Nama : Jailani NIM : 10200116053 Judul : Pemekaran Kabupaten Bima Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (Telaah Atas Siyasah Syar`iyyah)
Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana pemekaran Kabupaten
Bima Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat telaah atas siyasah syar`iyyah?. Pada pokok masalah tersebut dijabarkan kedalam beberapa submasalah, yaitu : 1) Bagaimana dinamika politik dalam pemekaran Kabupaten Bima Timur?, 2) Mengapa dilakukan pemekaran Kabupaten Bima Timur?, 3) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap urgensi pemekaran Kabupaten Bima Timur? Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif (Field Research). Metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara (Interview) langsung pada informan, observasi, dan melakukan studi dokumen yang relevan dengan pokok pembahasan. Pengolahan data dengan cara editing atau memeriksa kekeliruan data, dan melakukan penyusunan data secara sistematis. Penelitian ini menggunakan pendekatan Teologis Normatif (Syar`i), pendekatan Yuridis Normatif, dan pendekatan Sosiologis. Teknik analisis data melalaui tahapan penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pertama, pemekaran Kabupaten Bima Timur mengalami dinamika politik yang cukup rumit dan dalam waktu yang begitu panjang sejak 1990an, dan hingga sampai saat ini Bima Timur belum masuk pada agenda Program Legislasi Nasional DPR RI. Kedua, upaya pemekaran Kabupaten Bima Timur dilakukan atas dasar beberapa alasan mendasar yang tinjau dari berbagai aspek, diantaranya : aspek yuridis, geografis, sosiologis, politis, administratif, dan ekonomi. Ketiga, persepsi masyarakat terhadap urgensi pemekaran Kabupaten Bima Timur. Baik dari politisi, akademisi, pemuda, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama berpandangan bahwa pemekaran Kabupaten Bima Timur merupakan suatu keharusan dan bersifat mendesak. Implikasi dari penelitian ini yaitu: 1) Walaupun terjadi moratorium pemekaran daerah oleh Pemerintah pusat, sosialisasi dan diskursus harus tetap masif dilakukan, 2) Pemekaran wilayah bukan satu-satunya solusii untuk menjawab keluhan masyarakat atas sulitnya akses pelayanan publik dan pemerataan pembagunan, pemerintah Kabupaten Bima melalui hak otonomi daerah yang dimilikinya harus menerapkan kebijakan baru sebagai alternatif. Misalnya dengan pembentukan kantor cabang, atau memberikan tugas tekhnis kepada pemerintah kecamatan untuk bidang tertentu, seperti pada bidang kependudukan dan pencatatan sipil yang meliputi pengurusan dokumen pendidikan dan lainnya. 3) Pemerintah pusat harus segera mengevaluasi tuntas kebijakan moratorium pemekaran daerah, dan segera membuat Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana atas Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kata Kunci : Pemekaran, Bima Timur, Otonomi Daerah, Siyasah Syar’iyyah