OLEH
KELOMPOK 5:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
kekuasaannya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat padawaktunya. Dan
pula shalawat beserta salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh ilmu
pengetahuan.
Saya menyadari bahwa dalampenulisan ini masih jauh dari sempurna. Apa
bilaadakesalahanpadapenulisanini kami sangat membutuh kan kritik dan saran
dari teman-teman, kurang lebih kami mohonmaaf.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.
1.2 RumusanMasalah.
3
C. Pasca Khulafaurrasyidin
1.3 TujuanMasalah
BAB II
4
PEMBAHASAN
Kebijakan moneter dan fiskal telah sejak lama dikenal dalam teori
ekonomi Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, dan
kemudian dikembangkan oleh para ulama. Ibnu Khaldun (1404) mengajukan obat
untuk resesi berupa mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran
pemerintah, pemerintah adalah pasar terbesar, ibu dari semua pasar, dalam hal
besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami
penurunan, wajar bila pasar yang lain pun akan ikut menurun, bahkan dalam
agregat (keseluruhan) yang lebih besar." Laffer, penasihat ekonomi Presiden
Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffer's Curve, berterus terang bahwa ia
mengambil ide Ibnu Khaldun. Selain itu, Abu Yusuf (798) adalah ekonom
pertama yang menulis secara khusus tentang kebijakan ekonomi dalam kitabnya,
al-Kharaj, yang menjelaskan tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan rakyatnya. Abu Yusuf sangat menentang adanya pajak atas
tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan
dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana
membiayai pembangunan jembatan, 22 bendungan, dan irigasi.
5
Denganbegituntuk menjaga kestabilan moneter, ada beberapa kegiatan
yang dilarang oleh Islam , antara lain :
a. Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang adalah hanya untuk keperluan
transaksi dan berjaga jaga. Perbuatan ini, termasuk dalam perilaku mubazir
dan dilarang oleh Allah.
b. Penimbunan mata uang sebagaimana dilarangnya penimbunan barang
yang dapatmembuat orang lain rugi.
c. Melakukan transaksi dengan cara menghambat penjual di tengan jalan
sebelum sampai ke pasar (talaqqi rukban). Larangan ini terkait dengan
prilaku yang tidak jujur, sehingga akan menimbulkan kerugian bagi pihak
penjual. Perilaku ini merupakan cikal bakal dari perbuatan spekulasi.
Dalam hadis Rasulullah dengan tegas melarang jual beli dengan cara
menghambat orang di tengah jalan.
d. Segala bentuk riba . Islam dengan tegas mengharamkan riba dengan segala
bentuknya. Hal ini dilarang juga karena dapat menyengsarakan rakyat dan
jelas akan berpengaruh pada masalah moneter.Dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi, sekaligus stabilitas, Islam tidak menggunakan
instrument bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang baru
atau deficit anggaran. Langkah yang dilakukan adalah mempercepat
perputaran uang dan pembangunan infrastuktur sektor riil. Faktor
pendorong percepatan perputaran uang adalah kelebihan likuiditas tidak
boleh ditimbun dan tidak boleh dipinjamkan dengan bunga.
e. Jual beli di bawah tekanan Seharusnya jual beli dilakukan atas dasar suka
sama suka bukan karena suatu ancaman. Jual beli yang dilakukan dengan
ancaman adalah jual beli yang dilarang Islam. Misalnya, jual beli dengan
pihak pengembang dengan harga yang lebih murah daripada harga
pasaran. Hal ini, dilakukan karena pihak penjual mendapat ancaman
daripada pihak pengembang. Jual beli ini dilarang oleh Islam, karena
merusak stabilitas ekonomi masyarakat.
6
Dalam konsep Islam, kebijaksanaan fiskal memiliki arti yang sangat
penting dan merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan Syariah yakni
meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan,
intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Kebijakan fiskal lebih memegang
peranan penting dalam sistem ekonomi Islam bila dibandingkan kebijakan
moneter. Adanya larangan tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran zakat
menyiratkan tentang pentingnya kedudukan kebijakan fiskal dibandingkan dengan
kebijakan moneter. Larangan bunga yang diberlakukan pada tahun Hijriyah
keempat mengindikasikan sistem ekonomi Islam yang dilakukan oleh Nabi
terutama bersandar kepada kebijakan fiskalnya saja. Sementara itu negara Islam
yang dibangun oleh Nabi tidak mewarisi harta sebagaimana layaknya dalam
pendirian suatu negara.
