Anda di halaman 1dari 15

POLA TATA RUANG YANG SEHAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup

Dosen pengampu : Muhammad Faisal Husna

Disusun Oleh:

LILIS
181314009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana telah  memberikan kami
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat   menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
shalawat beriring salam kami  sanjungkan atas nabi besar kita Muhammad s.a.w.
Rasa hormat juga ingin kami sampaikan kepada dosen yang telah  membimbing kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perencanaa Pembangunan
Tata Ruang ”.  Adapun  makalah  yang  saya   susun  ini, saya sangat berharap kritik dan
saran dari pembaca  untuk  perbaikan  makalah ini agar bisa menjadi lebih baik.

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...............................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. ISTILAH DAN DEFINISI................................................................3


2. ASAS DAN TUJUAN........................................................................4

A. Asas................................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................6

3. KLASIFIKASI PENATAAN RUANG........................................7

3. PERENCANAA PEMBANGUNA TATA RUANG DAERAH.......8

A. Prinsip perencanaan......................................................................8
B. Tahapan perencanaan daerah.......................................................9

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan
atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok
dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok atau zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah
satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perizinan pemanfaatan
ruang. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan
ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.
Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin,
dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Perencanaan pembangunan tata ruang nasional dan daerah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. ISTILAH DAN DEFINISI

 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
 Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
 Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
 Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
 Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
 Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
 Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
 Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
 Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
 Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
 Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

2. AZAS DAN TUJUAN

A. Azas

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan


berdasarkan asas:

5
a. Keterpaduan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan
mengitegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah,
dan lintas pemangku kepentingan.

b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, maksudnya penataan ruang


diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola
ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dan lingkungannya, keseimbangan
pertumbuhan dan perkembangan antar daerah dan kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan.

c. Keberlanjutan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin


kelestarian dan kelangsungan daya dukung (kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung kehidupan yang berlangsung padanya secara wajar, yang
berimplikasi dengan kerusakan lingkungan hidup) dan daya tampung
(menyangkut kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat dan benda
lainnya yang masuk pada badan lingkungan hidup tersebut, dan berimplikasi
dengan pencemaran lingkungang hidup) lingkungan hidup dengan memerhatikan
kepentingan generasi mendatang.

d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, maksudnya penataan ruang


diselenggrakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya (SDA)
yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
berkulitas.

e. Keterbukaan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan


akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan penataan ruang.

f. kebersamaan dan kemitraan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan


melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

g. Perlindungan kepentingan umum, maksudnya penataan ruang diselenggarakan


dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.

h. kepastian hukum dan keadilan, maksudnya penataan runag diselenggarakan


dengan berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-rundangan dan
bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan
masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan
jaminan kepastian hukum.

i. Akuntabilitas, maksudny penataan ruang dapat dipertanggungkan jawabkan, baik


prossnya , pembiayaannya, maupun hasilnya.

6
B. Tujuan

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional


yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional, yaitu :

a. Mewujudkan wilayah nasional yang aman, maksudnya situasi masyarakat dapat


menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman.

b. Mewujudkan wilayah nasional yang nyaman, yakni suatu keadaan masyarakat


dapat mengartikulasikan (berperan mewujudkan atau mengaktualisasikan sesuatu
dalam kehidupannya secara nyta) nilai sosial budaya dan fungsinya dalam
suasana yang tenang dan damai.

c. Mewujudkan wilayah nasional yang produktif, maksudnya proses produksi dan


distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah
ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus meningkatkan daya saing.

d. Mewujudkan wilayah nasional yang berkelanjutan, maksudnya kondisi kualitas


lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula
antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya
SDA tak terbarukan.

3. KLASIFIKASI PENATAAN RUANG

Menurut UU RI NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG penataan


ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan, yaitu :

1. Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan


terhadap bencana;
b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;
kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan; dan
c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

2. Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer.

7
3. Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah
kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.

4. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

5. Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri.

4. PERENCANAAN PEMBANGUNAN TATA RUANG DAERAH

Dalam PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN,


TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN
RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH, disebutkan  perencanaan pembangunan tata
ruang daerah meliputi, yaitu :

A. Prinsip Perencanaan

1. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem


perencanaan pembangunan nasional.
2. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para
pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.
3. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan
rencana pembangunan daerah.
4. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi
yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan
nasional.

