Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIK
TEGANGAN PERMUKAAN

Disusun oleh :

1. Indriyani (16180100001)
2. Diah (16180100002)
3. Sherlina Puspita (16180100004)
4. Siti Maulidini (16180100005)
5. Winda Fitriani (16180100006)

Dosen Pembimbing:
apt. Muhammad Taufiqurrahman, S.Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


MAJU
PRODI FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam zat cair satu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya
yang sejenis dari segala arah, sehingga gaya tarik menarik sesama molekul
(gaya kohesi) adalah sama. Pada permukaan zat cair terjadi gaya tarik
menarik antara molekul zat cair dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya
adhesi lebih kecil bila dibandingkan dengan gaya kohesi sehingga molekul di
permukaan zat cair dengan molekul udara (gaya adhesi) cenderung untuk
masuk ke dalam. Tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya yang bekerja
sejajar dengan permukaan. Sedangkan tegangan antar permukaan selalu lebih
kecil dari tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua zat cair yang
tidak bercampur selalu lebih besar dari gaya adhesi antara zat cair dan udara.
Cairan mempunyai sifat menyerupai gas dalam hal ini gerakannya yang
mengikuti gerakan brown dan daya alirnya (fluitasinya). Selain itu aliran juga
menunjukkan adanya tegangan permukaan yang merupakan salah satu sifat
penting lainnya dari cairan.
Umumnya cairan yang mempunyai gaya tarik antara molekulnya besar
seperti raksa, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya cairan
seperti alkohol gaya tarik menarik antara molekulnya kecil, maka tegangan
permukaan juga kecil. Dalam kehidupan sehari-hari tegangan permukaan
cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungan dengan kemampuan cairan
tersebut membasahi benda. Detergen sintesis misalnya di desain untuk
meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat pada
pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga hasil
cucian menjadi bersih. Demikian pula alkohol dan jenis obat antiseptik
lainnya, selain dibuat agar memiliki daya bunuh kuman yang baik juga
memiliki tegangan permukaan rendah agar membasahi seluruh permukaan
luka. Oleh karena itu perlu dilakukan percobaan ini.
1.2 Tujuan
1. Menentukan tegangan permukaan zat cair
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan zat
cair
3. Menentukan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus
dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada
cairan. Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan
dan udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga
menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan (Douglas,
2001).
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu
lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua
cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara
(Douglas, 2001).
Pada permukaan temu antara cairan dan gas, atau dua cairan yang tidak
dapat bercampur, seolah-olah terbentuk suatu selaput atau lapisan khusus,
yang nampaknya disebabkan oleh tarikan molekul-molekul cairan di bawah
permukaan tersebut adalah suatu percobaan yang sederhana untuk meletakkan
sebuah jarum kecil pada permukaan air yang tenang dan mengamati bahwa
jarum itu didukung di sana oleh selaput tersebut (Wyle, 1988).
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya
yang sejenis dari segala arah sehingga gaya tarik menarik sesama molekul
(kohesi) adalah sama. Pada permukaan zat cair terjadi suatu gaya tarik
menarik antar molekul zat cair dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya
adhesi lebih kecil bila dibandingkan dengan gaya kohesi, sehingga molekul di
permukaan zat cair cenderung untuk masuk ke dalam. Tetapi hal ini tidak
terjadi karena adanya gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan zat cair
untuk mengimbangi. Sedangkan tegangan antar permukaan karena gaya
adhesi antara zat cair untuk mengimbangi gaya kohesi. Sedangkan tegangan
antar permukaan selalu lebih kecil dari tegangan permukaan (Lachman,
1989).
Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar, tetapi apabila zat
cair bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan
bagian tepi yang bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala
melengkungnya permukaan zat cair disebut dengan ministus (Yasid, 2004).
Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan
gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan
peningkatan luas permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan
didefinisikan pada antar muka cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip
juga ada pada tegangan antar muka cairan-cairan, atau padatan dan gas.
Tegangan semacam ini secara umum disebut dengan tegangan antar muka
(Douglas.2001).
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga
permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini
disebabkan adanya gaya tarik-menarik antar partikel sejenis didalam zat cair
sampai ke permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain
yang sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya
tidak terdapat sisa (resultan) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul.
Adanya gaya atau tarikan kebawah menyebabkan permukaan cairan
berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. tegangan ini disebut dengan
tegangan permukaan (Herinaldi, 2004).
Molekul-molekul yang berada dalam fasa cair seluruhnya akan dikelilingi
oleh molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik yang sama ke segala arah.
Sedangkan molekul pada permukaan mengalami tarikan kedalam rongga
cairan karena gaya tarik-menarik di dalam rongga cairan lebih besar daripada
gaya tarik-menarik oleh molekul uap yang diatas permukaa cairan. Hal ini
berakibat permukaan cenderung mengerut untuk mencapai luas yang sekecil
mungkin (Halliday, 1991 ).
Daya tarik kapiler disebabkan oleh tegangan permukaan dan oleh nilai
relatif adhesi antara cairan dan benda padat terhadap kohesi cairan. Cairan
yang membasahi benda padat mempunyai adhesi yang lebih besar daripada
kohesi. Kegiatan tegangan permukaan dalam hal ini menyebabkan cairan naik
di dalam tabung vertical kecil yang terendam sebagian dalam cairan itu. Bagi
cairan yang tidak membasahi benda padat, tegangan permukaan cenderung
untuk menekan miniskus dalam tabung vertikel kecil. Bila sudut kontak
antara cairan dan zat padat diketahui maka kenaikan kapiler dapat dihitung
untuk bentuk miniskus yang diasumsikan (Parrot, 1970).
Tegangan permukaan bervariasi antara berbagai cairan. Air memiliki
tegangan permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk
karena air membentuk droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan
mobil. Permukaan air membentuk suatu lapisan yang cukup kuat sehingga
beberapa serangga dapat berjalan diatasnya (Suminar, 2001).
Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan
garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun.
Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan
dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur (Mawarda,
2009).
Bahan pembasah adalah bahan yang dapat menurunkan tegangan
antarmuka partikel-partikel yang tidak mudah larut. Bahan pembasah yang
umum digunakan adalah surfaktan yang memindai udara substansi lain yang
terabsorbsi pada permukaan partikel padatan. Sehingga memudahkan
terbasahinya partikel padatan oleh cairan pembawa (RPS, 1998).

