Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BENTUK DAN MAKNA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Eka Mei Ratnasari, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Reni Mayasari 2101011080
Maya Mustika 2101012026
M. Kholid Firdaus 2101011053
Raudlatul Fatiha 2101011079

Kelas B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas berkat dan
rahmat-Nyalah kita senantiasa diberi kesehatan dan berkah yang tak terhingga.
Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada keharibaan junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita umat beliau
hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Kami harap dengan selesainya tugas makalah ini dapat memudahkan kita semua
untuk lebih memahami tentang “Bentuk dan Makna”. Kami juga menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena itu kepada para pembaca
makalah ini kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini dan perbaikan dalam berbagai hal untuk
kedepannya.

Metro, 05 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bentuk................................................................................................... 3
B. Makna................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA 

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia kadang memakai bahasa tubuh, atau isyarat dalam berbicara.
Walau tidak mengeluarkan bunyi, lawannya akan datang dengan cepat
memahami tujuannya. Ini merupakan suatu bukti bila pada dasarnya manusia
sudah menjalin hubungan dengan makna beserta saudaranya dan tentunya
tidak akan kesulitan memahami apa yang menjadi tujuan dan hakikat dari
makna. Apa yang dilontarkan dalam kata-kata, berarti itulah yang
dikeluarkan, tidak ada pengalihan ide-ide atau konsep-konsep bersama secara
langsung dari suatu pikiran ke pikiran lain. Kaum Empirisme, seperti Hume,
percaya bila kata-kata memberi nama pada ide-ide merujuk pada benda.
Bahasa adalah medium yang mendistorsi karena kata-kata adalah pengganti
ide-ide yang membingungkan.
Manusia membentuk dunia dengan memahaminya lewat kata,
akibatnya hubungan bahasa dan dunia terputus. Bahasa dengan pemikiran
berdiri sendiri dengan orang yang memahami berperan aktif dalam
mengkonstruk dunia. Dalam Semiologi ada sebuah catatan menarik untuk
penggalian makna dalam bahasa. Hubungan antara yang tersurat dan tersirat
dijelaskan secara mudah. Semiologi mengandalkan dua istilah, penanda dan
petanda. Ini berkenaan dengan objek yang menjadi bagian dari kategori yang
berlainan, dari itu kita harus berhati-hati sebab dalam bahasa keseharian. Ada
yang mengatakan Semiologi tidak dihadapkan dengan dua istilah, melainkan
tiga istilah. Sebab yang kita pahami bukan hanya satu istilah yang diikuti oleh
istilah lain, melainkan hubungan yang menyatukan istilah-istilah tersebut.
Ketiga istilah tersebut adalah penanda, petanda, dan tanda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk kata?
2. Apa yang dimaksud dengan makna kata?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang bentuk kata.
2. Untuk mengetahui tentang makna kata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk
Bentuk atau struktur dapat diartikan juga sebagai argumen atau
pengungkapan pikiran. Sebagai sebuah kesatuan unsur-unsur ungkapan
tradisional tergolong ke dalam bentuk yang bersifat lisan sehingga dalam
pengungkapan pikiran dan perasaan. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna yang ada dalam sebuah tanda baik yang berupa teks maupun
benda. Kajiannya menekankan pada makna yang terkandung dalam tanda itu.1
Bentuk kata terbagi empat yaitu:
1. Kata kerja (verba), yaitu bentuk kata yang menunjukkan kerja atau
berbuat
2. Kata benda (nomina), yaitu bentuk kata yang menunjukkan suatu benda,
3. Kata sifat (adjektif), yaitu bentuk kata yang menunjukkan sifat suatu
benda.
4. Kata keterangaan atau keadaan (adverbia), yaitu bentuk kata yang
menunjukkan suatu situasi atau keadaan tertentu.
Pemakaian bahasa dalam sebuah percakapan lebih mengutamakan
untuk merundingkan atau memunculkan relasi-relasi peran, soladaritas orang-
orang sebaya, tukar menukar giliran dalam percakapan, penyelamatan atau
menjaga muka baik di pihak pembicara (penulis) maupun di pihak pendengar
(pembaca). Secara garis besar interaksional merupakan fungsi bahasa yang
terlibat dalam pengungkapan hubunganhubungan sosial dan sikap-sikap
pribadi.
Dengan menggunakan teori bentuk-bentuk wacana, semua bentuk
paparan baik lisan maupun tertulis yang memiliki ciri merupakan wadah
penyampaian informasi atau pikiran yang utuh disebut wacana. Secara teoritis
wacana dibedakan antara lain sebagai berikut:

