Anda di halaman 1dari 10

“ The ThirrJ NationaI Scientific Semina r in PerioPanties - lPERl

KLASIFIKASI DAN PERAWATAN ABSES PERIODONTAL

LITERATURE REVIEW

Ferdinan Pcsaribu*, Pitu Wulandari““


"Residen PPDGS Periodonsia; “Departemen Periodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Korespondensi:
ferdinanpasaribu711@gmaiI.com

Abstrak
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen terlokalisir pada jaringan
periodontal. The
International Work:shop for a C/assification of Periodontal Diseases and Conditions
(The American
Academy of Periodontology pada tahun 1959] menetapkan abses periodontal dibagi
3 yaitu abses
gingiva. abses periodontal dan abses perikororial. Berdasarkan etiologinya
abses
periodontal dibagi 2 yaitu abses yang berkaitan dengan per!odontitis dan abses
tidak berkaitan
dengan periodontitis, sedangkan berdasarkan proses perjalanan penyakitnya,
abses periodontal
dibagi atas akut dan kronis. Gejala klinis dari abses periodontal antara Iain
bengkak,
terciapat pus, timbul rasa sakit, perd=rahan saat probing yang diikuti
dengan gigi menjadi
goyang dengan gambaran radiografis berupa radiolusen pada bagian lateral dari
permukaan
akar. Penegakan diagnosis abses periodontal harus didasarkan pada evaluasi secara
keseluruhar
dan interpretasi dari keluhan utama pasien, bersaniaan oengan pemeriksaan klinis
dan radiografis
yeng ditemukan selama pemeriksaan. Tujuan peñulisan makalah ini adalah untuk
.membahas tentang
klasifikasi dan perawatan abses periodontal. Perawatan abses periodontal termasuk
ke dalam
perawatan emerjensi karena perawatan yang lambat dapat meny-°babkan infeksi
yang meluas
(selulitis) bahkan sampai menyebabkan kehilang n gigi. Perawatan ahses
periodontal dapat
dilakukan dengan drainase poket periodontal dan insisi eksterna! serta p=rr.berian
antibiotik
sistemik. Sebagai kesirripulan bahwa diagnosis yang tepat harus c!itegakkan agar
dapat diiakukan
perawatan yang tepat sehingga perawatan abses periodontal yang tepat dapat mencegah
kerusakan
periodontal lebih lanjut dan risiko kehilangan gigi

Kata kunci: abses periodontal, klasifikasi, pera\'vatan.

Diterima *mnggal 1 Juli 2014


értikel ini dipublikasi pada buku prosiding dan dipresentasikan pada sesi poster
NaSSiP3 yang
diadakan oleh IPERI

PENDAHULUAN
Periodonsium adalah jar!ngan yang me- ngelilingi dan mendukung gigi.
Periodonsium terdiri
dari g!ngiva, sementum, ligamen peri- odontal dan tulang aIveo!ar. Beberapa
kondisi akut yang
dapat t=qadi pada jaringan periodon- tal, salah satunya adalah abses
periodontaL12 Abses
periodontal merupakan lesi yang dapat merusak jaringan periodontal dengan cepat.3°
Abses periodontal berada pada urutan ketiga pada kasus kedaruratan gigi
yang paling sering
dijumpai dengan prevalensi 7-14%.’ Penyebab utama pasien mencari perawatan
darurat ke
klinik gigi.6 Ibrahem LM menyatakan

60
bahwa 60% abses terjad:• pada pasien periodontitis yang tidak dirawat.
Abses periodontal mempunyai gejala yang mirip dan terlihat seperti abses
periapikal
sehingga diagnosis yang tepat harus ditegakkan agar dapat
dilakukan perawatan
yang tepat. Apabila tidak dilakukan perawatan atau perawatan yang dilakukan tidak
adekuat dapat
menyebabkan kehilangan gigi atau penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang
lain.' Untuk
mengetahui lebih mendalam tentang abses periodontal beserta klasifikasi
dan perawatan
yang tepat pada abses periodontal maka penulis tertarik untuk menguraikan
mengenai
klasifikasi dan perawatan
abses periodontal.