2.2 Metode Dalam Melakukan Tegangan Permukaan (Douglas, 2001):


2.2.1 Metode Kenaikan Kapiler
Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan
permukaan suatu zat cair dan tidak dapat digunakan untuk
menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak
bercampur.
h = kenaikan cairan dalam kapiler (cm)
2r = diameter kapiler (cm)
Θ = sudut kontak antara permukaan zat cair dengan dinding kapiler,
jika zat cair dapat membasahi dinding kapiler, θ = 0
α = komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan cairan = γ
cos θ
Total gaya ke atas di bagian dalam kapiler = 2 π rƴ cos θ
Gaya yang menyeimbangkan gaya ke atas dipengaruhi oleh tinggi
kenaikan cairan dalam kapiler, luas area, perbedaan bobot jenis antara
zat cair dan udara,
percepatan gravitasi :
π r2 ( p1 - p2 ) h.g + w
w = berat cairan di dalam kapiler
Bila zat cair mencapai tinggi maksimum dalam kapiler, terjadi
keseimbangan antara gaya ke atas dan gaya ke bawah sehingga nilai
tegangan permukaan dapat ditentukan. Bobot jenis udara, sudut
kontak, dan w dapat diabaikan, sehingga persamaan di atas dapat
ditulis sebagai berikut :
2π.r2 . Y = π.r2 . p.h.g
Y = ½ r.h.p.g
2.2.2 Metode Tersiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan utnuk mengukur tegangan
permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah
gaya yang diperlukan untuk melepaskansuatu cincin platina iridium
yang diperlukan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan
antar muka dari cairan tersebut. (Atfins, 1994)
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


1.1.1. Alat
a. Pipa kapiler
b. Timbangan
c. Gelas kimia
d. Piknometer
e. Milimeter block
f. Batang pengaduk
g. Termometer
h. Kompor
3.1.2 Bahan
a. Air
b. Propilenglikol
c. Etanol 96%
d. Gliserin
e. Tween 80
f. Natrium lauril sulfat
2.3 Uraian Bahan
3.2.1 Aquadest (FI Edisi III Hal  96)
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
3.2.2 Propilenglikol (Farmakope Indonesia IV hal. 712, Handbook Of
Pharmaceutical Excipient 6th Edition hal. 592 )
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau;
rasa agak manis higroskopik
Berat Molelul : 76, 09
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,
dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P;
larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat dicampur
dengan eter minyak tanah P dan beberapa minyak
essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak.
Berat Jenis : 1,038 g/cm3
OTT : Dengan zat pengoksidasi seperti Pottasium
Permanganat
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat
dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan
teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat,
asam piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur
dengan etanol, gliserin, atau air.
Khasiat : Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab,
plastisazer, pelarut, stabilitas untuk vitamin.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya , sejuk dan kering.
3.2.3 Etanol FI III Hal : 65 
Nama resmi : AETHANOLUM 
Nama lain  : Etanol, alkohol
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak. Bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan  : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P  ,
dan dalam eter P 
Khasiat  : zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya di tempat sejuk dan jauh dari nyala api
3.2.4 Gliserin (Rowe et.al., 2009)
Sinonim : Glycerol, glycerin, croderol
Rumus molekul : C3H8O3 Berat molekul : 92,09
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang
higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang
lebih 0,6 kali manisnya dari sukrosa
Kelarutan : Gliserin praktis tidak larut dengan benzene,
kloroform, dan minyak, larut dengan etanol 95%,
methanol dan air.
Stabilitas : Pada suhu 20°C. Gliserin sebaiknya ditempat yang
sejuk dan kering.
Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan
farmasetika, pada formulasi farmasetika sediaan
topikal dan kosmetik, gliserin utamanya digunakan
24 sebagai humektan dan pelembut. Rentang
gliserin yang digunakan sebagai humektan sebesar
≤30%.
3.2.5 Polioksietilen Sorbitan Monoleat/Tween 80 (Rowe, 551).
Pemerian : cairan kental; berwarna kuning; berasa pahit;
berbau khas dan hangat.
Kelarutan : larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam
minyak mineral dan minyak sayur.
Pemakaian : emulgator 1%-15%.
Stabilitas : stabil terhadap elektrolit, asam lemah dan basa;
saponifikasi bertahap terjadi dengan asam kuat dan
basa. Ester oleicacid sensitif terhadap oksidasi.
Higroskopis dan harus diperiksa kadar airnya
sebelum digunakan dan. Penyimpanan lama dapat
menyebabkan pembentukan peroksida. Harus
disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : perubahan warna dan pengendapan terjadi dengan
berbagai zat, khususnya fenol, tanin, tar, dan bir
seperti metanial. Aktivitas berkurang dengan adanya
antimikroba pengawet paraben.

3.2.6 Natrium lauril sulfat (Rowe et al., 2009)


Sinonim : Sodium lauryl Sulfat
Pemerian : memiliki nuansa halus, sabun, rasa pahit, dan bau zat
lemak yang samar, warna putih atau krem hingga kuning
pucat kristal, serpih, atau serbuk.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dapat membentuk utanopaselen
hampir tidak larut dalam klorofom dan eter.
Kegunaan : sebagai 13 Surfaktan anionic, deterjen, bahan
pengemulsi, penetran kulit, pelumas tablet dan kapsul,
wetting agent.
3.3 Cara Kerja
3.1.1 Penentuan Tegangan Permukaan Zat Cair
a. Ukur bobot jenis air, etanol, propilen glikol, gliserin menggunakan
piknometer.
b. Masukkan sejumlah zat cair tsb ke dalam gelas kimia
c. Ambil pipa kapiler kering. Celupkan pipa kapiler ke gelas kimia
berisi cairan tsb dan ukur kenaikan cairan dalam pipa kapiler.
d. Lakukan pengukuran sebanyak dua kali (duplo). Catat hasil dalam
tabel.
Bobot jenis h (mm)
Zat cair
(g/ml) 1 2 Rata-rata
Air
Etanol 96%
Propilen glikol
Gliserin
Keterangan : h = kenaikan cairan dalam pipa kapiler.
3.1.2 Pengaruh Suhu pada Tegangan Permukaan
a. Siapkan air bersuhu 40, 60, dan 80oC
b. Ambil pipa kapiler kering. Celupkan pipa kapiler ke dalam gelas
berisi cairan dengan volume tertentu. Catat kenaikan cairan dalam
pipa kapiler.
c. Lakukan pengukuran sebanyak 2 kali d. Bandingkan dengan suhu
kamar.
Air Keterangan Waktu Pengamatan
(detik)
Air Suhu Kamar Tanpa
Pengadukan
Dengan
Pengadukan
Air Suhu 10C Tanpa
Pengadukan
Air Suhu 50C Tanpa
Pengadukan

3.1.3 Pengaruh Surfaktan pada Tegangan Permukaan


a. Buat larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1; 5; 10 mg/
100 ml.
b. Masukan sejumlah tertentu masing-masing larutan ke dalam gelas
kimia.
c. Ambil pipa kapiler kering, celupkan dalam gelas kimia tsb dan
catat kenaikan cairan dalam kapiler.
d. Lakukan pengukuran sebanyak 2 kali.
e. Buat kurva antara konsentrasi dengan tegangan permukaan.
Tentukan konsentrasi misel kritik dari surfaktan tsb.
f. Ulangi pengukuran untuk larutan natrium lauril sulfat dengan
konsentrasi 0; 0,5; 1; 2; 2,5; 3 g/ 100 ml
h (mm)
Konsentrasi larutan
1 2 Rata-rata
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UMI., Makassar


2. Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga: Jakarta.
3. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta
4. Gennaro, Alfonso R,et all, 1990. Remingto’s Pharmaceutical Sciences Edisi
18th . Marck Publishing Company. Easton Pensylvania 591.
5. Giancoli, Douglas C. 2001. Isika Jilid I (terjemahan). Erlangga: Jakarta.

6. Herinaldi. 2004 . Mekanika Fluida, terjemahan dari “Fundamental of Fluids


Mechanic oleh Donald F. Young. Erlangga: Jakarta.
7. Lachman, L., 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI – press.

8. Mawarda. 2009. Tegangan Permukaan dan Kapasitas. PT Gramedia Pustaka


Utama.Jakarta.
9. Suminar.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, tejemaham dari “Principles of
Modern Chemistry” oleh David Oxtoby. Erlangga.Jakarta.
10. Parrot . 1971. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company :
Lowa City
11. Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey dan Marian E Quinn.2009.Handbook of
Pharmaceutical Excipient.USA:Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Association.
12. Wyle,B.E. 1988. Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta
13. Yazid, Estien, 2004. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai