ILMU PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU:
Dr.Pranata, S.Pd,M.Si
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : FILIPI
NIM : 2100030
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS : DHARMA ACARYA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ranying Hatalla Langit, karena atas
berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul. ”HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA”. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah “ILMU
PENDIDIKAN” .
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................... 4
1. Latar belakang....................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................. 6
A. Sifat Hakikat Manusia…………..7
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia……………………….8
2. Wujud Sifat Hakikat Manusia…………………………..9
B. Wujud Sifat Hakikat Manusia………………10
1. Dimensi Keindividualan………………11
2. Dimensi Kesosialan………………12
3. Dimensi Kesusilaan………………13
4. Dimensi Keberagamaan………………14
DAFTAR PUSTAKA………………………………..………23
BAB I
PENDAHULUAN
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”,sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, Individu dan Masyrakat:
4.) Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi
berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J
Langeveld (M.J.Langeveld,1955:54).Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap
anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat
saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur
saling memberi dan menerima.
• 3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih
tinggi .Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyrakat orang tidak cukup
hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atausopan itu
misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertiaan
susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih.
• 4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum
mengenal agama mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat
dijangkau dengan perantaraan alat indranya, diyakini akan adanya
kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini.
C . Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
• 1.Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan
oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara
potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan
pelayanan atas perkembangannya.
• 2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia
akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat
manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan
didominasi oleh pengembangan dimensi keindivualan ataupun domain
afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula
secara vertikal ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganannya.
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
• Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan di didalam GBHN
mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa
pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyrakat
Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahiriah, seperti pangan,sandang,perumahan,kesehatan,ataupun
kepuasaan batiniah seperti pendidikan,rasa aman,bebas mengeluarkan
pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan,melainkan
keselarasan,keserasian,dan keseimbangan antara keduanya. Selanjutnya
juga diartikan sebgai keselarasan hubungan antara manusia dengan
lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-
bangsa,dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan
kebahagiaan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bernadib.1987. Filsafat Pendidikan/ Sistem dan Metode.IKIP Yogyakarta.
Jalaluddin dan Abdullah, Idi. 2002. Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
2006. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Aanchoto.2010. Filsafat Pendidikan dan perspektif Islam.a Diakses pada
situshttp://aanchoto.com/2010/06/filsafat-pendidikan-dan-perspektif-islam/
tanggal 4 Maret 2011.
Massofa.2008. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu
Pendidikan. Diakses pada situs
Thayeb, Muhammad m..(1972. Personalisme theistic kohustamm. Ujung
padang; IAHN-TP PALANGKARAYA.