08 F Bab6 Dinamika
08 F Bab6 Dinamika
Bab VI
Gambar 6.1. Berat Batang Penerus Gaya digantikan oleh dua berat terkonsentrasidi pena
engkol dan pena peluncur atau piston
Gambar 6.2. Gaya inersia batang penerus gaya pada pena-pana batang.
1 R
2
x = R .cosθ + hc 1 − sin θ (6–8)
2 L
R
y = hp sin θ ( 6– 9 )
L
Bila dideferensiasikan terhadap waktu untuk persamaan (6-8) didapat
komponen horisontal dari kecepatan titik G3 :
2
dx 1 R
Vx = = − R.ω .sin θ − hc ω . sin 2θ ( 6 – 10 )
dt 2 L
sedangkan dideferensiasikan terhadap waktu untuk persamaan (6-9)
didapat komponen vertikal dari kecepatan titik G3 :
dy R
Vy = = h p ω . cosθ ( 6 – 11 )
dt L
Dideferensiasikan terhadap waktu untuk persamaan (6-10) didapat
komponen horisontal dari percepatan titik G3 :
2
dVx R
aG 3 = = − R .ω 2 .cosθ − hc ω 2 .cos 2θ
x
( 6 – 12 )
dt L
sedangkan dideferensiasikan terhadap waktu untuk persamaan (6-11)
didapat komponen vertikal dari percepatan titik G3 :
dVy R
aG 3 y = = −h p ω 2 .sin θ ( 6 – 13 )
dt L
W
2
W R
f y = − aG 3 y = h p ω 2 . sin 2θ ( 6 – 15 )
g g L
W' W hp 2
f 1 = − c anA = Rω
( 6 – 16 )
g g L
arah dari gaya f1 afalah berimpit dengan batang-2 atau engkol,
yang membentuk sudut dengan sumbu horisontal, sehingga dalam
tinjauan ini akan diuraikan menjadi dua komponen :
1) komponen horisontal :
W hp 2
f 1x = f 1 .cosθ = Rω cosθ ( 6 – 17 )
g L
2) komponen vertikal :
W hp 2
f 1y = f 1 . sin θ = Rω sin θ ( 6 – 18 )
L
g
bisa dilihat pada gambar-6.2.
W 'p
f 2 = − a B = W hc R ω 2 cosθ + R cos 2θ ( 6 – 19 )
g g L L
fx = f 1 + f2
x
W hp
R .ω 2 .cosθ + c R .ω 2 cosθ + cos 2θ
W h R
fx =
g L g L L
h p + hc
2
W W h
fx = R .ω 2 .cosθ + c R .ω 2 cos 2θ ( 6 – 20 )
L g L
g
Karena : hp + h c = L
Sehingga total komponen horisontal gaya inersia sistem ekivalen
batang-3 :
2
W W R 2
fx = R .ω 2 .cosθ + h ω cos 2θ ( 6 – 21 )
g g cL
f y = f 1y
W hp
fy = R.ω 2 . sin θ ( 6 – 22 )
L
g
Bila diperhatikan dari persamaan (6 -14) sama dengan persamaan
(6-21), demikian juga persamaan (6 -15) dengan persamaan (6 -22), maka
persamaan untuk menentukan inersia suatu batang dalam mekanisme
caranya akan lebih mudah bila dianalisa berdasarkan sistem ekivalen
kinetik, karena persanaan percepatan yang digunakan adalh
persamaan percepatan pada sambungan-sambung pena. Persamaan
percepatan pada sambungan lebuh sederhana bentuknya dari pada
persamaan percepatan di titik berat batang. ( Bandingkan mencari
poligon percepatan pada sambungan pena dengan poligon
percepatan pada titik berat batang ).
Kedua gaya tersebut tidak terletak pada titik tangkap yang sama, tetapi
tetap sejajar dengan arah -arah gaya inersia ketika sistem batang atau
benda tunggal. Pada analisa fluktuasi gaya inersia tidak memperhatikan
titik tangkapnya, namun tidak ada kesalahan dalam sistem ekivalen untuk
analisa te rsebut.
Wp
a B = p Rω 2 cosθ + cos 2θ
W R
f 2 p = − ( 6 – 23 )
g g L
fP =
(W p + W ' p ) Rω 2 cosθ + R cos 2θ ( 6 – 24 )
g L
dalam posisi ini mengarah horisontal ke kanan.
Berat batang-2 atau berat engkol sendiri di titik beratnya, G2
adalah Wc , gaya inersia dari akibat beratnya sendiri :
Wc
f 1c = R .ω 2 ( 6 – 25 )
g
Gambar 6.3. Gaya Inersia total Mekanisme yang terkonsentras(a), resultannya (b).
Wc . O 2 G 2 = Wc”. R ( 6 – 27 )
Bila Wc” sudah didapatkan nilainya disubstitusikan ke persamaan (6-26),
(Wc " +W ' c )
fc = R.ω 2 ( 6 – 28 )
g
arahnya berimpit dengan batang-2 mengarah keluar
batang-2.
Gambar 6.4. Metode Grafis untuk mengkonstruksi fluktuasi gaya inersia Mekanisme Luncur
1) r1 =
(Wc " +W c ' )
R .ω 2 ( 6 – 29 )
g
2) r2 =
(W p + W p ' ) R.ω 2 ( 6 – 30 )
g
3) r3 =
(W p + W p ' ) R.ω 2 R ( 6 – 31 )
g L
QS = ( f P )Sekunder =
(W p + W' p ) Rω 2 R cos 2θ
( 6 – 33 )
g L
MS = f P =
(W p + W' p ) Rω 2 cosθ + R cos 2θ ( 6 – 34 )
g L
10) Tarik garis lurus dari dari O ke titik S, mendapatkan garis OS yang
menunjukkan besar gaya resultan mekanisme, fM, sudut arah
dari gaya ini, diukur dari sumbu horisontal dengan garis ini.
Untuk contoh dengan nilai variabel, sebagai berikut.:
Mekanisme peluncur dari Mesin Diesel Tunggal posisi horisontal :
Putaran batang-2 (engkol) 1200 rpm konstan
Panjang langkah ( 2R ) 12 cm
Panjang batang-3 ( L ) 30 cm
Jarak titik berat batang-3 ke pena engkol (hc) 10 cm
Berat engkol terkonsentrasi di pena engkol ( Wc”) 20N
Gambar 6.6. Bobot imbang yang digunakan untuk mengurangi fluktuasi gaya inersia.
Gambar 6.7. Kurva fluktuasi gaya inersia dengan bobot imbang, Berat bobot imbang =
jumlah berat ekivalen dan berat ekivalen peluncur.
Gambar 6.8. Kurva fluktuasi gaya inersia dengan bobot imbang, Berat bobot imbang =
jumlah berat ekivalen dan setengah berat ekivalen peluncur.