Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan

Industri makanan dan minuman terproyeksi menjadi salah satu sektor

andalan penopang pertumbuhan ekonomi nasional, terlihat dari kontribusinya yang

konsisten dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-

migas serta peningkatan realisasi investasi. Tercatat kontribusinya terhadap PDB

nasional sebesar 6,21% pada triwulan III 2017, naik 3,85% dibanding periode yang

sama tahun 2016 (Kemenperin, 2017). Kemudian sepanjang tahun 2018 Industri

Makanan dan Minuman mampu tumbuh sebesar 7,91%, dan 8% pada tahun 2019

(Kemenperin, 2019). Bahkan di tengah tekanan berat akibat dampak pandemi

Covid-19, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan II-2020,

Industri Makanan dan Minuman tumbuh sebesar 0,22% secara tahunan (YoY).

Beberapa komoditas unggulan yang memacu kinerja industri tersebut antara lain

produk olahan ikan, mie, dan kopi.

Pada industri olahan kopi, menurut Dewan Kopi Indonesia (Dekopin)

terdapat peningkatan konsumsi jenis arabika dan robusta di dalam negeri dengan

pertumbuhan 8% tiap tahun seiring dengan berkembangnya bisnis kopi di Indonesia

(Timorria, 2019). Selain itu, berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian Kementerian Pertanian konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai

sekitar 250 ribu ton dan tumbuh 10,54% menjadi 276 ribu ton. Konsumsi kopi

1
Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22% per

tahun. Pada 2021, pasokan kopi diprediksi mencapai 795 ribu ton dengan konsumsi

370 ribu ton, sehingga terjadi surplus 425 ribu ton. Sekitar 94,5% produksi kopi di

Indonesia dipasok dari pengusaha kopi perkebunan rakyat. Adapun 81,87%

produksi kopi nasional merupakan jenis robusta yang berasal dari sentra kopi di

Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah (Astuti,

2018). Gambar 1.1 di bawah ini menyajikan grafik konsumsi kopi Nasional dari

tahun 2016-2021.

Gambar 1.1 Konsumsi Kopi Nasional (2016-2021)


Sumber: Kementerian Pertanian, 2018

Pertumbuhan yang terproyeksi tersebut mencerminkan daya beli dan niat

belanja olahan kopi di Indonesia sangat tinggi. Hal ini memberikan gambaran

peluang pasar yang nyata. Selain itu, peran teknologi di industri olahan kopi sudah

sangat mendukung dan terus berkembang semenjak pada tahun 1961 Ernesto

2
Valente seorang berkebangsaan Italia mengembangkan mesin espresso dengan

teknologi tinggi yang menjadi dasar inovasi hingga saat ini . Tidak hanya pada

mesin pembuat kopi, teknologi pada aplikasi telepon pintar dapat memberikan

dampak yang signifikan terhadap aktivitas bisnis industri olahan kopi seperti

pemesanan menggunakan owned application, ataupun menggunakan bantuan pihak

ketiga seperti perusahaan jasa pengiriman makanan dan minuman (Heizer et al.,

2017: 337).

Dalam konteks pasar sasaran utama, Beautiful Mind Coffee melihat dari

beberapa karakteristik yang menjadi landasan sebagai pengambilan keputusan

dalam langkah strategis bisnis diantaranya geografi dan demografis. Namun yang

paling menjadi alasan utama atau orientasi menentukan pasar sasaran utama bagi

Beautiful Mind Coffee adalah mengenai isu kesehatan mental. Berdasarkan data

Kementerian Kesehatan Indonesia, masyarakat pada daerah padat penduduk lebih

rentan terkena depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, skizofrenia, dan obsesif

kompulsif. Selain itu menurut studi, penghuni kota besar memiliki risiko sekitar

40% lebih besar untuk mengalami depresi, 20% untuk potensi gangguan

kecemasan, dan dua kali lipat potensi schizofrenia dibanding penduduk kawasan

pedesaan (Kemkes, 2016).

Andreas Meyer-Lindenberg, direktur Central Institute of Mental Health di

Mannheim, Jerman, bersama koleganya, Matilda van den Bosch, peneliti kesehatan

lingkungan dari University of British Columbia, Vancouver, Kanada, baru-baru ini

tengah meninjau bukti saintifik mengenai stressor (pemicu stres) fisik serta

dampaknya terhadap depresi. Temuan yang dipublikasikan di jurnal Annual Review

3
of Public Health ini menunjukkan beberapa faktor fisik yang berpotensi

mengganggu kondisi kejiwaan, khususnya di perkotaan. Di antaranya adalah polusi

udara, pollen (serbuk sari) sebagai pemicu alergi, kebisingan, medan elektromagnet

buatan manusia, senyawa kimia seperti bisphenol A dan phtalate, serta pestisida dan

berbagai logam berat, misalnya kadmium, timbal, dan merkuri. Zat-zat ini bisa

berasal dari asap kendaraan bermotor, industri, emisi rumah tangga, maupun reaksi

sekunder di udara yang dengan mudah dapat dijumpai di perkotaan. Keberadaan

polutan ini dapat menimbulkan berbagai gangguan saraf pada orang dewasa, seperti

gangguan fungsi hormon dan neurotransmitter, induksi stress oksidatif di otak, dan

inflamasi di hippocampus, sehingga menurunkan performa kognitif, memori, dan

kerja saraf terkait perilaku. Hal ini juga berpengaruh terhadap penyakit

psikosomatis, seperti depresi, paranoia, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri.

Pada anak dan remaja, paparan polutan tingkat tinggi dapat menganggu

perkembangan sistem saraf pusat dan pembentukan antibodi dan protein lain yang

berperan dalam kerja otak. Hal ini juga dapat memicu gejala awal mirip penyakit

Alzheimer dan Parkinson (Bosch dan Lindenberg, 2019: 252).

Selain itu pada karakteristik demografis, WHO menyebutkan, anak-anak

muda khususnya yang terlahir di Generasi Z saat ini lebih rentan mengalami

gangguan kesehatan mental terlebih pada masa itu merupakan waktu di mana

banyak perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada diri seorang manusia. Oleh

karena itu, Beautiful Mind Coffee menempatkan pasar sasaran utamanya ditinjau

dari karakteristik demografi ialah pada usia kisaran antara 15 sampai 29 tahun.

Merujuk data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi

4
penderita skizofrenia atau psikosis sebesar 7 per 1000 dengan cakupan pengobatan

84,9%. Sementara itu, prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur

lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013

yaitu sebesar 6% (Kemkes, 2019).

Hal ini diperparah karena buruknya kesadaran masyarakat akan pentingnya

penanganan isu kesehatan mental. Masih banyak kepercayaan dan stigma akan

kondisi kesehatan jiwa di Indonesia. Human Rights Watch melaporkan bahwa di

berbagai daerah di Indonesia, kondisi kesehatan jiwa seseorang khususnya bagi

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dipercayai berasal dari kerasukan roh jahat,

karena menjadi pendosa, melakukan perbuatan amoral, atau juga kurang iman.

Karena kurangnya fasilitas layanan medis dan juga kemiskinan di Indonesia,

pengobatan tradisional seperti pergi ke dukun dan pengobatan keagamaan menjadi

pengobatan alternatif dimana mereka akan dipasung (Human Rights Watch, 2016).

Salah satu stigma terbesar adalah bahwa orang yang masuk rumah sakit jiwa adalah

orang-orang yang memiliki gangguan mental sedangkan masalah kesehatan mental

sangat beragam seperti depresi dan kecemasan. Sering kali Orang Dengan Masalah

Kejiwaan (ODMK) menutup diri karena dibilang cari perhatian dan mendapatkan

perilaku negatif dari orang-orang sekitarnya sehingga mereka menutup diri dari

orang-orang (Soghoyan and Gasparyan, 2017: 63), sementara menutup diri dapat

mengakibatkan depresi yang lebih tinggi dan dapat menjadi alasan untuk bunuh

diri.

Dimensi pasar dalam konteks kompetisi pada industri olahan kopi di

Indonesia khususnya yang mengangkat isu kesehatan mental belum memiliki

5
pemain yang bisa bersaing secara langsung dalam pasar domestik, hanya saja

kekuatan pesaing banyak yang sudah mendominasi dalam hal produk minuman

olahan kopi baik itu dari segi kuantitas maupun kualitas. Lingkungan eksternal

dalam hal identifikasi pemain-pemain utama di industri olahan kopi menjadi

tantangan tersendiri bagaimana Beautiful Mind Coffee bisa berkompetisi untuk

memenangkan pasar dengan menggunakan langkah-langkah strategis yang tepat.

Berikut beberapa pesaing yang perlu diperhitungkan berdasarkan kategori pesaing

langsung yang mana menawarkan barang dan jasa yang sama (Direct Competitors),

pesaing signifikan yang menawarkan beberapa barang dan jasa yang serupa namun

memiliki lini produk yang berbeda (Significant Competitors), dan pesaing tidak

langsung yang produknya bisa menjadi produk alternatif atau produk substitusi

(Indirect Competitors), berikut dengan konsep yang diusung (Hery, 2018: 22-23).

Tabel 1.1 di bawah ini merpakan daftar pemain utama dalam Industri Olahan Kopi

di Indonesia.

Tabel 1.1 Daftar Pemain Utama dalam Industri Olahan Kopi

Pesaing Type Konsep


Kopi Kenangan Direct Grab and Go
Family Mart Significant Coffee for family in retail store
Hophop Bubble Drink Indirect Ice blend bubble
Kopi Janji Jiwa Direct Franchise, fresh-to-cup, grab and
go
Dum Dum Thai Tea Indirect Modern Thai tea, mini cafe
Fore Coffee Direct For Environment, “Kopi Alam”

6
1.2 Lingkungan Internal Perusahaan

Sebagai kedai kopi yang berorientasi pada aspek psikologi dan menekankan

pada kenyamanan dan pengalaman pelanggan dalam menikmati minuman olahan

kopi, Beautiful Mind Coffee dibuat dengan konsep “ambil dan tinggal” di mana

menjadi tempat untuk orang berkumpul, bersosialisasi, dan tempat diskusi bagi para

profesional. Menyediakan tempat yang nyaman, terdapat beberapa tulisan-tulisan

singkat di dinding juga dengan dekorasi lainnya yang menyampaikan pesan tertentu

dalam konteks meningkatkan kesadaran pelanggan yang datang akan pentingnya

penanganan isu kesehatan mental. Juga bagaimana para pekerja dan barista

berinteraksi dengan pelanggan, salah satunya menyapa pelanggan dengan cara yang

hangat. Hal ini merupakan beberapa hal yang mencerminkan tindakan promotion of

mental health yang merupakan awal dari tahap pencegahan dalam dunia kesehatan

sebagaimana empat tingkatan dalam ilmu kesehatan lingkungan (Azwar, 1996: 67).

Selain itu untuk menekan nilai investasi, Beautiful Mind Coffee bekerja

sama dengan Pijar Psikologi dalam menyediakan pelayanan konsultasi psikologi

dengan pakar secara daring, dan secara luring yang bekerja sama juga dengan klinik

psikologi yang ada di sekitar tempat operasional kedai sebagai bentuk pencegahan

dan penanganan kuratif yang dapat menjadi suatu kompetensi khusus yang menjadi

pembeda dengan para pesaing sehingga konsep yang diambil sejalan dengan

segmen pelanggan yang coba dimasuki oleh Beautiful Mind Coffee (Thompson et

al., 2019: 92).

Ketersediaan fasilitas selanjutnya yang dijadikan alat sebagai pembeda

Beautiful Mind Coffee dengan kedai kopi lain adalah fasilitas berbentuk perangkat

7
lunak yang diterapkan pada sebuah dawai, kemudian ditempatkan di tiap-tiap meja

yang tersedia. Dawai tersebut menampilkan sebuah aplikasi yang bernama “BM

Coffee App”, aplikasi ini memiliki fungsi digitalisasi skema pemesaanan bagi

pelanggan untuk memesan kopi. Pada aplikasi ini dimungkinkan untuk pelanggan

mengkostumisasi minuman kopi yang mereka pesan, melakukan pemesanan dari

meja, dan pembayaran dengan pembayaran digital pihak ketiga seperti GoPay dan

OVO sehingga bisnis proses pemesanan kopi akan lebih efisien.

Sementara itu untuk menunjang kegiatan operasional, Beautiful Mind

Coffee berkolaborasi dengan Mr. O Coffee sebagai penyedia bahan baku kopi

pilihan dengan kualitas dan kelas terbaik untuk memastikan produk dari minuman

kopi Beautiful Mind Coffee memiliki kualitas yang kompetitif. Mr. O Coffee

sendiri sebagai pemasok single origin biji kopi Arabica dan Robusta sudah

bersertifikat sebagai Advance Roaster dari AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi

Indonesia) dan berlokasi di daerah Tanjung Priok Jakarta Utara. Dengan segala

faktor tersebut maka akan sangat membantu untuk memastikan ketersediaan bahan

baku biji kopi pada Beautiful Mind Coffee terjaga dan mudah untuk diperoleh.

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal serta pemaparan pada

lingkungan internal perusahaan, memberikan gambaran besar akan suatu peluang

bisnis yang dapat diambil. Ceruk pasar yang cenderung tersegmentasi dengan

berangkat dari permasalah isu kesehatan mental yang ada di sekitar masyarakat,

8
dikombinasikan dengan faktor lingkungan internal yang menyediakan produk

minuman olahan kopi sebagai mediasi konsultasi psikologi dengan pakar,

memberikan suatu ruang bagi suatu fenomena yang ada untuk dikaji lebih jauh agar

bisa mengetahui secara pasti apakah peluang bisnis ini layak untuk dieksekusi.

Peluang bisnis yang hadir dengan mengacu kepada gap antara lingkungan

internal dan eksternal yang telah dipaparkan di atas, memberikan suatu ide dan

peluang bisnis baru namun sayangnya konsep bisnis seperti ini belum pernah

dilakukan kajian kelayakan bisnisnya secara komprehensif beserta model bisnis

yang tepat untuk mengeksekusinya. Sehingga dengan adanya kajian ini, pelaku

bisnis baru dapat mengetahui hal-hal srategis apa saja yang perlu direncanakan

dalam menjalankan bisnis tersebut.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Dari pemaparan atas rumusan masalah tersebut dibentuklah pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana rencana bisnis Beautiful Mind Coffee?

2. Apakah bisnis Beautiful Mind Coffee memiliki kelayakan untuk

dikembangkan secara ekonomi dan non-ekonomi?

9
1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah rencana bisnis yang dapat

memberikan arahan terhadap poin-poin sebagai berikut:

1. Merancang perencanaan bisnis untuk Beautiful Mind Coffee secara

sistematis dan komprehensif guna memberikan nilai bagi pemangku

kepentingan.

2. Untuk menilai kelayakan bisnis Beautiful Mind Coffee secara ekonomi dan

non-ekonomi.

1.6 Manfaat Penelitian

Bagi pelaku usaha, dengan penyusunan rencana bisnis ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan strategis dalam upaya

mengelola sumber daya yang efektif, menyusun strategi dengan memaksimalkan

peluang dan kekuatan internal perusahaan, serta mempertimbangkan tiap-tiap

kendala yang datang dari lingkungan eksternal sehingga dapat mencapai tingkat

keberhasilan yang maksimal serta untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan

tujuan perusahaan, khususnya untuk Beutiful Mind Coffee.

Sementara itu bagi akademisi, diharapkan penelitian ini bisa membantu

dalam mengubah stigma negatif di tengah masyarakat terhadap orang-orang yang

menderita gangguan mental dan terhadap pentingnya isu kesehatan itu sendiri.

Selain itu penilitian ini bisa menjadi referensi untuk penelitian-penelitian

10
berikutnya yang relevan, serta sebagai bahan informasi yang diperlukan dan

menjadi perbandingan bagi penelitian di masa yang akan datang yang dapat

memberikan tambahan dan pandangan lebih jauh mengenai strategi bisnis yang

dirancang dan akan digunakan untuk membantu dalam menganalisis suatu usaha.

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri atas lima bab dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bab 1 Pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang mengapa

penelitian ini dibuat dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan

internal perusahaan. Menentukan rumusan masalah penelitian,

mengidentifikasi pertanyaan, tujuan, dan manfaat penelitian, serta

sistematika bagaimana penulisan ini dibuat.

2. Bab 2 Landasan Teori. Pada bab ini dijelaskan teori pendukung yang

digunakan dalam menyusun rencana bisnis ini. Menyajikan teori atau

konsep yang menjadi kerangka dasar berpikir yang membingkai penelitian

yang dilakukan. Diuraikan secara sistematis mengenai beberapa teori dan

hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan.

3. Bab 3 Metoda Penelitian. Bab ini berisi kerangka berpikir penelitian,

pemaparan desain penelitian yang digunakan sebagai acuan strategi

penelitianyang dilakukan, menjelaskan sumber data dan periode data studi

penelitian, instrumen penelitian, dan model pengolahan analisis data.

11
4. Bab 4 Strategi dan Rencana. Pada bab ini berisi tentang uraian data yang

diperoleh dengan menjelaskan dalam bentuk statistik deskriptif, grafik,

kutipan wawancara dan observasi. Selain itu dijelaskan secara

komprehensif strategi dan rencana bisnis yang digunakan.

5. Bab 5 Rencana Aksi. Bab ini memaparkan tahapan-tahapan kegiatan dalam

rangka mengeksekusi rencana bisnis yang telah disusun dalam matrik

kegiatan. Selain itu dijelaskan pula ukuran kinerja dari kegiatan bisnis yang

disusun dengan maksud memproyeksikan, memantau, dan mengendalikan

kemajuan dari setiap tahap dalam proses eksekusi rencana bisnis.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tentang Kedai Kopi

Kata kafe dalam arti kedai kopi berasal dari bahasa Perancis, cafe, yang

artinya juga kopi. Kafe yang semula selalu di pinggir jalan dan sederhana, sekarang,

masuk ke dalam gedung hotel berbintang atau mal dengan berbagai nama. Salah

satunya adalah kedai kopi yang sekarang praktis menjual makanan berat, dan

melayani tamu yang memesan minuman dan makanan kecil (Herlyana, 2012: 190).

Selain itu menurut Hardiman (2010 dalam Igiasi, 2017), kebutuhan

masyarakat akan suatu tempat untuk mengekspresikan diri seutuhnya mengarahkan

mereka menuju tempat kedai kopi. Ekspresi kemauan dan kritik yang ingin

diungkapkan di kedai kopi semakin lama menjadikan kedai kopi sebagai suatu

ruang publik. yang artinya kedai kopi juga merupakan sebuah tempat dengan

keleluasaan berekspresi, berpendapat, dan saling menghargai pendapat lainnya

dalam sistem pemerintahan kota yang demokratis.

Singkat kata, kedai kopi memuat sesuatu yang tidak sesederhana

sebutannya. Ia telah menjadi ruang publik dalam pengertian tempat dan ruang.

Sebagai tempat untuk berkegiatan atau aktivitas jual beli makanan minuman,

tempat bekerja, dan bersantai. Sebagai ruang bagi muncul dan berkembangnya

interaksi, komunikasi antar pengunjung, pemilik, dan pelayan (Igiasi, 2017: 21).

13
Selain kedai kopi, ada beberapa istilah lain yang biasa digunakan dalam

mendeskripsikan ragam usaha olahan kopi diantaranya Warung Kopi, Coffee Shop,

dan Coffee House. Adapun perbedaannya seperti pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Ragam Kedai Kopi

Warung Kopi Café/Coffee Shop Coffee House


Konsep Sederhana dan merakyat Terdapat ciri khas, elegan Terdapat ciri khas, elegan
Desain Furnitur dengan kualitas Kualitas furnitur yang Kualitas furnitur yang
Interor sederhana, tidak ada mewah, menggunakan mewah, menggunakan
sekat antar pengunjung dekorasi di setiap sudut dekorasi di setiap sudut
Menu Menu standar dan umum Terdapat variasi soft drink, Hanya menjual produk
dari berbagai merk. variasi minuman olahan olahan kopi, kopi mentah,
Biasanya terdapat kopi dengan kualitas yang dan bakery
camilan goreng- baik
gorengan
Harga Murah Cenderung mahal Cenderung mahal
Lokasi Pinggir jalan-jalan kecil, Berada di sekitar lokasi Berada di sekitar lokasi
gang keramaian seperti pusat keramaian seperti pusat
perbelanjaan, atau di dalam perbelanjaan, atau di dalam
mall mall
Segmentasi Semua kalangan, Kondisi ekonomi Pecinta kopi, para penggiat
Pasar masyarakat sekitar menengah ke atas. Anak- kopi. Kondisi ekonomi
lokasi kedai, dengan anak muda, mahasiswa, menengah ke atas
kondisi ekonomi pekerja kantoran
menengah ke bawah

Gambar 2.1 Warung Kopi


Sumber: https://www.mytrip.co.id

14
Gambar 2.2 Coffee Shop
Sumber: https://www.sacurrent.com

Gambar 2.3 Coffee House


Sumber: https://www.zomato.com

15
Dalam konteks bisnis ada beberapa hal yang dapat memengaruhi

keberlangsungan operasional kedai kopi, di antaranya stimulus atmosfer ruangan

dan juga faktor kualitas layanan. Kotler (1973: 51) berpendapat bahwa atmosfer

merupakan usaha merancang lingkungan untuk menghasilkan pengaruh emosional

khusus kepada pembeli sehingga dapat meningkatkan pembeliannya. Konsep

utama atmosfer adalah suasana sekitar, dan ia juga membaginya ke dalam lima

dimensi panca indera yakni pengelihatan, suara, penciuman, sentuhan, dan rasa.

Selain itu Turley dan Miliman (2000: 207) membagi stimulus atau elemen atmosfer

menjadi lima kategori antara lain eksterior toko, interior toko secara umum, tata

ruang toko, tampilan interior, dan human variable.

2.2 Layanan Psikologi

Psikologi berasal dari Bahasa Inggris “Psychology”. Kata “psychology”

merupakan dua akar kata yang bersumber dari Bahasa Yunani yaitu: (1) psyche yang

berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu

jiwa atau bisa disebut ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang mempelajari

tentang gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan pengertian psikologi menurut

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) yaitu; Psikologi adalah ilmu yang

mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung

maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

Lebih jauh lagi psikologi dapat diaplikasikan pada pengetahuan tentang

perilaku untuk mengintervensi dalam kehidupan manusia, jadi dapat dikatakan

16
bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individu

dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Suherlan dan Budhiono, 2013: 5).

Kemudian cabang-cabang psikologi dapat digolongkan berdasarkan

kekhususan bidang studinya, baik ilmu dasar (teoritis), maupun yang bersifat

terapan (praktis). Dalam penerapannya psikologi berkembang ke berbagai aspek

kehidupan manusia seperti pengaruhnya terhadap kinerja layanan, sementara

layanan dapat diartikan dengan membantu, mengurus, atau melayani apa yang

diperlukan seseorang (Hanum, 2017: 103).

Sementara itu psikologi dan layanan psikologi merupakan suatu aktivitas

yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan psikologis bagi semua orang yang

membutuhkan, terutama bagi yang mengalami dampak psikologis akibat peristiwa

kekerasan, konflik, bencana alam, dan pengalaman traumatis. Menurut

rekomendasi Departemen Kesehatan Mental WHO (World Health Organization,

2005) sendiri, pekerja kesehatan mental adalah psikiater, psikolog, perawat

kejiwaan, dan pekerja sosial. Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa

selain profesi psikiater dan perawat kejiwaan, profesi psikolog juga sangat

mendukung dan merupakan praktisi utama layanan kesehatan mental (Mawarpury

dan Humam, 2013: 78).

Terdapat berbagai macam jenis dalam layanan psikologi sendiri, yang mana

didasarkan pada tujuan terapi yang diberikan sebagaimana dijelaskan pada Tabel

2.2 di bawah ini.

17
Tabel 2.2 Jenis-jenis Layanan Psikologi

Jenis Keterangan
Terapi Pasangan Bertujuan untuk membantu komunikasi dan mejembatani perubahan
dalam hubungan yang intim antar pasangan.
Terapi Kognitif Terapi kognitif melibatkan terapis yang bekerjasama dengan pasien
untuk mengembangkan kemampuan mengidentifikasi dan mengganti
pikiran dan kepercayaan yang menyimpang
Terapi Perilaku Kognitif Pasien akan diharapkan agar dapat memegang peranan aktif dalam
perawatannya, dengan berfokus pada solusi yang praktis
Terapi Perilaku Terapi ini mengidentifikasikan kemungkinan perubahan atau rekondisi
pikiran atau tingkah laku manusia untuk mengatasi masalah yang
spesifik.
Terapi Psikoanalisis Terapi berdasarkan teori psikoanalisis klasik Freud yang menyatakan
bahwa pikiran yang tidak sadar dapat mempengaruhi pikiran dan
perilaku saat ini
Terapi Psikodinamis Terapi ini adalah suatu pendekatan yang merangkul semua metode
terapi analisis
Terapi Interpersonal Terapi ini lebih mengkhususkan pada hubungan individu dengan
Dinamis lingkungannya
Terapi Humanistik Fokus terapi ini adalah pada pengembangan diri, pertumbuhan dan
tanggung jawab. Bertujuan membantu individu agar dapat mengenali
kekuatan dirinya, kreativitas, dan pilihan pada masa kini
Terapi Gestalt Bahwa setiap individu adalah satu keseluruhan (tubuh, pikiran, dan
jiwa) dan bahwa mereka paling baik dipahami dalam hubungan
dengan situasi terkini yang sedang dialami oleh seseorang
Terapi Gerakan Menari Prinsip terapi ini adalah bahwa gerakan dapat merefleksikan pola pikir
seseorang dan perasaannya. Tubuh dianggap sebagai sarana utama
untuk berkomunikasi dan dapat sangat membantu bagi mereka yang
sulit mengekspresikan diri secara verbal.
Terapi Seni Terapi yang menggunakaan seni dan media artistik untuk membantu
orang-orang mengeksplorasi pikiran dan emosi dalam cara yang unik
Terapi Musik Menggunakan berbagai komponen musik yang berbeda untuk
menyediakan satu cara untuk terhubung dengan suatu terapi yang
berkaitan dengan hubungan manusia
Terapi Keluarga Pendekatan yang bekerja dengan keluarga dan kerabat dekat
seseorang. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengatasi masalah yang
timbul antara anggota keluarga untuk saling membantu dan merasakan
empati terhadap satu sama lain
Terapi Kelompok Terapi psikologis yang mengambil tempat dengan sekelompok orang
bersama daripada dengan perorangan
Terapi Bermain Terapi bermain digunakan untuk membantu anak berkomunikasi
dengan bahasanya sendiri dan dengan irama mereka sendiri

18
Tabel 2.2 Lanjutan

Jenis Keterangan
Terapi Psikoseksual Dirancang khusus untuk membantu orang yang hidup dengan
kesulitan yang berhubungan dengan psikologis dan permasalahan
seksualitas
Terapi Realitas Terapi realitas menggunakan pendekatan perorangan yang berfokus
pada masa sekarang daripada berurusan dengan masa lalu

Di sisi lain terdapat beberapa hambatan dalam pemberian layanan psikologi.

Menurut Fischer (dalam Setiawan, 2006) secara garis besar faktor hambatan

seseorang dalam mencari bantuan psikologis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

faktor personal, faktor sosial budaya, dan faktor agency. Faktor personal meliputi

segala faktor yang merujuk pada karakteristik personal dan situasi. Contoh dari

faktor personal adalah faktor rasa malu untuk menceritakan masalah pribadi dan

merasa dapat mengatasi permasalahannya sendiri. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa remaja dan dewasa muda lebih memilih untuk mengandalkan diri mereka

sendiri daripada mencari bantuan eksternal untuk masalah mereka (Rickwood,

2007). Kondisi ini berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan otonomi pada

remaja dan dewasa muda sehingga mereka memiliki keyakinan bahwa mereka

harus dapat mengatasi permasalahannya sendiri.

Faktor sosial budaya, meliputi nilai-nilai budaya atau karakteristik

kelompok sosial tertentu. Termasuk dalam faktor ini adalah budaya kolektif dan

individualis, stigma sosial yang ada di masyarakat, dan ekspresi emosi pada budaya

tertentu. Penelitian di Asia menyebutkan bahwa semakin masyarakat berpegang

pada nilai-nilai yang ada di budaya Asia, maka semakin negatif sikap mereka

terhadap pencarian bantuan formal (Lee, 2016).

19
Nilai budaya seperti nilai kekeluargaan yang ada di Asia membuat individu

semakin menginternalisasi stigma terkait dengan pencarian bantuan psikologis

formal. Kondisi ini tentunya membuat banyak orang akhirnya memilih untuk

bungkam dengan kondisi yang dialaminya.

Sementara itu, faktor agency meliputi faktor yang berkaitan dengan

penyedia layanan psikologis seperti karakteristik layanan, karakteristik konselor

atau psikolog, atau masalah lainnya yang berkaitan. Kritik pada penyedia layanan

psikologis formal umumnya terjadi karena klien menganggap ada miskomunikasi

dengan konselornya, klien merasa konselor tidak memahaminya atau tidak suka

padanya, serta masalah ketidakpercayaan pada konselor. Komunikasi interpersonal

antara konselor dan klien menjadi kunci dari keberhasilan penggunaan layanan

formal (Staiger et al., 2017).

Hal ini senada dengan hasil suatu penelitian yang menemukan bahwa

layanan psikologi yang diberikan di layanan kesehatan primer, contohnya, tidak

serta merta dapat diterima dengan mudah dan efektif dikarenakan literasi kesehatan

mental masyarakat yang masih rendah, stigma yang melekat terkait gangguan

mental, dan juga penggunaan teknik-teknik layanan psikologi yang diterapkan tidak

cocok (Novianty dan Retnowati, 2016: 60).

Selain itu temuan lain pada suatu penelitian, menyebutkan bahwa kesehatan

mental tidak mendapatkan perhatian sebanyak yang seharusnya dikarenakan akses

kesehatan mental di Indonesia tidak memenuhi empat aspek di antara lain (1)

aksesibilitas, kurangnya penyedia layanan kesehatan mental di Indonesia,

kurangnya layanan perawatan kesehatan mental, birokrasi asuransi yang sulit, dan

20
stigma masyarakat dan kesalahpahaman tentang kesehatan mental yang disebabkan

masalah tentang akses kesehatan mental jauh lebih rumit; (2) Keterjangkauan,

ketika datang dengan penyakit mental orang akan berpikir untuk pergi ke psikiater,

yang akan menelan biaya lebih banyak tanpa asuransi kesehatan; (3) Penerimaan,

sebagian besar orang tidak menganggap penyakit mental sebagai masalah serius

bahkan jika mereka didiagnosis menderita penyakit mental, mereka tidak minum

obat lebih lanjut karena keyakinan mereka bahwa gangguan mental dapat diobati

dengan ritual keagamaan; dan (4) Ketersediaan, layanan kesehatan mental tidak

terdistribusi secara merata, tidak semua puskesmas memiliki layanan kesehatan

mental (Khodijah, 2019: 4).

Namun demikian beberapa kendala tersebut bisa diatasi dengan menerapkan

dan memaksimalkan salah satu jenis layanan psikologis yaitu inovasi perawatan

kolaboratif dan pemanfaatan teknologi dalam layanan psikologi sehingga dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan area geografis yang lebih luas

(Novianty dan Retnowati, 2016: 60).

Juga dengan meningkatkan upaya promotif, yang mana upaya promosi

gangguan jiwa perlu dilakukan agar memperkuat kemampuan individu dalam

menghadapi masalah Kesehatan jiwa (Suryaputri et al., 2018: 15).

2.3 Visi, Misi, dan Nilai-nilai Inti

Visi merupakan ekspresi yang dipegang teguh dan diyakini oleh pemilik

(pendiri) perusahaan. Visi memusatkan perhatian dan memberi mereka inspirasi

21
untuk mencapainya. Di samping pemilik perusahaan, visi juga menyentuh semua

pihak yang terkait dengan perusahaan seperti karyawan, penanam modal, pemberi

pinjaman, para pelanggan, maupun masyarakat luas pada umumnya (Hery, 2018:

9).

Visi juga dapat digunakan sebagai dasar bagi pemilik usaha untuk

mengembangkan nilai-nilai yang menjadi fokus perusahaan atau inti pertumbuhan

perusahaan. Cara terbaik untuk menerapkan nilai ke dalam tindakan adalah dengan

membuat pernyataan misi yang mengomunikasikan nilai-nilai tersebut kepada

segenap anggota perusahaan. Pernyataan misi menjawab pertanyaan mendasar

mengenai tujuan bisnis perusahaan. Tujuan bisnis haruslah ditetapkan secara

tertulis untuk memberi arah atau pedoman bagi perusahaan. Selain itu dalam jangka

waktu tertentu pernyataan misi juga perlu diperbaharui untuk mencerminkan apa

yang menjadi inti pertumbuhan perusahaan pada saat itu (Hery, 2018: 9).

2.4 Kanvas Model Bisnis

Kanvas Model Bisnis adalah sebuah alat untuk mendeskripsikan,

memvisualisasikan, menilai, dan mengubah suatu model bisnis yang mana dapat

menggambarkan alasan bagaimana sebuah organisasi dalam menciptakan,

menyampaikan, dan menangkap suatu nilai tertetu (Osterwalder dan Pigneur, 2010:

14).

Selain itu, Rainaldo (dalam Herawati et al., 2019: 43) berpendapat bahwa

Kanvas Model Bisnis memiliki keunggulan dalam analisis model bisnis, yaitu

22
mampu menggambarkan secara sederhana dan menyeluruh terhadap kondisi suatu

perusahaan saat ini berdasarkan segmen konsumen, nilai yang ditawarkan, jalur

penawaran nilai, hubungan dengan pelanggan, aliran pendapatan, aset vital, mitra

kerja sama, serta struktur biaya yang dimiliki. Sembilan blok bangunan Kanvas

Model Bisnis dibentuk seperti pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Sembilan Blok Bangunan Kanvas Model Bisnis


Sumber: Buku Business Model Generation, 2018

Kanvas Model Bisnis digambarkan dengan Sembilan blok elemen yang

menunjukan bagaimana sebuah organisasi usaha menjalankan bisnis dan

menghasilkan uang. Berikut definisi sembilan blok Kanvas Model Bisnis.

23
2.4.1 Segmen Pelanggan

Pelanggan adalah inti dari model bisnis apa pun. Tanpa pelanggan yang

dapat memberi keuntungan, tidak ada perusahaan yang bisa bertahan lama. Untuk

lebih memuaskan pelanggan, perusahaan dapat mengelompokkan mereka ke dalam

segmen berbeda dengan kebutuhan umum, perilaku umum, atau atribut lainnya.

Model bisnis dapat mendefinisikan satu atau beberapa Segmen Pelanggan besar

atau kecil. Suatu organisasi harus membuat keputusan sadar tentang segmen mana

yang akan dilayani dan segmen mana yang diabaikan. Setelah keputusan ini dibuat,

model bisnis dapat dirancang dengan hati-hati di sekitar pemahaman yang kuat

tentang kebutuhan pelanggan tertentu (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 20).

Ada berbagai jenis segmen pelanggan yang dikelompokkan, antara lain

Pasar Umum, Pasar Terbatas, Pasar Tersegmentasi, Pasar Terdiversifikasi, dan

Multi-sided Platforms.

Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa segmen pasar yang baik adalah

segmen pasar yang memiliki nilai recency (tanggal terakhir transaksi) yang rendah,

frekuensi (jumlah transaksi) yang tinggi, dan monetary (jumlah uang yang

dikeluarkan) yang tinggi pula, karenanya perlu dipertahankan dengan dilakukannya

berbagai macam strategi dalam meningkatkan nilai kluster tersebut (Monalisa,

2018: 14).

Penelitian lainnya membuktikan bahwa segmentasi pasar berdasarkan

geografis, demografis, dan psikografis berperan penting dalam peningkatan

penjualan pada suatu perusahaan (Luis et al., 2019: 2589).

24
Selain itu, keputusan tentang penentuan segmentasi pasar sasaran yang akan

dilayani merupakan keputusan strategi bisnis yang paling menentukan, yang mana

strategi ini adalah tentang bagaimana bersaing dalam setiap pasar produk yang

diminati (Agustini, 2003: 106).

2.4.2 Proposisi Nilai

Pada Tabel 2.3 di bawah ini memaparkan pengertian salah satu komponen

Kanvas Model Bisnis yakni Proposisi Nilai, menurut para ahli.

Tabel 2.3 Pengertian Proposisi Nilai

Sumber Pengertian
(Osterwalder dan Pigneur, Proposisi nilai adalah tentang bagaimana suatu produk atau layanan
2010: 22) yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan tertentu. Proposisi
nilai merupakan alasan mengapa pelanggan beralih ke satu perusahaan
daripada yang lain, juga tentang bagaimana hal ini bisa memecahkan
masalah atau memenuhi kebutuhan pelangan.
(Kotler dan Keller, 2012: Proposisi nilai merupakan serangkaian keuntungan yang perusahaan
10) tawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Proposi nilai yang sifatnya tidak berwujud dengan suatu penawaran.
Penawaran dapat berupa suatu kombinasi produk, jasa, informasi dan
pengalaman.
(Fifield, 2007: 443) Proposisi nilai merupakan manfaat dari semua aktivitas pasar kepada
pengunjung yang menciptakan perbedaan dalam proses keputusan
pengunjung untuk memilih atau membeli penawaran yang diberikan
perusahaan atau pesaing.

Proposisi nilai mungkin bersifat kuantitatif (misalnya harga, kecepatan

layanan) atau kualitatif (misalnya desain, pengalaman pelanggan). Beberapa

elemen dapat berkontribusi pada penciptaan nilai pelanggan, mencakup kebaruan

produk, kinerja produk, layanan kustomisasi, “getting the job done” tentang

bagaimana suatu produk berfungsi membantu pelanggan untuk menyelesaikan

25
pekerjaan, desain, merek, harga, pengurangan biaya, pengurangan risiko,

aksesibilitas, dan kenyamanan produk itu sendiri (Osterwalder dan Pigneur, 2012:

23).

2.4.3 Saluran (Channels)

Channels Building Block menjelaskan bagaimana perusahaan

berkomunikasi dengan dan menjangkau segmen pelanggannya untuk bisa

menyampaikan aspek komunikasi, distribusi, dan penjualan pada Proposisi Nilai.

Saluran terdiri dari antarmuka perusahaan dengan pelanggan. Saluran adalah titik

kontak pelanggan yang memainkan peran penting dalam pengalaman pelanggan

(Osterwalder dan Pigneur, 2010: 26).

Saluran memiliki lima fase berbeda. Setiap saluran dapat mencakup

beberapa atau semua fase ini, dapat dibedakan juga antara saluran langsung dan

tidak langsung. Saluran langsung mencakup sales force (tenaga penjual) dan

penjualan melalui website. Adapun saluran tidak langsung mencakup own stores

(toko pribadi), partner stores (toko mitra), dan wholesaler (pedagang grosir).

Saluran juga menjelaskan bagaimana perusahaan mengomunikasikan,

mengantar, dan berinteraksi dengan pelanggannya. Kesuksesan dalam kegiatan di

channel building block ini sangat ditentukan oleh efektivitas key resources, key

activities, dan key partnerships karena ikut berperan mendukung realisasi dari

kegiatan di saluran ini (Varianto, 2017: 353).

26
2.4.4 Hubungan Pelanggan

Hubungan pelanggan menjelaskan tentang jenis hubungan yang dibuat

perusahaan dengan segmen pelanggan tertentu. Tabel 2.4 di bawah ini menunjukan

persamaan dan implikasinya terhadap manajemen di suatu perusahaan menurut para

ahli.

Tabel 2.4 Pengertian Hubungan Pelanggan

Sumber Pengertian
(Osterwalder dan Pigneur, Hubungan pelanggan menjelaskan tentang jenis hubungan yang dibuat
2010: 28) perusahaan dengan segmen pelanggan tertentu dan juga dilakukan atas
alasan-alasan seperti bagaimana mengakuisisi pelanggan baru, retensi
pelanggan, dan bagaimana meningkatkan penjualan.
(Lupiyoadi, 2009: 6) Kaitannya dengan kegiatan manajemen di suatu perusahaan,
hubungan pelanggan menekanan pada usaha menarik dan
mempertahankan pelanggan melalui peningkatan hubungan
perusahaan dengan pelanggannya.
(Stoor et al., 2010: 111) Langkah strategis perusahaan dengan menjalankan suatu strategi
bisnis yang melibatkan upaya dalam menyeleksi dan mengelola
hubungan-hubungan pelanggan untuk mengoptimalkan nilai jangka
panjang perusahaan tersebut.
(Varianto, 2017: 353) Hubungan pelanggan adalah seberapa besar kegiatan perusahaan
menjaga hubungan dengan pelanggan lama, dan seberapa giat
perusahaan menjaring pelanggan baru dan meningkatkan
penjualannya ke pelanggan lama.

Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam membangun

hubungan dengan pelanggaan antara lain sebagai berikut (Osterwalder dan Pigneur,

2010: 29):

a. Asisten pribadi. Di mana hubungan pelanggan dibangun melalui

komunikasi secara langsung dengan perwakilan dari perusahaan atau

dengan kata lain mendapatkan bantuan langsung selama proses penjualan

atau setelah pembelian selesai.

27
b. Asistem pribadi yang terdedikasi. Hubungan ini melibatkan perwakilan

pelanggan khusus atau terdedikasi untuk satu klien secara individu. Hal ini

mewakili jenis hubungan yang paling intim dan biasanya berkembang

dalam jangka waktu yang lama.

c. Pelayanan sendiri. Dalam jenis hubungan ini, perusahaan tidak memelihara

hubungan langsung dengan pelanggan melainkan dengan menyediakan

semua sarana yang diperlukan bagi pelanggan untuk membantu diri mereka

sendiri.

d. Layanan otomatis. Jenis hubungan ini memadukan bentuk layanan mandiri

pelanggan yang lebih canggih dengan proses otomatis. Layanan otomatis

dapat mengenali pelanggan individu dan karakteristik mereka, dan

informasi lain yang terkait dengan pesanan atau transaksi.

e. Komunitas. Di mana perusahaan mendapat relasi dari komunitas yang

terbentuk karena beberapa konsumen menggunakan produk yang sama atau

membahas produk yang sama.

f. Kreasi Bersama (co-creation). Semakin banyak perusahaan yang

melampaui hubungan pelanggan-vendor tradisional untuk menciptakan nilai

bersama dengan pelanggan. Beberapa perusahaan melibatkan pelanggan

untuk membantu merancang produk baru dan inovatif.

28
2.4.5 Arus Pendapatan

Arus pendapatan merupakan blok yang sangat penting dalam Kanvas Model

Bisnis, di mana arus pendapatan mewakili pendapatan yang bisa didapatkan

perusahaan dari setiap segmen pelanggan (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 30).

Dalam definisi lain, arus pendapatan merupakan sumber penghasilan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sangat penting bagi

kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung maupun tidak

langsung (Suroto, 2000: 57).

Ada beberapa cara untuk menghasilkan arus pendapatan, diantaranya

dengan melakukan penjualan aset, mengenakan biaya pemakaian untuk setiap

penggunaan produk kepada pelanggan, biaya langganan, sewa, lisensi yang mana

perusahaan mendapatkan pemasukan saat konsumen menggunakan karya cipta dari

suaru produk, biaya perantara, dan iklan (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 31-32).

2.4.6 Sumber Daya Utama

Setiap model bisnis membutuhkan Sumber Daya Utama. Tabel 2.5 di bawah

ini menjelaskan pengertian Sumber Data Utama menurut beberapa ahli.

Tabel 2.5 Pengertian Sumber Daya Utama

Sumber Pengertian
(Osterwalder dan Pigneur, Sumber daya yang memungkinkan perusahaan untuk membuat dan
2010: 34) menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, memelihara hubungan
dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Sumber
daya utama berbeda diperlukan tergantung pada jenis model bisnis
yang dibangun.

29
Tabel 2.5 Lanjutan

Sumber Pengertian
(Umar et al., 2018: 7) Sumber daya yang ada dalam suatu entitas bisnis yang dapat
dimaksimalkan seperti sumber daya manusia, materi atau bahan
pendukung operasional, misalnya tempat berlangsungnya kegiatan.
(Benjaminsson et al., Dimensi yang mencakup apa yang diperlukan perusahaan untuk
2019: 781) produksi dan pengiriman layanan atau produk yang ditawarkan.
Sumber daya ini dapat berupa fisik, intelektual, manusia, atau
keuangan, dan campurannya akan bervariasi tergantung pada peluang
bisnis.

Sumber data utama menggambarkan aset-aset terpenting yang menentukan

keberhasilan pengoperasian model bisnis. Aset-aset berharga inilah yang

memungkinkan organisasi mewujudkan value proposition yang dijanjikannya

kepada pelanggan dengan baik (Zulfi, 2021: 12).

Terdapat empat sumber daya utama perusahaan, diantaranya (Osterwalder

dan Pigneur, 2010: 35):

a. Sumber daya fisik yaitu bangunan dan fasilitas pabrik serta mesin produksi,

peralatan, dan jaringan distribusi.

b. Sumber daya manusia.

c. Sumber daya finansial berupa modal awal dan modal operasional.

d. Sumber daya kunci intelektual meliputi merek, pengetahuan, paten, dan hak

cipta, partnerships, dan basis data konsumen.

30
2.4.7 Kegiatan Utama

Komponen ini menjelaskan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan

agar model bisnisnya berfungsi. Pengertian komponen Kegiatan Utama menurut

beberapa ahli ditunjukkan pada Tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6 Pengertian Kegiatan Utama

Sumber Pengertian
(Osterwalder dan Pigneur, Setiap model bisnis memerlukan kegiatan utama yang berbeda
2010: 36) bergantung pada jenis model bisnis itu sendiri. Komponen ini
merupakan tindakan terpenting yang harus diambil perusahaan agar
beroperasi dengan sukses. Kegiatan utama diperlukan untuk membuat
dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, memelihara
hubungan dengan pelanggan, dan memperoleh pendapatan.
(Benjaminsson et al., Perusahaan sangat bergantung pada proses yang memungkinkan
2019: 781) produksi layanan atau produk, memelihara dan mengembangkan
hubungan pelanggan, dan menyampaikan proposisi nilai kepada
pelanggan. Semua aktivitas utama ini menghasilkan pendapatan bagi
perusahaan. Model bisnis perusahaan akan menentukan proses mana
yang merupakan aktivitas utama.
(Umar et al., 2018: 8) Segala aktivitas yang dipersiapkan secara maksimal misalnya
membeli material, melakukan promosi, menjual, dan mengawasi
pelayanan terhadap pelanggan.

Kegiatan utama akan menghasilkan pemasukan bagi perusahaan yang di

antaranya dapat berupa (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 37):

a. Produksi, di mana perusahaan mempunyai kegiatan utama untuk mendesain,

membuat atau memproduksi dan menyampaikan produk yang diproduksi

kepada konsumen.

b. Penyelesaian masalah (problem solving) atau di mana perusahaan

mempunyai kegiatan inti untuk menciptakan solusi baru atas masalah yang

dimiliki oleh konsumen.

31
c. Jaringan (platform network), menjadi tempat atau wadah bertemunya dua

atau lebih segmen pasar untuk saling berinteraksi dan melakukan transaksi

atau membangun network di mana perusahaan mempunyai kegiatan inti

untuk membuat jaringan antara konsumen untuk kemudian perusahaan

mendapat pemasukan dari kegiatan inti yang dilakukan antara konsumen.

Jaringan ini juga akan membantu perusahaan dalam pencarian informasi

yang dibutuhkan.

2.4.8 Kemitraan Kunci

Kemitraan kunci menjelaskan tentang jaringan pemasok dan mitra yang

membuat model bisnis berfungsi. Tabel 2.7 di bawah ini menjelaskan pengertian

Kemitraan Kunci menurut para ahli.

Tabel 2.7 Pengertian Kemitraan Kunci

Sumber Pengertian
(Osterwalder dan Pigneur, Perusahaan menjalin kemitraan karena berbagai alasan, dan kemitraan
2010: 38) menjadi landasan dari banyak model bisnis. Perusahaan membuat
aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi
risiko, atau memperoleh sumber daya. Kemitraan kunci ini
menjelaskan tentang jaringan pemasok dan mitra yang membuat
model bisnis berfungsi
(Umar et al., 2018: 8) Mendapatkan rekanan yang bisa memberikan materi misalnya
bermitra dengan pihak pemerintah atau swasta, dengan tujuan
memperoleh tambahan sumber daya dan meningkatkan jaringan
distribusi atau suplai.
(Benjaminsson et al., Organisasi eksternal yang menyumbangkan sumber daya yang penting
2019: 781) untuk menjaga operasional bisnis. Organisasi ini biasanya adalah
pemasok, tetapi karena dinamika bisnis juga dapat mencakup jenis
kolaborasi lainnya

32
Terdapat tiga hal dasar yang membangun kemitraan, yakni untuk

mengoptimalkan alokasi sumber daya dengan mengurangi biaya dan berbagi

infrastruktur, mengurangi risiko dan ketidakpastian suatu bisnis, dan untuk

mendapatkan sumber daya atau keahlian bisnis tertentu tanpa harus melakukan

pengembangan secara in-house (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 39).

2.4.9 Struktur Biaya

Komponen ini menjelaskan biaya paling penting yang timbul saat

beroperasi di bawah model bisnis tertentu. Struktur biaya merupakan suatu

komposisi yang dibutuhkan perusahan untuk mewujudkan proposisi nilai yang

diberikan kepada pelanggan. Menciptakan dan memberikan nilai, memelihara

hubungan dengan pelanggan, dan menghasilkan pendapatan, semuanya

menimbulkan biaya. Biaya tersebut dapat dihitung dengan relatif mudah setelah

mendefinisikan sumber daya utama, kegiatan utama, dan kemitraan utama

(Osterwalder dan Pigneur, 2010: 40).

Selain itu besaran struktur biaya berbeda-beda bergantung pada model

bisnis dan strategi bisnis yang digunakan (Benjaminsson et al., 2019: 781). Berikut

ini merupakan karakteristik dari struktur biaya:

a. Cost-driven, sensitif terhadap harga bahan baku.

b. Value-driven, perusahaan tidak terlalu memikirkan harga produksi dan harga

bahan bahan baku karena yang dijual adalah nilai, seni, status, atau gaya

hidup.

33
c. Fixed cost, biaya-biaya tetap yang muncul yang tidak tergantung pada

jumlah produksi.

d. Variable cost, biaya-biaya yang muncul bervariasi sesuai jumlah yang

diproduksi.

e. Economies of scale, keuntungan biaya dikarenakan peningkatan bisnis suatu

perusahaan.

f. Economies of scope, keuntungan biaya dikarenakan perluasan cakupan

aktivitas operasional perusahaan.

2.5 Rencana Bisnis

Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang diperlukan untuk

mendapatkan pendanaan baik dari bank, lembaga keuangan, atau penyedia modal

ekuitas. Sebuah rencana bisnis haruslah jelas, singkat, logis, dan jujur agar

mendapatkan persetujuan dari fund manager dan memperoleh dana.

Dalam pengertian lain, perencanaan bisnis adalah rencana-rencana tentang

apa yang dikerjakan dalam suatu bisnis ke depan meliputi alokasi sumberdaya,

perhatian pada faktor-faktor kunci dan mengolah permasalahan-permasalahan dan

peluang yang ada. Secara garis besar isi suatu perencanaan bisnis dimulai dari

ringkasan, pernyataan misi, faktor-faktor kunci, analisis pasar, produksi,

manajemen, dan analisis finansial seperti analisis break event dan lainnya

(Supriyanto, 2009: 73).

34
Perencanaan bisnis sangat berguna untuk menilai apakah usaha atu bisnis

yang akan ditekuni layak, menguntungkan, dan berjangka Panjang (Supriyanto,

209: 74). Adapun beberapa hal yang dibahas dalam pembuatan dokumen rencana

bisnis antara lain rencana pemasaran, rencana operasional, rencana sumber daya

manusia, dan rencana keuangan (Hisrich et al., 2017: 183).

2.6.1 Rencana Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa

yang bernilai dengan pihak lain, untuk definisi manajerial, pemasaran sering di

gambarkan sebagai seni menjual produk (Kotler dan Keller, 2007: 5).

Rencana pemasaran merupakan komponen penting dalam perencanaan

bisnis bagi perusahaan. Rencana pemasaran sebaiknya dilakukan secara tahunan

yang difokuskan pada implementasi keputusan yang berhubungan dengan variabel

marketing mix yakni produk, harga, promosi, dan tempat (Kotler dan Keller, 2007:

25).

a. Produk

Produk atau jasa didefinisikan tidak hanya sekedar mempertimbangkan

karakteristik fisik, namun juga meliputi pengepakan, merek, harga, jaminan,

waktu pengiriman, dan lain-lain yang dapat dilihat oleh konsumen.

b. Harga

35
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen

untuk mendapatkan barang atau jasa. Penetapan harga merupakan bagian

yang sulit dalam rencana pemasaran, karena estimasi harga suatu produk

berhubungan dengan kesulitan dalam estimasi biaya.

c. Promosi

Suatu upaya perusahaan dalam memberi tahu konsumen potensial tentang

keberadaan produk dengan menggunakan berbagai media periklanan seperti

radio, televisi, media cetak, maupun internet.

d. Tempat

Pada bauran pemasaran, komponen tempat (place) mencakup saluran,

cakupan wilayah, lokasi usaha, inventarisasi, dan angkutan. Perusahaan

perlu mengevaluasi semua kemungkinan pilihan untuk distribusi sebelum

mengambil keputusan dalam rencana pemasaran.

2.6.2 Rencana Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia adalah tentang menentukan kebijakan

kepegawaian yang berhubungan dengan stabilitas kerja, jadwal kerja, dan aturan

kerja. Stabilitas ketenagakerjaan berkaitan dengan jumlah karyawan yang

dipelihara oleh suatu organisasi pada waktu tertentu, jadwal kerja adalah periode

waktu di mana seseorang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan upah tertentu,

sedangkan aturan kerja yang berkaitan dengan pengelolaan menentukan siapa yang

dapat melakukan apa, kapan mereka dapat melakukannya, dan dalam kondisi apa

mereka dapat melakukannya (Heizer dan Render, 2011: 417-418).

36
Adapun pada era global yang kompetitif ini, perencanaan sumber daya

manusia akan menjadi lebih penting bagi perusahaan karena globalisasi, teknologi

baru, proses restrukturisasi organisasi, dan perbedaan etnis dalam angkatan kerja

(Alwi, 2001: 144).

Menurut Riva’i (2004 dalam Sunarta, 2010), dalam era teknologi dan

informasi, tuntutan kualitas sumber daya manusia harus disesuaikan dengan

kebutuhan organisasi terutama dalam hal kualitasnya. Organisasi yang tidak

didukung pegawai yang sesuai baik dari aspek kuantitas, kualitas, strategi, dan

operasional yang baik, maka dapat dipastikan organisasi tersebut akan sulit

mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dimasa yang akan datang.

Agar dalam pelaksanaan perencanaan sumber daya manusia bisa berhasil,

sedikitnya terdapat empat aspek perencanaan sumber daya manusia yang harus

diperhatikan dan dilakukan (Lunenburg, 2012: 4-8), yaitu:

a. Menentukan berapa proyeksi jumlah karyawan yang dibutuhkan

(forecasting of employees).

b. Melakukan identifikasi sumber daya manusia yang tersedia dalam

organisasi (human resource audit).

c. Melakukan analisis keseimbangan penawaran dan permintaan (demand and

suplay analysis).

d. Menjalankan program aksi (action program).

37
2.6.3 Rencana Operasional

Rencana operasional adalah dokumen tertulis yang berisi penjabaran dari

rencana strategis yang berupa anggaran-anggaran dan kegiatan operasional yang

dilakukan oleh internal perusahaan, sementara dalam konteks manajemen operasi

yakni merupakan serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output (Heizer dan Render, 2011:

36).

Seorang manajer idealnya menjalankan fungsi dasar dari proses manajemen.

Proses manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian,

memimpin, dan pengendalian. Manajer operasi menerapkan proses manajemen ini

pada keputusan yang mereka buat dalam fungsi manajemen operasional (Heizer dan

Render, 2011: 39).

Adapun sepuluh sepuluh keputusan utama manajemen operasional

ditunjukkan pada Tabel 2.8 di bawah ini.

Tabel 2.8 Komponen Rencana Operasional

Area Operasional Pengertian


Desain Produk Mendesain dan memproduksi produk atau jasa dengan kualitas yang
baik dan memberikan nilai bagi konsumen.
Manajemen Kualitas Memastikan bahwa nilai yang diberikan selalu konsisten dengan
tujuan perusahaan dan tujuan pemasaran dengan memperhatikan
kualitas desain, rantai pasok, produksi, dan pelayanan di lapangan.
Desain Proses Proses untuk menentukan desain, mengembangkan alat dan proses
produksi seefektif mungkin untuk mencapai biaya produksi yang
rendah namun menghasilkan produk yang berkualitas, serta kualitas
kerja yang baik.
Lokasi Menentukan lokasi atau membangun fasilitas yang efisien yang
memberikan nilai tinggi bagi perusahaan, pekerja, dan komunitas
yang ada didalamnya.

38
Tabel 2.8 Lanjutan

Area Operasional Pengertian


Desain Tata Letak Proses mendesain layout secara efektif dengan menggunakan
kemampuan, imajinasi, dan sumber yang dimiliki, serta metode kerja
dan produksi yang efektif dan efisien.
Sumber Daya Manusia Menyediakan lingkungan kerja yg berkualitas baik, didesain secara
baik, tenaga kerja yang stabil, pembayaran yang sesuai, dan
memberikan kesempatan bagi pekerja untuk berkontribusi.
Rantai Pasok Berkolaborasi dengan supplier untuk mengembangkan produk yang
inovatif dari sumber yang stabil, tetap, efektif, dan efisien.
Persediaan Mengontrol investasi pada persediaan pada titik yang rendah agar
tidak berlebih, diimbangi dengan pelayanan konsumen yang baik
dan penggunaan fasilitas yang efektif.
Penjadwalan Menjadwalkan kegiatan agar mampu menggunakan waktu secara
efisien dan meraih waktu pengiriman yang selalu tepat pada
waktunya.
Pemeliharaan Pemeliharaan alat dan fasilitas secara efektif agar mampu digunakan
dan dimanfaatkan secara maksimal.

2.6.4 Rencana Keuangan

Rencana keuangan memberi pengusaha gambaran lengkap tentang berapa

banyak dan kapan dana masuk ke perusahaan, ke mana dana mengalir, berapa

banyak uang tunai yang tersedia, dan proyeksi posisi keuangan perusahaan. Hal ini

memberikan dasar jangka pendek untuk pengendalian anggaran dan membantu

mencegah salah satu masalah paling umum untuk usaha baru, yakni kurangnya

uang tunai (Hisrich et al., 2017: 269).

Adapun alat ukur yang biasa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan

layak tidaknya suatu investasi adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), dan Discounted Period (Brigham dan Houston, 2014: 408).

39
2.6.4.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah salah satu cara yang sering digunakan

untuk menghitung kelayakan sebuah bisnis. NPV yang merupakan nilai sekarang

dari arus kas bebas proyek yang didiskontokan dengan biaya modal. NPV memberi

tahu kita seberapa besar kontribusi proyek terhadap kekayaan pemegang saham,

semakin besar NPV maka semakin banyak nilai yang ditambahkan proyek dan nilai

tambah berarti harga saham yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2014: 409).

Adapun Brigham dan Houston (2014: 409-411) menjelaskan cara untuk

menghitung dengan metode NPV:

a. Temukan nilai saat ini dari setiap arus kas, termasuk pemasukan dan

pengeluaran, didiskontokan dengan biaya modal (cost of capital) dari

proyek.

b. Jumlahkan arus kas yang sudah didiskontokan, penjumlahan ini

didefinisikan sebagai NPV dari proyek tersebut.

c. Perhatikan nilai NPV yang dihasilkan, jika nilai NPV adalah positif (NPV >

0), maka proyek dapat diterima dan dijalankan. Namun jika NPV bernilai

negatif (NPV < 0), maka proyek harus di tolak.

d. Jika terdapat dua proyek dengan nilai NPV yang positif dan bersifat saling

eksklusif, maka proyek yang bernilai lebih tinggi yang harus dijalankan.

Rumus NPV menurut Brigham dan Houston (2014: 409) sebagai berikut:

40
CFt : perkiraan arus kas bersih pada waktu ke-t

t : tingkat suku bunga

N : umur proyek

Pengeluaran seperti pembelian perangkat, atau belanja modal harus ditulis

atau dianggap sebagai arus kas negatif. Sedangkan pendapatan sebelum dikurangi

biaya penyusutan dianggap sebagai arus kas positif.

2.6.4.2 Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan sebuah metode di mana tingkat diskonto memaksa nilai

sekarang dari arus masuknya sama dengan biayanya. Ini sama dengan memaksa

NPV menjadi nol. IRR adalah perkiraan tingkat pengembalian proyek, dan

sebanding dengan YTM (Yield to Maturity) pada obligasi (Brigham dan Houston,

2014: 411).

Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang disyaratkan

maka proyek tersebut diterima, apabila lebih kecil maka ditolak. Hasil IRR yang

didapat akan dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku di Indonesia saat ini

untuk kemudian dibandingkan supaya mendapatkan kelayakan dari bisnis yang

dilakukan.

41
Adapun rumus perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Brigham dan

Houston, 2014: 412):

CFt : perkiraan arus kas bersih pada waktu ke-t

t : waktu tahun proyek investasi

N : umur proyek

2.6.4.3 Payback Period (PP)

NPV dan IRR adalah metode yang paling umum digunakan untuk menilai

kelayakan investasi, tetapi kriteria seleksi yang pertama sekali dilakukan adalah

payback period, yang didefenisikan sebagai jangka waktu yang dibutuhkan untuk

pengembalian modal investasi (Brigham dan Houston, 2014: 425).

Payback period (PP), merupakan suatu periode waktu yang menunjukkan

berapa lama suatu investasi akan bisa kembali. PP dapat digunakan untuk

menghitung jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi

melalui pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan, bertujuan untuk mengukur

kecepatan kembalinya dana investasi. Semakin cepat PP yang diperoleh, maka

investor akan semakin tertarik untuk melakukan investasi dalam usaha yang

diajukan. Hal yang menunjang kecepatan dari PP adalah penerimaan yang diterima

42
perusahaan sehingga keuntungan yang diperoleh secara cepat menutupi investasi

yang dikeluarkan.

Adapun rumus menghitung dengan menggunakan metode PP ini ialah

sebagai berikut:

PP = Jumlah tahun sebelum pemulihan penuh + (Biaya yang belum terpulihkan

pada awal tahun: Arus kas selama tahun pemulihan penuh)

2.6.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas mengukur perubahan persentase dalam NPV yang

dihasilkan dari perubahan persentase tertentu dalam input, variabel lain berada pada

nilai yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2014: 453).

Analisis ini diterapkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan atas

faktor seperti biaya peralatan, perubahan modal kerja operasi bersih, penjualan unit,

harga jual, biaya variabel per unit, biaya operasi tetap, persentase pajak, atau WACC

(Brigham dan Houston, 2014: 453).

2.6.6 Strategi Keluar

Setiap organisasi bisnis selalu memiliki kemungkinan mengalami

pemberhentian operasi disebabkan oleh banyak hal seperti adanya fenomena krisis

global dan lokal, perubahan korelasi kekuatan di pasar internasional, penurunan

permintaan, serta perubahan dalam lingkup kelembagaan dan regulasi. Selain itu

43
dari faktor internal seperti ketidakmampuan pengusaha untuk menyelesaikan tugas

yang dijadwalkan, kesulitan dalam hal finansial, atau ketidakmungkinan

pembayaran tertentu termasuk pajak. Solusi yang tepat untuk hal-hal yang terkait

dengan proses ini harus memastikan strategi keluar yang efektif dari bisnis dan

membantu memaksimalkannya, karena organisasi bisnis adalah aset keuangan

paling berharga bagi sebagian besar wirausahawan (Luliia et al., 2020: 366).

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pengusaha UKM di Indonesia

mengungkapkan bahwa pengusaha cenderung meninggalkan bisnis mereka melalui

empat strategi keluar yang berbeda, diantaranya pengunduran diri, penjualan aset,

penjualan bisnis, dan suksesi (Rahyuda et al., 2017: 63).

a. Pengunduran diri (resignation)

Suatu keadaan yang menerima kondisi yang tidak diinginkan tetapi tidak

dapat dihindari dan mendorong pengusaha untuk menyerah dan

meninggalkan bisnis saat ini. Strategi ini bisa dalam bentuk informal (yaitu,

menyatakan secara lisan dalam kondisi informasi) atau formal (yaitu,

menulis pernyataan kepada mitra bisnis).

b. Penjualan aset (asset sales)

Merupakan cara keluar yang lebih mudah karena pengusaha tidak akan

mengalami banyak kerugian, terutama jika mereka berniat untuk beralih ke

jenis usaha lain yang tidak membutuhkan sumber daya atau aset mereka saat

ini.

c. Penjualan bisnis (business sales)

44
Menjual seluruh bisnis, adalah strategi keluar ketiga dengan cara alih-alih

mencairkan aset satu per satu ke pasar, pengusaha yang memilih cara ini

akan menjual semua bisnis yang mereka miliki dalam satu paket, termasuk

sumber daya, izin usaha, hak pemasok, dan saluran distribusi.

d. Suksesi (succession)

Suksesi didefinisikan sebagai kegiatan memberikan individu atau calon

kader berikutnya dalam suatu kedudukan tertentu, kebanyakan keluarga

dekat yang akan diberikan hak untuk menduduki posisi manajemen puncak

atau sebagai pemilik perusahaan.

45
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian rencana bisnis ini termasuk ke dalam kategori deskriptif

kualitatif, yaitu penelitian yang dirancang untuk menjabarkan suatu fenomena atau

karakteristik (siapa, kapan, di mana, serta bagaimana suatu topik) yang berkaitan

dengan suatu populasi.

Tingkatan analisis penelitian ini terdiri dari psikolog sebagai individu,

kompetitor sebagai kelompok, dan calon pelanggan sebagai kelompok. Selain itu

terdapat tiga objek penelitian yang terdiri dari pelaku bisnis, para kompetitor, calon

pelanggan kedai kopi Beautiful Mind Coffee, dan pakar (dalam hal ini psikolog).

Penelitian pada objek pelaku bisnis dimaksudkan untuk mengetahui gambaran

umum mengenai bisnis kedai kopi dengan tema psikologi dan hal-hal lain yang

menjadi faktor kunci dalam menjalankan bisnis ini. Penelitian pada objek

kompetitor bertujuan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan langkah strategis

yang akan digunakan sebagai bahan perbandingan. Sementara itu penelitian pada

objek calon pelanggan bertujuan melihat minat dan ketertarikan mereka terhadap

ide bisnis coffee shop dengan tema psikologi. Adapun penelitian pada objek

psikolog, bertujuan melakukan validasi bisnis kedai kopi dengan tema psikologi

dan mendapatkan informasi seputar isu kesehatan mental dan kebutuhan yang

46
melekat padanya sehingga dapat menunjang dalam hal membangun bisnis ini dalam

konteks pemasaran.

3.2 Metoda Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan gabungan data primer dan sekunder sebagai

sumber data penelitian. Data primer didapatkan melalui survei yang akan

melibatkan responden calon pelanggan kedai kopi Beautiful Mind Coffee yang

bertempat tinggal di DKI Jakarta. Survei dilakukan dengan cara membagikan

kuisioner secara daring kepada calon pelanggan potensial dengan melakukan

screening question untuk memperoleh calon pelanggan dengan karakteristik yang

disasar, yakni calon pelanggan yang memiliki isu kesehatan mental. Survei ini

dilakukan dengan tujuan mengukur efektivitas model pelayanan dan tingkat

willingness dari calon pelanggan terhadap konsep bisnis Beautiful Mind Coffee

yang ditawarkan. Adapun metoda penyampelan yang digunakan yakni non-

probability sampling, purposive sampling.

Langkah kedua yang dilakukan dalam mendapatkan data primer ialah

dengan melakukan wawancara yang mendalam secara langsung kepada pakar, atau

psikolog. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi terkait hal-hal yang

dibutuhkan oleh calon pelanggan yang memiliki isu kesehatan mental, dan

informasi yang berhubungan dengan aspek promotif dala upaya meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan kesehatan mental sehingga bisa

diterapkan ke dalam bisnis kedai kopi Beautiful Mind Coffee. Metoda yang

47
dilakukan yaitu melakukan konfirmasi melalui telepon dan proses wawancara akan

berlangsung menggunakan aplikasi pertemuan daring, adapun estimasi durasi ialah

30 hingga 40 menit.

Selain itu dalam mendapatkan data primer, peneliti melakukan wawancara

kepada pelaku bisnis yang relevan yakni kepada pemilik coffee shop. Wawancara

ini bertujuan untuk menggali informasi terkait gambaran umum dan tindakan

konkret yang dilakukan dalam mengelola bisnis coffee shop serta menilai langkah-

langkah strategis yang telah dijalankan guna mendapatkan informasi nyata yang

akan digunakan dalam evaluasi dan perbaikan untuk rencana bisnis Beautiful Mind

Coffee. Adapun metoda wawancara yaitu bertemu secara langsung, dengan estimasi

durasi ialah 60 menit.

Sedangkan data sekunder akan diambil melalui buku, internet, jurnal, yang

berkaitan langsung dengan aspek promotif, preventif, dan kuratif dalam kesehatan

mental sehingga dapat memperkaya pemahaman pelaku bisnis dalam membangun

usaha ini. Selain itu, dilakukan observasi dengan cara mencari informasi melalui

situs resmi, dan mengunjungi tempat usaha kompetitor di industri sejenis untuk

mengetahui karakteristik produk yang kompetitor tawarkan, serta strategi apa yang

digunakan untuk memasarkannya. Tabel 3.1 di bawah ini memaparkan tentang

metoda pengumpulan data yang dilakukan.

48
Tabel 3.1 Metoda Pengumpulan Data

Jenis Data Metoda Proses Penelitian Informasi yang Didapat


Primer Survei Survei yang disebar kepada Kebutuhan dan keinginan calon
calon pelanggan Beautiful Mind pelanggan serta mengetahui
Coffee yang memenuhi apakah konsep bisnis yang
karakteristik tertentu. ditawarkan memenuhi proposisi
nilai yang akan didapatkan
pelanggan.
Primer Wawancara Wawancara dengan psikolog Menggali informasi terkait hal-
secara daring. hal yang dibutuhkan oleh calon
pelanggan yang disasar, dan
penerapannya dalam bisnis.
Primer Wawancara Wawancara dengan pelaku Menggali informasi terkait
usaha gambaran umum dan tindakan
konkret yang dilakukan dalam
mengelola bisnis coffee shop
Sekunder Pengumpulan Pengambilan data sekunder Menggali informasi yang
data dari melalui buku, internet, jurnal, berkaitan langsung dengan
berbagai tempat usaha kompetitor. aspek promotif, preventif, dan
sumber kuratif dalam kesehatan mental.
Menggali informasi mengenai
produk dan strategi kompetitor
sehingga dapat memperkaya
pemahaman pelaku bisnis dalam
membangun usaha.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur pelanggan

potensial kedai kopi Beautiful Mind Coffee dengan isu kesehatan mental

menggunakan sebuah model kuisioner General Health Questionnaire (GHQ-12)

oleh Godberg & Williams (1988) yang dapat digunakan untuk menilai ansietas,

insomnia, depresi, hipokondriasis, dan disfungsi sosial (Suhardi, 2016: 161-73).

Kuisioner skrining ini terdiri dari 12 pertanyaan yang pada tiap-tiap opsi

jawaban diberi skor dengan menggunakan Skala Likert. Skoring ditentukan sebesar

0-3 sehingga kuesioner memiliki skor total dengan rentang 0-36 (Idaiani dan

Suhardi, 2006: 163).

49
Akan dilakukan pengelompokan ke dalam dua jenis, yakni kasus dan non-

kasus. Kelompok kasus ditentukan pada skor >= 11 dengan model skoring likert.

Sedangkan kelompok non-kasus ditentukan pada skor < 11 (Primasari dan Hidayat,

2016: 126). Adapun rincian model skoring GHQ-12 sebagaimana yang dijabarkan

pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Rincian Model Skoring GHQ-12

Jenis Respon
Model Skoring
Respon 1 Respon 2 Respon 3 Respon 4
Skala Likert 0 1 2 3

Sementara itu untuk wawancara terstruktur disusun dengan menanyakan

kepada pakar atau dalam hal ini psikolog yang terdiri dari beberapa bagian, yakni

profil psikolog, status kesadaran penanganan kesehatan mental di Indonesia,

tindakan penanganan dan informasi umum pasien, dan konsep bisnis kedai kopi

dengan tema psikologi serta kolaborasi dengan pakar. Wawancara lain juga

dilakukan dengan mananyakan kepada pelaku usaha di industri yang sejenis.

Peneliti bertanya seputar perencanaan sumber daya manusia, operasional, dan

pemasaran. Hal ini bertujuan mendapatkan informasi yang lebih mendalam bagi

pelaku bisnis guna menunjang kesiapan dalam membangun usaha. Jumlah informan

yang akan dilibatkan ialah sebanyak satu orang dengan tipe pertanyaan Open-

Ended.

50
3.4 Metoda Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memberikan gambaran

rencana bisnis kedai kopi Beautiful Mind Coffee secara jelas, sistematis, dan

komprehensif dengan menggunakan analisis kanvas model bisnis. Alat analisis

kanvas model bisnis membantu perusahaan dalam menemukan komponen penting

untuk perusahaan berbasis pelanggan melalui visualisasi, penilaian, dan perubahan

model bisnis secara menyeluruh. Tabel 3.2 menunjukkan metoda analisis data

secara ringkas.

Tabel 3.3 Metoda Analisis Data

No. Metoda Analisis Alat Tujuan Informasi yang diperoleh


Data
1 Analisis Kanvas Kanvas Model Untuk Sembilan blok komponen
Model Bisnis Bisnis mendeskripsikan dan
menganalisis
organisasi bisnis
2 Analisis Net Present Menilai kelayakan Nilai NPV. Jika NPV positif,
Kelayakan Bisnis Value (NPV) bisnis maka usulan investasi dapat
diterima dan sebaliknya.
Internal Rate Nilai IRR. Jika IRR lebih tinggi
of Return dibandingkan tingkat bunga
(IRR) pengembalian investasi, maka
usulan investasi dapat diterima
dan sebaliknya.
Payback Nilai PP. Jika lama waktu
Period (PP) pengembalian investasi
memiliki jangka waktu lebih
singkat dibandingkan dengan
lama waktu pengembalian yang
telah ditentukan oleh pemodal,
maka usulan investasi dapat
diterima dan sebaliknya.
3 Analisis Net Present Untuk mengetahui Nilai NPV, IRR dan PP dengan
Sensitivitas Value (NPV), seberapa sensitif perubahan asumsi positif dan
Internal Rate suatu bisnis dengan negatif.
Return (IRR), adanya perubahan
Payback elemen-elemen
Period (PP) bisnis.

51
Tabel 3.3 Lanjutan

No. Metoda Analisis Alat Tujuan Informasi yang diperoleh


Data
4 Analisis Exit Strategy Menentukan strategi Strategi keluar untuk
Kontingensi keluar yang tepat melepaskan bisnis setelah target
terlampaui atau ketika
memenuhi suatu kondisi
tertentu.

52

Anda mungkin juga menyukai