Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KESEHATAN DI SOSIAL/BUDAYA
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP
STATUS KESEHATAN PERIODONTAL
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas berkat
dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk pemenuhan
tugas selanjutnya dengan judul “Kesehatan Di Sosial/Budaya Pengaruh Budaya
Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak.
Dalam penyusunan makalah ini telah mendapatkan bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M. Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Seluruh staf pengajar jurusan S1 Keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
eka harap palangka Raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selama ini.
3. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selama ini telah
banyak memberikan dukungan baik secara materi, doa, nasehat, dan
senantiasa memotivasisayai dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
A. Konsep Dasar Menyirih........................................................................ 5
B. Konsep Dasar Pinang.................................................................................... 11
C. Konsep Dasar Kapur...................................................................................... 13
D. Konsep Dasar Gambir................................................................................... 14
E. Kesehatan Gigi dan Mulut.................................................................... 15
F. Konsep Dasar Karies............................................................................. 16
BAB III KESIMPULAN...............................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................... 24
B. Saran .................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 26
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makan sirih adalah budaya Indonesia dengan meramu daun sirih dan
bahan-bahan lain sebagai ramuannya. Perlengkapan atau ramuan yang
digunakan untuk makan sirih secara umum adalah terdiri dari sirih,
kapur, gambir, pinang, dan tembakau
Seperti hal nya dibeberapa kawasan di Indonesia NTT (Nusa
Tenggara Timur), pa happa atau makan sirih pinang merupakan salah satu
budaya yang sangat melekat pada masyarakat Sumba. Dimana
perpaduan buah sirih dan buah pinang yang kemudian dicampur dengan
2
Sirih juga dikenal sebagai simbol budaya dan menjadi bagian yang
tak terpisahkan dalam adat istiadat masyarakat Minangkabau khususnya di
Nagari Koto Gadang Guguk, Koto Gaek Guguk, Jawi-Jawi Guguk
Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Sirih juga dipakai dalam
upacara meminang yang dilakukan menurut adat yaitu maanta sirieh
langkok jo carano. Mencari dan atau meminang calon yang dilakukan baik
wanita maupun laki-laki, maka keluarga calon mempelai pihak keluarga
wanita dan atau laki-laki harus datang melamar kepada keluarga orang tua
pihak laki-laki dan atau wanita, maka keluarga calon mempelai pihak
keluarga dan atau laki-laki untuk meminta persetujuan kepada mamak yang
bersangkutan (Dumarni, dkk, 2015 :6).
periodontal adalah kalkulus atau karang gigi akibat stagnasi saliva pengunyah
pinang karena adanya kapur Ca(OH)2. Gabungan kapur dengan pinang
mengakibatkan timbulnya respon primer terhadap pembentukan senyawa
oksigen reaktif dan mungkin mengakibatkan kerusakan oksidatif pada DNA
di aspek bukal mukosa penyirih. Efek negatif adalah menyirih dapat
mengakibatkan penyakit periodontal dengan adanya lesi-lesipada mukosa
mulut seperti submucous fibrosis,oral premalignant lesion dan bahkan
dapat mengakibatkan kanker mulut (Kasim dkk.,2006).
B. Rumusan Masalah
Untuk Mengetahui bagaimana Kesehatan Di Sosial/Budaya Seperti
Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal ?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Menyirih
terbesar keempat setelah kafein, nikotin dan alkohol. Sirih secara kimia
b. Komposisi Menyirih
Berdasarkan kandungan utamanya, campuran menyirih adalah
kombinasi dari daun sirih ( Piper Betle), Buah pinang, gambir (Uncaria
Gambir), dan kapur.
Umumnya, bahan yang digunakan untuk menyirih terdiri dari biji
buah pinang (Areca Catechu), buah atau daun sirih (Piper Betle Leaves),
dan kapur (Kalsium Hidroksid). Di beberapa daerah atau negara,
tembakau juga dimasukan dalam quid (Shabrina, 2016).
c. Defenisi Sirih
Sirih merupakan tanaman asli indonesia yang tumbuh atau
merambat atau bersandar pada batang pohon lain, dimana dun dan
buahnya dikunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Selain berperan
8
dalam kehidupan dan berbagai upacara adat, sirih juga brperan dalam
pengobatan herbal. Daun sirih tumbuh dengan cara merambat mencapai
tinggi 15 meter, batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat,
beruas dan merupkan tempat kluarnya akar. Daun sirih mempunyai
bentuk seperti jantung, cabang aun sirih bersifat tunggal atau satu-satu
dan tumbuh berselang-seling, bertangkai dan mengeluarkan bau yang
sedap bila diremas.Panjang daun sirih 5-8 cm dengan lebarnya 2-5 cm.
Adanya minyak atsiri dari dun sirih mengandung minyak terbang
(betelphenol), pati, diastase, gula,zat amak, dan chavicol yang memiliki
daya mematikan kuman, antioksidasi dan anti jamur (fungsida). Sirih
juga bermanfaat untuk menghilangkan bau badan yang ditimbulkan
bakteri dan cendawan. Daun sirih jug bersiat menahan pendarahan,
gelap dari menyembuhkan luka pad kulit, dan gangguan pencernaan
(Agoes, 2010).
Adalah daun sirih yang memiliki warna hitam atau warna yang lebih
daun sirih lainnya, daun sirih ini terbilang langka karena tidak
di semua daerah terdapat daun sirih hitam ini. Daun sirih hitam ini
memiliki fungsi yang lebih ampuh dari pada daun sirih lainnya.
Daun sirih yang memiliki warna kuning pada daunnya atau memiliki
nama latin sirih gading, memiliki fungsi untuk mengobati mimisan
yang terjadi pada manusia.
4) Daun sirih silver
Adalah daun sirih yang memiliki warna silver, dengan warna yang di
hasilkan membuat banyak orang lebih membudidayakannya untuk
tanaman hias ketimbang untuk di manfaatkan lainnya, warna silver
yang di hasilkan mampu menarik perhatian banyak orang khususnya
kaum hawa yang lebih dominan menyukai tanaman.
5) Daun sirih putih
Adalah daun sirih yang memiliki warna putih yang diselingi dengan
warna hijau tua pada daunnya, daun sirih putih ini memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Bisa di manfaatkan untuk
mengatasi keputihan pada kaum hawa.
dan Afrika bagian Timur bahkan terdapat juga di Indonesia pada daerah-
daerah tertentu. Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan buahnya,
yang di dunia barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai
salah satu bahan campuran dalam menyirih.
2. Jenis-jenis Pinang
b. Pinang Hutan
c. Pinang Irian
d. Pinang Biru
e. Pinang kelapa
C. Konsep Dasar Kapur
1. Defenisi Kapur
Kapur diperoleh dari berbagai sumber, seperti kerang laut, kerang air
tawar, batu kapur, dan batu karang.Supaya cocok untuk dikunyah, kapur
diolah menjadi bubuk (kalsium dioksida) dan dicampur dengan air
sehingga konsistensinya seperti pasta. Kapur dihaluskan dengan cara
yang berbeda, tergantung asal- usulnya.
yang digunakan pada saat menginang berbentuk serbuk kapur yang dapat
merusak jaringan periodonsium secara mekanis dengan cara
pembentukan kalkulus yang akan menyebabkan peradangan jaringan
periodontal dan kegoyangan gigi (Siagan, 2012)
Kapur berwarna putih seperti salep yang berasal dari karang laut atau
cangkang kerang yang telah dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut
perlu dicampurkan air supaya memudahkan lagi untuk dioleskan pada
daun sirih bila diperlukan.
2. Jenis-jenis Kapur
bahan olahan yang disebut dengan nama yang sama yaitu gambir.
Gambir yang diekstra dari daun dan ranting gambir ini mempunyai
manfaat dan khasiat yang sangat banyak. Salah satnya sebagai bahan
baku obata-obatan, orang awam sering menyamakan gambir dengan
buah pinang yang bernama jambe. Kegunaan yang lebih penting adalah
sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna.
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul
pada suatu permukaan gigi tau lebih dan dapat meluas kebagian yang
lebih dalam dari gigi, misalnya : dari email kedenitin atau kepulpa.
1. Defenisi Karies
c. Waktu
Proses demineralisasi dan remineralisasi pada rongga mulut
terjadi secara terus menerus, oleh sebab itu maka dapat dikatakan
18
2) Usia
Prevalensi karies meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Hal ini disebabkan karena gigi lebih lama terpapar dengan
faktor resiko penyebab karies, oleh karena itu penting untuk
memahami dan mengendalikan faktor risiko untuk mencegah
timbulnya lesi karies baru atau memperlambat perkembangan lesi
karies yang sudah ada (Fejerskov, 2008; Heymann, 2013).
3) Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi permanen dan gigi sulung pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan
karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-
laki, sehingga gigi anak perempuan terpapar faktor resiko karies
lebih lama (Fejerskov, 2008).
4) Keturunan
Orang tua dengan karies yang rendah anak-anaknya
cenderung memiliki karies yang rendah, sedangkan orang tua
dengan karies yang tinggi anak- anaknya cenderung memiliki
karies yang tinggi pula. (Shafer, 2012). Namun penelitian ini belum
dipastikan penyebabnya karena murni genetik, transmisi bakteri
atau kebiasaan makan dan perilaku dalam menjaga kesehatan gigi
yang sama dalam suatu keluarga (Fejerskov, 2008).
5) Status sosial ekonomi
Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah memiliki indeks DMF-T lebih tinggi dibandingkan dengan
anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi
(Tulongow, 2013). Hal ini disebabkan karena status sosial ekonomi
akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam upaya
20
d) Klasifikasi karies
Berdasarkan kedalamannya karies gigi yaitu:
o Karies superficialis yaitu dimana karies baru mengenai
enamel saja, sedangkan dentin belum terbuka
o Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin,
tetapi belum melebihi setengah dentin.
o Karies propunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih
dari setengah dentin dan kadang-kadang. (Machfoedz, 2008).
penyakit lain, seperti fokal infeksi dari penyakit tonsillitis, faringitis dan
lain-lain. Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu
dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas serta penurunan
produktivitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup
(Sriyono, 2016).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh budaya makan sirih
terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat yang di teliti di suku Karo
di desa Tiga Juhar Kabupaten Deli Serdang, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. ada pengaruh tradisi makan sirih terhadap status kesehatan periodontal
2. ada pengaruh nilai makan sirih terhadap status kesehatan periodontal
3. Ada pengaruh komposisi sirih terhadap status kesehatan periodontal
4. Ada pengaruh frekuensi makan sirih terhadap status kesehatan periodontal
5. Ada pengaruh lama makan sirih terhadap status kesehatan periodontal
6. Variabel yang dominan terhadap status kesehatan periodontal adalah lama
makan sirih (p=0,032;OR=2,9) yang artinya lama makan sirih ≥5 tahun berisiko
2,9 kali lebih besar responden mengalami status kesehatan periodontal dibanding
dengan lama makan sirih <5 tahun.
B. SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA