Pada mulanya Boas belajar fisika dan geografi dan kemudian menekuni
antropologi. Menurut Boas, budaya suatu masyarakat bukan sekadar
hal-hal yang besifat material dan ilmu-ilmu mengenai manusia (human
sciences) sangatlah berbeda dengan ilmu-ilmu fisik (physical sciences)
baik dalam hal objek yang dikaji maupun metodenya.
Yang perlu segera ditangani oleh Boas dkk. adalah bagaimana cara
mendeskripsikan bahasa-bahasa Indian Amerika yang begitu beragam
dan dalam banyak hal sangat berbeda dengan bahasa-bahasa di Eropa.
Dari keadaan seperti inilah model analisis bahasa yang dipelopori oleh
Boas ini disebut linguistik deskriptif.
Demikian pula, jika dalam suatu bahasa tidak ada penanda tenses
dalam sistem verbanya atau tidak ada penanda tunggal dan jamak
dalam sistem nominanya, bahasa itu tidak dapat serta merta dikatakan
sebagai bahasa yang tidak teratur atau tidak rasional. Menurut Boas,
dalam suatu bahasa ada yang disebut kategori wajib dan kategori
opsional. Penanda tenses pada verba dan penanda jumlah pada nomina
merupakan kategori wajib pada bahasa-bahasa Eropa, tetapi menjadi
kategori opsional pada bahasa-bahasa yang lain. Sebaliknya, dalam
bahasa Kwakiutl, ada penanda pada verba yang menunjukkan apakah
penutur melihat sendiri peristiwa yang dia laporkan, ataukah ia hanya
diberi tahu orang lain, ataukah ia hanya membayangkan peristiwa itu.
Penanda seperti ini dalam bahasa-bahasa Eropa tidak muncul atau
menjadi kategori opsional. Jadi, apa yang menjadi kategori wajib dalam
suatu bahasa belum tentu menjadi kategori wajib pada bahasa lain,
demikian pula sebaliknya, apa yang menjadi kategori opsional dalam
suatu bahasa bisa jadi menjadi kategori wajib pada bahasa lain.
S: stimulus praktis
(rasa lapar dalam perut Jill)
r: respon linguistik
(ucapan Jill, “Tolong Jack, petikkan saya buah apel itu”)
s: stimulus linguistik
(ucapan Jill didengar oleh Jack)
R: respon praktis
(Jack memetik buah apel, Jill mendapatkan apel)