Oleh:
Miftakhul Jannah, S.Kep
NIM. 2030913320054
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS DAN
EKSTREMITAS
Oleh :
Miftakhul Jannah, S.Kep
NIM. 2030913320054
Mengetahui,
B. ETIOLOGI
Etiologi trauma ekstremitas dan trauma pelvis
1. Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
C. KLASIFIKASI TRAUMA
Klasifikasi Trauma Ekstremitas
1. Fraktur, dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. Fraktur terbuka adalah fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka.
Fraktur ini kadang sulit ditentukan bila luka pada bagian proksiml fraktur
benar-benar terkain dengan fraktur tersebut. Pedoman atau prinsip yang
berdasarkan praktik menganggap luka sebagai fraktur terbuka sampai
dapat dibuktikan sebaliknya.
Klasifikasi fraktur terbuka
Deraja Luka kecil, panjang < 1 cm yang
tI tertusuk dari bawah
Deraja Luka melingkar penuh sampai
t II panjang 5 cm dengan sedikit atau
tanpa kontaminasi dan tidak ada
kerusakan jaringan lunak
berlebihan atau kepingan
periosteal
Deraja Luka > 5 cm dan dikaitkan dengan
t III kontaminasi atau cedera jaringan
lunak signifikan (kehilangan
jaringan, avulse, cedera remuk)
dan sering mencakup fraktur
segmental; dapat ditemukan
kepingan jaringan lunak tulang,
cedera vaskuler mayor atau
kepingan periosteal.
i. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan
darah. Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road rush,
dan rug burn.
Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka
ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa
Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau atau
teriris kertas
Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-organ internal.
Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan cedera tersebut
dapat tetap tertanam dalam luka.
Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung pada
tubuh.
Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
Klasifikasi Trauma Pelvis
1. Klaifikasi Tile
Menurut Tile (1988) ia membagi fraktur pelvis ke dalam cidera yang stabil,
cidera yang secara rotasi tak stabil dan cidera yang secara rotasi dan vertikal
tak stabil.
a. Tipe A/stabil
Tipe A/stabil ini temasuk avulse dan fraktur pada cincin pelvis dengan
sedikit atau tanpa pergeseran
b. Tipe B/ rotasi tak stabil
Tipe B/ rotasi tak stabil yaitu secara rotasi tidak stabil tapi secara vertikal
stabil. Daya rotasi luar yang mengena pada satu sisi pelvis dapat merusak
dan membuka simfisis biasa disebut fraktur open book atau daya rotasi
internal yaitu tekanan lateral yang dapat menyebabkan fraktur pada rami
iskiopubik pada salah satu atau kedua sisi juga disertai cidera posterior
tetapi tida ada pembukaan simfisis.
c. Tipe C/ secara rotasi dan vertikal tak stabil
Tipe C yaitu secara rotasi dan vertical tak stabil, terdapat kerusakan pada
ligament posterior yang keras dengan cidera pada salah satu atau kedua
sisi dan pergeseran vertical pada salah satu sisi pelvis, mungkin juga
terdapat fraktur acetabulum.
2. Klasifikasi Young dan Burgess
Klasifikasi Young-Burgess membagi disrupsi pelvis kedalam cedera- cedera
kompresi anterior-posterior (APC), kompresi lateral (LC), shear vertikal (VS),
dan mekanisme kombinasi (CM)
D. PATHWAY TRAUMA EKSTREMITAS DAN PELVIS
Deformitas
Risiko
e
mikroorganism
Port de entree
pengontrolan
Fraktur Femur
suhu
Infeksi
Fr
(sa aktu
terbuka
Fraktur
M kro r Pe Trauma yang
er i
ob liak lvis menyebabkan
sis ek a, s
te a
m plek cru perdarahan besar arterial
Laserasi
Komparteme
n sindrom
Pe
Kerusakan
jaringan &
he m in rte us m)
a s
integritas
(eg: luka tusuk)
Risiko
Nyeri
m be te ri v
at ng rn ili ena
om k a aka &
urpan a d aka
og gg a n/
en ul era Gangguan hemodinamik
ita h
Kerusakan vaskuler
Syaraf robek,
Syaraf
Delay impuls
Hilangnya fs.
l
mengalami
Mototik &
tekanan,
terputus
sensorik
(a. Femoralis)
Bagian distal injuri
kekurangan aliran Gg, fungsi
Perdarahan masif darah, oksigenasi
jaringan berkurang, Hambatan
Risiko Syok iskemi Mobilitas
Hipovolemik Fisik
- Resusitasi Hilangnya pulsasi
- Balut Tekan nadi, ekstremitas
dingin, pucat, Defisit
- Traksi/bidai Neurologi
hematoma
Ketidakefektifan perfusi jaringan s
perifer
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Pada Trauma Ekstremitas dan Pelvis yaitu ada 4 hal yang harus
diperhatikan :
a. Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi sebagai akibat
cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya. Dengan mengenali gejala
dan tanda pada penggunaan fungsi jaringan yang terkena cedera. Fraktur
merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan kerusakan tulang
disertai jaringan lunak sekitarnya. Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma
tajam, langsung dan tidak langsung. Pada umumya trauma tumpul akan
memberikan kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk ganggguan
neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal dari bagian
yang cedera.
b. Reduction atau reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen tulang
pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna mengembalikan kepada
bentuk semula sebaik mungkin agar fungsi dapat kembali semaksimal
mungkin.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur
secara bersamaan.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang cedera
untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi adalah
tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi kendala kecacatan.
Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan akan lebih berhasil dilaksanakan
sedini mungkin.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA EKSTREMITAS DAN
PELVIS
1. Pengkajian
A. Primary Survey
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan (Gilbert, 2009):
1. General Impressions
a. Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum
b. memenentukan keluhan utama atau mekanisme cidera
c. menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
2. Airway dengan kontrol servikal
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas
pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau
tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan
jelas maka jalan nafas pasien terbuka. Pasien yang tidak sadar mungkin
memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus
dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada
kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh
obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar. Yang perlu diperhatikan
dalam pengkajian airway pada pasien antara lain:
5. Disability
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU :
- A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan
- V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bias dimengerti
- P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon)
- U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus
nyeri maupun stimulus verbal.
6. Exposure/Environment
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien
diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting
untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada
punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada
pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah
semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat
dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang.
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam
jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
- Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
- Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis.
B. Secondary Survey
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, tanggal MRS,
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada fraktur adalah nyeri. Nyeri
bisa akut maupun kronik, tergantung lamanya serangan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien mengeluh nyeri saat bergerak, adanya
deformitas atau gerakan abnormal setelah terjadi trauma langsung
yang mengenai tulang.
2. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada :
a. Kulit Kepala
b. Wajah
c. Vertebra Servikalis dan Leher
d. Thoraks
e. Abdomen
Inspeksi : abdomen bagian depan dan belakang untuk melihat
adanya trauma tajam atau tumpul serta lihat apakah ada perdarahan
Auskultasi : auskultasi apabila adanya penurunan bising usus
Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan, defans muskuler,
nyeri lepas yang jelas
Perkusi : untuk mengetahui adanya nyeri ketok, timpani akibat
dilatasi lambung akut atau redup bila ada hemoperitoneum. Bila
ragu akan adanya perdarahan intra abdominal dapat dilakukan
pemeriksaan DPL (diagnostic peritoneal lavage)
f. Pelvis
Cedera pelvis yang berat akan tampak pada pemeriksaan fisik, yaitu
pelvis menjadi tidak stabil. Pada cidera berat, kemungkinan penderita
akan masuk dalam keadaan syok yang harus segera diatasi. Bila ada
indikasi pasang PASG/ gurita untuk mengontrol perdarahan dari fraktur
pelvis. Pelvis dan perineum diperiksa akan adanya luka, laserasi , ruam,
lesi, edema, atau kontusio, hematoma, dan perdarahan uretra. Colok dubur
harus dilakukan sebelum memasang kateter uretra. Harus diteliti akan
kemungkinan adanya darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi,
adanya fraktur pelvis, utuh tidaknya rectum dan tonus musculo sfinkter
ani. Pada wanita, pemeriksaan colok vagina dapat menentukan adanya
darah dalam vagina atau laserasi, jika terdapat perdarahan vagina dicatat,
karakter dan jumlah kehilangan darah harus dilaporkan (pada tampon
yang penuh memegang 20 sampai 30 mL darah). Juga harus dilakuakn tes
kehamilan pada semua wanita usia subur. Permasalahan yang ada adalah
ketika terjadi kerusakan uretra pada wanita, walaupun jarang dapat terjadi
pada fraktur pelvis dan straddle injury. Bila terjadi, kelainan ini sulit
dikenali, jika pasien hamil, denyut jantung janin (pertama kali mendengar
dengan Doppler ultrasonografi pada sekitar 10 sampai 12 kehamilan
minggu) yang dinilai untuk frekuensi, lokasi, dan tempat. Pasien dengan
keluhan kemih harus ditanya tentang rasa sakit atau terbakar dengan
buang air kecil, frekuensi, hematuria, kencing berkurang, sebuah sampel
urin harus diperoleh untuk analisis.
g. Ekstremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi, jangan
lupa untuk memeriksa adanya luka dekat daerah fraktur terbuka, pada saat
palpasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadidistal dari fraktur dan
jangan dipaksakan untuk bergerak apabila sudah jelas mengalmi fraktur.
C. Focused Assessment
Focused assessment adalah tahap pengkajian pada area keperawatan yang
dilakukan setelah primary dan secondary survey. Pengkajian ini dilakukan untuk
melengkapi data secondary sesuai masalh yang ditemukan atau tempat dimana
injury ditemukan. Yang paling banyak dilakukan dalam tahapan ini adalah
beberapa pemeriksaan penunjang diagnostik atau bahkan dilakukan pemeriksaan
ulang dengan tujuan segera dapat dilakukan tindakan definitif
D. Reassessment
Mengkaji ulang untuk melengkapi primary survey
Komponen Pertimbangan
Airway Pastikan bahwa peralatan airway : Oro Pharyngeal Airway,
Laryngeal Mask Airway , maupun Endotracheal Tube (salah
satu dari peralatan airway) tetap efektif untuk menjamin
kelancaran jalan napas. Pertimbangkan penggunaaan peralatan
dengan manfaat yang optimal dengan risiko yang minimal.
Breathing Pastikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan pasien :
Pemeriksaan definitive rongga dada dengan rontgen foto
thoraks, untuk meyakinkan ada tidaknya masalah seperti
Tension pneumothoraks, hematotoraks atau trauma pelvis
yang bisa mengakibatkan gangguan oksigenasi tidak
adekuat
Penggunaan ventilator mekanik
Circulation Pastikan bahwa dukungan sirkulasi menjamin perfusi jaringan
khususnya organ vital tetap terjaga, hemodinamik tetap