Anda di halaman 1dari 11

Penyakit pes merupakan penyakit yang

menular dan dapat mengakibatkan kematian.


Tikus merupakan reservoir dan pinjal
merupakan vector penularnya, sehingga
penularan ke manusia dapat terjadi melalui
gigitan pinjal atau kontak langsung dengan
tikus yang terinfeksi bakteri Yersinia pestis.
Pemerintah Indonesia maupun dunia sudah
menetapkan penyakit pes menjadi salah satu
penyakit karatina dan tercatat dalam
Internasional Health Regulation.
Agen penyebab pes atau black death adalah
bacillus Pasteurella pestis (Yesrsinia pestis ).
Karakteristik dari Yersinia pestis adalah bakteri
gram negatif, kecil, pleomorfik, non-motile,
basil bipolar berbentuk “safety pin” avoid.
Berikut ini adalah cara-cara penularan pes pada manusia:
➢ Gigitan oleh kutu yang sebelumnya telah bersarang pada
hewan yang terinfeksi seperti tikus, marmut, kelinci dan tupai.
➢ Paparan terhadap manusia dengan sampar pneumonic.
Melalui udara dengan menhirup droplet atau percikan air dari
batuk atau bersin orang yang sakit.
➢ Melalui luka di kulit dan terkena darah hewan yang
terinfeksi.
➢ Goresan atau gigitan dari kucing domestik yang terinfeksi.
Pes adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya
dihasilkan dari gigitan kutu yang terinfeksi, Xenopsylla
cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada
hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa
binatang pengerat lainnya ketika tuan mereka mati.
Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang
terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang
sekarang terinfeksi ke situs gigitan hewan pengerat atau
host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke
kelenjar limfe dan berkembang biak. Y.pestis basil bisa
menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam
fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit
berlangsung, kelenjar getah bening dapat terjadi
perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik .
Gejala klinis dari penyakit PES dibagi menjadi tiga
berdasarkan klasifikasinya:
1. Pes tipe kelenjar getah bening (bubonik)
Gejala khas pada tipe ini adalah adanya pembesaran
kelenjar getah bening (diameter 2-10 cm) yang
bengkak dan merah. Kelenjar getah bening yang
paling sering terkena adalah kelenjar di selangkangan
karena gigitan kutu lebih sering terjadi di kaki. Pes
bubonik yang sampai ke otak dan menyebabkan
radang selaput otak disebut pes meningitis , dengan
gejala sakit kepala, kejang, kaku leher, dan koma.
2. Pes tipe infeksi luas (septikemia)
Bakteri pada saluran getah bening dapat sampai ke aliran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Racun yang dihasilkan oleh bakteri dapat
menyebabkan gumpalan darah kecil-kecil di seluruh tubuh sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah. Tidak adanya aliran darah
menyebabkan kematian jaringan (gangrene) yang ditandai dengan
warna kehitaman. Gumpalan darah ini menghabiskan bahan- bahan
pembeku darah sehingga terjadi perdarahan di berbagai tempat,
seperti perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-bintik merah
keunguan, batuk darah, buang air besar disertai darah, serta muntah
darah.
3. Pes tipe paru-paru (pneumonik)
Pada pes tipe ini, bakteri terutama menginfeksi paru.
Gejala tipe ini adalah kelemahan, nyeri kepala, demam,
batuk dan sesak napas. Batuk umumnya berdahak cair
dan disertai darah. Sejak awal dapat terjadi penurunan
kesadaran dan penderita dapat meninggal pada hari
keempat sampai kelima setelah gejala pertama timbul jika
tidak diobati.
Ada 3 (tiga) tahapan diagnosis yang akan diterapkan pada kasus ini,
yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada
pasien terkait dengan keluhan yang dirasakan.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah itu, dokter akan melanjutkan ke tahap pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan mencakup analisis gejala fisik yang terdapat pada tubuh
pasien dengan mengacu pada gejala penyakit pes pada umumnya.
3. Pemeriksaan Penunjang
Sementara itu, untuk menguatkan diagnosis, dokter juga akan
menerapkan pemeriksaan penunjang pada pasien. Dalam kasus pes,
pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti pengambilan sampel
darah, saliva, hingga biopsi jaringan tubuh untuk selanjutnya dianalisis
lebih lanjut di laboratorium guna mencari tahu apakah ada kandungan
bakteri Y. pestisia di dalamnya.
Menurut Widoyono (2008) pencegahan penularan
penyakit pes dapat dilakukan melalui:
a. Menempatkan kandang ternak di luar rumah
b. Merekontruksi rumah
c. Membuat ventilasi
d. Melapisi lantai dengan semen
e. Melapor ke puskesmas bila ditemukan banyak
tikus yang mati
f. Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20
cm dari lantai

Anda mungkin juga menyukai