Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH


DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :

NAMA : UMMI SALAMAH


NIM : 19143011017
KELAS : D4 KEPERAWATAN TK 3 REG 1

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri
yang menjadikan evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga
diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
negative tehadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri merasa gagal
dalam mencapai keinginan.
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat
evaluasi negative yang berlangsung dalam waktu yang lama karna merasa gagal
dalam mencapai keinginan.

2. Jenis Harga Diri Rendah


a. Harga diri rendah situsional
Suatu kegagalan dalam menjalankan fungsi dan peran yang terjadi secara tiba-
tiba, misalnya perasaan malu terhadap diri sendiri karena suatu hal seperti korban
pemerkosaan
b. Harga diri rndah kronis
Evaluasi perasaan diri sendiri yang negative dan dipertahankan dalam jangka
waktu yang lama

3. Rentang Respon

Respon adaptif respon maladaptive

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan depolarisasi


diri diri positif rendah identitas
Keterangan :
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
3. harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya.
Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang
obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat,
kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita
atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri
maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah
ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor
lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan
diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum,
yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.

2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi
komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi
tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak
tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab
sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

3. Penilaian Terhadap Stressor


Seseorang dengan harga diri rendah memilikipenilaian sendiri terhadap stressor
atau maslaah atau penurunan kepercayaan diri yang dimiliki. Kebanyakan dari mereka
memiliki kemampuan berfikir, daya ingat serta konsentrasi menurun. Mereka akan
menjadi pelupa dan sering mengeluh sakit kepala. Wajah seseorang yang
stresstampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, bicara berat sukar untuk
senyum atau tertawa.

4. Sumber Koping
a. Olahraga
b. Aktivitas di luar rumah
c. Hobi dan kerajinan tangan
d. Pekerjaan, vokasi atau posisi
e. Imaginasi dan kreativitas
f. Kesehatan dan perawatan diri

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:


1. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

C. Pohon Masalah dan Data yang Perlu Dikaji


1) Pohon masalah
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Peubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

2) Data Yang Perlu Dikaji


a. Menilai diri negatif
b. Merasa malu/bersalah
c. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
d. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
e. Sulit berkonsentrasi
f. Berbicara pelan
g. Berjalan menunduk
h. Menolak berinteraksi dengan orang lain
D. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri
E. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Perencanaan
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx Keperawatan
Gangguan TUM: Klien memiliki
konsep diri: konsep diri yang
harga diri positif
rendah.
TUK:
1. Klien dapat 1. klien mampu membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip komunikasi
mengenal aspek saling percaya terapeutik :
positif diri dan  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
latihan kemampuan  Perkenalkan diri dengan sopan.
pertama.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menepati janji.
 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. klien mampu mengenal aspek 2.1. Diskusikan dengan klien tentang:


positif dan kemampuan yang  Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
dimiliki:  Kemampuan yang dimiliki klien.
o Aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
klien.  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
o Aspek positif keluarga.  Kemampuan yang dimiliki klien.
o Aspek positif lingkung-an 2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.
klien.

3. Klien menyebutkan kemampuan 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
yang dapat dilaksanakan. 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
3.3. Diskusikan kemampuan yang akan dipilih
3.4. Latih kemampuan yang dipilih klien, beri pujian
4. klien memilih satu kemampuan 4.1. Rencanakan waktu latihan kemampuan yang sudah dilatih bersama klien:
untuk dilatih 4.2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.
5. Klien membuat rencana kegiatan
harian kemampuan yang sudah
dilatih
2. Klien dapat latihan 1. Klien menyampaikan manfaat 1. Evaluasi kegiatan pertama, yang telah dilatih dan berikan pujian
kemampuan kedua kemampuan pertama yang sudah
dilatih 1. Diskusikan kemampuan yang akan dipilih
2. klien memilih satu kemampuan 2. Latih kemampuan kedua yang dipilih klien, beri pujian
kedua untuk dilatih 1. Rencanakan waktu latihan kemampuan kedua yang sudah dilatih bersama
3. Klien membuat rencana kegiatan klien (alat dan cara):
harian kemampuan kedua yang 2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.
sudah dilatih

3. Klien dapat latihan 1. Klien menyampaikan manfaat 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua, yang telah dilatih dan berikan pujian
kemampuan ketiga kemampuan kedua yang sudah
dilatih 1. Diskusikan kemampuan ketiga yang akan dipilih
2. klien memilih satu kemampuan 2. Latih kemampuan ketiga yang dipilih klien, beri pujian
ketiga untuk dilatih 1. Rencanakan waktu latihan kemampuan ketiga yang sudah dilatih bersama
3. Klien membuat rencana kegiatan klien:
harian kemampuan ketiga yang 2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.
sudah dilatih

4. Klien dapat latihan 1. Klien menyampaikan manfaat 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan
kemampuan kemampuan pertama, kedua dan berikan pujian
keempat ketiga yang sudah dilatih
2. klien memilih satu kemampuan 1. Diskusikan kemampuan keempat yang akan dipilih
keempat untuk dilatih 2. Latih kemampuan keempat yang dipilih klien, beri pujian
3. Klien membuat rencana kegiatan 1. Rencanakan waktu latihan kemampuan yang sudah dilatih bersama klien:
harian kemampuan yang sudah 2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.
dilatih
5. Klien Keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
mendapatkan 1. Menjelaskan tentang harga diri 2. Jelaskan tentang:
dukungan untuk rendah  pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah
meningkatkan 2. Menjelaskan cara merawat klien (gunakan booklet)
harga diri: dengan harga diri rendah  Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutama memberikan pujian
keluarga mampu semua hal yang positif pada pasien
mengenal masalah  Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien:
rendah diri klien bimbing dan beri pujian
dan memberi  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan
tanggungjawab pujian
kegiatan yang
dipilih
6. Klien mendapatkan 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan
dukungan untuk kemajuan pasien setelah latihan kegiatan pertama. Beri pujian
meningkatkan kemampuan pertama
harga diri: keluarga 2. Keluarga mampu mendampingi 2. Latih keluarga untuk
mampu melatih klien melatih kemampuan kedua  Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan
kemampuan kedua kedua yang dipilih pasien
dipilih  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian

7. Klien mendapatkan 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan
dukungan untuk kemajuan pasien setelah latihan kegiatan pertama dan kedua. Beri pujian
meningkatkan kemampuan pertama dan kedua
harga diri: keluarga 2. Keluarga mampu mendampingi 2. Latih keluarga untuk
mampu melatih klien melatih kemampuan ketiga  Melatih pasien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien
kemampuan ketiga  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
yang dipilih

8. Keluarga mampu 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan
melakukan follow kemajuan pasien setelah latihan kegiatan pertama, kedua dan ketiga. Beri pujian
up ke PKM, kemampuan pertama, kedua dan 2. Latih keluarga untuk
mengenali tanda ketiga a. Melatih pasien dalam melakukan kegiatan keempat yang
kambuh, melakukan 2. Keluarga mampu mendampingi dipilih pasien
rujukan klien melatih kemampuan b. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
keempat
3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
3. Keluarga mampu menjelaskan
tanda-tanda kambuh, cara
melakukan rujukan/ follow up 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
ke puskesmas
4. keluarga menyatakan akan
membantu klien melakukan
kegiatan sesuai jadwal
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melakukan kegiatan
yang dipilih oleh pasien. Latih kemampuan yang lain, sebanyak-banyaknya.
Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga mmbimbing pasien
Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM
DAFTAR PUSTAKA

Kususmawati, f. 2010. Buku ajar Keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat.Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa : CMHN (Basic Course). Jakarta :
EGC

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuahan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.

FIK-UI (2014). Standar Asuhan Kepeawatan : Spesialis Keperawatan Jiwa.Workshop ke-7


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai