FAKULTAS EKONOMI (Prodi S1 Akuntansi) Nama : Sela Setianingsih Nim : E2B018313 Progdi : Akuntansi (semester 7) Mata Kuliah : Akuntansi Forensik dan investigasi Hari/Tanggal : Senin, 1 November 2021 Dosen Pengampu : R. Ery Wibowo AS, SE,M.Si,Ak,CA Waktu : 90 menit Ruang : online
1. Apa pengertian akuntansi forensik?
2. Apakah pengertian dari kecurangan dan apa saja elemen yang terkandung di dalamnya, jelaskan? 3. Pelaku kecurangan dalam laporan keuangan tidak perorangan, bagaimana pelaku tersebut merekrut orang lain untuk terlibat dalam tindak kecurangan? 4. Siapakah pelaku kecurangan dan mengapa? 5. Apakah persamaan indikator analitik dalam audit invistigasi dengan general audit? 6. Buatlah skema fraud dalam pendapatan? 7. Buatlah skema fraud dalam persediaan? 8. Jelaskan beberapa metode untuk menyembunyikan kecurangan laporan keuangan dari auditor? 9. Fraud dalam liabilitas dilakukan dengan cara yang lebih kompleks, tidak sekadar mencatat kurang saji atau menyembunyikan liabilitas. Jelaskan dengan cara apa lagi fraud dalam liabilitas dilakukan? 10. Jelaskan maksud dari the fraud triangle theory? 11. Jelaskan dan berikan contoh fraud dalam pelanggan? 12. Jelaskan apa kendala bukti audit ketika temuan audit dilanjutkan ke dalam proses hukum? Jawaban : 1. Akuntansi forensik adalah tindakan menentukan, mencatat, menganalisis, mengklasifikasikan, melaporkan, dan mengkonfirmasikan ke data keuangan historis atau aktivitas akuntansi lainnya untuk penyelesaian sengketa hukum saat ini atau di masa mendatang. 2. Tekanan Keuangan : kecurangan yang menguntungkan pelaku secara langsung. Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan, yaitu seperti tidak adanya penghargaan telah dilakukan, ketidakpuasan terhadap pekerjaan, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, sedang mencari-cari promosi kenaikan jabatan, serta kurangnya upah atau gaji yang diberikan. 3. Ada enam faktor utama yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat dalam tindakan fraud, yaitu: - Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud, - Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja, - Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud, - Kurangnya akses informasi, - Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis, - Kurangnya jejak audit. 4. Sangat penting untuk memahami karakteristik pelaku kecurangan karena mereka tampak sangat mirip dengan orang yang dicari organisasi untuk dipekerjakan sebagai pegawai, diharapkan menjadi klien / pelanggan, dan juga untuk dijadikan sebagai seorang pemasok. Pengetahuan ini membantu kita untuk mengerti bahwa kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok dan patner bisnismemiliki kesesuaian atau cocok dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud. Pada saat perekrutan karyawan kita harus memberikan kualifikasi yang layak. Misal, jika dalam kualifikasinya terdapatcatatan kriminal, kesalahan calon karyawan, temperamental yang tidak terkontrol, alkoholik, ketergantungan obat-obatan terlarang, dan pola-pola yang menyebabkan dia dipecat dari perusahaan sebelumya, maka lebih baik bekerja. Ini dilakukan untuk pencegahan agar tidak salah dalam perekrutan karyawan 5. Investigative Audit : a. Gabungan dari Compliance dan Operational audit. b. Dilakukan orang kompeten/independen. c. Kriteria ditetapkan lebih dahulu dan jelas. d. Bukti yang diperlukan cukup. e. Informasi yang relevan dapat diperoleh. f. Evaluasi atas kesesuaian antara bukti informasi dengan kriteria. g. Evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas. h. Kesimpulan/rekomendasi perbaikan terhadap kesesuaian (compliance) dan efisiensi serta efektivitas. Audit Keuangan (General Financial Audit) : a. Memeriksa ada atau tidaknya salah saji material terhadap seluruh informasi keuangan perusahaan (Financial Statement) b. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan c. Laporan audit bentuk baku dengan opini Akuntan / Auditor d. Pemakai laporan dari pihak ekstern & intern e. Periode audit segera setelah tahun buku berakhir, frekuensi 1x/tahun f. Untuk perusahaan PT Tbk. (go public) ditentukan oleh peraturan g. Data aktual lazimnya historis (ada juga yang prospektif) h. Lazimnya dilakukan oleh akuntan / auditor eksternal independen 6. - Skema waktu Skema waktu mengalihkan pendapatan yang termasuk dalam satu periodeakuntansi keperiode akuntansi yang lain. - Pendapatan fiktif atau yang ditingkatkan Pendapatan fiktif dan yang dinaikkan melibatkan pemalsuan meningkatkan keuntungan, mengurangi kerugian atau agarpedapatan tampak lebih besar. - Skema kesalahan klasifikasi Skema kesalahan klasifikasi tidak mempengaruhi garis besar pelaporanentitas. - Skemagross-up Skema gross-up dirancang untuk mencapai satu tujuan yakni membuatperusahaan tampak lebih besar
7. Ada beberapa skema yang paling umum adalah :
a. Pencatatan Ganda = terjadi ketika akun persediaan tertentu dihitung 2 kali , hal ini terjadi ketika perusahaan memindahkan persediaan dari satu lokasi yang telah dilakukan perhitungan persediaan ke lokasi yang jumlah persediaannya belum dihitung. b. Kapitalisasi biaya yang seharusnya dibebankan = terjadi ketika perusahaan menggelembungkan nilai persediaannya dengan menambahkan biaya-biaya seperti biaya penjualan , atau biaya administrasi , dan umum pada akun persediaan , bukan mencatat biaya-biaya tersebut sebagai beban pada periode terjadinya. c. Permasalahan pisah batas = terjadi ketika perusahaan menunda penurunan nilai buku persediaan usang , mencatat retur dari periode yang lebih awal , mencatat pembeliaan pada periode berikutnya , dan melakukan praktik sejenis lainnya. d. Estimasi berlebihan terhadap persediaan = terjadi ketika menerapkan metode pengambilan sampel yang tidak tepat. e. Faktur diterbitkan tetapi barang ditahan ( bill-and-hold sales ) = penjual menahan barang untuk pembeli karena pembeli mungkin belum siap atau belum mampu menerima pengiriman pada saat dilakukan pemesanan. f. Persediaan Konsiyasi = barang yang ditahan dan dijual oleh perusahaan untuk perusahaan lain. 8. Beberapa metode untuk menyembunyikan kecurangan laporan keuangan dari auditor diantaranya : a. Kolusi dengan pihak dalam dan pihak luar, seperti yang terjadi dengan eksekutif bank pada kasus kecurangan yang dibahas sebelumnya b. Pemalsuan, dimana untuk ini auditor laporan keuangan tidak dilatih untuk mendeteksinya. c. Penelusuran audit yang kompleks yang pada umumnya diungkapkan pada laporan – laporan internal yang tidak ditinjau sebagai bagian dari audit berdasarkan Standar Audit Berlaku Umum. d. Kebohongan oleh manajemen dan personel penting lainnya. e. Kecurangan yang menyerupai bentuk seperti transaksi umum dalam perusahaan, dengan kata lain, bukan merupakan sesuatu yang tidak biasa. f. Sikap diam dari orang – orang yang mengetahui adanya kecurangan tersebut. g. Sifat kecurangan yang terkait di luar pembukuan, berarti bahwa catatan dari perusahaan tidaklah mengandung kecurangan. Seperti kecurangan yang telah dibahas sebelumnya. h. Adanya dokumentasi yang menyesatkan. i. Kecurangan yang jumlahnya relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo – saldo laporan keuangan atau kecurangan dalam jumlah besar yang terbagi ke dalam jumlah – jumlah kecil dan disebar ke berbagai anak perusahaan. j. Transaksi fiktif yang menggunakan jumlah yang terlihat normal dan bukan jumlah yang dibulatkan. k. Dokumen – dokumen fiktif yang dibuat oleh manajemen untuk mendukung adanya kecurangan. 9. - Kecurangan aset yang lebih saji - Mengidentifikasi kecurangan aset yang lebih saji - Mengapitalisasi biaya sebagai aset yang seharusnya dibebankan secara tidak tepat pada periode saat ini - Bagian mengkhawatirkan dari manajemen laba - Penggelembungan aset melalui merger dan akuisisi (atau retrukturisasi) atau dengan memanipulasi akun atau transaksi antar perusahaan. - Aset tetap yang lebih saji (properti, pabrik, dan peralatan) 10. Fraud triangle bisa diartikan sebagai segitiga penipuan. Artinya sebuah skema kerja yang dirancang untuk menjelaskan alasan dibalik keputusan pekerja dalam melakukan penipuan di tempat kerja. Disebut fraud triangle karena ternyata ada tiga buah tahap penting yang mempengaruhi seseorang dalam berbuat tindakan penipuan tersebut. Penipuan yang dimaksud terjadi di tempat kerja contohnya seperti korupsi, Penyalahgunaan aset kantor, salah kaji keuangan dan masih banyak lagi. 11. Customer Fraud. Kecurangan yang dilakukan oleh konsumen/pelanggan, misalnya kecurangan oleh pihak kontraktor/konsultan terhadap satuan kerja proyek 12. - Laporan Hasi Audit Investigasi (LHAI) APIP di dalamnya menyebutkan beberapa bukti, misalnya Berita Acara Klarifikasi (BAK), Berita Acara Pemeriksaan Fisik, Bukti- bukti dokumen yang diperoleh selama audit investigasi. Penyidik dalam pembuktian tidak harus semua bukti audit dijadikan bukti hukum tetapi untuk memenuhi KUHAP minimal dua alat bukti seseorang sudah dapat dihukum. - Bukti Dokumentasi yang dikumpulkan auditor APIP selama audit investigatif kalau mau diubah menjadi bukti hukum oleh penyidik menjadi bukti surat, kendalanya sering sulit lagi ditemukan bukti-bukti yang ada dalam LHAI karena perbedaan waktu yang terlalu lama antara peristiwa terjadinya korupsi, audit investigasi dan penyidikan. - Bukti hasil wawancara APIP dituangkan dalam BAK, dijadikan bukti hukum oleh penyidik berupa keterangan saksi atau terdakwa, kendalanya memerlukan waktu yang lama karena satu nama dalam BAK - Dalam LHAI terdapat bukti berupa perhitungan kerugian Negara (Bukti Pelaksaan ulang), bukti audit tersebut dapat diubah menjadi bukti hukum keterangan ahli dari APIP, kendalanya kapan petugas APIP dapat memberikan penjelasan permasalahan tersebut dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dilakukan oleh penyidik, makin cepat makin bagus. Namun, dalam kenyataannya petugas APIP sibuk dan masih dalam penugasan sehingga pembuatan BAP tertunda, atau petugas APIP mempunyai waktu penyidik sedang melaksanakan tugas lain, sebagai akibatnya waktu yang diperlukan untuk penyidikan bertambah. - Apabila terdapat bukti audit berupa analisis (Prosedur analitis) penyidik perlu klarifikasi apakah data tersebut valid dimana data tersebut diperoleh, penyidik akan melakukan klarifikasi untuk menentukan kebenaran data tersebut. Hal ini memakan waktu cukup lama karena sering data-data yang diperlukan sulit untuk dicari. - Khusus penyidik dari Kepolisian penyelesaian kasus lebih panjang lagi karena hasil penyidikan harus diserahkan kepada Kejaksaan sebagai penuntut umum. Dalam hal ini sering terjadi hasil penyidikan Kepolisian yang diserahkan kepada Kejaksaan beberapa kali dikembalikan dengan alasan belum lengkap, sedangkan hasil audit dan penghitungan kerugian keuangan Negara telah diselesaikan oleh APIP, sehingga waktu yang diperlukan tambah lama. - Sesuai pernyataan RM On Line (2010) menurut anggota Komisi Kejaksaan menyatakan bahwa hasil audit APIP (BPKP) merupakan informasi mentah yang harus diidentifikasi lebih lanjut agar menjadi alat bukti hukum. - BAK auditor yang akan dijadikan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh penyidik perlu waktu cukup lama, karena kesulitan/ perlu waktu yang cukup lama untuk memanggil kembali orang yang diduga terlibat tersebut. - Pemanggilan seseorang untuk memberikan keterangan ahli perlu waktu yang lama, karena sering terjadi adanya perbedaan waktu yang terluang antara penyidik dan calon pemberi keterangan ahli. - Adanya perbedaan latar belakang keilmuan yaitu Auditor APIP berlatar belakang akuntansi dan auditing sedangkan penyidik berlatar belakang ilmu hukum, hal ini akan menyebabkan adanya perbedaan persepsi dalam mengartikan suatu bukti.