DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
NURUL ILMI (K.18.01.017)
NUR KHAFIFAH MAKMUR (K.18.01.019)
PUTRI WULAN DARI (K.18.01.020)
PUTRI WULAN SARI (K.18.01.022)
SARI SARAPANG (K.18.01.023)
SULFIANTI GOMBO (K.18.01.027)
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Eklampsia adalah keadaan dimana pre-eklampsi berat yang disertai
kejang atau koma. Menjelang kejang biasanya didahului gejala subjektif
(Aura) yaitu nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan
kabur (berkunang-kunang) dan ada keluhan mual dan muntah,
pemeriksaan fisik menunjukan hiper refleksia atau mudah terangsang
(Panitia S.A.K. komisi keperawatan P.K. St.Carolus.2000).
Preeklampsia merupakan gejala yang timbul pada ibu hamil di atas
usia 20 minggu, bersalin dan dalam masa nifas yang ditandai dengan
adanya: hipertensi dan proteinuria. Sedangkan seorang wanita dikatakan
eklampsia bila memenuhi kriteria preeclampsia dan disertai dengan
kejang-kejang (yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis seperti
epilepsy) dan atau koma.
Eklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg ditandai dengan
peningkatan TD (S>180mmHg D > 110
mmHg),proteinuria,oedema,kejang dan/atau penurunan kesadaran.
Eklampsia merupakan keadaan langka yang dapat terjadi mendadak
dengan atau tanpa didahului oleh pre-eklampsia. Keadan ini ditandai oleh
serangan kejang yang menyerupai kejang pada epilepsi ‘grand mal’
dengan pengecualian bahwa pada eklamsia biasanya tidak terdapat
gangguan pengendalian sfingter.Eklamsia paling sering ditemukan selama
atau sesaat sesudah persalinan.
B. Epidemiologi
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan
salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik
menunjukkan di Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai
kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 %
– 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian
ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207
kematian. Berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara
9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-
48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju
disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal;
penderita-penderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang
tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak,
dekompenasio kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal, dan
masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.
C. Etiologi
Hingga saat ini etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam
kehamilan masih belum diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis
yang diajukan untuk mencari etiologi dan patogenesis dari hipertensi
dalam kehamilan namun hingga kini belum memuaskan sehinggan Zweifel
menyebut preeklampsia dan eklampsia sebagai “the disease of theory”.
Adapun hipotesis yang diajukan diantaranya adalah :
1. Genetik
Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan turut
berperanan dalam patogenesis preeklampsia dan eklampsia. Telah
dilaporkan adanya peningkatan angka kejadian preeklampsia dan
eklampsia pada wanita yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
preeklampsia dan eclampsia.
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada
kejadian preeklampsia dan eklampsia adalah peningkatan Human
Leukocyte Antigene (HLA) pada penderita preeklampsia.
Beberapa peneliti melaporkan hubungan antara
histokompatibilitas antigen HLA-DR4 dan proteinuri hipertensi.
Diduga ibu-ibu dengan HLA haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7
memiliki resiko lebih tinggi terhadap perkembangan preeklampsia
eklampsia dan intra uterin growth restricted (IUGR) daripada ibu-
ibu tanpa haplotipe tersebut. Peneliti lain menyatakan
kemungkinan preeklampsia eklampsia berhubungan dengan gen
resesif tunggal.
Meningkatnya prevalensi preeklampsia eklampsia pada anak
perempuan yang lahir dari ibu yang menderita preeklampsia
eklampsia mengindikasikan adanya pengaruh genotip fetus
terhadap kejadian preeklampsia. Walaupun faktor genetik
nampaknya berperan pada preeklampsia eklampsia tetapi
manifestasinya pada penyakit ini secara jelas belum dapat
diterangkan.
2. Iskemia Plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi
desidua dan miometrium dalam dua tahap. Pertama, sel-sel
trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis yaitu dengan
mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan
jaringan otot polos dinding arteri serta mengganti dinding arteri
dengan material fibrinoid. Proses ini selesai pada akhir trimester I
dan pada masa ini proses tersebut telah sampai pada
deciduomyometrial junction.
Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua
dari sel trofoblas di mana sel-sel trofoblas tersebut akan
menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga kedalaman
miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama yaitu
penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis serta
perubahan material fibrionid dinding arteri. Akhir dari proses ini
adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk
seperti kantong yang memungkinkan terjadi dilatasi secara pasif
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang
meningkat pada kehamilan.
Pada preeklampsia, proses plasentasi tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel
trofoblas
b. Pada arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap
pertama invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi
tahap kedua tidak berlangsung sehingga bagian arteri
spiralis yang berada dalam miometrium tetapi mempunyai
dinding muskulo-elastis yang reaktif yang berarti masih
terdapat resistensi vaskuler.
3. Prostasiklin-tromboksan
Prostasiklin merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di
sel endotel yang berasal dari asam arakidonat di mana dalam
pembuatannya dikatalisis oleh enzim sikooksigenase. Prostasiklin
akan meningkatkan cAMP intraselular pada sel otot polos dan
trombosit dan memiliki efek vasodilator dan anti agregasi
trombosit. Pada preeklampsia terjadi kerusakan sel endotel akan
mengakibatkan menurunnya produksi prostasiklin karena endotel
merupakan tempat pembentuknya prostasiklin dan meningkatnya
produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kerusakan endotel tersebut. Preeklampsia berhubungan dengan
adanya vasospasme dan aktivasi sistem koagulasi hemostasis.
Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral pada
proses ini di mana hal ini sangat berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara tromboksan dan prostasiklin.
4. Imunologis
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin
yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara
imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat
diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan
rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga
terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada
eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi
imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap
berjalan.
5. Radikal bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal
bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme
oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri
radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan
berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan
elektron rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan
mencari elektron lain dari atom lain dengan menimbulkan
kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama
adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami
iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh
yang banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas
merusak sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada
kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak
terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
6. Diet ibu hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila
terjadi kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium
yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot
sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya
kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan
menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang
mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah
menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah
akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan
meningkatkan tekanan darah.
D. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi menjadi :
1. Eklampsia gravidarum
- Kejadian 50% sampai 60%
- Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
- Kejadian sekitar 30% sampai 35%
- Batasan tegas dengan eklampsia gravidarum sukar
ditentukan terutama saat mulai inpartum
- Serangan kejang terjadi saat intrapartum
3. Eklampsia puerperium
- Kejadian jarang yaitu 10%
- Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan
berakhir.
E. Tanda dan gejala
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu:
kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat,
meliputi :
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan
menggenggam dan kaki membengkok kedalm, pernafasan
berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang
cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah
dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan
sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan
penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam.
Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya
penderita teteap dalam keadaan koma ( Muchtar Rustam, 1998:
275).
F. Patofisiologi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga
berhubungan dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan
resisitensi intra mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan
peninggian tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar
pada primipara, anak kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang
bila memasuki sirkulasi menimbulkan vasokontriksi pada ginjal, keadaan
yang belakangan ini mengakibatkan peningkatan produksi rennin,
angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin menimbulkan
vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk iskemia
uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan
udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan
dasar dari timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating
pressors. Eklamsi yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh
yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation
G. Komplikasi
Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama
ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada eklampsia :
1. Solusio plasenta
Komplikas ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di
rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta
disertai pre-eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemuka 23% hipofibrinogenemia. Maka
perlu dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karea ikterus. Belum diketahui
dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sela hati atau
destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering
ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan
ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi
pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya
apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk
eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati juga dapat diketahui dengan pemeriksaan faal
hati, terutama penentuan enzim-enzimnyz.
8. Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah
anuria sampai gagal ginjal.
9. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang, pneumonia aspirasi, dan DIC (dessiminated intravaskuler
coogulation)
10. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-uterin.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Hemotologi lengkap, kadar glukosa, kadar serum natrium, dan tes
kehamilan diwanita usia subur, analisa gas darah, fungsi ginjal (ureum,
kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT), analisis gas darah.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi : untuk mengetahui keadaan janin
b. Radiologi : non-kontras CT scan kepala untuk pasien yang
mengalami kejang pertama kali, trauma, riwayat keganasan,
imunokompromais, penggunaan antikoagulan, terdapat fokal
neurologik baru, usia > 40 tahun. MRI, bila fasilitas tersedia,
karena hasilnya lebih baik untuk mengidentifikasi lesi yang kecil.
c. Elektrokardiografi, untuk mengidentifikasi adanya aritmia,
pemanjangan gelombang QTc, QRS melebar, ditemukan
gelombang R di aVR, maupun adanya blok.
d. Elektroensefalografi (EEG) tidak secara rutin tersedia di UGD.
EEG harus menjadi bagian dari hasil pemeriksaan neuro-diagnostik
penuh, EEG dapat dengan akurat menentukan kelainan aktivitas
listrik otak dan memperkirakan prognosis pasien. EEG harus
dipertimbangkan jika tersedia di IGD dan meskipun pasien
lumpuh, terpasang intubasi, atau sedang dalam status epileptikus.
e. Pungsi Lumbar : harus dipertimbangkan untuk pasien dengan
immunokompromis, demam terus-menerus, sakit kepala parah,
atau perubahan status mental yang terus-menerus
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
2. Penanganan Umum
Jika tekanan diastolic > 110 MmHg, berikan obat anti hipertensi
sampai tekanan diastoloc menurun 90-100 mmhg.
Pasang infuse RL dengan jarum besar ( 16 gauge atau lebih)
Ukur Keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload.
Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
( jika jumlah urine kurang dari 30 ml/ jam).
Pantau kemungkinan aodema paru.
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kerjang disertai Aspirasi
yang mengakibatkan kematian ibu dan janin.
Auskultasi paru untuk mencari tanda- tanda Oedema Paru. Jika
ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan auretic.
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside.
J. Pencegahan
Tujuan pertama pengobatan eclampsia ialah menghentikan kejangan
mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan dieresis. Pertolongan yang
perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan jalan
pernapasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen
dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga
jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya akan mempengaruhi
gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat, misalnya :
a. Sodium pentotbal
Sangat berguna untuk menghentikan kejangan dengan segera bila
diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung
bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat
diberikan dirumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan
tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resustitasi. Dosis
inisial dapat diberikan sebanyak 0,2-0,3 g dan disuntikan
perlahan-lahan.
b. Sulfat magnesium
Magnesium Sulfat mempunyai efek. Mengurangi tekanan
darah, menguarangi sensitifitas saraf pada sinapsis,
meningkatkan diuresis, Mematahkan sirkulasi iskemia. Dosis
pemberian Magnesium Sulfat 40% .
- Intramuskular : 8 gr daerah gluteal kanan kiri ,8 gr
interval 6 jam
- Intravena : 10cc Magnesium Sulfat 40% IV perlahan
lahan ,diikuti IM 8 gr . Syarat pemberian Magnesium
Sulfat: refleks patela masih positif ,pernafasan tidak
kurang dari 16 / menit ,diuresis minimal 600 cc /24 jam.
c. Sistem Stroganof
- Suntikan 100 Mg luminal IM
- 1/2 jam kemudian suntikan 10 cm magnesium Sulfat 40%
IM.
- Selanjutnya tiap 3 jam ganti-gantian di beri Luminal IM
dan Magnesium sulfat 40% IM.
d. Diazepam atau Valium
Digunakan sebagai pengobatan eklampsia Karena muda
didapat dan mudah. Dosis maksimal diazepam 120 Mgr / 24
jam. Metode pemberian valium observasi.
e. Litil Koklit
Litil Koklit terdiri dari petidin 100 Mgr , klorpromazim 100
Mgr, dan prometazin 50 Mgr yang di larutkan dalam 500 cc
glukosa 5% diberikan IV dengan Memperhatikan tekanan
darah ,nadi dan kejang. Observasi pengobatan di lakukan setiap
5 menit, karena tekanan darah dapat turun mendadak.
K. Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan
salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik
menunjukkan di Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai
kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 %
– 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian
ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207
kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre
eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam
jiwa ibu hamil. Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada
kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai
pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%.
Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya
kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan
oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal; penderita-
penderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat.
Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompenasio
kordis dengan edema paru-paru, payah ginja, dan masuknya isi lambung
ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.
Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan
prematuritas. Berlawanan dengan yang sering diduga, eklampsia tidak
menyebabkan hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita yang
mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15
tahun kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa
eklampsia.
Faktor genetic, factor imunologis,dll
Seorang ibu (Ny.N) masuk rumah sakit monompia kota mobahu dikirim oleh
bidan dengan keluhan kejang dengan nafas tersengal-sengal 10 menit yang lalu
yang berlangsung 35 detik. Sehari yang lalau klien partus spontan dengan janin
kembar di klinik kasi ibu dengan TD: 150/140 mmHg, pendarahan±50cc. (GCS:
10) E(4) V(3) M(3) KU delirium . ini adalah pertama kali Ny.N melahirkan.
Selama di klinik klien mengalami kejang dua kali. Saat RS tanpak mata yang
terbuka dan terpaku, keluar ludah berbuih dari mulut, pandangan kosong, kelopak
mata dan tangan bergemetar serta kepala diputas kekanan dan kekiri dan Tn.A
mengatakan terkadang lidah tergigit. TN.A juga mengatakan badannya terabah
panas. Klien terlihat sesak saat bernafas. Tn. A suami klien mengatakan 30 menit
sebelum kejang istrinya mengatakan kepadanya tersa nyeri hebat. Nyeri datang
tiba-tiba, nyeri seperti diremas-remas daerah kepala dan terasa terus menerus
skala nyeri : 8 dan pengelihatannya berkunang-kunang dan kabur serta klien terasa
sesak saat bernafas. Terdapat sekret didalam mulut, bunyi ronchi adanya edema
paru, akral teraba panas warna kulit pucat. Saat dilakukan pemeriksaan TTV bagi
TD: 190/150mmHg N:120xmenit RR: 30/menit, S:39,5˚s. terpasang IVFD RL
drip MgSO4% 28 tetes/menit. Terpasang kateter. Dan terpasang o2 4 liter/menit
nasal kanul.
A. Pengkajian
Pengkajian Primer
- Circulation
Ada nadi, N: 120x/m, TD: 190/150mmHg. Akral teraba panas.
- Airway
Pernapasan ada, Terdapat sekret didalam mulut, bunyi ronchi RR:
30x/m, pasien tampak gelisah dan sesak napas
- Breathing
Pasien terlihat sesak napas, RR: 30x/menit, terpasang IVFD RL
drip MgSO4% 28 tetes/menit. Dan terpasang o2 4 liter/menit nasal
kanul.
- Disability
Nyeri datang tiba-tiba, nyeri seperti diremas-remas daerah kepala
dan terasa terus menerus dan pengobatannya berkunang-kunang dan
kabur. Skala nyeri 8
- Exsposure
Terpasang Kateter.
Tanggal pengkajian : 16 april 2014
Jam : 08:00
Pengkajian Sekunder
a. Identitas
Klien
Nama : Ny.N (28thn)
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wirasuasta
Status pernikahan : menikah
Alamat : mogolain
Diangnosa medis : eclampsia postpartum
Penangguang jawab
Nama : Tn.a
Umur : 29 thn
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : suami
b. Keluhan utama saat ini:
Klien dikirim oleh bidan keluhan kejang dengan nafas tersengal-sengal
10 menit yang lalu yang berlangsung 35 detik.
c. Riwayat Kesehatan sekarang:
Klien dikirim oleh bidan dengan keluhan kejang dengan nafas
tersengal-sengal 10 menit yang lalu yang berlangsung 35 menit. Tn. A
suami klien mengatakan 35 menit sebelum kejang istrinya mengatakan
kepadanya terasa nyeri hebat.
P=Nyeri datang tiba-tiba
Q=nyeri Seperti diremas-remas
R= pada daerah kepala
S=skala nyeri 8
T= terasa terus menerus
d. Riwayat penyakit dahulu
3 bulan yang lalu saat usia kehamilan 6 bulan klien pernah
mengalami preklamsia denga TD 180/90 dan klien sempat dibawanh
dan dirawat di RS selama 1 minggu dan klien sembuh TD Kembali
normal.
e. Riwayat persalinan saat ini
Lamanya persalinan: 10 jam
Posisi potus: normal
Tipe kelahiran: normal
Poreneum: adanya robekan
Penggunaan analgesic dan anastasis: moperidin dan prokain
Masalah selama persalinan: adanya robekan pada perineum karena
besarnya kepala janin
Data bayi data ini: sehat
f. Keadaan fisikologis ibu
Ibu meras senang denga kehadiran bayinya, karena bainya selamat dan
sehat.
g. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat penyakit keturunan dalam keluarga Ny. N. ibu Ny. N perna
mengalami preklamsia sewaktu melahirkan Ny.N.
h. Riwayat ginekologi
a) obstetric
Ny. N pernah mengalami preklamsia pada saat usia kehamilan 6 bulan.
b) Reproduksi: kehamilan G1 P1 A0
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi
jalan napas
2. Hipertermi b/d proses penyakit
3. Nyeri akut b/d agen cidera fisiologis
4. Gangguan persepsi sensori b/d Gangguan
Penglihatan akibat Peningkatan tekanan Vaskuler cerebral
5. Risiko cidera b/d hipoksia jaringan
D. Rencana Tindakan
No Diagnosa
Tujuan/Kriteri Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Bersihan jalan NOC : - Anjurkan pasien untuk mengosongkan menurunkan risiko aspirasi atau
nafas tidak efektif - Respiratory Status : Ventilation mulut dari benda atau zat tertentu atau masuknya sesuatu benda asing ke
berhubungan - Respiratory Status : Airway Patency alat yang lain untu menghindari rahang faring.
dengan - Aspiration Control mengatup jika kejang terjadi. meningkatkan aliran secret,
peningkatan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan - Letakkan pasien pada posisi miring, mencegah lidah jatuh dan
produksi saliva selama… klien menunjukan keefektifan permukaan datar, miringkan kepala menyumbat jalan nafas.
berlebih saat jalan napas dengan selama serangan kejang. untuk memfasilitasi usaha bernafas
kejang Kriteri Hasil : - Tanggalkan pakaian pada daerah atau ekspansi dada
- Pasien dapat menunjukan jalan leher atau dada dan abdomen. menurunkan risiko aspirasi atau
napas yang paten (klien tidak - Lakukan penghisapan sesuai indikasi aspiksia
merasa tercekik, irama napas, - Berikan tambahan oksigen atau dapat menurunkan hipoksia
frekuensi pernapasan dalam rentang ventilasi manual sesuai kebutuhan. cerebral.
normal, tidak ada suara napas
abnormal).
2. Hipertermi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan - Observasi KU - Mengetahui keadaan umum klien
berhubungan selama… diharapkan suhu badan klien - Kaji TTV - Mengetahui TTV
dengan proses kembalu normal. - Berikan kompres hangat - Dapat mengurangi demam
penyakit Kriteria Hasil : - Kolaborasi pemeriksaan laboratorium - Untuk mengetahui kadar leukosit
- Akral teraba normal terutama leukosit dan trombosit dan trombosit, kadar leukosit dan
- Suhu Kembali normal (36-37oC) - Kolaborasi pemberian antipiretik trombosit yang normal dapat
- Trombosit normal (150.000- (paracetamol 500gr) menurunkan demam
400.000/mm3. - Mengurangi demam dengan aksi
- Leukosit normal 5.000 – 10.000 sentralnya pada hipotalamus.
mm3.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan keperawatan - Kaji skala nyeri klien dengan - Untuk mengetahui tingkat nyeri
berhubungan selama…….. diharapkan nyeri menggunakan PQRST yang dialami
dengan berkurang/terkontrol. - Pertahankan tirah baring selama fase - Meminimalkan stimulasi dan
peningkatan Kriteria Hasil : akut menignkatkan relaksasi
tekanan vascular - Nyeri hilang atau terkontrol skala - Ajarkan pasien Teknik non - Untuk mengurangi rasa nyeri
cerebral akibat nyeri (4) Farmakologi ( Teknik distraksi, - Lingkungan yang nyaman dapat
hipertensi - Ekspresi wajah tenang. napas dalam dan kompres mengurangi rasa nyeri.
hangat/dingin) - Analgetic dapat menurunkan
- Kontrol lingkungan yang dapat nyeri
mempengaruhi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetic
(maperidin)
4. Gangguan persepsi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan - Kaji tingkat kekaburan penglihatan - Untuk mengetahui batas
sensori selama…. Diharapkan penglihatan tidak - Lakukan pengetasan dengan kekaburan yang dialami pasien
penglihatan kabur lagi dan Kembali normal. menyuruh pasien untuk - Mengetahui batas kemapuan dan
berhubungan Kriteri Hasil : menginterprestasikan benda disekitar melatih pasien untuk mengenal
dengan - Pasien dapat menunjukan fungsi - Anjurkan tirah baring orang dan benda sekitar
peningkatan penglihatannya baik - Jelaskan mengenai penyakit - Meminimalkan stimulasi dan
tekanan vascular - Dapat menginterprestasikan benda - Kolaborasi dengan dokter dalam meningkatkan relaksasi
cerebral akibat yang dilihat dengan benar pemberian obat mata (Lasik 3x1 - Agar klien mengerti dan
hipertensi - Tingkat kekaburan menurun bahkan amp, IV) memahami sehingga dapat
hilang. menentukan intervensinya
5. Risiko cedera pada Setelah dilakukan Tindakan perawatan - Kaji sifat dan karakteristik kejang - Membantu mengetahui masalah
ibu Berhubungan selama…. Diharapkan agar cedera tidak serta lama kejang tubuh yang terganggu
dengan hipoksia terjadi pada ibu - Ciptakan lingkungan protektif - Mengurangi resiko terjadinya cidera
jaringan Kriteria Hasil: - Anjurkan keluarga dan pasien untuk - Benda berbahaya dapat melukai
- Tidak terjadinya cedera pada ibu menjauhi benda-benda berbahaya. pasien pada saat kejang kambuh
- Keluarga dapat merawat pasien - Anjurkan keluarga untuk menaikkan - Mengurangi resiko terjadinya injury
dengan Tindakan mencegah cidera side rail tempat tidur jika pasien - Agar keluarga paham dan dapat
ditinggal sendiri menghindari injuri terhadap pasien.
- Berikan edukasi yang benar
berhubungan dengan strategi dan
Tindakan mencegah cidera
E. Implementasi
F.
No
. IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
1 Menganjurkan pasien untuk S: Klien mengatakan Masih sulit bernapas.
mengosongkan mulut dari benda atau zat O: - klien terlihat lebih nyaman dari
tertentu atau alat yang lain untuk menghindari sebelumnya, Terpasang O2 4 liter/ menit
rahang mengatup jika kejang terjadi - TTV:
H/: tidak ada apapun di mulut pasien. TD: 190/150 x/menit
Meletakkan pasien pada posis miring, N: 120x/menit
permukaan datar, miringkan kepala selama RR: 30x/menit
serangan kejang S: 39,5˚c
H/: pasien posisi miring A: Masalah Belum teratasi
Menanggalkan pakaian pada daerah leher P: lanjutkan intervensi Ketika terjadi kejang
atau dada dan abdomen. lagi.
H:/ menanggalkan pakaian pasien dan menjaga
privacy
Melakukan penghisapan sesuai indikasi
H/: banyak sekresi yang keluar
Memberikan tambahan oksigen atau
ventilasi manual sesuai kebutuhan
H/: O2 4lt/M
2. Mengkaji skala nyeri klien dengan S: Tn.A mengatakan istrinya terkadang masih
menggunakan PQRST mengeluh nyeri
H/: P:nyeri hebat dating tiba-tiba O:
Q: nyeri seperti diremas- remas Pasien masih terlihat meringis, tetapi lebih baik
R: daerah kepala dari sebelumnya.
S: skala 8 P:nyeri hebat datang tiba-tiba
T: terasa terus menerus Q: nyeri seperti diremas- remas
R: daerah kepala
Mempertahankan tirah baring selama S: skala 8
fase akut T: terasa terus menerus
H/: pasien dalam posisi baring A: Masalah Belum Teratasi
Menganjurkan pasien Teknik non P: lanjutkan intervensi.
Farmaologi (Teknik distraksi nafas dalam dan
kompres hangat/dingin)
H/: mengajarkan Teknik napas dalam untuk
mengurangi nyeri
Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
H:/ lingkungan tidak ramai dan ribut
Mengkolaborasi peberian analgetic
(maperidin)
H/: pasien terlihat lebih baik dengan sebelumnya
3. Mengobservasi KU S: Tn.A mengatakan badan istrinya masih terasa
H/: Delirium panas
Mengkai TTV O:
H/: TD: 190/150 x/menit -akral terasa hangat
N: 120x/menit -TTV
RR: 30x/menit TD: 190/150 x/menit
S: 39,5˚c N: 120x/menit
RR: 30x/menit
Ida Bagus Gede Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Ida Bagus Gede Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Mochtar,