1
Sihwatik, “Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna Ungkapan Tradisional Wacana Sorong
Serah Aji Krama Di Kabupaten Lombok Barat Dan Relevansinya Dalam Pembelajaran Mulok Di
SMP”, Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 95

3
1. Deskripsi, berasal dari verba to describe, yang artinya menguraikan,
memeriakan, melukiskan atau menggambarkan. Wacana deskripsi adalah
wacana yang digunakan untuk membangkitkan impresi atau kesan
tentang seseorang, tempat, suatu pemandangan dan lain sebagainya.
2. Narasi, bentuk ini secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Bentuk
narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan. Narasi dapat dibatasi
sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang
terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi juga dapat dirumuskan
sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
3. Eksposisi, wacana yang memberikan, mengupas atau menguraikan
sesuatu demi penyampaian informasi dan tanpa disertai desakan atau
paksaan. Bentuk eksposisi biasa digunakan untuk menyajikan
pengetahuan atau ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu
kegiatan, metode, cara, dan proses terjadinya sesuatu.
4. Argumentasi, istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue yang
artinya membuktikan atau menyampaikan alasan. Bentuk argumentasi
berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar
mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan penulis atau pembicara. Melaui argumentasi untuk
meyakinkan pembaca bahwa yang disampaikan itu benar, penulis
menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah.
5. Persuasi, diturunkan dari verba to persuade yang artinya membujuk, atau
menyarankan. Bentuk persuasi merupakan kelanjutan atau
pengembangan bentuk argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan
gagasan dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan pembaca.
Kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran
kepada pembaca.

4
B. Makna
Makna dalam tanda dibangun oleh hubungan sintagmatik dan
hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara tanda
dengan tanda. Sedangkan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara
tanda dengan dunia yang ada di luarnya. Tanda sebagai kesatuan dari dua
bidang yang tidak dapat dipisahkan. Di mana ada tanda di sana ada sistem.
Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek
yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang penanda
atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda atau
konsep atau makna.
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu
melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sangatlah
beragam. Makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat
pada suatu tanda linguistik. 2 Terkait dengan hal tersebut, makna merupakan
hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang disepakati bersama oleh
pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.3
Makna atau maksud yang kita sampaikan, sangat tergantung kepada
kata yang kita pilih (diksi). Diksi artinya pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu seperti yang diharapkan. Ada perbedaan antara “kata” dengan
“istilah”. “Kata” hanya memiliki makna leksikal, gramatikal, kontekstual, dan
konotasi, Sedangkan “istilah” di samping memiliki makna seperti kata, juga
memiliki batasan atau definisi. Semakin banyak pemahaman terhadap kata
dan istilah akan semakin mudah menyerap informasi melalui membaca dan
menyimak, dan semakin mudah menyampaikan informasi dalam bentuk
berbicara dan menulis. Setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau ide.
Dengan kata lain kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan
kepada orang lain. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin
banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup
diungkapkannya. Jadi, Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata
yang dipakai untuk menyampaikan gagasan. Pilihan kata atau diksi adalah
2
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 286
3
Aminuddin, Semantik (Bandung: Sinar Baru, 1998), 50.

5
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki.
Setiap kata memiliki makna. Makna dalam kata dapat digolongkan
menjadi:
1. Makna denotatif, yaitu makna yang asli yang melekat pada bentuk kata
itu sendiri,
2. Makna konotatif, yaitu makna  yang dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan penutur, Dalam sudut
pandang yang lain, makna kata digolongkan menjadi:
a. makna leksikal, yaitu makna yang melekat pada bentuk kata itu
sendiri (makna yang terdapat dalam kamus),
b. makna gramatikal, yaitu makna yang muncul dari penggabungan
morfem dengan morfem, atau kata dengan kata, dan
3. makna kontekstual, yaitu makna yang ditentukan oleh situasi dan
kondisi tertentu.
Kosakata merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemajuan
berbahasa. Pembelajaran kosakata yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi berbahasa siswa dapat dilakukan dengan berbagai metode,
diantaranya melalui belajar cerita, bermain, bernyanyi, bercakap-cakap,
mengarang, termasuk menulis teks berita. Kosakata memegang peranan
penting dalam kegiatan-kegiatan tersebut, khususnya dalam mengarang dan
menulis teks berita. Jumlah kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi
petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu jumlah kosakata
yang dikuasai seseorang, akan menjadi indikator bahwa orang itu semakin
banyak mengetahui konsep. Semakin banyak kata yang dikuasai, samakin
banyak pula pengetahuannya.
Kosakata seseorang adalah keseluruhan kata yang berada dalam
ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau
dibaca. Reaksi bahasa adalah mengenal bentuk bahasa itu dengan segala
konsekwensinya, yaitu memahami maknanya, melakukan tindaksn-tindakan
sesuai dengan amanat kata itu. Ada kata yang lebih cepat menimbulkan

6
reaksi, ada yang lebih lambat sesuai dengan tingkat keintiman kosakata
tersebut. Ada kata yang jarang dipergunakan, ada yang sering dipergunakan,
malahan ada yang tidak pernah dipergunakan.
Untuk menyusun kalimat informasi dalam bentuk lisan atau tulis, kita
harus  memahami makna setiap kata, baik makna leksikal, gramatikal, mau
pun makna kontekstual. Makna kata sangat ditentukan oleh penggunaannya.
Ada kata yang digunakan dan dimaknai secara umum, ada pula yang
digunakan secara khusus. Sebagai contoh kita dapat memahami kategori kata
yang bersinonim. Pertama, sinonim yang salah satu anggotanya bermkna
umum sementara yang lain bermakna khusus seperti buku dengan kitab.
Kedua, sinonim yang memiliki perbedaan intensitas makna seperti melihat
dengan memeriksa. Ketiga, yang memiliki perbedaan makna emotif seperti
kejam dengan bengis. Keempat, sinonim yang memiliki perbedaan makna
umum dan teknis dalam ragam bidang ilmu tertentu, seperti dubur dengan
anus. Kelima, sinonim yang memiliki perbedaan tingkat kebakuan, seperti 
membuat dengan membikin.
Di samping mengerti dan memahami makna kata secara leksikal,
gramatikal, dan kontekstual, kita juga dituntut untuk dapat menggunakan kata
dalam kalimat.
1. Penggunaan kata secara hemat. Norma yang digunakan untuk
menghemat penggunaan kata, yakni tingkat kemubaziran kata. Semakin
tinggi kemubaziran kata, semakin tinggi pula kemubaziran kata yang
digunakan.
2. Penggunaan kata secara konsisten. Kata yang digunakan dalam kalimat
untuk mengungkapkan gagasan penggunaannya secara setia. Artinya jika
dalam sebuah konteks telah menggunakan kata tertentu, maka dalam
konteks yang lainnya harus menggunakan kata tersebut.
Ada banyak teori yang telah dikembangkan oleh para pakar filsafat
dan linguistik sekitar konsep makna dan studi semantik. Pada dasarnya para
filsuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara
bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirlah teori tentang makna
yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia

7
nyata. Dari berbagai teori tersebut munculah berbagai ragam dan relasi makna
sebagai berikut:4
a. Ragam makna denotatif, dalam pengertian luas makna ini dianggap
sebagai faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Makna denotatif
adalah makna konseptual, makna asli, makna asal, atau makna
sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem.
b. Ragam makna konotatif, merupakan nilai komunikatif dari satu
ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi isi murni konseptual. Batas
antara makna konseptual dengan makna konotatif juga merupakan
makna yang kabur, tetapi hal yang mudah dipahami perbedaan kedua
makna ini seperti perbedaan antara ‘bahasa’ dan ‘dunia nyata’. Makna
konotasi merupakan makna yang penggunaannya dimaksudkan untuk
memberikan “nilai rasa” pada sebuah kata yang terdapat pada pesan.
c. Ragam makna idiomatikal, Makna idiom adalah satuan-satuan bahasa
bisa berbentuk kata, frase, maupun kalimat. Berbagai satuan bahasa
tersebut memiliki unsur-unsur makna yang tidak dapat ditebak secara
makna leksikal dan gramatikal. Makna idiom ini tidak lagi berkaitan
dengan makna leksikal maupun makna gramatikal maka bentuk-bentuk
idiom ini memiliki satuan-satuan leksikal tersendiri yang maknanya
juga merupakan makna leksikal dari satuan tersebut.
d. Relasi makna sinonimi, Sinonimi menunjukan adanya sebuah hubungan
makna yang sama antara dua buah kata yang bersifat dua arah. Dua
buah kata yang bersinonim tidak seratus persen memiliki kesamaan
makna melainkan hanya kurang lebih sama. Hal ini dikarenakan bentuk
dari kata-kata tersebut tidaklah mutlak sama sehingga maknanya pun
juga berbeda meskipun sedikit.
e. Relasi makna antonimi, secara semantik antonimi merupakan sebuah
ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Makna antonimi bisa
dikatakan sebuah oposisi makna dari dua ungkapan yang berbeda secara
bentuk.
4
Azizah Dewi Arini, “Bentuk, Makna, dan Fungsi Bahasa Tulis Media Sosial Sebagai
Alat Komunikasi dan Interaksi pada Internet”, Skriptorium, Vol. 2, No. 1 , 38

8
f. Relasi makna ambiguitas, disebut pula sebagai ketaksaan atau kata yang
bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas
berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase dan kalimat
atau lebih dari sekedar kata.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuk atau struktur merupakan argumen atau pengungkapan pikiran.
Sebagai sebuah kesatuan unsur-unsur ungkapan tradisional tergolong ke
dalam bentuk yang bersifat lisan sehingga dalam pengungkapan pikiran dan
perasaan. Makna atau maksud yang kita sampaikan, sangat tergantung kepada
kata yang kita pilih (diksi). Diksi artinya pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu seperti yang diharapkan. Bentuk kata yaitu kata kerja (verba),
kata benda (nomina), kata sifat (adjektif), dan kata keterangaan atau keadaan
(adverbia). Makna dalam kata dapat digolongkan menjadi makna denotatif,
makna konotatif, dan makna kontekstual.
B. Saran
Hendaknya mahasiswa memahami mengenai bentuk dan makna kata
yang digunakan dalam pembicaraan sehari-hari baik secara langsung maupun
melalui media sosial. Memahami bentuk dan makna kata dengan baik,
menjadi tolak ukur penulisan karya ilmiah yang baik.
C.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).


Aminuddin, Semantik (Bandung: Sinar Baru, 1998).
Azizah Dewi Arini, “Bentuk, Makna, dan Fungsi Bahasa Tulis Media Sosial
Sebagai Alat Komunikasi dan Interaksi pada Internet”,
Skriptorium, Vol. 2, No. 1.
Sihwatik, “Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna Ungkapan Tradisional Wacana
Sorong Serah Aji Krama Di Kabupaten Lombok Barat Dan Relevansinya
Dalam Pembelajaran Mulok Di SMP”, Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol.
3, No.1 April 2017.

11

Anda mungkin juga menyukai