IPERI Jakarta, September 6-7”, 2014

^ The Third National Scientific Seminar in Perio dontics - IPERI

4INJAUAN PUSTAKA
Abses periodontal merupakan infeksi purulen lokal padapoket periodonta!
yang dapat
”'menyebabkan kerusakan ligamen periodontal dan tiilang alveolar. Konferensi
intemasional
”tentang penelit.an dalam b.dang biologi penyakit periodontal pada tahun 1977
membuat definisi
, abses periodontal sebagai “ suatu proses destruktif akut pada
periodonsium
sehingga teqadi penumpukan pus yang terlokalisir dan berhubungan dengan
rongga mulut
melalui
, sulkus gingiva atau sisi periodontal lainnya dan Peng tidak timbul dari pulpa
gigi ”.1
Karakteris‹ik penting dañ abses periodontal
. meliputi akumuiasi pus terlokalisir pada dinding
} gingiva dari poket periodontal, biasanya ‘ tegadi pada aspek
lateral gigi,
pembengkai‹an gingiva berwarna merah dan rnengkilap yang tampak seperti kubah.
Kondisi in:•
harus segera
/, ditangani, apabiia penanganannya gagal akan menyebabkan kehilangan gigi
dari
seluli!is pada pasien yang rentan. Berdasar'xan sifat dan peqalanan abses
periodontal
diperiuka.n t.ndakan yang cepat untuk mengurangi rasa sakit dan kor pl!
kasi sistemik.
A.bses juga dapat memudifikasi progncsis gigi yang te1ibat dan pada beberapa
kasus mungkin
yaenjadi penyeDab dilakukan ekstraksi gigi. Gleh karena itu diagnosis yang akumt
dan perawatan
abses yang cepat dan tepat merupakan langkah penting dalam pengelolaan
abses periodontal.
* Etiologi abses periodontal sulit untuk di- tentukan karena ukuran abses,
kondisi yang
mungkin dapat menghasilkan sebuah infeksi purulen dan kehadiran mikroorganisme
yang berpotensi
infektif dalam jumlah besar.1 Berikut ini adalah sejumlah
faktor yang
menyebabkan abses periodontal:
a. Poket periodontal berliku-liku terutama ter- kait dengan cacat furkasi,
sehingga
poket
menjadi terisolasi dan dapat mendukung pembentukan abses.1
b. Penutupan margin dari poket periodontal mungkin menyebabkan perluasan
infeksi ke jaringan
periodontal pendukung sekitamya karena tekanan pus dl dalam terhalang po- ket
periodontal.
Sekresi fibrin menyebabkan akumulasi pus lokal yang mendukung penu- tupan margin
gingiva ke
permukaan gigi.¹2

IPERI Jakarta, September 6-7”, 2014


C. Perubahan komposisi mikroflora, virutensi bakteri atau cacat dalam p e r t
a h a n a n
pejamu juga dapat membuat lumen poket tidak efisien untuk drainase supurasi yang
meningkat (Gambar
1).¹²
d. Setelah prosedur scaling and root
planning (SRP) menyebabkan kalkulus terlepas dan terdorong ke dalam
jaringan lunak
periodontal. Hal ini mungkin juga karena penskeleran yang ticlak
adekuat menyebabKan
kalkulus tetap berada pada bagian terdalam dari poket periodontal
sedangkan peradangan
pada daerah poket koronaf akan menutup jalan drainase normal dan flora
subgingiva
terperangkap pada bagian terdalam dari poket sehingga menyebabkan pembentukan
abses.1*
e. Pemberian antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva
pada pasien
dengan periodontitis kronis menyebabkan perubahan komposisi mikroorganisme
subgingiva
sehingga toqadi inteksi dan pembentukan abses.¹ 2
f. Sebagai konsekuensi dari perforasi dinding lateral gigi dengan instrumen
endodontik se!ama
perawatan saluran akar. ’
Menurut The International Workshop for a Classification of Periodontal
Diseases and
Conciiiions (The American Academy of Perlcdontology pada tahun 1999) menetapkan
abses
periodontal menjadi 3 kriteria, yaitu: °
a. Abses gingiva
Abses gi.ngiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada margin
gingiva atau papila
interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari
berbagai faktor
termasuk infeksi plak, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya
merah, licin,
kadang- kadang sangat sakit dan pembengkakan sering berfluktuasi (Gambar 1).

Gambar 1. Abses girigiva ’bat plak pada gigi kaninus kanan rah g
bawah.’
6 I

” Th e Th irci NationaI Scientific Seminar in Periodv ntics - IPL

b. Abses periodontal
Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang
tidak dirawat
dan berhubungan dengan poket periodontal yang sedang dan dalam, biasanya
terletak diluar
daerah mukogingiva.1
Gambaran klinis abses periodontal antara Iain pembengkakan gingiva disertai
rasa sakit, adanya
eksudat purulen dan gingiva terlihat mengkilat dan licin, gigi meniadi
sensitif bila
dilakukan perkusi dan mobiliti, meningkatnya kedalaman probing serta
dapat terjadi
kehitangan perlekatan periodontal dengan cepat ( Gambar 2).*
Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari poket
periodontal yang teiah
ada sebelumnya terutama terkait dengan penyingkiran kalkulus yang tidak
adekuat dan pasien
yang menjalani perawatan bedah perioclonta! setelah pemberian antibiotik den
pemeliharaan
preventif dan akibat penya.kit yang rekuren.’

Gamoar 2. Abses periodontal pada gigi Insisivus sentralis kanan rahang atas 2
c. .Abses perikoronal
Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak
operkulum yang
menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering teqadi pada gigi
molar tiga rahang
atas dan rahang bawah (Gambar 3).15
Abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari plak mikroba dan impaksi
makanan atau
trauma. * Gambaran klinis berupa gingiva belarna merah terlokalisir, bengkak,
lesi yang
sakit jika disentuh dan memungkinkan tetentuknya eksudat puuen, kismus,
lmfadenopati,
demamdanmaase.'

62

Gambar 3. Abses perikoronal°

Berdasarkan etiologinya, abses peri- odontal dibagi dua yaitu:


a. Abses terkait periodontitis: infeksi akut berasal dari
biofilm pada
poket periodontal yang dalam. 4
b. Abses terkait non-periodontitis: infeksi akut berasal dari sumber
lokal lainnya
misalnya impaksi benda asing dan perubahan dalam integritas akar.⁴
Berdasarkan perjalanan penyakit, abses periodontal dibagi menjadi:
a. Abses periodontal akut: abses
berkembang dalam waktu singkat dan berlangsung selama beberapa hari
atau minggu.
Abses akut sering muncul sebagai nyeri tiba-tiba yang dirasaKan pada saat
menggigit dan
ny ri berdenyut pada gigi saat pasien menggigit dan dapat terjadi
pembesaran kelenjar
getah bening.²"
b. Abses periodontal kronis:
kondisi abses yang berlangsung secara per!ahan dan untuk waktu yang lama.
Pada tahap
kronis rasa sakit dan perdarahan spontan dapat disertai rasa tidak
nyaman. Gigi
yang berdekatan dengan daerah lesi akan terasa sakit apabila dilakukan
gerakan menggigit dan
goyang. Adanya pus mungkin berasal dari sulkus gingiva atau dari sinus pada
mukosa yang
melapisi akar yang terlibat. lntensitas nyeri biasanya rendah. Kadang abses mulai
mengalami
drainase melalui satu saluran sinus atau lebih Ke dalam rongga mulut.
Limfadenopati
regional dan peningkatan suhu tubuh juga dapat berkaitan dengan timbulnya
abses.2

IPERI Jakarta, September 6-7’ʰ, 2014

• The Third Fuational Scientific Seminar in Periodontics -


IPEB!

Bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada abses periodontal meliputi


Bacteroids
melaninogenicus, Fusobacterium, Vibrio cor- roders, Capnocytophaga,
Peptococcus dan
peptostrepiococcus. Infeksi mulut purulen bersifatpolimikrobial dan biasanya
disebabkan oleh
bakteri endogen namun sangat sedikit
penelitian yang meneliti mikrobiota spesifik pada abses periodontal.1
Sekitar 60 % dari bakteri yang dikultur dari abses periodontal adalah anaerob.¹
Jenis yang paling
sering adalah bakteri batang anaerob gram negatif dan cocci fakultatif positif.
Namun, secara
umum didominasi oleh gram negatif. Persentase bakteri penghasil laktamase
yang menempati
abses cukup tinggi.’"
Penelitian pada kultur abses periodon- tal mengunokapkan tingginya
prevalensi
bakteri berkut yaitu P.intermedia 25-100%, P.gingivalis 55-100%,
F.nucleatum 44-65 %
A.actinomycetemcomrtans 25%, C.rektus 80%
* dan P.melaninogenica 22%.'
Setelah infil!rasi bakteri patogen ke dalam I jaringan periodontal, bakteri
dan produknya
memulai proses inflamasi sehingga meng-
, aktifkan respon inflamasi.’ Se!-sel inflamasi cian enzim ekstraseluler
dapat merusak
jarin- gan. lnfiltrasi inflamatori diikuti oleh kerusakan jaringan ikat, terjadi
enkapsulasi
rriassa bakteri dan pembentukan pus. Fenurunan resistensi jaringa.n dan
virulensi seria jumlah
bakteri yang ada menentukan peqalanan infeksi. ivlasuknya hekteri ke dinding
jaringan lunak memulai
pem- bentukan abses periodcntal. *
Pemeriksaan abses periodontal terdiri atas:
1. Pemeriksaan radiografi
Radiografi gigi periapikal (Gambar 4), bitewings dan orthopantomogram
(OPG). Gutta
perca yang dimasukkan ke dalam sinus akan menunjukkan sumber abses.1

Gambar 4. Gambaran radiografis menunjukkan bukti adanya abses periodontal


yang mencakup area
lateral dan periapikal gigi yang terlibat.*

lPERl Jakarta, September 6-7ᵗ’, 2014


2. Tes Vitalitas Pulpa
Tes termal atau listrik untuk menilai vitalitas gigi dan melihat etiologi
terjadinya abses.1
3. Uji Mikroba
Sampel pus dari sinus, materi abses atau purulen yang diperoleh dari sulkus
gingi *a
dikirimkan ke laboratorium untuk kultur dan uji sensitivitas.1
Abses periodontal didiagnosis berdasarkan keluhan utama dan ri'vayat penyakitnya.
Tingkat keparahan
rasa sakit dan ketidaknyamanan akan membedakan abses akut dan kron.s.
Riwayat medis
dan gigi dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis yang tepat.1*
Gambaran klinis abses periodontal meliputi: pembengkakan gingiva yang lunak dan
berkilat, rasa
sakit, daerah pembengkakan terasa sakit bila tersentuh, eksudat purulen
serta
pen.ngkatan kedalaman probing. Gigi sensi!if terhadap perkusi dan
mob‹liti. Kehilangan
ligamen periodontal teqadi dengan cepat.‘"
Diagnosis banding abses periodontal antara lain abses gingiva, abses periapikal,
lesi perio — endo,
lesi endo — perio, sindrom gigi retak dan fmktur akar. *'’
Priizsip-prinsipperawatan abses periodontal yaitu :
1. Perawatan lokal
a. Drainase melalui poket periodonta!.
Daerah perifer dise!‹itar abses di anestesi menggunakan anastesi topikal dan
lokal agar
pasien merasa nyaman. Dinding poket diretraksi perlahan menggunakan prob atau
kuret untuk membuat
drainase melalui jalan masuk poket.
b. Drainase melalui insisi ekstemal.
Abses diisolasi menggunakan gauze sponges. Diaplikasikan anestetik
topikal, yang
dilanjutkan dengan anestetik lokal yang diinjeksikan pada tepi lesi. Insisi
vertikal yang
menembus bagian tengah puncak abses dibuat menggunakan pisau bedah
#15.
Jaringan pada aspek lateral insisi dipisahkan menggunakan kuret atau
periosteal elevator.
Materi fluktuan dikeluarkan dan tepi-tepi luka didekatkan menggunakan
tekanan jari ringan
dan gauze pad lembab. Pasien yang tidak membutuhkan terapi antibiotik
sistemik perlu

