Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Dosen Pembimbing :

Ns. Titi Astuti, M.Kep.,Sp.Mat

Pembimbing lahan

Ns. Santi Hardina, S.Kep

Disusun Oleh:

Rara Suci Ariyati

1914301077

Sarjana Terapan Tingkat III Reguler 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN 2021/2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) PADA ANAK

A. Definisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang


disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
bertendensimengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan


olehArbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk AedesAegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi


yangdisebabkan oleh virus dengue dengan tipe I-IV dengan infestasi klinis
dengan 5- 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan
angkakematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)Dengue
Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama
terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan 
biasanyamemburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

B. Etiologi
1. Faktor Agent

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam


Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, akan tetapi berasal dari empat
tipe virus yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya
secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus yang
berdiameter 40 nonometer dan dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

2
2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor


yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti)
maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam
potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya
( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.

3. Faktor Host

Biasanya pada orang yang pertama terinfeksi dengue mendapatkan


imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan
infeksi ulang untuk kedua kalinya atau lebih.

4. Faktor Port of Entery and Exit

Permukaan kulit tubuh.

5. Faktor Envoronment

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk jenis
ini adalah daerah tropis, dengan  lingkungan yang kurang pencahayaan
dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti
airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas.

6. Transmisi

Cara Penularan melalui nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus


yang betina setiap 2 hari sekali menggigit atau mengisap darah manusia
untuk memperoleh protein guna mematangkan telurnya agar tetap mampu
berkembang biak. Ketika menggigit orang yang darahnya mengandung

3
virus dengue, virus masuk dan berkembang biak dengan cara membelah
diri dalam tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu virus sudah
berada di kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air liur
nyamuk kepada orang sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang itu
dapat menderita penyakit demam berdarah. Nyamuk demam berdarah ini
memiliki siklus hidup yang berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif
dari pagi sampai sekitar jam 3 sore untuk menghisap darah yang juga
berarti dapat menyebarkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam
hari, nyamuk ini tidur.

C. Tanda dan Gejala


1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artarglia
5. Ruam
6. Perdarahan
7. Leukopenia
8. Demam berlangsung 2-7 hari
9. Trombositopenia (100.000 sel per mm3)
10. Jika terjadi syok: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, serta gelisah
11. Nafsu makan berkurang
12. Mual muntah

D. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi

Ketika penderita DBD digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus


yang ada di dalam darah akan ikut terisap dan tersebar diberbagai jaringan
tubuh nyamuk termasuk kelenjar air liurnya. Setelah satu minggu setelah
menghisap darah, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain.
Virus dengue tersebut tetap berada pada tubuh nyamuk dan merupakan
penularan (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena nyamuk

4
menggigit dan belum menghisap darah, maka nyamuk dapat mengeluarkan
kelenjar air liur melalui probosis, agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama dengar air liur virus dengue dipindahkan dari nyamuk keorang lain.
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah
pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan Anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia
yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan
kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia
jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya
pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa

5
terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal (Rampengan, 1997).

Pathway

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu

menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari

hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya

tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak

6
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa

konvaselen.

b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya

renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis

pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya

trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji

serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).

c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga

d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %

e. Protein rendah

f. Natrium rendah (hiponatremi)

g. SGOT/SGPT bisa meningkat

h. Asidosis metabolic

i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan

2. Urine

Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum


tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10
sudah kembali normal untuk semua system

3. Foto Thorax

Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya


posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

4. USG

Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan


karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa

7
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura
pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan
diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan
melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas

5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)

Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif
namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun)
sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi epidemiologi. Untuk
diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut
atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap
sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
terjadi (Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)

Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan


butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue.

Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT)

(Vasanwala dkk. 2012)

d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)

Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka
dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3
bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus

Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerasechain


reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype

8
tertentu, hasil cepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat
mendeteksi virus RNA dari specimenyang berasal dari darah, jaringan
tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).

F. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam

24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi

kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak

umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih

dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien

terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam

terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .

b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti

cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya

RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau

plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi,

nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan

infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005).

c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)

1). Kristaloid

- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer

Laktat (D5/RL).

9
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer

Asetat (D5/RA).

- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan

Faali (d5/GF).

2). Koloid

- a). Dextran 40

- b). Plasma

2.   Keperawatan

a) Derajat I

Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb


dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam
dan kompres hangat.
b) Derajat II

Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang
pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka
tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu
memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah
dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV

- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit

(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.

- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan

secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.

10
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan

gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran

darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah

berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan

makanan cair.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis


Dan NANDA NIC NOC. Mediaction: Yogyakarta

Wilkinson. 2015. BukuSaku Diagnose Keperawatan Edisi 9. Jakarta


:bukukedokteran EGC

Atmaja, deni. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Benigna


Prostat Hiperplasia Post Operasi Open Prostatectomy Di Ruang Dahlia Rsu
Banyudono Boyolali [serial online]
http://eprints.ums.ac.id/25919/9/naskah_publikasi.pdf

[serial online]
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-amandatama-6700-2-
babii.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai