Anda di halaman 1dari 24

Penguatan SANKRI Untuk Pembangunan

Aparatur Sipil Negara

INTAN NABILA M (CA417111009)


MIRALDA DARMA A (CA417111282)
NOLANDA ADHYTHYA(CA417111231)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
Kata Pengantar

Pertama-tama, penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Penguatan SANKRI Untuk Pembangunan
Aparatur Sipil Negara

Makalah mengenai Penguatan SANKRI Untuk Pembanguna Aparatur Sipil Negara ini disusun berdasarkan
ilmu pengetahuan, sumber referensi buku, dan memanfaatkan teknologi yang ada berupa media internet
untuk memperoleh data dan bahan-bahan yang sesuai dengan apa yang menjadi pembahasan pada makalah.

Penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari para pembaca makalah ini sehingga kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada makalah ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran di kemudian hari.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

                                                                               

Jakarta,5  Oktober 2018


Daftar Isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………

BAB I   PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………………………………….................................


1.2 Ruang Lingkup Penulisan ……………………………………………………………………
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan……………………………………………………………….

BAB II  KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian Sistem……………………………………………………………………………….


2.2 Pengertian Administrasi………………………………………………………………………...
2.3 Pengertian SANKRI……………………………………………………………………………
2.4 Peran Aparatur Negara………………………………………………………………………….
2.5 Hubungan SANKRI dalam Sistem Penyelenggaraan dan Pemerintahan……………………….
2.6 Asas Asas Penyelenggaraan SANKRI………………………………………………………….
2.7 Unsur Unsur Pokok SANKRI…………………………………………………………………..
2.8 Faktor Faktor Lingkungan Strategis…………………………………………………………….

BAB III  PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan…………………………………………………………………………………..
3.2 Pembahasan……………………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..
4.2 Saran………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu administrasi negara sejauh ini belum mampu menghasilkan teori yang secara khusus dapat disebut
sebagai teori administrasi negara. Selama ini, ilmu administrasi negara mengadopsi atau meminjam teori-
teori yang berkembang di disiplin ilmu lain untuk digunakan ketika menjelaskan aktivitas atau perilaku
dalam administrasi negara. Misalnya, motivasi dan partisipasi adalah konsep yang dikembangkan ilmu
psikologi dan ilmu politik, tetapi banyak dipakai dalam literatur administrasi negara
untuk menjelaskan fenomenaadministrasi negara.

Administrasi Negara Indonesia merupakan seluruh penyelenggaraan kekuasaan aparatur Negara serta
seluruh dana dan daya untuk tercapainya tujuan Negara Indonesia. Serta terlaksananya tugas pemerintah
Indonesia seperti yang ditetapkan dalam UUD 1945.

Sebagai suatu system administrasi Negara Indonesia terdiri atas berbagai bagian yang saling terkait satu
dengan yang lainnya sebagai suatu kesatuan yang antaralain meliputi tatanan organisasi lembaga Negara,
tatanan organisasi di tingkat pusat ,Manajemen administrasi Negara Indonesia , administrasi keuangan dan
materiil,aparatu perekonomian Negara ,manajemen pelayanan umum,strategi penyempurnaan administrasi
Negara dan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan.

Bagi Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dengan sistem pemerintahan yang berbentuk republik, yang
demokratis dan konstitusional adalah tepat apabila sistem administrasi negaranya itu disebut sebagai Sistem
Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) dan berperan sebagai sistem penyelenggaraan
kebijakan negara.

Indonesia pernah terpuruk dalam krisis multi dimensi yang mengenaskan pada dekade 1990an.
Perkembangan nasional yang menyedihkan tersebut memang dipengaruhi perkembangan internasional,
namun banyak faktor penyebab mendasar bersumber dari dalam negeri yang berperan secara signifikan atas
terjadinya krisis multi dimensi tersebut, sehingga berlangsung cukup berkepanjangan.

Di antara faktor penyebab terjadinya krisis multi dimensi tersebut yang sangat mendasar adalah terletak pada
kelemahan pengembangan “sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan
bangsa”, yang utama dan hakiki adalah berupa penyimpangan terhadap berbagai dimensi nilai yang
semestinya menjadi acuan perilaku individu dan institusi yang berperan dalam penyelenggaraan negara.
Kondisi atau tegasnya inkonsistensi tersebut menyebabkan nilai dan prinsip kepemerintahan yang baik yang
sesungguhnya melekat atau merupakan bagian dari karakteristik sistem penyelenggaraan negara menjadi
terabaikan atau tidak sepenuhnya mendapat perhatian, sehingga sistem kelembagaan negara, dunia usaha,
dan masyarakat bangsa menjadi rapuh.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan

1. Apa yang dimaksud dengan SANKRI ?


2.Bagaimana peran Aparatur Negara dalam SANKRI ?
3.Apa saja Asas umum dalam SANKRI ?
4.Bagaimana penguatan SANKRI untuk pembangunan aparatur Negara ?
5.Bagaimana bentuk sistem perencanaan pembangunan nasional ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.Untuk memahami pengertian dari SANKRI


2.Untuk memahami dan mengetahui peran aparatur Negara dalam SANKRI
3.Untuk mengetahui asas asas dalam SANKRI
4.Untuk memahami penguatan SANKRI dalam pembangunan aparatur Negara
5.Untuk mengetahui bentuk system perencanaan pembangunan nasional.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian Sistem


 Menurut Pamudji ;1981 ,Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir,suatu himpunan atau perpaduan hal hal atau bagian bagian yang membentuk suatu
kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh .
 Menurut Prajudi ; 1973 , Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur prosedur yang berhubungan
satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakan suatu fungsi yang utama
dari suatu usaha atau urusan
 Menurut Ludwig V.Bartalanfly, Sistem adalah seperangkat unsur unsur yang terikat dalam suatu
antar relasi diantara unsur unsur tersebut dan lingkungannya
 Menurut Lackop, Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari
bagian bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lain
 Menurut Camphell, Sistem adalah kumpulan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang
bersama sama berfungsi untuk mencapai tujuan .
 Menurut hasil diskusi kami Sistem adalah suatu kumpulan yang terdiri dari berbagai aspek yang
saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Pengertian Administrasi

 Menurut Herbert A Simonn 1993, Administrasi adalah sebagai kegiatan kelompok untuk mencapai
tujuan tujuan bersama
 Menurut Leonard D white 1955 ,Administrasi adalah proses yang umum ada pada usaha usaha
kelompok baik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar
maupun kecil.
 Menurut Sondang P Siagian, Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan
keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia
atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
 Menurut Hadari Nawawi, Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses
pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan sebelumnya.
 Menurut The Liang Gie, Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu
 Menurut hasil diskusi kami Administrasi adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.

2.3 Pengertian SANKRI

SANKRI adalah administrasi negara sebagai sistem yang dipraktekkan untuk mendukung penyelenggaraan
NKRI agar upaya Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara dapat terlaksana
secara berdaya guna dan berhasil guna. Disamping berlandaskan idiil Pancasila dan konstitusional UUD
1945, serta landasan operasional pengembangannya SPPN beserta peraturan pelaksanaannya, SANKRI
harus selaras juga dengan situasi dan perkembangan lingkungan strategik, termasuk perkembangan
paradigma ilmu administrasi Negara.

Administrasi Negara dalam Arti Sempit dan Luas

Pada awal kelahirannya sebagai suatu disiplin tersendiri, administrasi negara hanya diartikan sebagai
bekerjanya lembaga eksekutif (Pemerintah) saja. Dalam konteks itu administrasi negara hanya dipandang
sebagai pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan negara/publik dalam rangka mewujudkan tujuan negara yang
dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, khususnya birokrasi pemerintahan, semata. Batasan ini didasarkan atas
pemisahan antara politik dan administrasi negara pada waktu itu. Politik diartikan bersangkutan dengan
penentuan kebijakan publik, sedangkan administrasi negara hanya bersangkutan dengan pelaksanaan
kebijakan publik. Oleh karenanya, pada masa tersebut terbentuk pemahaman bahwa proses administrasi
negara dimulai setelah selesainya proses politik. Dalam perkembangannya sejak pertengahan abad XX,
sebagaimana diungkap pada Buku I dan Buku II SANKRI Jilid I, administrasi negara diartikan secara
meluas yang mencakup aktifitas seluruh Lembaga Negara, baik lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif,
moneter, auditif dan sebagainya . Pandangan ini dapat dipahami, berdasarkan dua alasan:

 Dikotomi antara politik dan administrasi negara ternyata tidak terbukti benar. Keterlibatan birokrasi
sebagai penyelenggara pemerintahan ternyata tidak hanya dalam pelaksanaan kebijakan negara/publik,
tetapi juga dalam proses pembuatan kebijakan tersebut.

 Pelaksanaan kebijakan negara/publik dengan sendirinya mencakup pelaksanaan kebijakan


negara/publik yang paling mendasar sebagaimana dirumuskan dalam konstitusi. Pelaksanaan kebijakan
dasar tersebut, melibatkan seluruh Lembaga Negara dalam pembuatan berbagai peraturan perundang-
undangan sebagai format hukum dari kebijakan negara/publik, dan melibatkan lembaga yudikatif,
eksekutif serta Lembaga Negara lainnya berkaitan dengan evaluasi implementasi peraturan tersebut.

Dengan demikian, terdapat dua pandangan terhadap administrasi negara, yaitu dalam arti sempit
administrasi negara bersangkutan dengan aktifitas lembaga eksekutif saja, yang sebagai sistem disebut
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan; sedangkan dalam arti luas, mencakup aktivitas seluruh Lembaga
Negara dalam mencapai tujuan negara, yang sebagai sistem disebut Sistem Penyelenggaraan Negara dan
Pembangunan Bangsa.

Administrasi Publik adalah Administrasi Negara

Dari telaahan berbagai referensi mengenai administrasi negara, dalam perspektif yang lebih luas,
administrasi negara dapat diartikan sebagai tindakan manusia yang bekerja sama dalam lingkup
kelembagaan birokrasi pemerintahan, dunia usaha dan/atau masyarakat yang bertujuan memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat. Oleh karena itu terdapat pandangan dan pendapat bahwa kata
public dalam istilah public administration tidak lagi difokuskan kepada Lembaga Pemerintah, tetapi lebih
kepada masyarakat yang dilayani. Walaupun demikian, hal itu bukan berarti administrasi tentang masyarakat
(administration of the public), tetapi administrasi yang diselenggarakan untuk masyarakat. Pergeseran
makna itu tidak menafikan peran manajemen pemerintahan, karena birokrasi tetap memiliki kewenangan
terbesar dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Seiring dengan arus globalisasi, di awal dekade sembilan puluhan telah lahir pendekatan, teori atau
paradigma baru dalam administrasi negara. Banyak cendekiawan kontemporer dalam administrasi negara
menggunakan istilah governance sebagai pengganti istilah administrasi negara. Istilah governance dapat dan
telah digunakan dalam berbagai konteks, seperti good corporate governance, international governance, local
governance, serta public governance (sebagai pengganti istilah public administration). Ada pula yang
memberikan pengertian governance sebagai proses kegiatan bersama-sama dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam “good governance” terkandung makna sharing/partnership
pengelolaan negara antar sektor publik, yaitu Negara/Pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat.
Dengan perkataan lain, governance yang baik ditandai dengan hubungan yang sinergis dan konstruktif di
antara ketiga pihak tersebut, yang oleh kalangan pakar disebut sebagai pilar-pilar good governance. Dengan
demikian, dalam governance terlibat segenap pelaku, yaitu keseluruhan pihak yang berkepentingan
(stakeholders), yang pada dasarnya terdiri atas Negara/Pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat.
Berdasarkan permasalahan dan tingkat pemerintahannya, stakeholders masyarakat meliputi kalangan yang
sangat luas dan beraneka ragam, seperti organisasi politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), koperasi,
individu dan bahkan lembaga-lembaga internasional.

Dalam public governance peran sektor Negara/Pemerintah, bukan hanya sebagai pemberi layanan barang
dan jasa, melainkan lebih berperan sebagai regulator dan fasilitator untuk menciptakan iklim yang kondusif
bagi berkembangnya dunia usaha dan masyarakat. Oleh karena itu paradigma utama dalam good governance
adalah pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hal itu, maka good governance bercirikan nilai-nilai sebagai
berikut:
 Partisipasi: Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi
seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berserikat, berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

 Aturan Hukum: Penegakan terhadap peraturan hukum harus dilaksanakan dengan adil dan tidak
diskriminatif, serta menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

 Transparansi: Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi, mengakibatkan


proses kegiatan lembaga dan informasinya dapat diterima secara langsung oleh pihak yang
membutuhkan. Dalam hal ini informasi tersebut harus dapat dipahami dan dimonitor.

 Ketanggapan: Setiap lembaga dan proses kegiatannya harus melayani para pihak terkait
(stakeholderss).

 Orientasi kepada Konsensus: Good governance menjadi perantara bagi kepentingan yang berbeda
untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun
prosedur.

 Kesetaraan: Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan.

 Efektifitas dan Efisiensi: Setiap proses dan lembaga menghasilkan produk tertentu sesuai dengan
apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

 Akuntabilitas: Para pengambil keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat


bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholderss. Akuntabilitas ini berbeda-beda
tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah merupakan keputusan internal atau
eksternal.

 Visi Stratejik: Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang
diperlukan untuk pembangunan.

Kesembilan karakteristik di atas saling memperkuat dan tidak berdiri sendiri-sendiri untuk menjamin
kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas serta fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah kebijakan yang terarah pada perubahan kelembagaan dan sistem
ketatalaksanaan; kualitas SDM Aparatur; serta sistem pengawasan dan pemeriksaan yang efektif.
Berdasarkan uraian terdahulu, good governance pada dasarnya bersenyawa dengan sistem administrasi
negara. Oleh karena itu upaya mewujudkan good governance merupakan pula upaya penyempurnaan sistem
administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara keseluruhan.

Sehubungan paradigma baru dalam administrasi negara tersebut, dewasa ini istilah public administration
juga diterjemahkan dengan administrasi publik. Makna yang terkandung didalamnya adalah bahwa
“administrasi publik mengurusi kepentingan (pelayanan) terhadap masyarakat, penduduk, warga negara dan
rakyatnya. Dalam pelayanan tersebut, birokrasi pemerintahan menerapkan berbagai disiplin yang merupakan
awal keterlibatan Pemerintah. Atas dasar itulah, administrasi publik diartikan sebagai hubungan yang
memerintah dengan yang diperintah dan penempatannya secara proporsional”.

Dari pemikiran di atas dapat dinyatakan bahwa administrasi publik dan administrasi negara tidaklah
berbeda, yang penting tetap menggunakan paradigma dan prinsip-prinsip good governance.

2.4 Peran Aparatur Negara

Administrasi negara sebagai konsep tidak terlepas dari konsep Aparatur Negara. Dalam praktek
pembangunan administrasi negara berdasarkan RPJM Nasional Tahun 2004 – 2009, upaya untuk
menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa sangat ditentukan oleh kinerja Aparatur Negara.

Aparatur Negara sebagai Aparatur Penyelenggara Negara yang berdasarkan UU No.28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme meliputi : (1) Pejabat
Negara pada Lembaga Negara; (2) Menteri; (3) Gubernur; (4) Hakim; (5) Pejabat negara yang lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (6)Pejabat lain yang memiliki fungsi
strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Termasuk dalam cakupan terakhir ini adalah pejabat yang tugas dan wewenangnya
dalam melaksanakan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek KKN, yang diantaranya : Direksi,
Komisaris, dan Pejabat Struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD).

Dari batasan tersebut dapat ditarik beberapa pengertian: pertama, Aparatur Negara terdiri atas Aparatur
Kenegaraan dan Aparatur Pemerintahan; kedua, Aparatur diartikan sebagai lembaga dan sekaligus
orang/pejabatnya; ketiga, Aparatur Kenegaraan adalah lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945;
dan keempat, Aparatur Pemerintahan adalah Aparatur Pemerintah, baik di Pusat maupun di Daerah,
termasuk BUMN dan BUMD selaku Aparatur Perekonomian Negara. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa
istilah Aparatur Pemerintah mencakup: pertama, Aparatur Pemerintahan yang sering disebut juga birokrasi
pemerintahan, yaitu Kementerian Negara dan Departemen sebagai perangkat (alat) Menteri Negara,
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan instansi vertikalnya, serta Dinas Daerah dan lainnya,
yang menjalankan fungsi pemerintahan (pelayanan dan pengaturan/pengayoman), tanpa bermotif mencari
keuntungan; kedua, Aparatur Perekonomian Negara, yaitu BUMN dan BUMD, yang meski menjalankan
fungsi bisnis di sektor publik, namun tidak berorientasi semata-mata mencari keuntungan.

Secara kelembagaan, BUMN berdasarkan UU No. 19 Tahun 2003 terdiri atas Perusahaan Perseroan
(Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Butir VII Penjelasan Umum Undang-Undang tersebut
menyatakan bahwa Persero bertujuan untuk menumpuk keuntungan dan sepenuhnya tunduk pada ketentuan-
ketentuan UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan Perum dibentuk oleh Pemerintah
untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi kewajiban Pemerintah guna menyediakan barang dan jasa
tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (kemanfaatan umum). BUMD berdasarkan Instruksi
Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 telah diarahkan menjadi Perumda dan Perseroda, sebelum
terbitnya Undang-Undang baru sebagai pengganti UU No.5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Memperhatikan peran Persero dan Perum tersebut, maka hanya Perum dan Perumda saja nampaknya yang
merupakan Aparatur Pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, Aparatur Negara terdiri atas Aparatur Kenegaraan dan Aparatur Pemerintahan
yang mencakup Aparatur Pemerintah dan Aparatur Perekonomian Negara (Perum) dan Daerah (Perumda),
yang semuanya merupakan unsur esensial penyelenggaraan negara dalam kerangka SANKRI.

2.5 Hubungan SANKRI dalam Sistem Penyelenggaraan Negara dan Pemerintah

1. Sistem Penyelenggaraan Negara

Berdasarkan UU No.28 Tahun 1999, dinyatakan bahwa penyelenggaraan negara bertujuan untuk mencapai
cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam
UUD 1945, sangat ditentukan oleh peran Penyelenggara Negara. Penyelenggara Negara dimaksud adalah
Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif atau fungsi kenegaraan lainnya, dan
pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari uraian di atas, jelas bahwa penyelenggaraan
negara merupakan aktivitas dari seluruh Lembaga Negara, baik eksekutif, legislatif, yudikatif maupun
Lembaga Negara lainnya, seperti halnya pengertian administrasi negara dalam arti luas sebagaimana telah
diuraikan terdahulu. Dengan demikian dapat dikatakan Sistem Penyelenggaraan Negara adalah SANKRI
dalam arti luas. Dalam konteks good governance, SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan negara adalah
sistem penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, dengan memanfaatkan
segenap dana dan daya yang tersedia secara nasional serta mendayagunakan segala kemampuan seluruh
Aparatur Negara beserta rakyat, di seluruh wilayah negara Indonesia, demi tercapainya tujuan dan
terlaksananya tugas nasional/negara sebagaimana dimaksud UUD 1945.
2. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara UUD 1945 dinyatakan bahwa
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”. Dari
ketentuan UUD 1945 tersebut, terkandung pengertian sebagai berikut :

 Istilah kekuasaan pemerintahan negara tidak lain adalah kekuasaan pemerintahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945;

 Istilah pemerintahan/pemerintahan negara digunakan dalam pengertiannya yang sempit, yaitu hanya
mengenai lembaga eksekutif;

 Penyelenggaraan pemerintahan negara adalah penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan hanya


oleh Presiden selaku Kepala Pemerintahan (Kepala lembaga eksekutif) saja.

Oleh karena itu sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan SANKRI dalam arti sempit,
sebagaimana pengertian tentang administrasi negara yang telah diuraikan di muka.

Dalam konteks good governance, SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan pemerintahan negara adalah
keseluruhan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan (povoir executif, executive power) dengan
memanfaatkan dan mendayagunakan kemampuan pemerintah dan segenap aparaturnya dari semua
perangkat pemerintahan di wilayah Negara Indonesia, serta dengan memanfaatkan pula segenap dana dan
daya yang tersedia secara nasional, demi tercapainya tujuan negara dan terwujudnya cita-cita bangsa
sebagaimana dimaksud Pembukaan UUD 1945

2.6 Asas Asas Penyelenggaraan Negara dalam SANKRI

Sesuai dengan paradigma baru dalam administrasi negara, yaitu good governance, maka berdasarkan UU
No. 28 Tahun 1999, telah ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara, yang harus menjadi acuan
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara oleh Aparatur Negara.

Asas-asas umum penyelenggaraan negara tersebut adalah sebagai berikut:

 Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara;
 Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif dan selektif;
 Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;
 Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara;

 Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Dengan demikian asas-asas umum penyelenggaraan negara harus menjadi acuan dalam menyelenggarakan
SANKRI, yang pada hakekatnya dapat disebut juga sebagai asas penyelenggaraan SANKRI.

2.7 Unsur Unsur Pokok SANKRI

SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan negara dan/atau sistem penyelenggaraan pemerintahan negara,
sebagaimana halnya suatu sistem terdiri dari subsistem-subsistem atau unsur-unsurnya. Seperti sistem
lainnya, administrasi negara sebagai sistem, pada pokoknya terdiri dari unsur nilai, struktur dan proses.
Perbedaan SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan negara dan SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara ialah dalam hal unsur struktur dan prosesnya, sedangkan unsur nilainya sama.

1. Unsur Nilai

Unsur nilai, dapat pula disebut sistem nilai, meliputi landasan atau dasar negara yaitu Pancasila, cita-cita
negara (nasional) dan tujuan negara (nasional), kesemuanya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD
1945, yang tetap tidak berubah walaupun UUD 1945 telah diadakan perubahan. Berbagai unsur nilai
dimaksud diantaranya adalah :

 Pancasila, sebagai landasan atau dasar negara mengandung 5 (lima) prinsip: Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945). Pancasila juga merupakan falsafah hidup atau pandangan hidup
yang mempersatukan bangsa, dan memberi petunjuk dalam upaya mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir batin dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam;
 Cita-cita negara (nasional), yaitu Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur (alinea ke 3). Cita-cita negara/nasional ini disebut juga sebagai visi ideal Indonesia;
 Tujuan negara (nasional), yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (alinea ke 4).
Jika cita-cita nasional merupakan visi ideal, maka tujuan negara/nasional dapat juga disebut sebagai misi
ideal.

2. Unsur Struktur

Unsur struktur merupakan satuan kelembagaan yang diperlukan dalam kehidupan Negara Republik
Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan kelembagaan penyelenggaraan negara dan
pemerintahan negara dalam rangka mengemban misi dan mewujudkan visi bangsa, yang merefleksikan
peran dan posisi aturan hukum, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing.

Sesuai dengan pengertian sistem penyelenggaraan negara dan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara
sebagaimana telah disebutkan terdahulu, maka unsur atau subsistem tersebut adalah sebagai berikut:

 Struktur penyelenggaraan negara, meliputi seluruh Aparatur Negara, baik Aparatur Kenegaraan,


Aparatur Pemerintahan maupun Aparatur Perekonomian Negara, beserta seluruh organisasi politik,
kemasyarakatan, dunia usaha, yang berkembang sesuai dengan kehidupan dan kemajuan bangsa.
 Struktur penyelenggaraan pemerintahan negara, mencakup Presiden beserta keseluruhan aparatur
pemerintahan dan aparatur perekonomian negara baik di tingkat Pusat maupun Daerah.

Dalam penyelenggaraan negara terdapat hubungan antara Aparatur Kenegaraan di luar lembaga eksekutif,
yang turut menjamin terlaksananya penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance. Mengacu pada UUD 1945, Aparatur Kenegaraan dimaksud adalah:

 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang wewenang utamanya adalah melaksanakan fungsi
konstitutif;
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam pelaksanaan fungsi
legislasi, anggaran dan pengawasan;
 Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam pelaksanaan fungsi yudisialnya;
 Badan Pemerikasa Keuangan (BEPEKA) dalam pelaksanaan fungsi auditifnya;
 Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral selaku pemegang otoritas di bidang moneter.

3. Unsur Proses

Unsur proses sebagai unsur pokok SANKRI dapat dirinci berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-
undangan lain sebagai pelaksanaan UUD tersebut. Penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan negara dalam pengertian proses secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Proses Penyelenggaraan Negara

Penyelenggaraan negara sebagai proses yang digambarkan dengan peran pelaku (lembaga)nya dapat
diberikan contoh sebagai berikut:

 MPR sebagai Lembaga Negara yang terdiri dari atas Anggota DPR dan DPD, berwenang mengubah
dan menetapkan UUD; melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden; dan memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut mekanisme tertentu berdasarkan UUD;
 Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden,
serta wakil-wakil rakyat di lembaga-lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPD, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi dan Kabupaten/Kota;
 DPR bersama Presiden menyusun Undang-Undang dalam rangka penyelenggaraan negara yang
menjabarkan nilai-nilai dalam UUD 1945. Dalam bidang legislasi tertentu, perlu melibatkan dan
memperhatikan pertimbangan DPD sebagai bahan pertimbangan penyusunan Undang-Undang. Khusus
untuk penyusunan Undang-Undang tentang APBN, inisiatifnya diajukan oleh Presiden, yang dalam
pembahasannya melibatkan DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
 MK menyelenggarakan kegiatannya dalam rangka mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang yang dibentuk oleh DPR bersama dengan
Presiden terhadap UUD;
 MA menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang yang dibentuk oleh
Pemerintah terhadap Undang-Undang;
 BEPEKA memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga negara;
 Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatannya untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah melalui pelaksanaan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum Pemerintah di bidang perekonomian yang tercantum dalam
berbagai produk peraturan perundang-undangan;
b. Proses Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai proses yang digambarkan dengan peran pelaku (lembaga)nya
dapat diberikan contoh sebagai berikut:

 Presiden secara formal ataupun tidak formal, memberikan arahan terutama kepada para Menteri
sebagai pembantu-pembantunya;
 Sebagai acuan penyelenggaraan pembangunan nasional disusun SPPN yang ditetapkan dalam UU
No.25 Tahun 2004;
 Penyelenggaraan pemerintahan negara berlangsung dengan arahan Presiden, SPPN serta berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dilaksanakan oleh para Menteri, yang operasionalisasinya
dilaksanakan oleh Aparatur Pemerintahan dan Aparatur Perekonomian Negara, baik di tingkat Pusat
maupun Daerah, beserta masyarakat;
 Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan negara diadakan hubungan kerja dan koordinasi
antara dan antar Aparatur Pemerintah Pusat dan Aparatur Pemerintah Daerah; Penyelenggaraan
pemerintahan daerah merupakan bagian yang integral dari penyelenggaraan pemerintahan negara.
 Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan mempunyai hubungan kerja dengan
Lembaga Negara lainnya sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
 Dalam bidang legislasi, Presiden dapat mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dan terlibat dalam pembahasannya dengan DPR;
 DPR, DPD, BEPEKA, Bank Indonesia, MA dan MK melakukan pengawasan sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.8 Faktor – Faktor Lingkungan Strategis

SANKRI berinteraksi dengan sistem-sistem lain yang merupakan faktor-faktor lingkungan. Faktor
lingkungan adalah faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem administrasi negara.

Eksistensi SANKRI banyak dipengaruhi secara simultan oleh faktor-faktor lingkungan ini. Di lain pihak,
melalui kebijakan, program dan tindakan aparatur, admnistrasi negara secara simultan juga mempengaruhi
faktor-faktor lingkungan tersebut. SANKRI, seperti halnya sistem lain, hanya dapat dipahami dengan baik
manakala orang mengetahui dan memahami faktor-faktor lingkungan serta keterkaitannya dengan sistem
administrasi negara.
Adapun faktor-faktor lingkungan administrasi negara Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fisik – Geografis

Faktor geografis ini diantaranya adalah :

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13.000 buah pulau besar dan kecil, yang
keseluruhannya seluas 5.193.250 Km2 termasuk 3.166.163 Km2 wilayah lautnya;

Sebagai negara kepulauan, Indonesia terletak dijalan silang antara 2 (dua) samudra (Samudra Pasifik dan
Samudra Indonesia) dan diantara 2 (dua) benua (Asia dan Australia);

Dari segi iklim, karena terletak di daerah garis khatulistiwa, maka Indonesia beriklim tropis yang hanya
mengenal musim kemarau dan musim hujan.

b. Faktor Demografi

Jumlah penduduk Indonesia yang besar memerlukan manajemen (pengelolaan) tersendiri dalam rangka
peningkatan intelektualitas dan penyebarannya, antara lain melalui program transmigrasi, keluarga
berencana, kesehatan dan pendidikan. Keseluruhan program tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sehingga harus dikelola melalui penyelenggaraan sistem administrasi secara tepat.

c. Faktor Kekayaan Alam

Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah memerlukan kelembagaan dan Aparatur Negara
yang mampu mengelola dan mendayagunakannya bagi kepentingan rakyat, melalui program budi daya
secara sistematis dan berkesinambungan. Oleh karenanya, diperlukan sistem administrasi dan manajemen
secara komprehensif dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian lingkungan
hidup.

d. Faktor Ideologi

Pancasila sebagai dasar negara, baik sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa, menjadi dasar bagi
seluruh rakyat termasuk Aparatur Negara untuk berfikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya, arah kebijakan penyelenggaraan sistem administrasi negara yang
akan ditetapkan dan dilaksanakan oleh Aparatur Negara dipengaruhi nilai- nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

e. Faktor Politik

Konsekuensi dianutnya prinsip demokrasi adalah pelibatan masyarakat, baik melalui mekanisme
kepartaian maupun kelembagaan lain, secara riil dan merdeka dalam proses penyelenggaraan pemerintahan
negara, termasuk pengawasan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Aparatur Negara. Kondisi politik
negara yang kondusif mempengaruhi Aparatur Negara dalam menyelenggarakan sistem administrasi negara.
Demikian juga sebaliknya, administrasi negara dipengaruhi oleh kehidupan dan arah politik bangsa.

f. Faktor Ekonomi

Kebijakan, program dan tindakan Aparatur Negara dalam bidang ekonomi sangat menentukan kondisi
perekonomian negara. Begitupula sebaliknya, kondisi perekonomian negara yang dipengaruhi kondisi global
akan menentukan arah kebijakan ekonomi nasional yang akan diambil oleh Aparatur Negara dan
dilaksanakan melalui sistem administrasi negara.

g. Faktor Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia yang majemuk (heterogen) dan mempunyai karakteristik tertentu, sangat
menentukan arah dan tindakan yang diambil oleh Aparatur Negara, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi penyelenggaraan sistem administrasi negara, dan administrasi negara harus tanggap terhadap
perkembangan dan perubahan yang terjadi untuk menyesuaikan kebijakannya.

h. Faktor Pertahanan dan Keamanan

Kondisi geografis dan demografis Indonesia menuntut kebijakan di bidang pertahanan dan keamanan
yang mampu mengantisipasi gangguan, baik secara internal maupun eksternal. Dalam hal ini setiap
kebijakan yang diambil oleh Aparatur Negara harus mampu menjamin keamanan bangsa, sehingga
penyelenggaraan sistem administrasi negara dapat berjalan dengan baik.

