak dalam membuat maupun melaksanakan yang telah memiliki perjanjian kredit yang
kontrak harus memperhatikan asas itikad baik, mengatur bahwa harta tersebut bukan harta

30
Sonny Dewi Judiasih (III), Pertaruhan Esensi Itikad Baik dalam Pembuatan Perjanjian Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 69/PUU-XIII/2015, Jurnal Notariil, Vol. 1 No. 2, Mei 2017, hlm. 76.
31
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2000, hlm. 238.
32
Subekti dalam Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, Mandar Maju, Bandung: 2012, hlm. 94.
201 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

bersama tetapi harta asal atau harta bawaan dengan nilai yang setara.
milik suami atau istri. Hal ini tentu saja akan Adapun konsekuensi penggantian
merugikan pihak ketiga, sehingga dapat jaminan, menimbulkan kewajiban dari debitor
dikatakan bahwa perlindungan terhadap untuk melakukan Pengikatan Ulang terhadap
pihak ketiga diabaikan untuk melindungi harta jaminan baru, karena harta yang sebelumnya
kekayaan mereka.Setelah adanya Putusan harus diroya agar dapat dihapuskan perjanjian
MK dibolehkannya perjanjian perkawinan pembebanan jaminannya sebelum diberikan
dibuat setelah perkawinan berlangsung akan kepada salah satu pasangannya yang berhak
berimplikasi terhadap berbagai pihak, salah berdasarkan akta pembagian harta bersama.
satunya pihak perbankan selaku pemberi kredit Pihak perbankan selaku pihak ketiga pada
bagi para debitur yang membutuhkan. intinya hanya menginginkan haknya terpenuhi
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan. secara utuh dari fasilitas kredit yang diberikan
Dalam praktiknya di BNI belum terdapat kepada debitor terlepas ada atau tidak
debitur yang melaporkan telah membuat permasalahan yang timbul dari perubahan
perjanjian perkawinan selama berjalannya diperbolehkannya perjanjian kawin dibuat
fasilitas kredit33. Mekanisme dan prosedur setelah perkawinan berlangsung.
pengikatan perjanjian kredit umumnya sama Terkait dengan kenyataan dalam praktik
di setiap bank, termasuk BNI. Di BNI34 untuk bahwa terdapat Notaris35 yang tidak bersedia
proses perikatan diawali dengan Akta Perjanjian membuat akta perjanjian perkawinan ataupun
Kredit sebagai Perjanjian Pokok yang diikuti perubahan perjanjian perkawinan setelah
dengan Akta Perjanjian Pembebanan Jaminan perkawinan berlangsung adalah dikhawatirkan
sebagai Perjanjian Accesoir guna menjamin adanya itikad tidak baik dari para pihak terutama
fasilitas kredit yang diberikan oleh Kreditur. terkait dengan permasalahan pembagian harta
Pada dasarnya apabila memang kemudian dan kaitannya dengan pihak ketiga.
ditemukan perjanjian perkawinan selama Menurut ketentuan Pasal 29 ayat (4) UU
berjalannya fasilitas kredit, Kreditur akan Perkawinan: Selama perkawinan berlangsung,
menempuh mekanisme yang sama dengan perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali
mekanisme perjanjian kredit pada umumnya, bila dari kedua belah pihak ada persetujuan
karena perjanjian perkawinan tersebut tidak untuk merubah dan perubahan tidak merugikan
menghilangkan hak preferent kreditor yang pihak ketiga.
timbul dari perjanjian pembebanan jaminan, Frasa bahwa “perubahan perjanjian
namun demikian apabila memang terdapat perkawinan tersebut tidak boleh merugikan
permintaan debitor yang memohonkan agar pihak ketiga” menimbulkan konsekuensi risiko
salah satu jaminan dihapuskan pembebanan apabila ternyata dikemudian hari perjanjian
jaminan terhadap harta tersebut maka debitor perkawinan/perubahan perjanjian perkawinan
dapat mengajukan penggantian/pelepasan yang dibuat dihadapan Notaris tersebut
jaminan d.h.i. pembayaran sebagian daripada ternyata merugikan pihak ketiga.
fasilitas kredit atau penggantian jaminan

33
Wawancara dengan Gilang Nugraha, S.H., staf Legal pada BNI Kantor Wilayah Bandung pada tanggal 23 Juli 2018.
34
Ibid.
35
Wawancara dengan Notaris Dr. Ranti Fauza Mayana, S,H, pada 20 Juli 2018.
Revi Inayatillah, Sonny Dewi Judiasih, Anita Afriana 202
Pertanggungjawaban Suami Isteri Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Harta Bersama

Perlu diingat dalam hal terdapat pihak kekuatan mengikat perjanjian terhadap pihak
ketiga/kreditur yang dirugikan oleh dibuatnya ketiga apabila perjanjian kawin tersebut dibuat
perjanjian perkawinan tersebut dapat dalam ikatan perkawinan berlangsung. Adanya
menuntut pembatalan perjanjian kawin pasca kewajiban bagi para pihak untuk melakukan
perkawinan, atau menuntut pembatalan penetapan perjanjian kawin yang dibuat setelah
sebagian isi dalam perjanjian kawin, dan/atau perkawinan dicatatkan di Kantor Catatan Sipil
menuntut ganti kerugian. atau Kantor Urusan Agama agar memenuhi
Bukan merupakan suatu hal yang mudah asas publistas dan mengikat pihak ketiga yang
bagi Notaris untuk dapat mengetahui bahwa terkait dengan perjanjian tersebut.
pembuatan aktanya tidak melanggar pihak
ketiga, meskipun demikian terdapat beberapa KESIMPULAN
langkah antisipasi yang dapat dilakukan oleh Bahwa suami/istri tidak dapat dimintakan
Notaris:36 pertanggungjawaban apabila sebelumnya tidak
1. Meminta para pihak (suami-isteri) untuk menyatakan persetujuan dalam perjanjian kredit
membuat surat pernyataan rinci mengenai dengan jaminan harta bersama. Perjanjian kawin
daftar harta dan statusnya, misalnya apakah pasca adanya Putusan Mahkamah Konstitusi
sedang menjadi jaminan pihak ketiga. Nomor 69/PUU-XIII/2015 belum memberikan
2. Dibuat pernyataan oleh para pihak yang kepastian hukum bagi pihak ketiga dikarenakan
menerangkan untuk membebaskan notaris para pihak dikhawatirkan tidak beritikad baik
dari segala akibat hukum atas dibuatnya dalam pembuatan perjanjian kawin. Untuk
Perjanjian Perkawinan ini. memberikan kepastian bagi pihak ketiga selaku
3. Melakukan pengecekan status harta pemberi fasilitas kredit bagi pasangan suami
benda (terutama sertipikat) yang menjadi dan istri dan dapat dipertanggungjawabkan,
objek dari perjanjian perkawinan apakah maka pasangan suami istri seharusnya
dijaminkan kepada pihak ketiga melakukan pendaftaran pencatatan perjanjian
4. Mendapatkan persetujuan dari pihak perkawinan guna memenuhi asas publisitas.
ketiga yang tersangkut misalnya dalam hal Disarankan pemerintah selaku legislator
harta yang menjadi objek dari perjanjian semestinya membuat pengaturan mengenai
perkawinan tersebut merupakan jaminan petunjuk pelaksaan dan petunjuk teknis
kredit Bank. mengenai pencatatan perjanjian perkawinan
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ini guna tidak merugikan berbagai pihak yang
dilihat terdapat suatu kekhawatiran dikalangan terkait.
Notaris maupun pihak ketiga seperti bank
yang memberikan fasilitas kredit yang terlibat
dalam perjanjian kawin terhadap akibat
hukum atas Putusan MK sepanjang pemerintah
belum menetapkan peraturan teknis terkait
mekanisme pembuatan perjanjian kawin
pasca Putusan MK yang berkaitan dengan

36
Ibid.
203 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

DAFTAR PUSTAKA Jurnal


Buku Sonny Dewi Judiasih (III), Pertaruhan Esensi
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Itikad Baik dalam Pembuatan Perjanjian
Citra Aditya Bakti, Bandung: 2000. Kawin Pasca Putusan Mahkamah
Abdul Manaf, Aplikasi asas Equalitas Hak dan Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015,
Kedudukan Suami Istri dalam Penjaminan Jurnal Notraiil, Vol. 1 No. 2, Mei 2017.
Harta Bersama pada Putusan Mahkamah
Agung, CV. Mandar Maju, Bandung: 2006. Peraturan perundang-Undangan
Djaren Saragih, Pengantar Hukum Adat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, Tarsito, Bandung: 1984. Indonesia Tahun 1945.
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Kebendaan bagi Tanah dan Benda lain Perkawinan.
yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Penerapan Asas Pemisahan Horisontal
(Suatu Konsep Dalam Menyongsong Sumber Lainnya
Lahirnya Lembaga Hak Tanggungan), Herlin Budiono, Perjanjian Perkawinan Pasca
Cetakan Kedua, Nuansa PT. Madani, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Jakarta: 2011. 69 Tahun 2015 dan Permasalahannya,
Damanhuri HR, Segi-segi Hukum Perjanjian Makalah pada Loka Karya Perjanjian
Perkawinan Harta Bersama, Mandar Perkawinan Pasca Putusan MK 69/2015,
Maju, Bandung: 2007. Universitas Padjadjaran, Jl Dipati Ukur 35,
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono Gini Bandung, 5 April 2017.
Saat Terjadi Perceraian, Visi Media, Mike Rini, Perlukah Perjanjian Perkawinan?
Jakarta: 2008. Danareksa.com, diakses pada tanggal 10
J.Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Citra Aditya Mei 2018.
Bakti, Bandung: 1993. Wawancara dengan Notaris Dr. Juli Asril, S.H.,
Libertus Jehani, Perkawinan Apa Risiko M.H. pada tanggal 05 Juli 2018.
Hukumnya, Forum Sahabat, Jakarta: 2008 Wawancara dengan Notaris Dr. Ranti Fauza
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Mayana, S,H, pada 20 Juli 2018.
Bisnis, Alumni, Bandung: 1994. Wawancara dengan Arista Puspamega, S.H.
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Staff Regional Bussiness Manager Bank
Bina Cipta, Bandung: 1979. Mandiri pada tanggal 04 Juli 2018.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Wawancara dengan Afdholul Awalin, S.H. Staff
Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Marketing Dana Institusi Bank Jabar
Jakarta: 1990. Banten Kantor Cabang Bekasi pada tanggal
Sonny Dewi J.(I), Harta Benda Perkawinan: 04 Juli 2018.
Kajian Terhadap Kesetaraan Hak dan Wawancara dengan Gilang Nugraha, S.H., staf
Kedudukan Suami dan Isteri atas Legal pada BNI Kantor Wilayah Bandung
Kepemilikan Harta dalam Perkawinan, pada tanggal 23 Juli 2018.
Refika Aditama, Bandung: 2015.
Subekti, Hukum Keluarga dan Hukum Waris,
Cetakan Keempat, Internusa, Jakarta:
2004.

Anda mungkin juga menyukai