63

” The Third National Scientific Seminar in Periodantics -

diberikan instruksi pasca perawatan, yaitu berkumur menggunakan air garam


hangat satu
sendok teh dan aplikasi klorheksidin glukonat dengan aplikator berujung-Kapas.
Analgesik
diresepkan untuk membuat pasien nyaman. Hari berikutnya, umumnya tanda dan
gejala telah
mereda. Jika tidakmereda, pasien diminta untuk melanjutkan instruksi yang telah
diberikan selama 24
jam berikutnya."
c. I\/ienghiIangkan penyebab
Penyingkiran poket periodontal, skeling dan penyerutan akar untuk membuat drainase
dan membersihkan
deposit mikroba.
2. Perawatan sistemik:
Antibiotik dalam hubungannya dengan pere”watan lokal.’°
Perawatan pasien dengan absesperiodo .tal dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
2.1.Perawatan imediat :
a. Infeksi yaMg mengancam kelangsungan hidup dilakukan rawat inap,
perawatan
suportif bersama-sama dengan perawatan antimikroba.¹
b. Pemeriksaan dan perawatan awal dapat ditunda tergantung pada beratnya
infeksi dan
tanda-tanda serta gejala lokaj dari pemeriksaan klinis.’
c. Dalam kondisi yang tidak mengancam kehidupan langkah-langkah sistemik
seperti
analgesik oral dan kemoteraoi antimikroba akan cukup untuk menghi!angkan
gejala- gejala
sistemik, trismus parah dan penyebaran infeksi (selulitis pada wajah).¹
d. Antibiotik diresepkan setelah analisis mikrobiologi dan sensitivitas
antibiotik
dari specimen pus dan jaringan.’
e. Pemberian antibiotik tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
Antibiotik yang
sering digunakan adalah : ’0
Penisilin Phenoxymethyle 250 -500 mg empat kali sehari selama 5-7 hari
- Amoxycillin 250-500 mg tiga kali sehari
Doksisiklin 100mg dua kadi sehari 7-14 hari
Klindamisin 15&300 mg empat kali s
5-7 hari
2.2.Perawatan alternatif: ekstraksi gigi denga prognosis tanpa harapan.’
Pedoman untuk menilai prognosis:
a. Mobiliti horizontal lebih dali 1 mm.
b. Keterlibatan furkasi Kelas II - III gig berakar ganda.
c. Probing kedalaman poket 8 mm
d. Respon yang buruk terhadap perawatar periodontal .
e. Kehilangan tulang alveolar lebih dari 40 %. Perawatan defini!if
Perawatan definitrf setelah penilaiar
ulang perawatan awal harus mengembalikar fungsi dan estetika periodonsium
serie
memungkinkan pasien menjaga kesehatar periodontal. Gingivektomi atau bedah
fled
periodontal dengan antibiotik sistemik atau antibiotik lokal
tetrasikiin
diindikasikar sebagai perawatan definitif.‘ *

DISKUSI
Abses periodontal mempunyai gejalz yang mirip dengan abses periapikal
sehingga
menyulitkan klinisi dalam hal diagnosis, etiologi perawatan dan prognosis abses
periodontal.
Abses periodontal menempati urutan k tiga dalam kedaruratan gigidan sering
dijumpai pada
pasien der.gan penyakit periodontal yang tidal dirawat serta pasien perawatan
pemeliharaar
periodontal. McLeod et.al cit Sanz M melakukan penelitian terhadap 114 pasien
perawatan
periodontal suportif (SPT) menyatakan bahwa 42 pasien (27.5%) menderita abses
periodonta akut.4
Penelitian longitudinal yang dilakukan Kaldahl et.al cit Sanz M pada 51 pasien
selama 7 tahun
perawatan pemeliharaan periodonta! menyatakan bahwa abses periodontal terjadi
pada 27 pasien.
Dua puluh tiga abses djumpai

selama 5-7 hari


pada gigi di kuadran yang hanya mendapa1

Jika alergi terhadap penisilin :" 1°


- Eritromisin 250 -500 mg empat kali sehari selama 5-7 hari

54
penskeleran subgingiva (koronal).^ Monica et.al melakukan penelitian
terhadap 29 pasien
abses periodonta! akut menyatakan bahwa 18 abses

@ IPERI Jakarta, September 6-7’ʰ, 2014

The Third NationaI Scientific Semina r in Periodontics - IPERI

(62%) dijumpai pada pasien periodontitis ‘tyang tidak dirawat, 4 pasien


(14%) setelah
perawatan dasar periodontal dan 7 pasien (24%) selama tahap perawatan
pemeliharaan.⁷ Jaramillo
et.aI melakukan penelitian
4 terhadap 54 pasien dengan 60 kasus abses periodontal menyatakan
bahwa
abses periodontal menunjukkan gambaran klinis khas terkait dengan periodontitis
yang tidak
dirav‘at dan pemberian antibiotik menjadi tambahan pada perawatan abses.
Azitromychin diberikan
bila bakteri patogen resisten terhadap obat
’ yang lain. 11
Berbagai etio[ogi telah i diusulkan dan dapat dih
dakanduahadakelompokutamatergantung pada
hubungannya dengan poket periodontal. Kondisi kasus abses terkait periodontitis
muncul s-=bagai
eksaserbasi periodontitis yang tidak
,t dirawat atau selama perawatan periodontal. Abses terkait non
periodontitis memiliki
dua
. penyebab utama yaiiu impaksi benda asing
.. dan kelainan radikuler. Mikroflora paJa abses
} tampaknya mir'p dengan periodontitis kronis t yang didominasi oleh
bakteri batang gram
negatif anaerob, yang dikenal sebagai patogen perioc!ontaI. Komplikasi dan
konsekuensi yang terjadi
adalah kehilangan gigi dan penyébaran
infeksi ke bagian tubuh lainnya. 1°

KESIMPULAN
Perav aian abses periodontal membutuh- kan diagnosis yang tepat dengan
memper- timbangkan
keluhan pasien, riwayat medis, tanda dan gejala serta pemeriksaan klinis dan
radiografi
sehingga dapat dilakukan perawatan yang tepat yang dapat mengurangi rasa sakit,
mencegah penyebaran
infeksi dan pembentu- kan lesi residual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yadav AR. Mani AM, Marawar PP. Periodontal abscess: a review.
International
Journal of Health and Medical Sciences 2013 ; 1 (1): 13-7.

lPERl Jakarta, September 6-7ᵗʰ, 2014


2. Patel PV, Kumar GS, Patel A. Periodontal abscess : a review. Journal of
Clinical and
Diagnostic Research 2011 ; 5 (2): 404 - 9.
3. Shalu Bathla. Periodontal abscess. In: Shalu Bathla, Manish
Bathla, eds.
Periodontics revisited.1st ed. New Delhi Jaypee Brothers Medical Publishers
(P)
Ltd, 2011 : 171 - 6.
4. Sanz M, Herrera D, van Winkelhoff AJ. The periodontal abscess. In : Lindhe
J, Lang NK,
barring T, eds. Clinical periodontology and implant dentistry.Vol 1: Basic Concepts
Sth ed.
Blackwell Munksgaard 2009 .
496 - 50*.
5. Bhusari BM, Sanadi RM, Ambulgekar JR, Doshi MM, Khambatta XD. Abscesses of
the
periociontium : review with case series. Indian Journal of Dental Sciences 2013 ; 5
(5): 50 - 3.
6. Chandrasekaran SC, Gita VB, Preethi P. base report : gingival abscess
revisited.
Indian Journal of Multidisciplinary Dentistry 2010 : 1 (1j : 33 - 6.
7. Pop MM, Lazar L, Cormos-Suciu B. Clinial and microbiological
aspects of
!he periodontal abscess. Acta Ivledica Transilvanica 2011 ; 11 (3): 468
-71.
8. Ibrahem LM. Evaluation of periociontal abscess clinically and .microbio!
ogicaIly. J Bagh
College Dentistry 2008 ; 20 (1): 58-61.
9. Melnick PR, Takei HH. Treatment of periodontal abscess.In:
Carranza's clinical
periodontology.11th ed. China. Elsevier Saunders inc, 2012 : 443 - 7
10. Monteiro AV. Evaluation of the use of systemic antimicrobial
agents by
profesionals for the treatment of periodontal diseases. Braz J Oral Sci 2013 ;12
(4) 285 - 91.
11. Jaramillo A, Arce RM, Herrera D, Betancourth M, Botero JE,
Contreras A. Clinical
and microbiological characterization of periodontal abscesses.
J Clin
Periodontol 2005; 32: 1213-8. Blackwell Munksgaard, 2005.

65

Anda mungkin juga menyukai