Disamping saling berinteraksi, kedelapan faktor lingkungan di atas secara simultan berpengaruh pula
terhadap sistem administrasi negara. Karena tidak ada satupun negara yang secara keseluruhan kondisinya
sama dengan Indonesia, maka tidak ada negara lain yang sistem administrasinya secara utuh sama dengan
SANKRI. Kalaupun ada kemiripan hanyalah sebatas pada beberapa aspek semata.SANKRI bersama-sama
dengan berbagai sistem yang merupakan faktor lingkungannya membentuk Sistem Kehidupan Nasional atau
disebut juga Sistem Nasional. Kedelapan faktor tersebut tidak saja berdimensi nasional tetapi juga memiliki
dimensi regional dan global.
BAB III

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan

Penurunan kemampuan daya asing nasional tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan nasional
tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan nasional sebagai berikut :

1. Infrakstruktur kawasan ekonomi/industry dan system pelayanan investasi masih belum


maksimal
2. Kebijakan insentif investasi kurang kompetitif
3. Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia :kualitas,militansi,hubungan industrial
4. Standar produk barang dan jasa kurang kompetitif
5. Ekonomi biaya tinggi
6. Kepastian hukum masih lemah
7. Lemahnya publikasi dan promosi dagang dan industry di berbagai Negara
8. Kemampuan daya beli masyarakat relative rendah

Selain itu, SANKRI juga dihadapkan pada beberapa permasalahan kesejahteraan ekonomi masyarakat
sebagai berikut :

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi nasional masih cenderung di dorong oleh factor konsumsi
2. Laju pertumbuhan investasi relative rendah
3. Kemampuan daya beli relative rendah,angka kemiskinan masih tinggi
4. Kesenjangan distribusi pendapatan
5. Otonomi daerah sebagai instrumen redistribusi pendapatan belum optimal

Oleh karena itu, SANKRI meberikan gagasan tema pembangunan ekonomi periode 2009-2014 adalah
Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Untuk Percepatan Pembangunan Ekonomi
Produktif.Sedangkan gagasan tema kinerja SANKRI periode 2009-2014 adalah Percepatan Pembangunan
Administrasi Negara Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Percepatan Pembangunan Ekonomi
Produktif.

Namun demikian,dalam proses pelaksanaannya tetap terjadi beberapa permasalahan terkait pembangunan
SANKRI,yaitu pada hal sebagai berikut :

1. Kepastian hukum Lembaga Negara antara lain Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
2. Kedudukan Majelis Perwakilan Rakyat (MPR)
3. Kelembgaan yudikatif
4. Kelembagaan pemberantasan korupsi dan penegakan hukum
5. Kepastian hukum system demokrasi politik
6. Peraturan perundang-undangan reformasi birokrasi : RUU AP, RUU EP,RUU PP dan RUU
KN
7. Kedudukan lembaga independen (komisi Negara)
8. Harmonisasi perundang undangan sektoral .

3.2 Pembahasan

Maka SANKRI menyusun mekanisme hubungan antar penyelenggaran Negara ,khususnya pada lembaga
legislatif dan eksekutif sebagai berikut:

1. Mekanisme Checks and Balance system


2. DPR memiliki hak hak tertentu yaitu : hak interpelasi ,hak angket , dan hak menyatakan
pendapat
3. DPR dapat memanggil eksekutif atau pejabat public untuk konsultasi , informasi dan
sebagainya dengan hak poena serta terdapat sanksi untuk pengabaian
4. DPR dan Presiden setara , tidak dapat saling menjatuhkan (Sistem Presidensil)
5. DPR mitra eksekutif dan birokrasi dalam perumusan kebijakan politik dan undang undang
6. Pelaksanaan hak budget bersifat terbuka untuk umum kecuali di nyatakan lain.seperti contoh
KPK dan siapapun yang mengikuti sidang pembahasan anggaran DPR dengan eksekutif
selama dinyatakan terbuka untuk umum
7. Kelembagaan dan kedudukan fraksi parpol cenderung lebih dominan daripada komisi dan
panja dan pansus DPR dalam pengambilan keputusan

Namun dalam prakteknya , terdapat permasalahan hubungan kelembagaan antar subsistem administrasi
Negara

 Hubungan kelembagaan dalam praktek administrasi Negara masih cenderung mengikuti permainan
menang atau kalah.
 Seringkali di landasi oleh idealism sempit golongan,egoism sektoral,ambisi ambisi dan kepentingan
pribadi kelompok maupun golongan.

Jadi dibutuhkan langkah langkah kebijakan penguatan hubungan kelembagaan antar subsistem administrasio
Negara sebagai berikut :

1. Peningakatan pemahaman dan pelaksanaan UUD 1945 serta nilai nilai kebangsaan :
 Internalisasi nilai pancasila dan UUD 1945 dalam penyelenggaraan SANKRI
 Inovasi operasionalisasi nilai nilai kebangsaan sesuai tuntutan zaman
2. Penyempurnaan kepranataan penyelangaraan dan pemerintahan Negara
 Agenda amandemen kelima UUD 1945 untuk menjamin perkuatan kelembagaan
penyelenggaraan administrasi Negara berdasarkan prinsip prinsip demokrasi dan tata pemerintahan
yang baik.
3. Penguatan kelembagaan DPD
4. Peninjauan kembali Kelembagaan MPR dan lembaga Negara lainnya
5. Peninjauan kembali keprantataan lembaga Negara independen
 Rasionalisasi ,integrasi ,akuntabilitas kinerja
6. Pembentukan system administrasi penyelengaraan demokrasi politik :
 Kepastian hukum dan perundang undangan system politik nasional
 Kepastian politik
 Beban anggaran Negara
7. Pembentukan UU mengenai system dan susunan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagai
system administrasi pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagai system administrasi
pemerintahan Negara (pemerintahan pusat) :
 Payung hukum system kelembagaan,struktur,kedudukan,hak dan kewajiban;mekanisme kerja
penyelangaraan pemerintah Negara;
 Sumber acuan hukum sumber peraturan perundang undangan sectoral
8. Sinkronisasi dan harmonisasi sitem adminitrasi Negara :
 Kodifikasi, Komplikasi peraturan perundang undangan sektoral fungsional
 intregasi dan sinkronisasi peraturan perundang undangan sektoral
 Kepastian hukum bagi masyarakat.

Selain itu diperlukan usaha penguatan elemen strategi SANKRI yang dapat di rinci sebagai berikut :

1. Penguatan komponen penyelengaraan Negara


 Amandemen UU 1945 tentang pembangunan nasional dan otonomi daerah
 Kepastian hukum system politik nasional
 Penyempurnaan system dan mekanisme kekuasaan Negara di bidang hukum
 Penuntasan pembahasan ,penetapan, pemberlakuan RUU kebebasan hak atas informasi
 Pengaturan peran masyarakat dalam SANKRI
 Penyempurnaan system desentralisasi dan otonomi kepala daerah
2. Penguatan Komponen administrasi pemerintah
 Penuntasan penetapan dan pemberlakuan RUU administrasi pemerintah
 Penataan dan Pengembangan system manajemen dan Kebijakan public
 Penyempurnaan system dan mekanisme kekayaan Negara
3. Penguatan komponen sumber daya manusia aparatur
 Penyempurnaan mekanisme dan criteria pemilihan pejabat Negara melalui proses fit and
proper test
 Netralitas ,independensi,dan integritas tim seleksi pejabat Negara
 Transparansi criteria kompetensi ,integritas, dan kapabilitas calon pejabat Negara
 Mekanisme uji public kelayakan kandidat pemilu/pilpres/pilkada
 Rasional struktur jabatan administrasi Negara
 Pengembangan system diklat profesi,diklat jabatan serta diklat teknis fungsional bagi SDM
aparatur pemerintah yang berbasis kompetensi dan berorientasi kinerja
 Pengembangan system evaluasi dan akuntabilitas kinerja objektif
 Pengembangan system pegawai baik dalam masa jabatan maupun dalam rangka pemensiunan
yang berkalayakan bagi kelangsungan hidup dan penghidupan mantan pegawai /jabatan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penguatan SANKRI untuk pembangunan aparatur Negara menkankan pada peran Lembaga Administrasi
Negara ,sesuai tugas pokok nya “ Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi Negara sesuai
dengan kentetuan peraturan perundang undangan “ dan fungsinya sebagai :

 Pengkajian dan penyusunan kebijakan public serta penelitian dan pengembangan di bidang
administrasi Negara.
 Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur Negara.
 Koordinasi dan fasilitasi pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi
Negara.
 Pelaksanaan tugas tugas rutin administratif Lembaga Administrasi Negara

4.2 Saran

Oleh karena itu ,Lembaga Administrasi Negara diharapkan mampu sebagai institusi berbasis keilmuan dan
kompetensi dalam pembangunan kapasitas system dan aparatur administrasi Negara untuk kemajuan
kesejahteraan masyarakat bangsa Indonesia di masa depan. Sekaligus memberikan inspirasi dan
menggerakan upaya upaya reformasi dan transformasi nilai nilai baru dalam penyelenggaraan SANKRI.

Sehingga melalui penguatan SANKRI dan pemberdayaan aparatur Negara diharapkan akan terbangun
sebuah tata kepemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mampu mengakselarasi perwujudan
tujuan Negara dan pelaksaan tugas pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA

https://teorikeuangannegara.blogspot.com/2016/04/redefinisi-sankri-dan-penguatan-sankri.html

http://sankripedia.stialanmakassar.web.id/index.php/
Sistem_Administrasi_Negara_Kesatuan_Republik_Indonesia

https://www.academia.edu/23731196/
SISTEM_ADMINISTRASI_NEGARA_KESATUAN_REPUBLIK_INDONESIA_SANKRI

https://www.scribd.com/doc/106899329/Resume-Modul-1-3-SANKRI

file:///C:/Users/miralda/Downloads/SANKRI.pdf

Anda mungkin juga menyukai