B. Tahapan Rencana Pembangunan Daerah

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) :

a. Penyusunan Rancangan Awal :

 Bappeda menyusun rancangan awal RPJPD.


 RPJPD provinsi memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan
mengacu pada RPJP Nasional.
 RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah
dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD provinsi.
 Dalam menyusun rancangan awal RPJPD bappeda meminta masukan dari
SKPD dan pemangku kepentingan.

b. Pelaksanaan Musrenbang :

 Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan awal RPJPD.


 Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku
kepentingan.

8
 Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian,
pembahasan dan penyepakatan rancangan awal RPJPD.
 Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh kepala daerah.

c. Perumusan Rancangan Akhir :

 Rancangan akhir RPJPD dirumuskan berdasarkan hasil Musrenbang.


 Rancangan akhir RPJPD dirumuskan paling lama 1 (satu) tahun sebelum
berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.
 Rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD dalam bentuk Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.

d. Penetapan :

 DPRD bersama kepala daerah membahas Rancangan Peraturan Daerah


tentang RPJPD.
 RPJPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan
Menteri.
 Gubernur menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJPD Provinsi paling
lama 1 (satu) bulan kepada Menteri.
 Bupati/walikota menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJPD
Kabupaten/Kota paling lama 1 (satu) bulan kepada gubernur dengan tembusan
kepada Menteri.
 Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD Provinsi kepada
masyarakat.
 Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD
Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) :

a. Penyusunan Rancangan Awal :

 Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD.


 RPJMD memuat visi, misi dan program kepala daerah.
 Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM
Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.
 Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan rancangan
awal RPJMD.
 Rancangan Renstra-SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Bapppeda.
 Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan
RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagai masukan.

b. Pelaksanaan Musrenbang :

 Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJMD.

9
 Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku
kepentingan.
 Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian,
 pembahasan dan penyepakatan rancangan RPJMD.
 Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh kepala daerah.

c. Perumusan Rancangan Akhir :

 Rancangan akhir RPJMD dirumuskan oleh Bappeda berdasarkan hasil


Musrenbang.
 Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJMD dipimpin oleh Kepala Daerah.

d. Penetapan :

 RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan


Menteri.
 Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan
setelah kepala daerah dilantik.
 Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi disampaikan kepada Menteri.
 Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten/Kota disampaikan kepada
gubernur dengan tembusan kepada Menteri.
 Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi
kepada masyarakat.
 Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD
Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

3. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) :

a. Penyusunan Rancangan Awal :

 Bappeda menyusun rancangan awal RKPD.


 RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD.
 Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD
menggunakan rancangan Renja-SKPD dengan Kepala SKPD.
 Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta
prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan indikatif,
baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun
sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
 Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan
berkelanjutan.

b. Pelaksanaan Musrenbang :

 Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di daerah.

10
 Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka
membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya.
 Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan untuk keterpaduan antar-Rancangan
Renja SKPD dan antar-RKPD kabupaten/kota dalam dan antarprovinsi.
 Musrenbang RKPD kabupaten/kota dilaksanakan untuk keterpaduan
Rancangan Renja antar-SKPD dan antar-Rencana Pembangunan Kecamatan.
 Pelaksanaan Musrenbang RKPD provinsi difasilitasi oleh Departemen Dalam
Negeri.
 Pelaksanaan Musrenbang RKPD kabupaten/kota difasilitasi oleh pemerintah
provinsi.
 Musrenbang RKPD kabupaten/kota dimulai dari Musrenbang desa atau
sebutan lain/kelurahan, dan kecamatan atau sebutan lain.
 Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan setelah Musrenbang
kabupaten/kota.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Musrenbang diatur
dengan Peraturan Menteri.
 Departemen Dalam Negeri menyelenggarakan pertemuan koordinasi pasca
Musrenbang RKPD provinsi.
 Pemerintah Provinsi menyelenggarakan pertemuan koordinasi pasca
Musrenbang RKPD kabupaten/kota.

c. Perumusan Rancangan Akhir :

