Anda di halaman 1dari 6

Nama : Indah Fajariani

Nim : 11870121386

Kelas : 5E Manajemen

Matkul : Perekonomian Indonesia

Dosen : Ulfiah Novita SE.MSi

Data Kemiskinan,Ketahanan Pangan dan Kesenjangan Sosial Di Nusa Tenggara Barat

A. Kemiskinan di Nusa Tenggara Barat

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2019 – Maret 2020

Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat pada bulan Maret 2020 sebesar 713,89 ribu
orang, sedangkan pada September 2019 sebesar 705,68 ribu orang atau bertambah sekitar 8,2
ribu orang. Adapun penduduk miskin pada periode September 2019 - Maret 2020 mengalami
kenaikan sebesar 0,09% poin dari 13,88% menjadi 13,97%. persentatase penduduk miskin di
daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 14,85%, naik menjadi 14,90 %pada Maret 2020.
Begitupun dengan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 12,97% pada
September 2019 menjadi 13,09% pada Maret 2020.

Jumlah dan pesentase penduduk miskin Menurut daerah,September 2019 dan Maret 2020

Daerah/tahun Jumlah penduduk Persentasi penduduk miskin


miskin (ribu) (ribu)
Perkotaan= September 2019 365.05 14.85
Maret 2020 368.44 14.90
Perdesaan= September 2019 340.63 12.97
Maret 2020 345.45 13.09
Kota+desa= September 2019 705.68 13.88
Maret 2020 713.89 13.97
(Sumber data : dari BPS)

2. Perkembangan Kemiskinan Tahun 2010 – Maret 2020


Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin Provinsi Nusa Tenggara Barat
terus mengalami penurunan. Namun kalau diamati setiap periode, penurunan penduduk
miskin bersifat fluktuatif dan poin penurunannya bervariasi. Sejak tahun 2010 sampai 2020
persetase penduduk miskin terus mengalami penurunan kecuali pada keadaan periode bulan
September 2014 – Maret 2015, bulan September 2016 – Maret 2017 dan bulan September
2019 – Maret 2020. Penurunan angka kemiskinan pada periode bulan Maret 2017 - bulan
September 2017 merupakan yang tertinggi semenjak penghitungan angka kemiskinan
dilakukan sebanyak 2 kali setahun pada tahun 2012.

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan %tase penduduk miskin.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan
juga terkait dengan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dapat
dilihat pada Tabel 4. Pada periode September 2019 – Maret 2020, Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 2,119 pada
September 2019 menjadi 2,577 pada Maret 2020. Kenaikan nilai indeks ini berarti rata-rata
pengeluaran penduduk miskin makin menjauhi Garis Kemiskinan. Demikian juga, Indeks
Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari 0,519 pada September 2019 menjadi 0,611
pada Maret 2020. Ini berarti ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin
melebar. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan mengalami peningkatan. Di daerah perkotaan, P1 September 2019 sebesar 2,169
meningkat menjadi 2,544 pada Maret 2020. Sedangkan P1 di daerah perdesaan mengalami
peningkatan dari 2,073 pada September 2019 menjadi 2,609 pada Maret 2020. Untuk nilai
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami peningkatan baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan. Di daerah perkotaan, P2 September 2019 sebesar 0,533 meningkat
menjadi 0,537 pada Maret 2020. Sedangkan di daerah perdesaan, P2 juga mengalami
peningkatan dari 0,505 pada September 2019 menjadi 0,681 pada Maret 2020.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)


Tahun Kota Desa Kota+desa
Indeks kedalaman
kemiskinan (P1)
September 2019 2,169 2,073 2,119
Maret 2020 2,544 2.069 2,577
Indeks keparahan
Kemiskinan (P2)
September 2019 0.533 0,505 0,159
Maret 2020 0,537 0,681 0,611
(Sumber data: dari BPS)

A. Ketahan pangan di Nusa Tenggara Barat

Ketahana Pangan Menurut Daerah, September 2019 dan Maret 2020

Daerah/tahun Garis kemiskinan (Rp/kapita/bulan)


Makanan Bukan makanan Total
Perkotaan
Sepetmber 2019 301.167 103.921 405.087
Maret 2020 312.008 105.643 417.730
Perubahan September 3.63 1.66 3.12
2019-maret 2020
Perdesaan
September 2019 285.008 95.683 380.691
Maret 2020 293.862 99.456 393.218
Perubahan September 3.11 3.84 3.29
2019-maret 2020
Kota+desa
September 2019 292.522 99.662 392.184
Maret 2020 302.545 102.397 404.941
Perubahan September 3.43 2.74 3.25
2019-maret 2020

Pada Maret 2020, lima komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis
Kemiskinan adalah pertama komoditi beras memberikan sumbangan sebesar 20,95 % di
perkotaan dan 25,12 % di perdesaan, rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar
kedua kepada Garis Kemiskinan (11,80 % di perkotaan dan 8,52 % di perdesaan). Telur
ayam ras menjadi komoditi ketiga yang memberikan sumbangan terbesar dengan share 3,52
% di daerah perkotaan dan 3,64 % di daerah perdesaan. Komoditi keempat yang memberikan
sumbangan terbesar baik di perkotaan maupun perdesaan adalah roti dengan share masing-
masing sebesar 2,83 % dan 2,68 %. Komoditi kelima yang memberikan sumbangan terbesar
di perkotaan adalah daging ayam ras sebesar 2,64 %, sedangkan komoditi kelima yang
memberikan sumbangan terbesar di perdesaan adalah tongkol/tuna/cangkalang sebesar 2,46
%. Untuk komoditi non makanan, komoditi yang memberi sumbangan terbesar pada Garis
Kemiskinan adalah pertama komoditi perumahan memberikan sumbangan sebesar 8,00 % di
perkotaan dan 10,12 % di perdesaan. Komoditi kedua yang memberikan sumbangan terbesar
di perkotaan adalah pendidikan, sedangkan di perdesaan adalah bensin dengan sumbangan
masing-masing sebesar 2,44 % dan 1,81 %. Komoditi ketiga yang memberikan sumbangan
terbesar di perkotaan adalah bensin, sedangkan di perdesaan adalah pendidikan dengan
sumbangan masing-masing sebesar 1,88 % dan 1,50 %. Komoditi keempat yang memberikan
sumbangan terbesar baik di perkotaan maupun perdesaan adalah listrik, masing-masing
sebesar 1,66 % dan 1,37 %. Komoditi kelima yang memberikan sumbangan terbesar di
perkotaan adalah angkutan sedangkan di perdesaan adalah perlengkapan mandi dengan
sumbangan masing-masing sebesar 1,38 % dan 1,26 %.

B. Kesenjangan Sosial di Nusa Tenggara Barat

Kesenjangan sosial adalah suatu ketidakseimbangan sosial yang ada di lingkungan


masyarakat yang menimbulkan perbedaan mencolok di masyarakat. Kesenjangan sosial
ditandai dengan adanya perbedaan kesempatan atau manfaat yang ada di masyarakat
meskipun mereka berada di status sosial yang sama. Hal ini bisa dilihat dari tidak samanya
penghasilan, fasilitas, atau penghargaan yang diraih setiap individu masyarakat. Hal ini
biasanya terjadi antar individu dan individu masyarakt di satu wilayah atau negara yang
sama. Perbedaan ini bisa diakibatkan oleh baik dan buruknya kualitas diri seseorang atau
juga kebijakan dan peraturan dari pihak eksternal, entah itu di ranah masyarakat maupun di
ranah pemerintahan negara.

Ada beberapa kesenjangan sosial yang terjadi ditengah lingkungan masyarakat antara
lain:Kesenjangan Sosial Orang Kaya dan Miskin, Kesenjangan ini bisa terjadi karena faktor
perbedaan penghasilan, tunjangan, dan penghargaan dari masyarakat.Hal ini bisa dilihat dari
tidak samanya penghasilan, fasilitas, atau penghargaan yang diraih setiap individu
masyarakat. Hal ini biasanya terjadi antar individu dan individu masyarakt di satu wilayah
atau negara yang sama. Perbedaan ini bisa diakibatkan oleh baik dan buruknya kualitas diri
seseorang atau juga kebijakan dan peraturan dari pihak eksternal, entah itu di ranah
masyarakat maupun di ranah pemerintahan negara.

Di Nusa Tenggara Barat jumlah warga yang terkena kesenjangan sosial jumlahnya cukup
tinggi. Angkanya sekitar 725 ribu lebih kepala keluarga yang masuk kesenjangan sosial. Baik
itu karena miskin, disabilitas, dan sebagainya untuk mengurangi angka kemiskinan di NTB,
Dinas Sosial Provinsi NTB memulai dengan pembenahan sumber daya manusia (SDM). Ada
tiga hal yang kemudian didorong dinas untuk kian meningkat. Pertama, membangun
penerimaan dari masyarakat terhadap pekerja sosial. Kedua, memberi penghargaan pada
pekerja sosial. Ketiga, meningkatkan kridibelitas pekerja sosial.

Kesimpulan

Angka kemiskinan di NTB Maret 2020 mengalami kenaikan 0,09 % dibandingkan


dengan September 2019, karena adanya pengaruh wabah virus Corona (Covid-19). Nusa
Tenggara Barat memasuki nomor 8 kemiskinan di Indonesia. Sebelumnya  dari rilis BPS
NTB Maret 2020, angka kemiskinan NTB naik 0,09 % atau tidak lebih dari 8000 rumah
tangga miskin. Meski demikian angka kenaikannya dinilai tidak terlalu signifikan.Jumlah
penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat pada Maret 2020 tercatat sebesar 713,89 ribu orang
(13,97 %). Pada September 2019, jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat sebesar
705,68 ribu orang (13,88 %). Terlihat adanya kenaikan persetase penduduk miskin (P0)
selama periode September 2019 – Maret 2020 yaitu sebesar 0,09 % poin. Jumlah penduduk
miskin di Nusa Tenggara Barat pada Maret 2020 tercatat sebesar 713,89 ribu orang (13,97
%). Kesenjangan sosial terjadi karena banyaknya rakyat miskin dan pengangguran. NTB
memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan melimpah tetapi mengapa masih terjadi
kesenjangan sosial yang sangat mencolok. Ini menjadi pertanyaan besar yang perlu adanya
jawaban dan titik terang. Hal ini merupakan tugas bagi pemerintah untuk bisa lebih
menyejahterakan masyarakat serta meminimalisir kesenjangan sosial.

Anda mungkin juga menyukai