1. Sumber yang tidak terikat. Pada masa awal Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah, sebagai sebuah negara, Madinah hampir tidak memiliki sumber
pemasukan dan pengeluaran negara. seluruh tugas negara dilaksanakan secara
gotong royong. Kebutuhan dipenuhi dari berbagai sumber yang tidak terikat.18
Pada masa Rasulullah tidak ada tentara formal dengan gaji tetap. Semua Muslim
yang mampu boleh menjadi tentara dan berhak mendapat bagian dari rampasan
perang.
7
Karin, menyatakan bahwa yang dimaksud khumus itu bukan saja hasil perang
tetapi juga barang temuan dan barang tambang.
3. Zakat. Pada tahun kedua setelah hijrah sedekah fitrah diwajibkan setiap bulan
Ramadhan. Zakat mal mulai diwajibkan pembayarannya pada tahun kesembilan
hijrah. Dengan adanya perintah wajib wajib ini, mulai ditentukan para pegawai
pengelolanya yang tidak digaji secara rutin tetapi mendapat bayaran tertentu dari
dana zakat. Di awal-awal masa Islam, zakat dikumpulkan dalam bentuk uang
tunai, hasil peternakan dan hasil pertanian. Nishab zakat untuk dinar dan dirham
masing-masing 20 dinar dan 200 dirham, zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 %
dari jumlah nishab. Jika jumlah pendapatan kurang dari nishab, maka dibebaskan
dari zakat. Zakat peternakan dikenakan secara regresif (regressive rate) di mana
makin banyak jumlah hewan peliharaan, makin kecil ratenya dan pembedaan
ukurannya untuk tiap jenis hewan. Berbeda dengan zakat peternakan, zakat
pertanian menggunakan flat rate yang dibedakan antara jenis pengairannya. Bisa
jadi karena hasil pertanian merupakan barang yang tidak tahan lama sehingga bila
hasil pertaniannya melimpah dikhawatirkan barang tersebut akan menjadi
busuk.Pengeluaran zakat telah diatur dalam Alquran Al-Taubah ayat 60 sehingga
tidak dapat dibelanjakan untuk pengeluaran umum negara.
4. Kharraj. Kharaj atau pajak dipungut dari non-Muslim ketika Khaibar dikuasai
pada tahun ketujuh Hijrah. Penduduk Khaibar menentang dan memerangi kaum
Muslim. Setelah pertempuran selama sebulan, mereka menyerah. Mereka
mengatakan kepada Rasulullah bahwa mereka memiliki pengalaman khusus
dalam bertani dan berkebun kurma dan meminta izin untuk tetap tinggal di sana.
Rasulullah mengabulkan permintaan mereka. Tanahnya diambil alih oleh orang
Muslim dan pemilik lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai
pengganti sewa dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara.
Jumlah kharaj dari tanah ini tetap, yaitu setengah dari hasil produksi. Setelah
mengurangi sepertiga sebagai kelebihan perkiraan, dua per tiga bagian dibagikan
dan mereka bebas memilih; menerima atau menolak pembagian tersebut. Prosedur
yang sama juga diterapkan di daerah lain. Dalam perkembangannya, sebagaimana
diungkap Adiwarman Azwar karim, kharaj menjadi semacam pajak tanah seperti
pajak bumi dan bangunan (PBB) yang dibayarkan oleh seluruh anggota
masyarakat baik orang-orang Muslim maupun orang-orang non Muslim. Berbeda
dengan sistem PBB, kharraj ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas dari
tanah bukan berdasarkan zoning. Yang menentukan jumlah besar pembayaran
kharaj adalah pemerintah, dengan mempertimbangkan karakteristik tanah/tingkat
kesuburan tanah, jenis tanaman, dan jenis irigasi.
8
5. Jizyah. Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang non-Muslim khususnya
ahli kitab28, untuk jaminan perlindungan jiwa, harta atau kekayaan, peribadatan
dan tidak wajib militer.29 Pada zaman Rasulullah, besarnya jizyah satu dinar per
tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak,
pengemis, pendeta, orang tua, penderita sakit jiwa dan semua yang menderita
penyakit dibebaskan dari jizyah. Pembayaran tidak harus berupa uang tunai, tetapi
dapat juga berupa barang atau jasa.Pada saat perekonomian sedang krisis yang
menyebabkan warga negara jatuh miskin, mereka tidak dikenai beban pajak,
sebaliknya mereka akan disantuni negara dengan beaya yang diambil dari orang-
orang yang kaya.
6. Penerimaan lain. Ada yang disebut kafarat yaitu denda misalnya denda yang
dikenakan kepada suami istri yang berhubungan di siang hari pada bulan puasa.
Mereka harus membayar denda dan denda tersebut masuk dalam pendapatan
Negara. Contoh lain misalnya adalah orang yang meninggal dan tidak mempunyai
ahli waris, maka harta warisannya dimasukkan sebagai pendapatan negara.
9
distribusi pendapatan dari Anshar kepada Muhajirin. Di samping itu Rasulullah
juga menyediakan lapangan kerja bagi Muhajirin dengan menerapkan kontrak
muzara'ah, musaqah, mudlarabah serta kerja sama terbatas antara Muhajirin yang
menyediakan tenaga kerja dengan Anshar yang memiliki lahan pertanian,
perkebunan dan kekayaan. Di samping itu pembagian harta rampasan perang juga
meningkatkan kekayaan dan pendapatan kaum Muslimin yang pada akhirnya
meningkatkan permintaan agregat.
10
c. Menerapkan konsep balance budget pada Baitulmal. Dimana seluruh
pendapatan langsung di distribusikan tanpa ada cadangan sehingga saat beliau
wafat hanya 1 dirham yang tersisa pada perbendaharaan negara.
11
e. Pengembangan ushr (pajak) pertanian.
(3) Kharaj, fay, jizyah, ushr, sewa tetap yaitu pengeluaran dana pensiun dan dana
pinjaman.
12
Dari masa inilah awal pengangkatan seseorang khalifah secara demokratis
dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh ke enam orang sahabat sepanjang
sejarah manusia. Akhir masa pemerintahan Utsman bin Affan satu decade pertama
kepemimpinan Utsman adalah masa yang dipenuhi dengan prestasi penting dang
kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, terkecuali pada dua tahun terakhir yang
berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya
fitnah dan kedengkian musuh-musuh islam yang diarahkan padanya sehingga
beliau syahid dengan amat tragis pada jum’at sore 18 Dzulhijjah 35 H ditangan
pemberontak islam. Ketika masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan
kebijakan Umar bin Khattab tidak lagi dilaksanakan. Faktor-faktor produksi yang
selama ini dikuasai oleh negara menjadi milik individu. Sehingga hal ini
melahirkan banyak tuan-tuan tanah, dan hal inipun mengubah sistem sumber
pendapatan negara selama 6 bulan terakhir dari pemerintahan Utsman situasi
politik negara sangat kacau. Kepercayaan terhadap pemerintahan Utsman sangat
berkurang namun hal yang cukup baik adalah Utsman tidak pernah mengambil
upah dari kantornya, justru ia turut membantu beban pemerintah, hal ini dilakukan
melihat pada latar belakangnya sebagai pengusaha sukses pada masa tersebut.
13
bahkan kebijakan itu ditiru oelh gubernur yang melawan islam dan di mesir
ditempat Muhammad bin Abu Bakar, terbunuh di medan perang bersama dengan
para pendahulunya dan khalifah kehilangan daerah mesir dan daerah-daerah
lainnya dan yang tersisa hanyalah dokumen yang bersejarah. Masa pemerintahan
Umar bin Abi Thalib yang hanya berlangsung selama 5 tahun selalu diwarnai
dengan ketidakstabilan kehidupan politik. Kebijakan ekonomi Ali bin Abi Thalib
diantaranya yaitu :
d.Melakukan control pasar dan pemberantas pedagang licik, penimbun barang dan
pasargelap.
14
percetakan negara. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz dalam melakukan berbagai
kebijaknnya, bersifat melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan. Ia mengurangi beban pajak yang dipungut dari
kaum Nasrani, pajak yang dikenakan kepada non muslim hanya berlaku pada tiga
profesi, yaitu pedagang, petani, dan tuan tanah. Menghapus pajak terhadap kaum
muslim, membuat aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan kerja
paksa, memperbaiki tanah pertanian, penggalian sumur-sumur, pembangunan
jalan-jalan, pembuatan tempat-tempatan penginapan para musafir, dan
menyantuni fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil meningkatkan taraf
hidup masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau menerima
zakat. lain yang diterapkan oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz adalah kebijakan
otonomi daerah. Setiap wilayah Islam mempunyai wewenang untuk mengelola
zakat dan pajak secara sendiri-sendiri dan tidak diharuskan menyerahkan upeti
kepada pemerintah pusat. Bahkan sebaliknya, pemerintah pusat akan memberikan
bantuan subsidi kepada setiap wilayah Islam yang minim pendapatan zakat dan
pajaknya. Pada masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan negara berasal
dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian, dan hasil
pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat luas.
15
perak, tembaga, dan besi. Di samping itu, jalur transit perdagangan antara Timur
dan Barat juga banyak menghasilkan kekayaan. Dalam hal ini, Bashrah menjadi
pelabuhan yang penting. Dengan demikian, sektor-sektor perekonomian yang
menunjang kemakmuran Daulah Abbasiyah adalah pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Untuk meningkatkan sektor pertanian, pemerintah mengeluarkan
berbagai kebijakan yang menbela hak-hak kaum tani, seperti peringanan beban
pajak hasil bumi, penjaminan hak milik dan keselamatan jiwa, perluasan lahan
pertanian di setiap daerah, dan pembangunan berbagai bendungan dan kanal.
Sementara untuk meningkatkan sektor perdagangan, pemerintah membuat sumur-
sumur, membangun tempat peristirahatan para kafilah dagang, dan mendirikan
berbagai armada dagang serta menjaga keamanan pelabuhan dan pantai. Ketika
pemerintahan dikuasai Khalifah Harun Al-Rasyid, pertumbuhan ekonomi
berkembang dengan pesat dan kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai
puncaknya.
Kebijakan Moneter Al-Ghazali antara lain uang ibarat cermin yang tidak
dapat merefleksikan dirinya sendiri,namun dapat merefleksikan semua warna
yang masuk kedalamnya.Dalam kebijakannya Al-Ghazali melarang praktek
penimbunan uang,karena dapat menarik peredaran uang untuk sementara yang
dapat mengakibatkan lambatnya perputaran uang,memperkecil volume
transasksi,kelangkaan produktivitas,menimbulkan lonjakan harga yang pada
akhirnya akan melumpuhkan roda perekonomian.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
Kebijakan fiskal memegang peranan yang sangat penting dalam
menunjang kestabilan ekonomi suatu negara. Peranannya tidak hanya sekedar
untuk kelancaran pembelanjaan negara saja, tetapi memiliki dampak yang yang
terkait dengan aktivitas ekonomi secara makro di suatu negara. Dalam konsep
ekonomi Islam yang tidak mengenal riba, kebijakan fiskal lebih menjadi tumpuan
dalam menstabilkan perekonomian dari pada kebijakan moneter. Keberhasilan
kebijakan fiskal pada masa awal Islam pada dasarnya karena pemegang kebijakan
mampu menerapkan berbagai instrumen kebijakan fiskal yang mengacu pada
ajaran Islam secara tepat sesuai kondisi sosial, politik dan ekonomi yang ada
waktu itu. Namun penerapan kebijakan fiskal waktu itu tidak serta merta
mudah diterapkan untuk masa sekarang karena kendala, politik, sosial maupun
kondisi perekonomian global yang cukup dominan. Maka penerapan kebijakan
fiskal, meski tidak bisa sama persis sebagaimana yang digunakan pada masa awal
Islam, perlu berpegang pada prinsip-prinsip Islam tentang penerimaan dan
pengeluaran negara yang berorientasi pada kesejahteraan dan distribusi kekayaan
yang adil dalam masyarakat.
18
Abbasiyah memudahkan usaha para khalifah berikutnya untuk lebih fokus
terhadap permasalahan ekonomi dan keuangan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
19
Karim, Adiwarman A., Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : IIIT, 2002.
20