 Hasil Musrenbang RKPD menjadi dasar perumusan rancangan akhir RKPD


oleh Bappeda.
 Rancangan akhir RKPD disusun oleh Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang
 RKPD, dilengkapi dengan pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju.

d. Penetapan :

 RKPD Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, dan RKPD


kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
 Gubernur menyampaikan Peraturan Gubernur tentang RKPD Provinsi kepada
Menteri.
 Bupati/walikota menyampaikan Peraturan Bupati/Walikota tentang RKPD
Kabupaten/Kota kepada gubernur dengan tembusan kepada Menteri.
 RKPD dijadikan dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
 Gubernur menyebarluaskan Peraturan Gubernur tentang RKPD Provinsi
kepada masyarakat.
 Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan Bupati/Walikota tentang RKPD
 Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

A. TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN


DAERAH

1. Sumber Data

11
a. Dokumen rencana pembangunan daerah disusun dengan menggunakan data dan
informasi, serta rencana tata ruang.

b. Data dan informasi meliputi:

 penyelenggaraan pemerintah daerah;


 organisasi dan tatalaksana pemerintahan daerah;
 kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah;
 keuangan daerah;
 potensi sumber daya daerah;
 produk hukum daerah;
 kependudukan;
 informasi dasar kewilayahan; dan
 informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

c. Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan data dan informasi secara


optimal, daerah perlu membangun sistem informasi perencanaan
pembangunan daerah.

d. Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah merupakan subsistem dari


sistem informasi daerah sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan.

e. Perangkat dan peralatan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah


harus memenuhi standar yang ditentukan oleh Menteri.

f. Rencana tata ruang merupakan syarat dan acuan utama penyusunan dokumen
rencana pembangunan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pengolahan Sumber Data :

a. Data dan informasi, serta rencana tata ruang melalui proses :

 analisis daerah;
 identifikasi kebijakan nasional yang berdampak pada daerah;
 perumusan masalah pembangunan daerah;
 penyusunan program, kegiatan, alokasi dana indikatif, dan sumber pendanaan;
dan
 penyusunan rancangan kebijakan pembangunan daerah.

b. Proses pengolahan data dan informasi serta rencana tata ruang dilakukan
melalui koordinasi dengan pemangku kepentingan.

3. Perumusan Masalah Pembangunan Daerah :

a. Masalah pembangunan daerah dirumuskan dengan mengutamakan tingkat


keterdesakan dan kebutuhan masyarakat.

12
b. Rumusan permasalahan disusun secara menyeluruh mencakup tantangan,
ancaman, dan kelemahan, yang dihadapi dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan daerah.
c. Penyusunan rumusan masalah dengan anggaran prakiraan maju, pencapaian
sasaran kinerja dan arah kebijakan ke depan.

4. Penyusunan Program, Kegiatan, Alokasi Dana Indikatif dan Sumber Pendanaan :

a. Program, kegiatan dan pendanaan disusun berdasarkan:

 pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah serta perencanaan


dan penganggaran terpadu;
 kerangka pendanaan dan pagu indikatif;
 program prioritas urusan wajib dan urusan pilihan yang mengacu pada standar
pelayanan minimal sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan
masyarakat.

b. Program, kegiatan dan pendanaan disusun untuk tahun yang direncanakan


disertai prakiraan maju sebagai implikasi kebutuhan dana.

c. Sumber pendanaan pembangunan daerah terdiri atas Anggaran Pendapatan


dan Belanja Daerah dan sumber lain yang sah.

d. Pedoman penyusunan perencanaan dan penganggaran terpadu.

13
BAB III
PENUTUP

3. KESIMPULAN

Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi,
maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat sesuai dengan makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar
negara Pancasila. Dalam Undang-Undang tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa negara
menyelenggarakan penataan ruang, yang pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh setiap
orang.

14
DAFTAR PUSTAKA
WAHID, YUNUS., 2014. PENGANTAR HUKUM TATA RUANG. Jakarta : Kencana
SILALAHI, DAUD., 2001. HUKUM LINGKUNGAN (dalam sistem penegakan hukum
lingkungan indonesia). Bandung : Penerbit Alumni.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG
TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG
PENATAAN RUANG.

15

Anda mungkin juga menyukai