Anda di halaman 1dari 15

Fanatisme Fandom A.R.M.Y. (Adorable Representative M.C.

For Youth) Terhadap


Boyband Korea Selatan, Bangtan Sonyeondan (BTS) Di Surabaya

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Airlangga


Jalan Dharmawangsa Dalam No. 4-6, Surabaya 60286
Email: syarahanr@gmail.com

Abstrak
Kegemaran atas budaya K-Pop di Indonesia tidak terlepas dari peran media yang
melakukan distribusi budaya populer secara global. Peneliti berasumsi bahwa pertumbuhan
pasar K-Pop yang pesat dapat membawa dampak bagi yang mengkonsumsi, salah satunya
ialah fanatisme. Informan penelitian ini adalah individu yang tergabung menjadi anggota
kelompok fandom A.R.M.Y. Surabaya dengan rentang usia 15-24 tahun Penelitian ini
menunjukkan bahwa bentuk fanatisme yang diciptakan oleh A.R.M.Y. Surabaya mencangkup
5 karakteristik fanatisme. Dengan menjadi seorang fans, A.R.M.Y. Surabaya mendedikasikan
seluruh sumber daya yang mereka miliki untuk mengekspresikan kecintaannya terhadap
idolanya yakni BTS. Namun, fanatisme yang dibentuk oleh A.R.M.Y. Surabaya, tidak dapat
sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Respon dari fanatisme tersebut menyebabkan
terjadinya bullying antara A.R.M.Y. Surabaya dengan orang disekitarnya.

Kata Kunci: Budaya Populer, Fanatisme, K-Pop fandom

Abstract
The passion for K-Pop culture in Indonesia is inseparable from the role of the media
that distributes popular culture globally. Researchers assume that the rapid growth of the K-
Pop market can have an impact on those who consume, one of which is fanaticism. The
informants of this study were individuals who joined as members of the A.R.M.Y. Surabaya
fandom group with an age range of 15-24 years. This research shows that the form of
fanaticism created by A.R.M.Y. Surabaya covers 5 characteristics of fanaticism. By becoming
a fan, A.R.M.Y. Surabaya dedicated all of their resources to express their love for their idols,
BTS. However, fanaticism was formed by A.R.M.Y. Surabaya, cannot be fully accepted by the
community. The response to this fanaticism caused bullying between A.R.M.Y. Surabaya with
people around it.

Keywords: Popular Culture, Fanaticism, K-Pop fandom

1

PENDAHULUAN yang kuat terhadap suatu objek yang dapat
terjadi secara individu atau kolektif. Tak
Studi mengenai fans telah banyak jarang fanatisme dipandang secara skeptis
dilakukan pada beberapa waktu terakhir. oleh masyarakat karena adanya perilaku
Konsep fans sendiri mulai dikenal pada yang dianggap berlebihan.
tahun 1970-an (Siuda, 2010). Duffet dalam Fenomena fanatisme biasanya
Fuschillo (2018) mendefinisikan fans dikaitkan dengan budaya populer. Hal ini
sebagai seseorang dengan keyakinan terjadi karena fans merupakan konsumen
emosional positif yang relatif mendalam dari budaya populer. Salah satu budaya
tentang seseorang atau sesuatu yang populer yang sedang marak digandrungi
terkenal, biasanya diekspresikan melalui adalah Hallyu. Hallyu merupakan istilah
perilaku tertentu. Mereka biasanya juga untuk budaya populer asal Korea Selatan.
terdorong untuk mengeksplorasi dan Istilah Hallyu dipopulerkan oleh jurnalis
berpartisipasi dalam praktik yang asal Beijing, China, dalam artikel yang
berkaitan dengan idola mereka. Dengan mengangkat tentang kesuksesan konser K-
kata lain, fans merupakan hasil dari Pop di Beijing. Hallyu sebagai budaya
budaya populer. Melalui budaya populer, populer Korea Selatan (Korean wave)
fans dapat menemukan kesenangan memiliki berbagai produk seperti K-
tersendiri. Mereka pun dapat membentuk Drama, musik, fashion, makanan dan
sebuah fandom yang dapat memberikan sebagainya. Rae (2015) berpendapat
peran dan makna bagi mereka sebagai bahwa saat ini Hallyu telah dikenal secara
penggemar. global oleh kalangan muda terutama pada
Pada awal kemunculan konsep negara asia yang mengikuti perkembangan
fans, fans dianggap sebagai sebagai objek kontennya yakni K-Pop, K-Drama, film,
yang pasif. Dikarenakan, fans hanya dapat fashion, makanan, dan kecantikan.
menerima apa yang diberikan oleh Bagaimana Hallyu dikenal secara global
idolanya melalui media. Dengan kehadiran tentu tak lepas dari peran media.
media online atau internet, fans dapat Jung (2011) memaparkan bahwa
dengan mudah berinteraksi dan Indonesia adalah negara nomor satu di
memberikan feedback kepada idolanya. Asia Tenggara yang memiliki
Jenkins (1992) kemudian memunculkan pertumbuhan pasar K-Pop yang pesat.
istilah participatory culture. Menurut Globalisasi membawa peran penting
Jenkins, participatory culture terjadi dalam menyebarkan K-Pop ke ranah
ketika konsumen atau fans dapat internasional termasuk Indonesia.
menyimpan, menambahkan bahkan Kebebasan dalam mengakses informasi
memproduksi ulang konten media dengan mengakibatkan masyarakat dapat
cara yang baru. Dengan kata lain, fans mengkonsumsi segala hal yang tercantum
dapat menciptakan konten sesuai pada media massa. Akibat dari
keinginannya. Fans juga dapat Globalisasi, muncul istilah proximity
mengekspresikan kecintaannya terhadap culture atau kedekatan budaya yang
idola melalui berbagai perilaku. Fans pun menekankan kecenderungan masyarakat
tidak enggan untuk mengorbankan dirinya untuk memilih dan menerima budaya yang
agar dapat mencapai tujuan yang ia mirip atau serupa dengan budaya mereka
inginkan. Hal ini dapat memungkinkan (Starubhaar dalam Ida, 2017).
terjadinya fanatisme. BTS sebagai produk dari budaya
Ketika berbicara mengenai populer memiliki penggemar atau fans
fanatisme, Pertiwi (2013) mendefinisikan sebagai respon dari status mereka sebagai
fanatisme sebagai pengabdian yang luar selebriti. Penggemar yang tergabung
biasa untuk sebuah objek (selebriti, dalam suatu komunitas atau kelompok
produk, merek, atau kegiatan konsumsi disebut fandom. Fandom memiliki
lainnya), di mana ‘pengabdian’ terdiri dari berbagai julukan, sesuai dengan apa yang
gairah, keintiman, dan dedikasi, dan ‘luar mereka idolakan. BTS memiliki fandom
biasa’ berarti melampaui rata-rata. dengan nama A.R.M.Y. (Adorable
Fuschillo (2018) berendapat bahwa Representative M.C. For Youth) yang
fanatisme merupakan komitmen emosional tersebar di seluruh penjuru negeri.

2
Berbagai kontribusi pun ditunjukkan oleh penghargaan sebagai “The Best Fandom”
masing-masing fandom untuk mengalahkan fandom lainnya seperti
menunjukkan kecintaannya pada idola EXO-L Surabaya (Fans EXO), Carats
dengan melakukan berbagai aktivitas Surabaya (Fans Seventeen), dan Buddy
seperti mass voting (pemberian suara/ Surabaya (Fans G-Friend).
voting secara masal, biasanya dilakukan Pencapaian yang diperoleh oleh
saat idola memperoleh nominasi A.R.M.Y. Surabaya menjadi pembeda
penghargaan), menghadiri event (konser, antara fandom tersebut dengan fandom K-
fan-signing, fan-meeting, press Pop lainnya. Mulai dari perhatian media
conference), gathering, dan membeli terhadap aktivitas A.R.M.Y. Surabaya,
produk terkait seperti merchandise dan menjadi top 10 Youtube viewers hingga
album, membuat fan-fiction (Tulisan menyabet penghargaan sebagai Fandom
dalam bentuk cerita fiksi yang diperankan terbaik di Surabaya.. Dengan adanya
oleh idola masing-masing), melakukan berbagai aktivitas fans sebagai
cover dance, dan membuat gambar implementasi dari kecintaan mereka
(lukisan, ilustrasi, foto), serta memberi terhadap idola, maka dapat memungkinkan
hadiah saat sang idola berulang tahun. untuk mendorong tumbuhnya sikap
Di Surabaya, fenomena kehadiran fanatisme. Fanatisme yang merupakan
fandom A.R.M.Y. Surabaya menarik hasil dari pemujaan yang berlebih oleh
perhatian media konvensional seperti fans terhadap sang idola dapat tumbuh
Koran Jawa Pos. Pada tanggal 11 Februari pada diri masing-masing penggemar, tak
2019, koran Jawa Pos menulis sebuah terkecuali oleh A.R.M.Y.
artikel mengenai A.R.M.Y. Surabaya
dengan judul “Ultah Fans BTS sambil TINJAUAN PUSTAKA
Kumpulkan Donasi.”. Artikel tersebut Fan Studies
memuat bagaimana fandom A.R.M.Y. Harris (2014), berpendapat bahwa
Surabaya merayakan hari jadi A.R.M.Y. studi fandom berasal dari latar belakang
Surabaya yang keempat dengan budaya yang digunakan untuk melihat
menggalang donasi untuk Sekolah Luar reaksi dan interaksi audience dengan
Biasa di Surabaya. fenomena yang ada seperti sastra, politik,
Selain itu, A.R.M.Y. Surabaya olahraga, musik, mode dan permainan.
berhasil memperoleh beberapa pencapaian Terdapat 3 asumsi utama dalam fan
sebagai sebuah fandom. Pada tahun 2018, studies menurut Piotr Siuda. Asumsi yang
A.R.M.Y. Surabaya masuk ke dalam Top pertama dikenal dengan deviation waves.
10 Youtube viewers BTS channel. Siuda (2010) menegaskan bahwa dalam
Peringkat ini dibuat berdasarkan jumlah era ini, penggemar dikenal sebagai pribadi
views dari kota asal yang menyaksikan yang belum matang, sehingga mereka
Youtube BTS dengan perolehan 356 Juta dipandang sebagai orang yang
views. Posisi pertama direbut oleh Kota menyimpang atau anti sosial yang sulit
Jakarta dengan 48 juta views mengalahkan dalam berinteraksi dengan orang lain,
kota Bangkok (Thailand), Seoul (Korea tidak dapat melakukan pekerjaan, bahkan
Selatan), Ho Chi Minh City (Vietnam), dianggap tidak mampu dalam menjalani
Lima (Peru), Hanoi (Vietnam), Quezon kehidupan normal.
City (Filipina), Santiago (Chili), dan Kuala Pandangan negatif terhadap fan
Lumpur (Malaysia). Sedangkan Kota muncul karena pada saat itu, fan yang
Surabaya menempati urutan ke 10 dengan berperan sebagai audiens dianggap sebagai
total 21 juta views. target manipulasi industri. Menurut
Kemudian pada tanggal 22 Strinati dalam Siuda (2010) tujuan dari
November 2015, diadakan acara bernama industri adalah untuk mempertahankan
“K-pop Crazy Party” di Fave Hotel, kesenjangan sosial dan meyakinkan orang
Surabaya. Acara tersebut merupakan bahwa mereka membutuhkan kebutuhan
sebuah gathering seluruh fandom K-Pop di yang salah . Selain itu, konsep fan yang
Surabaya yang diadakan oleh Noona belum dikenal oleh banyak masyarakat
Entertainment. Dalam acara tersebut, dan tidak banyaknya konten media yang
A.R.M.Y. Surabaya memenangkan
3

bisa menarik minat para fans juga menjadi yang mengandalkan kualitas vokal,
penyebab adanya pandangan negatif. kekompakan dan karakter suara. Namun
Kemudiaan asumsi kedua adalah lebih berfokus terhadap visual yang
resistance wave yang bangkit pada tahun ditampilkan, tarian dan suara. Kendati
1992. Dalam era ini, konotasi fan mulai demikian, tentu boyband dan girlband
berubah. Fan yang mulanya dianggap bentukan industri musik Indonesia
hanya memiliki sifat konsumerisme dan memiliki kualitas yang berbeda dengan
fanatik, kini dilihat sebagai subjek yang apa yang ada di Korea Selatan.
memiliki sifat resistance terhadap media. Keberadaan Super Junior
Asumsi ini melihat fans sebagai individu mengawali masa kejayaan K-pop di
atau kelompok yang aktif dan kreatif. Indonesia. Mulai saat itu, berbagai
Aktif berarti fans tidak menerima apa yang boyband dan girlband lainnya pun mulai
disajikan dari media begitu saja. Mereka dikenal. Masyarakat dengan antusias
dapat memilah konten dari media tersebut. mengikuti tren K-pop saat itu. Boyband
Siuda (2010) memaparkan bahwa fan juga dan girlband K-pop dikenal akan
memiliki konotasi positif, yang kemahirannya dalam bernyanyi, rapping,
menandakan adanya hubungan aktif antara dan menari dengan visual yang memikat.
produsen dengan audiens, dimana fan Lagu-lagu yang dibawakan pun
berperan sebagai penafsir konten media menggambarkan keseharian remaja yang
Asumsi yang terakhir ialah menjadi target utama mereka. Menurut
mainstream wave yang muncul pada tahun Hall dan Whannel dalam Ida (2017), lagu
2006 dan memandang bahwa fan pop menggambarkan persoalan yang
merupakan target dan prioritas utama dialami oleh remaja yang meliputi
media. Era ini melihat penggemar sebagai persoalan emosi, seksual dan dilema
individu serta menelisik kepribadian emosional remaja. Popularitas K-pop yang
termasuk motivasi dan psikologi mereka semakin meningkat, mendorong para
terhadap kertetarikan mereka akan suatu pebisnis dunia hiburan untuk mengadakan
hal. Sandvoss dalam Siuda (2010), berbagai acara yang mengusung konsep K-
mendefinisikan fan sebagai sebagai pop. Konser dengan K-pop idol sebagai
seseorang yang memiliki sifat bintang utama pun mulai marak. Fandom
konsumerisme emosional. Fan memiliki dari berbagai grup vokal (boyband /
keterlibatan emosional terhadap girlband) pun turut mengadakan gathering
ketertarikan mereka. yang dapat meningkatkan ‘solidaritas’
mereka sebagai sebuah fandom. Masing-
K-pop dan Fan di Indonesia masing vocal group K-pop memiliki
Kepopuleran drama Korea Selatan ‘julukan’ fandom yang berbeda antar satu
di Indonesia, telah membuka jalan bagi sama lain. BTS memiliki fandom bernama
industri Korea Selatan untuk masuk, A.R.M.Y., EXO dengan EXO-L, Wanna
termasuk K-pop. Berbagai produk asal One dengan Wannable, BLACKPINK
Korea Selatan, terutama segmen make-up dengan BLINK, dan lain sebagainya.
dan teknologi membuka gerai di beberapa Fandom ini tersebar luas di berbagai
lokasi di Indonesia. Pada tahun 2010, daerah di Indonesia. Berbagai kegiatan
demam K-pop dimulai. Boyband Super pun dilakukan untuk mendukung idola
Junior dan girlband Girl’s Generation yang masing-masing seperti dengan pengadaan
kala itu sedang naik daun, membawa gathering, menghadiri official event
pengaruh besar bagi industri musik (konser, Fan-meeting, Fan-signing, press
indonesia. Dengan mengusung konsep K- conference), melakukan mass voting, dan
pop vocal group, berbagai boyband dan membeli merchandise (poster, album,
girlband mulai bermunculan. SM*SH, kaos, lighstick, dll)
Cherry Belle, SHE, dan 7 Icons Melalui internet, para fans dapat
merupakan salah satu dari sekian vocal mencari berita mengenai idola mereka dan
group dengan konsep boyband dan menikmati tanyangan audio visual yang
girlband. Menurut Muhammad (2012), telah disediakan. Sedangkan melalui
boyband dan girlband tersebut tidaklah media sosial seperti Instagram, Youtube,
mengikuti jejak para terdahulu mereka VLive, Twitter, Line, Whatsapp, dsb,
4

pengggemar dapat berinteraksi satu sama musik tradisional yang dibawa oleh K-Pop
lain bahkan dengan idola mereka sendiri. memiliki harga jual tinggi dipasaran dan
Majalah dengan konsep K-pop pun marak memiliki karakteristik yang unik sehingga
dijajakan seperti Keren Beken, Gaul, dapat menarik minat pasar. Dan yang
Korean Pop, Asian Plus, dan masih terakhir adalah kemampuan vokal yang tak
banyak lagi. kalah apiknya dan gerak tari yang cukup
rumit menjadi karakteristik K-Pop.
Popularitas K-Pop di Asia Peran media pun tak lepas dalam
Globalisasi membawa K-pop ke penyebaran K-Pop. Hal ini diperkuat oleh
ranah internasional, terutama Asia. Sari & Jamaan (2014) yang berpendapat
Menurut Visser dalam Shim (2006), Korea bahwa modernisasi dan liberisasi media
Selatan telah mendominasi pasar Asia. Korea Selatan berperan sebagai wadah
Jepang dan Hollywood yang mulanya penyebaran Hallyu di tingkat domestik
mendominasi, kini telah bergeser. Mulai maupun internasional. Media besar di
dari makanan, musik, fashion, hingga korea seperti Mnet, KBS, TVn, SBS
bentuk alis mengikuti tren Hallyu. Arirang, dsb, turut aktif dalam menyiarkan
Mulanya, Hallyu tidak langsung merebak konten Hallyu termasuk K-Pop. Mnet
ke pasar Asia, namun ke wilayah terdekat memiliki sebuah acara yang bertajuk
Korea Selatan terlebih dahulu, yakni music awarding bernama MAMA (Mnet
China dan Jepang.Kata ‘Hallyu’ sendiri Asian Music Award). Dalam acara
mulanya dipopulerkan oleh seorang tersebut, Mnet turut menghadirkan para
jurnalis Beijing melalui koran Beijing idol yang sedang naik daun.
Youth Daily pada November 1999 Penyelenggaraan Mnet pun tidak hanya
mengenai pemberitaan kesuksesan konser dilakukan di Korea Selatan, namun di
K-Pop di Beijing. (Ananda 2016). negara lain seperti Hong Kong dan Jepang.
Proximity culture yang dimiliki Antusiasme masyarakat dapat terlihat
oleh negara-negara di Asia menjadi salah dalam penjualan tiket konser idol K-Pop
satu faktor pendorong penerimaan Hallyu yang cukup pesat. Seperti yang telah
di Asia. Straubhaar dalam Ksiazek & dilakukan oleh boyband BTS yang telah
Webster (2008) menjelaskan bahwa menjual habis (sold out) seluruh tiket
proximity culture sebagai sebuah konsernya di Asia. Menurut soompi.com,
kecenderungan untuk memilih produk BTS telah menjual habis sebanyak
media budaya lain yang memiliki 144.000 tiket untuk konsernya di 10
kemiripan dengan budaya sendiri. Letak negara di Asia pada tahun 2016 (Kong,
geografi yang berdekatan, persamaan 2016). Dengan diadakannya acara berupa
sejarah, dan etnis yang mirip, adalah musik dan festival di berbagai negara di
faktor-faktor mengapa terdapat proximity Asia membuktikan bahwa K-Pop telah
culture antara Korea Selatan dengan merajai pasar Asia.
negara-negara Asia lainnya.
K-Pop yang merupakan bagian Fanatisme Fan
dari Hallyu, menuai kesuksesan besar di Jenson dalam Lewis (2001)
Asia. Menurut Sari & Jamaan (2014) berpendapat bahwa penggemar merupakan
terdapat 4 faktor yang mendominasi akan respons dari sebuah sistem selebriti,
kesuksesan K-Pop. Yang pertama adalah sekaligus menjadi sebuah produk dari
adanya boyband dan girlband yang selebriti tersebut. Kloet dan Zoonen
menjadi daya tarik utama. Boyband dan (2007) mendefinisikan ‘fan’ (penggemar)
girlband dikemas sedemikian menarik sebagai kependekan dari kata ‘fanatics’
agar dapat masuk ke pasar Asia. Kedua, yang berarti seorang pemuja. Fan sendiri
Kepiawaian dalam menari diiringi lagu memiliki berbagai konotasi negatif, seperti
yang enerjik serta didominasi oleh bentuk obsesi, dan kegilaan. Fan acap kali diberi
visual yang menawan merupakan salah label sebagai orang yang memiliki
satu yang ditonjolkan dalam boyband dan perilaku yang berbeda dari masyarakat
girlband. Ketiga, K-Pop membawa unsur umum. Banyak pandangan menyebutkan
musik tradisional sekaligus menjadi bahwa fan seolah memiliki dunia sendiri
pembeda dari aliran musik lainnya. Unsur yang terdiri atas fantasi yang dibuat
5

olehnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kebanyakan fanatik menganggap bahwa
Kloet dan Zoonen (2007) yang menggagas pengabdian terhadap sang idola lebih
bahwa fandom merupakan sebuah identitas penting daripada idola itu sendiri. Fanatik
politik yang dibuat untuk membedakan akan merasa bangga ketika mereka
dirinya dengan yang lain. berhasil mencapai sesuatu yang berkaitan
Fans acap kali dikaitkan dengan dengan idola mereka.
fanatisme. Dalam mendefinisikan
fanatisme, Marimaa (2011) beranggapan METODOLOGI
bahwa fanatisme dalam fandom sebagai Penelitian ini menggunakan
perilaku dimana fans tidak bisa mendapati pendekatan kualitatif deskriptif dengan
bahwa orang lain memiliki kedudukan metode penelitian studi kasus. Creswell
yang sama dengan mereka sebagai seorang dalam Semiawan (2010) berpendapat
fan. Dengan kata lain, fanatik memiliki bahwa studi kasus adalah sebuah metode
kecenderungan intens dalam hidup, pikiran untuk melakukan eksplorasi terhadap
dan ideologi mereka (Ercis et al, 2017). suatu sistem atau kasus yang dari waktu ke
Marimaa mengkategorisasikan waktu melalui pengumpulan data yang
karakteristik yang dimiliki oleh seorang mendalam serta melibatkan berbagai
fanatik ke dalam 5 bagian. Karakteristik sumber informasi yang kaya dalam suatu
yang pertama adalah unwavering konteks. Informasi pun dapat diperoleh
conviction about the absolute rightness of melalui observasi, wawancara, materi
one’s understanding. Pada karakteristik audio-visual, dokumentasi dan laporan.
ini, seorang fanatik akan cenderung yakin Studi kasus yang diambil peneliti pada
terhadap suatu kebenaran mutlak dari penelitian ini adalah fenomena keberadaan
sebuah pemahaman atau ideologi. Fans fandom A.R.M.Y. di Surabaya.
akan cenderung menolak mereka yang Teknik pengumpulan data yang
tidak melihat kebenaran dan pemahaman dilakukan pada penelitian ini adalah teknik
yang sama dengannya. Karakteristik yang observasi partisipan. Observasi partisipan
kedua adalah seeking to impose one’s dilakukan oleh peneliti dengan cara terjun
convictions on others. Seorang fanatik langsung ke lapangan seperti mengikuti 2
biasanya akan cenderung memaksakan acara yaitu gathering dan event kerjasama
kehendak atau keyakinannya pada orang dengan A.R.M.Y. Surabaya, melakukan
lain. Karakteristik ketiga ialah dualistic in-depth interview serta bergabung
world-view. Fanatik memiliki langsung dengan keanggotaan A.R.M.Y.
kecenderungan untuk melihat dunia Surabaya. Subjek dalam penelitian ini
menjadi 2 bagian yaitu In-Group atau Us adalah 10 orang yang tergabung dalam
(Kita/ fans) dan Out-Group atau They fandom A.R.M.Y. di Surabaya yang terdiri
(Mereka yang bukan bagian dari kita). Us atas laki-laki dan perempuan dengan
dipandang secara positif sedangkan they rentang umur 15-24 tahun. Adapun
dipandang secara skeptis. Tak jarang informan tersebut adalah AR, RL, ID, NT,
mereka yang dianggap bukan bagian dari SA, LW, HS, DO, MS dan IF.
in-group dianggap sebagai musuh.
Kemudian karakteristik yang PEMBAHASAN
keempat yakni self-sacrifical devotion to Munculnya A.R.M.Y. sebagai
the goal. Maksud dari karakteristik ini penggemar boyband K-Pop, BTS adalah
adalah fanatik biasanya mengabdikan diri respon dari apa yang ditawarkan oleh BTS
mereka terhadap hal tertentu. Marimaa sebagai idol K-Pop. Berbagai alasan
(2011) beranggapan bahwa tidak ada menyertai A.R.M.Y. Surabaya dalam
fanatik yang hadir tanpa karakteristik ini. mengungkapkan ketertarikan mereka
Fanatik biasanya akan melakukan apapun terhadap BTS:
agar bisa mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Bahkan mereka dapat 1. Kekecewaan atas idol lain (AR)
mengorbankan diri mereka sendiri demi 2. Adanya kemampuan untuk
tercapainya tujuan Karakteristik yang bernyanyi, dance dan visual yang
terakhir adalah devotion itself is more menarik sekaligus atau
important than the object of that devotion. multitalenta (RL, MS, IF)

6

3. Peran media dalam menampilkan dengan percaya diri memutar lagu BTS
kehidupan BTS (AR, RL, ID, ) dengan menghiraukan lingkungannya.
4. Representasi tubuh BTS (RL) Hal serupa terjadi ketika peneliti
5. Sikap BTS yang menghargai fans menghadiri salah satu acara peluncuran
(RL, NT, DO) masker wajah BTS di Surabaya Surabaya.
6. Musik yang menarik (SA, LW, Pada tanggal 29 September 2018,
HS) A.R.M.Y. Surabaya diundang oleh
Mediheal (Salah satu merek masker wajah
Apabila terdapat ketertarikan yang asal Korea Selatan) dalam acara Roadshow
kuat terhadap BTS, maka memungkinkan Launching BTS Mask. Acara tersebut
untuk memunculkan fanatisme. Seorang merupakan peluncuran masker BTS yang
fanatik dianggap sebagai pemuja yang bekerjasama dengan Mediheal. Ketika
memiliki keinginan intens untuk acara berlangsung, beberapa anggota
mendedikasikan dirinya terhadap objek memutar lagu-lagu BTS dan bernyanyi
tertentu. Dalam konteks ini, peneliti akan dengan kencang seiring dengan melakukan
menggunakan karakteristik fanatisme oleh beberapa koreografi. Pada saat itu, peneliti
Kalmer Marimaa. Karakteristik yang melihat bahwa orang-orang memandang
pertama adalah unwavering conviction mereka dengan raut muka tidak
about the absolute rightness of one’s mengenakkan. Sehingga, peneliti
understanding. Pada karakteristik ini, fans berasumsi bahwa orang tersebut merasa
memiliki kepercayaan yang kuat terhadap hal yang dilakukan oleh anggota A.R.M.Y.
sebuah pandangan atau ideologi tertentu. Surabaya merupakan fenomena yang aneh.
Marimaa (2011) beranggapan bahwa Namun, A.R.M.Y. Surabaya tetap tidak
sebenarnya fanatik tidak memiliki ideologi peduli dengan pandangan orang di
sendiri, melainkan hanya sebuah sekitarnya dan tetap meneruskan aksinya.
keyakinan yang memuaskan dan Fans seolah berada di dunianya sendiri
memenuhi fanatisme mereka. Bahkan tanpa mengkhawatirkan keberadaan orang
mereka pun dapat bersikap tidak acuh lain. Hal ini sesuai dengan pendapat
terhadap lingkungannya demi memenuhi Dickerson dalam Thorne & Bruner (2006)
hasratnya sebagai fans. bahwa fans tidak akan peduli apabila
“Kalo nge-ekspresiin sih, ya denger lagu
orang lain tidak menyenangi apa yang
dimanapun dan kapanpun. Saya gak peduli mereka lakukan terkait dengan idola
mau temen saya banyak yang suka K-pop, ya mereka.
tetep saya setel. Kalo denger lagu BTS dimana
gitu, biasanya langsung teriak sendiri hahaha. “Enggak, nggak boleh dong. Anti shipper-
shipperan saya. Apalagi sama girlband.
Terus suka belajar dancenya sendiri…” (RL,
Mending kalo mau ngebahas gitu, bikin grup
personal interview, 22 September 2018) lain aja. Soalnya kan banyak yang suka
shipperin Seulgi sama Jimin. Kalo udah
Informan RL mengungkapkan ngomongin itu di grup biasanya aku
bahwa ia tidak peduli kapan dan dimana ngomong “Eh aku tak keluar disek ya,
engkok undang aku maneh lek uwes
pun akan tetap memutar lagu BTS. Ia ngomonge.”. Soalnya aku nggak suka. (IF,
bahkan tidak menghiraukan temannya personal interview, 16 Oktober 2018)
yang tidak menyukai musik K-Pop. Ketika
ia mendengar lagu BTS, ia tak senggan IF menjelaskan bahwa ia tidak
untuk berteriak secara spontan. Dickerson menyukai apabila dalam grup A.R.M.Y.
et al dalam Thorne & Bruner (2006) Surabaya membahas BTS shipper. Ia rela
berpendapat bahwa fans mendapatkan untuk keluar dari grup untuk sementara
kenikmatan dari bidang spesifik yang waktu apabila situasi tersebut sedang
mereka senangi dan merasa tidak terjadi. Shipper adalah istilah yang
terganggu apabila sekelilingnya tidak digunakan dalam bahasa fans, yang berarti
menyukai apa yang mereka gemari. mencocokkan atau memasangkan.
Tampaknya dengan menjadi seorang fans Biasanya digunakan untuk memasangkan
dapat mempengaruhi kepercayaan diri dua selebriti yang dianggap cocok dengan
mereka. Terlihat dari perilaku RL yang kriteria tertentu. Potayroi dalam Touhami
& Al-Haq (2017) berpendapat bahwa
7

sebuah fandom cenderung untuk
menggunakan bahasa yang orang lain “Pernah, waktu itu aku dengerin lagu
tidak mengerti. Selain shipper, pada Airplane sama Fake Love. Eh kepek dia ternyata
ikutan download. Yawes tak ketawain, soale dia
kalangan penggemar BTS, terdapat 2 dulu ngatain aku eh sekarang jadi suka. Sampe
istilah fans yang berbeda yakni oppa is tak suruh beli album loh dia ya beli.
mine dan oppa is everyone. Ringtoneku ini sekarang BTS, lagunya yang
Bagi penggemar oppa is mine, Lost. Kan enak depannya buat angkat telfon.”
(ID, personal interview, 22 September 2018)
personel BTS dianggap sebagai individu
yang nyata dan dekat dengan mereka.
Informan ID menjelaskan bahwa
Biasanya melihat idola mereka sebagai
ia tidak sengaja menemukan temannya
individu yang dapat mereka miliki,
mendownload beberapa lagu BTS.
sehingga muncul kecenderungan akan
Mulanya teman ID tidak menyukai BTS,
perasaan tidak suka terhadap sesama fans
namun saat ini ia mulai mendalaminya. ID
yang memiliki bias yang sama. Sedangkan
pun tak segan menyuruh temannya untuk
penggemar oppa is everyone adalah istilah
membeli album BTS. Hal tersebut juga
bagi A.R.M.Y. yang menganggap bahwa
dilakukan oleh informan SA, dan MS.
BTS adalah layaknya manusia biasa yang
Karakteristik yang ketiga adalah
memiliki pekerjaan sebagai penyanyi dan
dualistic world-view. Dalam karakteristik
dapat disenangi oleh semua orang.
ini, fans melihat dunia menjadi dua
Ketidaksetujuan atas shipper terhadap
bagian, yaitu Us dan They. Us merupakan
BTS juga diutarakan oleh informan SA,
in-group (fans) dan They adalah out-group
MS dan AR.
yang bukan merupakan bagian dari fans.
Karakteristik yang kedua adalah
Dalam konteks ini, us dipandang secara
seeking to impose one’s convictions on
positif sedangakan they dipandang secara
others. Fans cenderung untuk
skeptis.
memaksakan keyakinan mereka terhadap
orang lain. Hal ini dilakukan karena “Ya kesel bangetlah. Mereka tuh gak tau
mereka merasa terancam atas opini negatif dari awal perjuangan BTS kaya gimana. Mereka
orang lain atas objek yang mereka sukai. cuma tau dari rumor yang gak bener. Kaya
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka Bangtan plagiat lah, apalah. Apalagi pas eranya
fans tidak enggan untuk memaskasakan Boy in Luv. Kan mereka pake seragam sekolah
tuh, dibilangnya ngikutin EXO lah apa lah.
kehendak mereka kepada orang lain. Pada Padahal kan enggak. Yang pake konsep itu
saat penelitian berlangsung, peneliti bukan cuma EXO. Kesel dong aku.” (AR,
menemukan bahwa banyak diantara para personal interview, 22 September 2018)
informan yang mempengaruhi teman
lingkungannya agar turut menyukai BTS. AR mengungkapkan kekesalannya
Salah satunya adalah informan HS. saat orang lain memberikan pendapat
negatif mengenai BTS. Ia beraggapan
“Pernah. Kan waktu itu ada karyawan orang lain terlalu cepat berprasangka
baru di kantor, dia sukanya sama Justin Bieber buruk mengenai idolanya, terutama saat
sama EXO. Nah di kantor itu aku sukanya
dengerin lagu BTS aja, gak pernah yang lain.
BTS disandingkan dengan boyband EXO.
Terus dia liat, lama-lama dia suka BTS dan Saat BTS merilis lagu “Boy in Luv”,
sukanya sama Jimin. Akhirnya bertambah ya banyak pihak yang mengira bahwa BTS
A.R.M.Y. hahaha.” (HS, personal interview, 30 melakukan plagiasi terhadap EXO yang
September 2018) saat itu menggunakan konsep seragam
sekolah pada music video “Growl”.
HS menjabarkan bahwa ia pernah Marimaa (2011) memaparkan bahwa fans
mempengaruhi karyawan barunya di dapat membela idolanya bahkan hingga
Kantor. Ia mengaku apabila ia hanya mengorbankan dirinya untuk apa yang ia
mendengarkan lagu BTS di kantor. Hal ini percaya sebagai benar. Dalam menanggapi
membuat karyawan barunya penasaran hal tersebut, AR cenderung pasif. Ia
dan mulai menyukai BTS. HS pun merasa biasanya hanya akan diam. Ia pun
bangga ketika ia memiliki kawan mengatakan bahwa yang memicu adanya
A.R.M.Y. yang baru. Hal serupa juga war (perang antar fandom) bukan berasal
dialami oleh informan ID. dari kalangan fandom yang bersangkutan.
8

Berbeda dengan informan NT dan MS nampaknya tidak takut untuk menerima
yang bertindak ketika terdapat war. konsekuensi atas perilaku mereka.
Dualistic view-world yang Pengorbanan yang dilakukan oleh fanatik
dihadapi oleh A.R.M.Y. Surabaya tidak seolah-olah disebabkan oleh “holy cause”.
hanya membedakan mereka dengan Marimaa (2011) berpendapat bahwa holy
fandom lainnya, namun juga bagaimana cause adalah sebuah alasan yang dibuat
mereka melihat “mereka” yang bukan dari untuk fanatik sebagai motivasi mereka
kalangan penggemar K-Pop. Seperti yang melakukan sebuah pengorbanan. Fanatik
dikatakan oleh Marimaa (2011), fans menjadikan alasan tersebut sebagai
memang cenderung untuk melihat mereka sesuatu yang sakral dan mereka agungkan
yang bukan dari kalangannya secara dalam menjalani perilaku mereka.
skeptis. A.R.M.Y. Surabaya memliki Ketika fans rela menghabiskan
kecenderungan untuk bersikap defensif uangnya untuk musik dan merchandise,
ketika mereka mendapati orang lain menandakan bahwa K-Pop saat ini telah
memberikan opini negatif untuk idolanya. menjadi komoditas. Komoditas K-Pop
Mereka tak segan untuk membela idolanya kemudian memberikan keuntungan
agar orang lain berhenti untuk finansial terhadap Korea Selatan. Akan
memberikan opini negatif dan meluruskan tetapi, keberadaan K-Pop sebagai
pendapat mereka. Namun, sikap defensif komoditas membuat peneliti khawatir
yang ditunjukkan tidak selalu mengarah ke dengan keberadaan musik lokal Indonesia.
sebuah perdebatan. Persaingan secara Jung (2011) memaparkan bahwa Indonesia
sehat juga dapat dilakukan oleh A.R.M.Y. adalah negara nomor satu di Asia
Surabaya dengan out-group mereka seperti Tenggara yang memiliki pertumbuhan
yang dituturkan oleh informan MS. Cara pasar K-Pop yang pesat. Pada tahun 2018,
ini dilakukan oleh A.R.M.Y. Surabaya Spotify (layanan musik streaming)
untuk melindungi reputasi fandomnya. menyatakan bahwa BTS menjadi Most
Mereka tidak ingin fandom mereka Streamed Artist di Indonesia. (Rahmiasri
dipandang negatif oleh orang lain, & Nurani 2018) Kemudian di tempat
sehingga mereka melakukan persaingans kedua diikuti oleh Sheila on 7 yang
secara sehat. merupakan musisi lokal Indonesia asal
Karakteristik yang keempat adalah Yogyakarta. Kedudukan Sheila on 7
self-sacrifical to the goal. Dalam hal ini, memberi menandakan bahwa musik lokal
fanatik dapat melakukan pengorbanan Indonesia masih belum mati, nyatanya
demi tercapainya tujuan yang diinginkan. masih banyak orang yang mendengarkan
Marimaa (2011) mengatakan bahwa musik-musik tersebut.
karakteristik ini yang paling umum Karakteristik yang terakhir adalah
ditemukan pada kalangan fanatik devotion itself is more important than the
manapun, baik agama, politik, object of that devotion. Karakteristik ini
entertainment, hobi, dan lain sebagainya. menekankan bahwa pengorbanan yang
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dilakukan oleh fans lebih penting daripada
fanatik biasanya tidak segan untuk objek pengorbanan itu sendiri. Fans akan
menggunakan cara ekstrem, dan tidak saling berkompetisi satu sama lain agar
takut dianggap aneh oleh orang lain. dapat dianggap bahwa dia fans yang
Adapun perilaku yang dilakukan oleh melakukan pengorbanan yang paling besar
informan adalah ‘nekat’ kabur dari rumah daripada fans lainnya. Hal ini dapat
menonton konser di Jakarta (AR), menimbulkan superioritas antar fans
membeli album dan merchandise BTS dalam sebuah fandom. Ketika peneliti
secara diam-diam (tanpa sepengetahuan melakukan wawancara terhadap informan
orang tua karena dilarang) (ID, DO, NT), RL, AR bersikeras tidak mau pulang
hanya membeli alat komunikasi sehingga ia tetap tinggal di tempat sembari
(handphone) yang mengangkat BTS memperhatikan peneliti mewawancarai
sebagai brand ambassador (ID). RL. Setelah wawancara bersama RL
Perilaku yang ditunjukkan oleh selesai dilakukan dan RL meninggalkan
informan tentu menimbulkan konsekuensi tempat wawancara terlebih dahulu,
bagi mereka. Akan tetapi, seorang fanatik
9

kemudian informan AR memberikan Pada tanggal 15 April 2018,
komentar mengenai RL. peneliti berkesempatan untuk mengikuti
salah satu event gathering A.R.M.Y.
“Kamu nyimak nggak sih omongannya dia? Surabaya bernama ‘Successful Journey of
Nggak merasakan sesuatu? Menurutku sih, dia BTS’. Gathering ini dilaksanakan di
kan anak baru tapi ngesok jadi A.R.M.Y. lama.
Berasa tau banget lah tentang BTS. Dari V2Hall, BG Junction, Surabaya. Untuk
omongannya kan bisa nangkep, mungkin kamu dapat mengikuti gathering tersebut,
nggak bisa karena kamu ya A.R.M.Y. baru. peserta diharuskan membayar biaya
Tapi aku kan udah lama, jadi tau. Dia sok sebesar Rp. 25.000,-. Peserta mendapatkan
banget dan tau segalanya, padahal loh dia
aslinya nggak tau apa-apa.” (AR, personal
goodies A.R.M.Y. Surabaya. Goodies
interview, 22 September 2018) tersebut berisikan notes, hand banner,
goodie bag, pin, poster, dan pulpen.
Menurut informan AR, RL Event gathering tersebut diadakan
merupakan seorang fans newbie (baru), untuk mengedukasi A.R.M.Y. Surabaya
yang bersikap seolah-olah ia mengetahui perjalanan BTS dari awal debut hingga
segalanya mengenai BTS. AR saat ini. Ketika peneliti melakukan
beranggapan bahwa ia adalah seorang fans observasi partisipan dengan menjadi
lama sehingga dapat menilai tingkah laku peserta dan menghadiri hajatan AMRY
AR. Tanpa disadari superioritas terjadi Surabaya di BG Junction pada tanggal 15
antara para penggemar. Mereka merasa April 2018, peneliti melihat banyak
bahwa apabila seseorang telah menjadi personel yang hadir. Event tersebut diikuti
fans dalam jangka waktu yang lebih lama, oleh kira-kira seratus lebih peserta dan
menandakan jika mereka lebih mengetahui menampilkan Skyluxion sebagai bintang
dan mengenal idolanya. Marimaa (2011, p. tamu dance cover. Acara dimulai pada
47) berpendapat “Fanatics regard other pukul 14.00 hingga 17.00. Selama 3 jam
fanatics with suspicion and they are quite acara berlangsung, berbagai aktivitas
ready to assault each other, but in reality dilakukan untuk memeriahkan acara
they are closely related.” Ia menuturkan tersebut, antara lain adalah sesi QnA,
bahwa fans dapat memandang fans lain tebak gambar, pemutaran video, dan
secara skeptis, bahkan mereka pun siap penampilan dance cover oleh Skyluxion.
untuk menyerang satu sama lain. Namun Pada sesi QnA, peserta diminta untuk
dalam realitasnya, mereka dekat satu sama menuliskan pertanyaan pada selembar
lain. Superioritas yang terjadi antara AR kertas, kemudian dikumpulkan kepada
dan RL diakibatkan oleh rasa bahwa panitia. Pertanyaan tersebut nantinya akan
mereka harus menjadi fans yang terbaik. dijawab oleh para MC yang bertugas.
AR tidak segan untuk mengatakan RL Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh
adalah seorang fans newbie ketika mereka peserta, seperti:
menggemari idola yang sama. Cova dalam 1. Kapan Jimin nikahin aku?
Fuschillo (2018, p. 3) beperndapat bahwa 2. Kapan Taehyung halalin eneng?
“Nevertheless, they are organized with an 3. Kapan Jungkook bakal ngepost
internal social structure in which social selfie di twitter?
positions and hierarchies are clearly
defined in accordance with the experience, Pertanyaan-pertanyaan tersebut
knowledge, and know-how of fans in kemudian dijawab dengan gurauan oleh
relation to their cult object.” Menurut para MC. Ketika pertanyaan “Kapan Jimin
Cova, struktur hirarki dalam sebuah nikahin aku?” muncul, jawaban yang
fandom dapat ditentukan menurut dilontarkan oleh MC adalah “Besok kalo
pengalaman, pengetahuan dan hubungan gak hujan.”. Kemudian beralih ke
antara fans dengan selebriti. AR bisa saja pertanyaan “Kapan Taehyung halalin
menganggap dirinya lebih superior eneng?”, MC menjawab “Sek ya aku tak
dibanding RL, namun hubungan minta restu dulu.”. Dan pertanyaan
superioritas ini akan pudar ketika mereka “Kapan Jungkook bakal ngepost selfie di
dihadirkan situasi yang mendorong twitter?” dijawab dengan “Bentar, aku
mereka untuk menjadi satu, seperti saat telfon ayangku Jungkook dulu.”
menghadiri gathering. Hubungan antara fans dengan idolanya
10

dipertegas oleh Alperstein dalam Chiou et they are able to respect and share
al. (2005, p. 163) “Pseudo-interactions information with each other”. Adanya
between fans and celebrities provide great acara gathering ini dapat merekatkan
meaning to a fan involved in an imaginary hubungan antar anggota fandom, mereka
social relationship with celebrities.”. dapat saling menghormati dan berbagi
Menurut pernyataan Alperstein, adanya informasi antara satu sama lain.
interaksi semu antara fans dengan Menurut Piotr Siuda (2010), sejak
idolanya, dapat memberikan makna akan tahun 2006 hingga saat ini budaya fans
hubungan imajiner dengan sang idola. memasuki era mainstream wave. Pada era
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada ini, fans mulai memproduksi atribut yang
sesi QnA, cenderung bersifat intim. disebut sebagai “fan product” atau
Keintiman tersebut menggambarkan produksi fan sebagai bagian dari “fan
hubungan imajiner antara A.R.M.Y. activity” (aktivitas fans seperti datang ke
dengan BTS. konser, gathering, dsb). Artinya, fans
Kemudian pada sesi tebak gambar, mulai menciptakan hal-hal yang berkaitan
panitia waktu itu menampilkan potongan dengan idola mereka, seperti fan art,
tubuh dari personel BTS di layar melakukan cover dance, merchandise, dan
proyektor, kemudian para peserta diminta lain sebagainya. Informan ID menyatakan
untuk menjawab personel siapakah yang bahwa ia pernah melakukan cover dance
memiliki potongan tubuh tersebut . Pada dengan lagu BTS.
layar proyektor ditampilkan potongan
tubuh bagian hidung dari salah satu “Ikutan, baru kemarin. Tapi nggak punya
personel BTS. 4 dari 6 peserta yang ada di videonya. Emang nggak divideoin sih hahaha.
Itu ceritanya waktu agustusan. Kan itu aku jadi
atas panggung menjawab benar tebakan pengisi acara, yaudah aku ngisi itu. Acaranya
yang diberikan. Potongan tubuh bagian kan di rumahku, dan yang ngisi cuma sedikit
hidung tersebut adalah milik Jungkook. jadi aku ikutan aja lah ngisi. Disitu aku cuma
Selain hidung Jungkook, potongan tubuh berdua sama temenku, dan rasanya pas
perform aku udah nggak punya muka. Malu
lainnya pun turut ditampilkan, seperti banget tapi seneng. Itu aku lagu BTS tak
telinga, ibu jari, dan bibir. Saat peneliti mix, dari Mic Drop dimix sama Lagi Syantik
melakukan observasi sebagai peserta, hahaha.” (ID, personal interview, 22 September
peneliti menyaksikan para peserta 2018).
gathering dapat menjawab semuanya
dengan benar. Informan ID melakukan
Tinaliga (2018) menjelaskan penampilan cover dance bersama seorang
bahwa dengan adanya interaksi secara temannya saat perayaan 17 Agustus di
online dan kompilasi video idola yang daerah tempat tinggalnya. Saat itu ia
beredar di internet, fans berperan sebagai menarikan lagu BTS “Mic Drop” yang
pengamat yang mencoba mengenali detail diremix dengan lagu Siti Badriah yang
setiap idola. Hal tersebut sesuai dengan berjudul “Lagi Syantik”. ID menyatakan
sesi tebak gambar yang telah dipaparkan. bahwa ia merasa malu, akan tetapi juga
Peserta gathering yang merupakan memiliki perasaan senang. Menurut John
A.R.M.Y. yang fanatik (sangat suka) Fiske (Kloet dan Zoonen, 2007), fans
mampu mengenali bagian-bagian tubuh cenderung memproduksi atribut fans
dari para anggota grup musik BTS. Hal ini sesuai dengan nilai budaya yang mereka
tidak mungkin akan terjadi, jika fans atau anut. Hal inilah yang mendorong informan
penggemar tidak begitu dekat dengan ID untuk melakukan penampilan cover
selebriti yang disukainya. Beberapa dance menggunakan lagu BTS yang
informan (LW, MS, dan ID) diremix bersama lagu lokal Indonesia.
mengungkapkan bahwa alasannya Selain itu, ID juga dapat mengekspresikan
mengikuti gathering adalah untuk berbagi dedikasinya sebagai A.R.M.Y. melalui
informasi, dan membangun kedekatan cover dance. Selain melakukan gathering,
sesama A.R.M.Y. Maltby dalam Liu A.R.M.Y. Surabaya juga melakukan
(2013, p. 17) berpendapat “individuals can donasi terhadap bencana alam yang terjadi
benefit from participating in a fan club, or di Indonesia, seperti Tsunami Palu.
any sort of social network of fans, where Kemudian A.R.M.Y. Surabaya pun aktif
11

dalam berkomunikasi melalui grup chat bentuk pemenuhan kepuasan. Acap kali
line. Disana mereka dapat bertukar fans diasosiasikan dengan fanatisme akan
informasi mengenai BTS. hal tersebut. Hal ini dipertegas oleh
Menjadi seorang fans berarti Seregina (2011) yang menyebutkan bahwa
memiliki dedikasi tinggi untuk sang idola. adanya adiksi dalam mengkonsumsi
Bagaimana fans mendedikasikan diri popular culture dapat membuahkan sifat
mereka dapat tersirat dalam kehidupan fanatisme. Chung dalam Seregina (2011,
sehari-hari. Bentuk perilaku mereka pun p.14) berpendapat bahwa:
beragam. “A primary observation that has
been made about fans is that they focus “Fanaticism can also include addictive and
their time, energy, and resources intently obsessive behaviour, but it originates from
positive feelings. It brings to consumers, among
on a specific area of interest.” (Thorne & other things satisfaction, identification of self,
Bruner, 2006, p. 53). Thorne & Bruner and a feeling of belonging”
bependapat bahwa fans dapat
memfokuskan segala waktum energi dan Chung mendeskripsikan bahwa
sumber daya yang mereka miliki pada area perilaku yang adiktif dan obsesif
ketertarikan mereka. Ketika fans memiliki merupakan bagian dari fanatisme. Perilaku
ketertarikan yang kuat terhadap suatu tersebut terjadi karena memberikan
objek, maka hal tersebut akan berpengaruh kepuasan, identifikasi identitas dan rasa
dalam bagaimana mereka menjalani memiliki. Peneliti beragumen bahwa
aktivitas sehari-hari agar mereka tetap fanatisme yang dihasilkan oleh konsumsi
dapat mendedikasikan dirinya sebagai dari popular culture tidak bersifat
seorang fans. Hal tersebut tercermin dari permanen, namun sementara. Hal ini
perilaku informan, bagaimana mereka dikarenakan popular culture memiliki sifat
sebagai seorang fans dapat yang berubah-ubah, tidak tetap. Popular
mempersilahkan budaya populer sebagai culture yang dinikmati saat ini, belum
bagian dari hidupnya. tentu menjadi sebuah bahan konsumsi di
masa depan.
1. Mengkonsumsi konten BTS (AR,
Di Indonesia, respons masyarakat
RL, ID, NT, SA, LW, HS, DO,
terhadap Hallyu sebagai popular culture
MS, IF)
sangat beragam. Hallyu belum tentu dapat
2. Belajar gerakan dance BTS (RL)
dinikmati seluruhnya oleh publik. Bahkan
3. Roleplay-ing (RL, IF)
sebagian pun ada yang menolak kehadiran
4. Request lagu BTS di Radio (ID)
popular culture. Informan MS mengatakan
5. Membuat status Whatsapp
bahwa ia sering kali menerima bullying di
mengenai BTS (NT)
sekolah sebagai akibat ia menyukai BTS
6. Memeriksa media sosial BTS (HS,
sebagai bintang K-Pop. Akibat dari
DO)
perlakuan temannya, MS hanya bisa
7. Melakukan mini konser sepulang
menangis. Namun, ia tetap gigih untuk
sekolah bersama teman (MS)
menjadi penggemar BTS. Hal ini
8. Perubahan penampilan (IF)
membuktikan bahwa ketika fans
Tidak terdapat perbedaan mendapati bahwa lingkungannya tidak
signifikan dalam implementasi fanatisme menyenangi apa yang mereka gemari,
antara fanboy dan fangirl. Namun, diantara mereka akan bertindak tidak acuh. Tidak
10 informan hanya informan RL (fanboy) hanya MS, pengalaman serupa juga
sebagai satu-satunya fans yang belajar ditemui oleh NT.
gerakan dance BTS. Informan NT menuturkan bahwa
Konsumsi terhadap popular ia sering mendengar orang lain melabeli
culture kini menjadi sebuah adiksi yang BTS sebagai bintang K-Pop yang
tidak dapat dihindari oleh fans. BTS melakukan operasi plastik. Dalam
sebagai bagian dari Hallyu merupakan menanggapi hal tersebut, NT memegang
sebuah popular culture. Fans cenderung teguh lirik dalam lagu Mic Drop yang
melakukan pengulangan pemutaran konten berbunyi “Haters gonna be hate, players
popular culture (lagu, video) sebagai gonna be play.” Ia terkadang
menghiraukan ucapan mereka, namun tak
12

jarang sesekali ia membalas perkataan Ketertarikan A.R.M.Y. Surabaya
mereka. Perilaku yang ditunjukkan oleh terhadap BTS didasari oleh berbagai
MS dan NT merupakan respons terhadap alasan. Alasan tersebut antara lain adalah
popular culture sebagai seorang fans. rasa kecewa atas idola sebelumnya;
K-Pop yang memiliki banyak perjuangan yang diperlihatkan oleh BTS
peminat di Indonesia, kini turut menjadi dalam meraih mimpinya sebagai boyband
fenomena masif bagi media. Tak jarang K-Pop; visual, tarian dan lagu yang
media Indonesia membahas mengenai K- dibawakan; bahkan hingga representasi
Pop. Mulai dari media konvesional hingga tubuh personel BTS. Bagaimana BTS
media digital, seperti Jawa pos, situs menghargai kehadiran A.R.M.Y. sebagai
Kumparan.com, situs Okezone.com dan penggemar, membuat A.R.M.Y. Surabaya
situs detik.com memuat artikel dan rubrik merasakan kedekatan yang intim dengan
mengenai K-Pop. Sebagai contoh, situs BTS. Kedekatan BTS dengan A.R.M.Y.
media daring detik.com memiliki sub- dibangun melalui lagu-lagu yang mereka
kanal detikhot yang memuat rubrik K-Pop bawakan. Tak sedikit dari informan yang
pada halaman utamanya. mengungkapkan bahwa lagu BTS menjadi
Selain itu situs Kumparan.com penyemangat hidup bagi mereka. Hal ini
juga memiliki rubrik yang sama. Peneliti menunjukkan bahwa terdapat ikatan
mendapati Koran Jawa Pos beberapa kali emosional antara A.R.M.Y. dengan BTS.
mempublikasi artikel mengenai K-Pop. Hasil penelitian mengungkapkan
Fandom A.R.M.Y. Surabaya pun pernah bahwa ARMY Surabaya mencangkup
dimuat sebagai salah satu ulasannya. keseluruhan 5 karakteristik fanatisme yang
Seperti pada tanggal 27 Mei 2018, Koran dicetuskan oleh Marimaa. Dalam
Jawa Pos memuat artikel mengenai mengimplementasikan fanatisme, ARMY
gathering yang diadakan oleh fandom Surabaya melakukan beberapa aktivitas
A.R.M.Y. Surabaya. Artikel tersebut fans seperti menghadiri konser, melakukan
membahas tentang A.R.M.Y. Surabaya gathering, membuat donasi, dan lain
yang mengadakan acara gathering untuk sebagainya. A.R.M.Y. Surabaya turut
merayakan hari jadi BTS yang ke-5. mengimplementasikan fanatismenya
Dengan adanya media yang menaruh dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
perhatian terhadap K-Pop dan pergerakan Kehadiran BTS sebagai budaya
penggemarnya, menandakan bahwa bahwa populer di Surabaya tidak selalu
fenomena K-Pop di Indonesia bukanlah mendapatkan respons positif sebagai
hal yang asing. masyarakat. Tentu fans merupakan
Hasil penelitian menunjukkan respons positif dari budaya populer,
bahwa pendistribusian media mengenai K- namun terdapat masyarakat yang
Pop dapat menghasilkan berbagai bentuk memandang K-Pop sebagai fenomena
fanatisme. Fanatisme tersebut dituangkan negatif. Dalam menanggapi hal tersebut,
oleh penggemar melalui perilaku dan ARMY Surabaya tidak begitu memikirkan
aktivitas fans sebagai respons dari pendapat orang lain. Mereka tetap
fenomena K-Pop yang menjamur di mendedikasikan dirinya sebagai fans
Indonesia. Seperti halnya di Surabaya, untuk BTS. Sebagi seorang fans, masing-
terbentuknya fandom A.R.M.Y. Surabaya masing informan memiliki makna sendiri
menciptakan makna bagi anggotanya. Hal dalam memaknai fandom mereka. Mereka
ini membuat peneliti menyadari bahwa beranggapan bahwa dengan terciptanya
dengan adanya fandom A.R.M.Y. fandom ARMY Surabaya, dapat
Surabaya dapat memberikan identitas memberikan wadah bagi mereka untuk
baru bagi mereka. Dengan bergabung bertukar informasi dan membangun
melalui fandom, selain mereka bisa saling kedekatan antar penggemar.
bertukar informasi mengenai idola mereka,
mereka juga dapat membentuk hubungan
emosional antar penggemar.

KESIMPULAN

13

Kong, H. Y. (2016). The Globalization of
K-pop: The Interplay of External and
Internal Forces (Thesis). Furtwangen
DAFTAR PUSTAKA University, Furtwangen, Jerman.
Ksiazek, T. B. & Webster, J. G. (2008).
Ananda, P. (2016). Memahami Fenomena Cultural Proximity and Audience
Hallyu Wave: Penyebaran Budaya Behavior: The Role of Language in
atau Ekonomi (Bagian 1). Patterns of Polarization and
Diakses pada 3 April 2018, dari Multicultural Fluency. Journal
https://lifestyle.okezone.com/read/20 of Broadcasting & Electronic Media,
16/10/15/194/1515477/feature- 52(3), 485-503.
memahami-fenomena-hallyu-wave- Liu, J. K. K. (2013). Idol worship,
penyebaran-budaya-atau-ekonomi- Religiosity, and Self-esteem among
bag-1 University and Secondary Students in
Chiou, J. Y., Huang, C. Y. & Lee, H. S. Hong Kong. Discovery – SS Student
(2005). The Antecedents of Music E-journal, 2, 15-28.
Piracy Attitudes and Intentions. Jenson, J. (2001). Fandom as Pathology:
Journal of Business Ethics, 57, 161- The Consequences of
174. Characterization. In Lewis L. A.
Ercis, A., Deveci, F. G., & Turk, B. (2017) The Adoring Audience: Fan Culture
Determination of Fanatic Consumer and Popular Media (p. 9-29).
Behavior at the Personality Level. London: Routledge.
Conference Paper of 7th International Marimaa, K. (2011). The Many Faces of
Conference on Leadership, Fanaticism. ENDC Proceedings, 14,
Technology, Innovation and Business 29-55.
Management). Marmaris, Turkey: Muhammad, W. A. (2012). Fenomena
Turk, B. Hallyu (Gelombang Korean-Pop/ K-
Fuschillo, G. (2018). Fans, fandoms, or Pop) dan Dampaknya di
fanaticism?. Journal of Consumer Indonesia. Jurnal Masyarakat dan
Culture, 0(0), 1-19. Budaya, 14(1), 201-211.
Harris, P. (2014). Fandom Studies. Pertiwi, SA. (2013). Konformitas dan
Diakses pada tanggal 1 April 2018, Fanatisme Pada Remaja Korean
dari Wave (Penelitian pada
http://artsonline.monash.edu.au/film- Komunitas Super Junior Fans Club
tv/files/2014/12/Paul-Harris-Fandom- ELF “Ever Lasting Friend”) di
Studies-Entry.pdf. Samarinda. eJournal Psikologi, 1(2),
Ida, R. (2017). Budaya Populer Indonesia. 158-159.
Surabaya: Airlangga University Rae, K. B. (2015). Past, Present, and
Press. Future of Hallyu (Korean Wave).
Jenkins, H. (1992). Textual Poachers: American International Journal of
Televesion Fans & Parcipatory Contemporary Research, 5(5), 154-
Culture. New York: Routledge. 160.
Jung, S. (2011). K-pop, Indonesian Rahmiasri, M. & Nurani, N. (2018). BTS
fandom, and social media. Jadi Most Streamed Artist di Spotify
Transformative Works and Indonesia. Diakses pada 16 Juni 2019
Cultures. Diakses pada 9 April 2018 dari
dari https://kumparan.com/@kumparank-
http://dx.doi.org/10.3983/twc.2011.02 pop/bts-jadi-most-streamed-artist-di-
89. spotify-indonesia-
Kloet, J. D. & Zoonen, L. V. (2007). Fan 1543966590152447547
Culture: Performing Differences. In Sari, I. C. & Jamaan, A. (2014). Hallyu
Eoin D., Media Studies: Key Issues sebagai Fenomena Transnasional.
and Debates (p. 322-341). London: JOM, 1(1), 1-14.
Sage Publication.

14

Semiawan, C. R. (2010). Metode
Penelitian Kualitatiif. Jakarta:
Grasindo.
Seregina, A. (2011). Fanaticism - Its
Development and Meanings in
Consumers' Lives (Thesis).
University of Aalto, Helsinki,
Finlandia.
Shim, D. (2006). Hybridity and the Rise of
Korean Pop Culture in Asia. Media,
Culture & Society, 28(1), 25-44.
Siuda, P. (2010). From Deviation to
Mainstream: Evolution of Fan
Studies. Studia Medioznawcze
(Media Studies), 3(42), 87-99.
Thorne, S. & Bruner, G. C. (2006). An
Exploratory Investigation of The
Characteristics of Consumer
Fanaticism. Qualitative Market
Research: An International Journal,
9(1), 51-72.
Tinaliga, B. (2018). “At War for OPPA
and Identity”: Competitive
Performativity among Korean-
Pop Fandoms. Master's Projects and
Capstones, 1-51.
Touhami, B. & Al-Haq, F. A. (2017). The
Influence of the Korean Wave on the
Language of International Fans: Case
Study of Algerian Fans. Sino-US
English Teaching, 14(10), 598-626.

15

Anda mungkin juga menyukai