Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi dari anakanak menjadi dewasa.
Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik,
Psikologis maupun sosial. Remaja merupakan salah satu bagian dari populasi
berisiko terkena keputihan yang perlu mendapat perhatian khusus (Dinda,
2016)
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian
besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan
haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para wanita.
Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua
perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap
keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak
sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan
keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar.
Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya
penyakit yang harus diobat (Rahmi, 2015)
Dampak dari keputihan yang terlambat atau tidak diobati dapat berakibat
buruk bagi kehidupan seorang wanita, seperti terjadinya infertil, endometritis,
radang panggul, dan salpingitis. Kasus PMS khususnya klamidia terjadi
sekitar 6,2% pada remaja usia 15-24 tahun.(Dinda,2016)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keputihan pada
remaja putri bisa disebabkan oleh jamur,bakteri, virus dan parasit. Namun
keputihan juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan remaja yang masih
rendah tentang keputihan, kurangnya informasi yang didapatkan oleh remaja,
akses pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan cara perawatan organ
reproduksi wanita yang kurang baik. Tindakan yang terpenting dalam
menjaga integritas kulit adalah menjaga hidrasi kulit dalam batas wajar (tidak
terlalu lembab atau kering).(Erwin, 2015)

1
Penelitian Prasetyowati (2013) menunjukan bahwa remaja yang
membersihkan daerah kewanitaannya kurang baik mempunyai peluang 3,5
kali terjadi keputihan dibandingkan pada re-maja puteri yang membersihkan
daerah kewanitaan dengan baik.
Menurut Fitrianingsih (2012) menyebut-kan bahwa remaja yang
mempunyai pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi yang tidak
baik dan mengalami keputihan sebanyak 52 orang (88,1%), lebih tinggi dari
pada responden yang tidak mengalami keputihan sebanyak 7 Orang (11,9%)
Imam An-Nanawi menjelaskan mengenai ikhtilaf ulama dan
merajihkan bahwa keputihan adalah suci Keputihan yang keluar dari
kemaluan wanita yaitu cairan putih. Diperselisihkan sifatnya apakah
disamakan dengan madzi dan cairan kemaluan. Karennya  ulama berbeda
pendapat mengenai hukumnya… Penulis kitab al-Hawi mengatakan, Imam
as-Syafii menegaskan dalam sebagian kitab-kitabnya bahwa keputihan
wanita hukumnya adalah suci
Data WHO (2007) menyebutkan, angka prevalensi tahun 2006, 25% -
50% candidiasis, 20%–40% bacterial vaginosis dan 5%–15%
trichomoniasis. Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur,
kuman, parasit dan virus). Keputihan patologis dapat juga disebabkan karena
kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat genetalia seperti mencuci
vagina dengan air yang tergenang di ember, menggunakan pembilas secara
berlebihan,memakai celana dengan bahan yang tidak menyerap keringat,
jarang mengganti celana dalam, dan tak sering mengganti pembalut saat
menstruasi.
DI Indonesia 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena
Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah
berkembang yang mengakibatkan banyak keputihan. Gejala keputihan yang
dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang berumur 15-24
tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini menunjukan banyak remaja putri
mengalami keputihan (Hernawan, 2017)

2
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menyebutkan bahwa pada
tahun 2018 sebanyak 60% wanita pernah mengalami keputihan(Karina, 2018)
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan melakukan Wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dengan 7 orang remaja putri yang pernah mengalami
keputihan mengatakan tidak mengetahui penyebab dari keputihan tersebut,
mereka juga mengatakan tidak pernah menanyakan tentang keputihan yang
dialaminya kepada orangtua tetapi ada yang menanyakan kepada teman
sebayanya namun temannya mengatakan hal itu wajar dan tidak perlu
dipermasalahkan. Dari 7 orang yang pernah mengalami keputihan 3 orang
diantaranya mengatakan sering memakai pembersih vagina, dan semuanya
mengatakan sering memakai celana jeans yang ketat. Ketika menstruasi
mereka mengganti pembalut sehari hanya 2 kali dalam sehari dengan jumlah
remaja Putri 145 orang di SMP N 2 Bolang Itang Barat.
Hasil data tersebut menunjukkan fenomena bahwa banyak dari mereka
yang tidak mengetahui apa penyebab dari keputihan yang mereka alami,
perawatan organ reproduksi yang mereka lakukan juga belum bisa dikatakan
benar. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian” Faktor –
Faktor yang mempengaruhi Keputihan Pada Remaja Putri Di SMP N 2
Bolangitang Barat” ?
1.2 Identifikasi Masalah
1. Data WHO (2007) menyebutkan, angka prevalensi tahun 2006, 25% -
50% candidiasis, 20%–40% bacterial vaginosis dan 5%–15%
trichomoniasis. Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur,
kuman, parasit dan virus)Kurangnya kepeduliaan siswi terhadap
pencegahan keputihan
2. DI Indonesia 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena
Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur
mudah berkembang yang mengakibatkan banyak keputihan Pada tahun
2004 meningkat lagi menjadi hampir 70% wanita indonesia pernah
mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya

3
3. Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menyebutkan bahwa pada
tahun 2018 sebanyak 60% wanita pernah mengalami keputihan
4. Dampak dari keputihan yang terlambat atau tidak diobati dapat berakibat
buruk bagi kehidupan seorang wanita, seperti terjadinya infertil,
endometritis, radang panggul, dan salpingitis.
5. Dari 7 orang yang pernah mengalami keputihan 3 orang diantaranya
mengatakan jarang memakai pembersih vagina, dan semuanya
mengatakan sering memakai celana jeans yang ketat.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yaitu
“Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputihan Pada Remaja Putri
Di SMP N 2 Bolangitang Barat ? ”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputihan
Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Bolangitang Barat.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengetahuan siswa terhadap pencegahan keputihan di SMP
N 2 Bolangitang Barat
2. Mengetahui sikap siswa terhadap pencegahan keputihan di SMP N 2
Bolangitang Barat
3. Mengetahui Motivasi siswa terhadap pencegahan keputihan di SMP N 2
Bolangitang Barat
4. Mengetahui Peran Orangtua terhadap pencegahan keputihan di SMP N 2
Bolangitang Barat
5. Mengetahui Hubungan Pengetahuan Terhadap Keputihan pada Remaja
Putri Di SMPN 2 Bolangitang Barat
6. Mengetahui Hubungan Sikap Terhadap Keputihan pada Remaja Putri Di
SMPN 2 Bolangitang Barat
7. Mengetahui Hubungan Motivasi terhadap Terhadap Keputihan pada
Remaja Putri Di SMPN 2 Bolangitang Barat

4
8. Mengetahui Hubungan Peran Orangtua terhadap Terhadap Keputihan
pada Remaja Putri Di SMPN 2 Bolangitang Barat
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Factor-Faktor yang mempengaruhi
terjadinya keputihan pada remaja putri.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya untuk
melaksanakan penelitian, dan juga sebagai tambahan referensi di
perpustakaan kampus.
b. Bagi Instansi kesehatan
Untuk meningkatkan sikap dan motivasi remaja putri tentang pencegahan
keputihan.
c. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan peneliti tentang tentang pencegahan keputihan
pada remaja putri.
d.Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat meningkatkan kepedulian remaja puti tentang
kebersihan.

5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan
cairan atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan
penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh karena itu keputihan
dibagi menjadi dua,yaitu keputihan normal dan abnormal. (Bahari,H.2016)
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.
Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh
hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan
pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan adanya kelainan (Kusmiran,
2012)
2. Klasifikasi Keputihan
Menurut Kusmiran (2012) keputihan terdiri dari 2 jenis, yaitu :
A. Keputihan Normal (Keputihan Fisiologis)
Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa
keluar sebelum,saat dan sesudah masa haid. Ciri yang lain yaitu, lendir
bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, dan jumlahnya
berlebihan. Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah
menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres
berat,sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang
keluar berwarna jernih atau kekuning-kuningan dan tidak berbau.
Hal yang menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara lain :
1) Bayi baru lahir sampai umur 10 hari Disebabkan karena masih ada
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina.
2) Wanita dewasa saat mendapatkan rangsangan seksual Sebuah
mekanisme peralihan vagina secara fisiologis. Dinding vagina bagian
dalam mengeluarkan lendir yang akan diserap kembali oleh mulut

6
vagina dan berfungsi untuk memudahkan hubungan seksual dan
mencegah gesekan penis yang dapat menyebabkan luka.
3) Wanita dengan penyakit menahun
4) Pada wanita hamil Disebabkan karena perubahan hormon yang
menaikkan tingkat keasamanvagina.
5) Waktu ovulasi,sebelum dan sesudah menstruas
3. Keputihan Patologi
Keputihan patologi dapat ditandai dengan keluarnya lendir dalam
jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan
dan memiliki bau yang sangat menyengat. Keputihan jenis ini ditandai
dengan rasa gatal, dan terkadang terasa nyeri. Bahkan, rasa nyeri tersebut
sering kali dirasakan ketika berhubungan seksual. Daerah vagina yang
terinfeksi pun mengalami bengkak.(Shadine, 2012)
Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora
Doderleins. Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan
ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu, sehingga
cairan yang keluar berlebihan. Keputihan yang patologis mempunyai ciri-
ciri:
- Jumlahnya banyak
- Timbul terus menerus
- Warnanya berubah (Misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/
yoghurt)
- Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik,
buang air kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang
disebabkan oleh candida albicans.
- Disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta berbau
- Efek yang timbul dapat berupa nyeri diperut, panggul, pinggang atau
alat kelamin luar merupakan gejala kelainan ginekologik (Winna,2017).

7
4. Penyebab Keputihan
Penyebab keputihan yaitu :
1) Perilaku tidak higienis: air cebok tidak bersih, celana dalam tidak
menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.
2) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah.
3) Diabetes, wanita penderita diabetes sangat rentan terhadap keputihan
karena kadar gula dalam darah mereka tinggi atau tidak terkendali. Bila
kadar glukose menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin. Ginjal
harus menyediakan lebih banyak urin untuk membawa glukose ini.
Tubuh perlu menggantikan jumlah urin yang berlebihan yang dihasilkan
oleh penderita diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk buang air kecil
yang meningkat merupakan gejala dini terjadinya keputihan.
4) Keputihan
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama
persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat
longgar dan hipertropi otot polos. Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina
yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel-sel yang tanggal
ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna keputihan yang
disebut leukore.
5) Mengkonsumsi Obat-obat hormonal seperti PIL KB
6) Alergi pada benda-benda yang di masukkan secara sengaja atau tidak
kedalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut
kemaluan,serta benang dari selimut, celana dan lainnya
7) Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yangberlangsung
lama pada vagina.
8) Infeksi: dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit infeksi paada saluran
reproduksi wanita kelompokan menjadi 3 golongan besar Yaitu:
a) Non-penyakit hubungan seksual (non-PHS) Bagian luar alat kelamin
merupakan tempat yang rawan. Jika di banding dengan bagian tubuh
lainnya. Perawatan bagian ini sering terabaikan. Selain lembab, di
daerah ini bermuara dua saluran pembuangan, yaitu dubur/anus dan

8
lubang kencing yang berfungsi membuang sisa-sisa pencernaan
makanan dalam bentuk tinja dan air kencing. Jika tidak di bersihkan
secara sempurna, pada dubur/anus selalu di temukan berbagai bakteri,
jamur dan parasit, seperti cacing kremi dan telurnya yang bisa
menjalar ke sekitar organ kelamin Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya infeksi gejala keputihan. Infeksi ini di golongkan sebagai
non-PHS. Ada beberapa infeksi PHS yang sering di alami wanita
Yaitu :
1). Vaginitis
Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan
pada vagina. Dengan gejala, cairan vagina encer, berwarna kuning
kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak,
kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, serta nyeri saat
berhubungan seksual atau saat kencing.
2). Candidiasis
Penyebabnya berasal dari candida albican. Gejalanya adalah
keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di sertai
rasa gatal da kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Pada
keadaan normal jamur ini terdapat di kulit maupun dalam liang
kemaluan wanita. Namun, pada keadaan tertentu, jamur ini meluas
sehingga menimbulkan keputihan.
3). Tricominiasis
Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis. Penularan melalui
hubugan seksual. Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah
banyak, warna kuning kehijauan, bau tak sedap, sakit saat melakukan
hubungan seksual dan gatal (Kursina, 2013).
4).Penyakit Hubungan seksual
Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama terkadang
mengalami perlecetan setiap kali melakukan senggama. Vagina juga
menampung air mani yang di keluarkan oleh pasangannya. Adanya
perlecetan dan kontak mukosa (selaput lendir) vagina dengan air mani

9
merupakan pintu masuk (port d’entre) mikroorganisme penyebab
penyakit PHS.
4).Infeksi iatrogenik
Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau
mikroorganisme) lain masuk melalui medis, seperti haid, abortus yang
di sengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran
reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau
sampai pada saluran reproduksi bagian atas.
5).Penggunaan antibiotik yang berlebihan
Menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina ikut mati.
Bakteri doderlein lactobacillus di bertugas menghasilkan asam laktat
agar jamur tidak bisa hidup. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh
subur. Kebiasaaan menggunakan produ pencuci kewanitaan yang
umumnya bersifat alkalis juga dapat menurunkan keasaman daerah
vagina.

Faktor penyebab keputihan secara umum pada remaja putri usia remaja
akhir:

a) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ


kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun
buang air besaar.
b) Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat, sehingga ruang yang
ada tidak memadai. Akibatnya timbullah iritasi pada organ kewanitaan.
c) Seringkali menggunakan WC umum, sehingga memungkinkan adanya
bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
d) Jarang mengganti panty liner
e) Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga
kebersihannya tidak terjaga.
f) Kurangnya perhatian terhadap kebersihan oragan kewanitaan.
g) Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan
dilakukan dari belakang ke depan.

10
h) Aktivitas fisik yang melelahkan , sehingga daya tahan tubuh melemah.
i) Tidak mengganti pembalut ketika menstruasi.
j) Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat
k) Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan
secara berlebihan, sehingga flora doderlrins yang berguna menjaga
keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu.
5. Patofisiologi Keputihan
Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita adalah organ
reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan dibanding organ tubuh
yang lainnya. Keputihan (Flour Albus) merupakan salah satu tanda dan
gejala penyakit oragan reporoduksi wanita, didaerah alat genatalia ekternal
bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan sisa-isapencernaan
disebut anus. Apabila tidak dibersihkan secara sempurna akan ditemukan
berbagai bakteri,jamur,dan parasit akan menjalar ke sekitar oragan
genetalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dengan gejala keputihan.
Selain itu dalam hal melakukan hubungan seksual terkadang terjadi
pelecetan, dengan adanya pelecetan merupakan pintu masuk organisme
penyebab infeksi hubungan seksual (PHS) yang kontak dengan air mani dan
mukos (Kasdu, 2016)
6. Diagnosa Keputihan
a) Keputihan Fisiologis
Keputihan (Flour Albus) fisiologis biasanya lendir encer,muncul saat
ovulasi, menjelang haid dan saat mendapat rangsangan seksual. Keputihan
normal tidak gatal, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit
penyakitnya
b) Keputihan Fisiologis
Keputihan (Flour Albus) patologis dapat didiagnosa dengan anamnese
oleh dokter yang telah berpengalaman hanya dengan menanyakan apa
keluhan pasien dengan ciri-ciri : jumlah banyak, warnanya seperti susu basi,
cairannya mengandung leukosit yang berwarna kekuning-kuningan sampai
hijau, disertai rasa gatal, pedih, terkadang berbau amis dan berbau busuk.

11
Pemeriksaan khusus dengan memeriksakan lendir dilaboratorium, dapat
diketahui apa penyebabnya, apakah karena jamur, bakteri atau parasit, namun
ini kurang praktis karena harus butuh waktu beberapa hari untuk menunggu
hasil.
2.1.2 Vulva Hygiene
1. Pengertian Vulva Hygiene
Vulva hygiene adalah perilaku memelihara alat kelamin bagian luar
(vulva) guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat kelamin,
serta untuk mencegah terjadinya infeksi. Perilaku tersebut seperti
melakukan cebok dari arah vagina ke arah anus menggunakan air
bersih, tanpa memakai antiseptik, mengeringkannya dengan handuk
kering atau tisu kering, mencuci tangan sebelum membersihkan daerah
kewanitaan (Darma, 2017).
2. Manfaat Vulva Hygiene
Perawatan vagina memiliki beberapa manfaat, antara lain :
a) Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.
b) Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal.
c) Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5-4,5).
3. Tujuan Vulva Hygiene
Ada beberapa tujuan dari vulva hygiene antara lain :
a) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
b) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar
vagina.
c) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5 sampai 4,5.
d) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa.
e) Mencegah timbulnya keputihan dan virus
4. Cara Perawatan Vulva Hygiene
Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga
berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual. Cara memelihara organ intim
tanpa kuman dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur dan mandi pagi.
Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat

12
menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat
kebersihannya. Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang
tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan
yang tidak higienis, Keputihan juga bisa timbul karena pengobatan
abnormal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular
seksual (Kusmiran ,2012)
Beberapa cara merawat organ reproduksi remaja putri adalah sebagai
berikut:
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah kewanitaan.
b) Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat
menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan pembersih
kewanitaan yang menggunakan Ph balance 3,5 untuk menghindari iritasi.
c) Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian sebab jika
tidak dikeringkan kan menyebabkan celana dalamyang dipakai menjadi
basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab
berpotensi mengundang bakteri dan jamur.
d) Tidak diperbolehkan menaburkan bedak pada vagina dan daerah di
sekitarnya, karena kemungkinan bedak tersebut akan menggumpal di sela-
sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan dan
akan mengundang kuman.
e) Disediakan celana dalam ganti di dalam tas kemanapun pergi,hal ini
menghindari kemungkinan celana dalam kita basah.
f) Pakailah celana dalam dari bahan katun karena dapat menyerap keringat
dengan sempurna.
g) Menghindari pemakaian celana dalam dari satin ataupun bahan sintetik
lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab.
h) Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan luar vagina dengan
pelan dan menggosoknya dengan tangan.
i) Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali sehari.

13
j) Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampai tiga jam.
Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat mengakibatkan
infeksi bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada daerah genetalia. Ini
terjadi karena pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab.
Meskipun lapisan atas pantyiner memiliki daya serap untuk menjaga
higienitas daerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar dari pantyliner ini
terbuat dari plastik, sehingga kulit tidak bisa bernafas lega karena
kurangnya sirkulasi udara. Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner
terlalu sering.
k) Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon,jeans dan kulit.
l) Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan ke belakang. Hal
ini untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.
m) Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara
teratur.
n) Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan.
o) Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk siram
dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulu baru kemudian kita gunakan
p) Jangan garuk organ intim segatal apa pun. Membilas dengan air hangat
juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit di
sekitar Mrs. V bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin menjadi-
jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es sehingga pembuluh darah di
wilayah organ intim tersebut menciut, warna merahnya berkurang, dan
rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh vagina dengan rebusan air
sirih yang sudah didinginkan. Atau gunakan PK yang dicampur dengan air
dingin. Takarannya 1 sendok the untuk air satu ember ukuran
sedanPenggunaan PK dengan dosis tidak tepat bisa membakar kulit dan
membuatnya kering berwarna kecoklatan.
q) Bersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Air yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air mengalir
yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak atau ember di
toilet-toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans. Sedangkan

14
air yanmengalir dari keran di toilet umum mengandung kurang lebih10-
20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina juga berkaitan erat dengan
trik pembasuhannya. Yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke
belakang (anus) dan bukan dari anus ke arah vagina. Cara yang disebut
terakhir itu hanya akan membuat bakteri yang bersarang di daerah anus
masuk ke liang vagina dan mengakibatkan gatal-gatal. Setelah dibasuh,
keringkan Mrs. V dengan handuk lembut agar tidak basah.
r) Sebaiknya pilih pembalut yang berbahan lembut, dapat menyerap dengan
baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum
atau gel), dan merekat dengan baik pada pakaian dalam.
2.1.3 Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior(Donsu, 2017).
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap
objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.
Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut
dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek.
Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra
pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan seseorang terhadap suatu
objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis
besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (Know)

15
Tahu diartikan sebagai recallatau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja
yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa yang
dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek
tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,
meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip,
rencana program dalam situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika
orang tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan,
membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu

16
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
sudah ada sebelumnya.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internala.
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan agar tercapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu keburukan yang harus dilakukan
demi menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.
Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan
memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan
kagiatan yang menyita waktu.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun . semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

17
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya.
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
individu atau kelompok.
5) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan
pengaruh dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.4 Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, objek, atau issue (Rahmat, 2016). Sikap adalah merupakan
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek (Ingriani, 2017).
Menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi
internal psikologis yang murni dari individu (purely physic inner state), tetapi
sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya,
proses ini terjadi secara subyektif dan unik pada diri setiap individu.
Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari
nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu
(Rahmat, 2016)
2. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang (Azwar,
2012), yaitu:
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan (opini),

18
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
b. Komponen afektif (komponen emosional)
Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)
Merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas
sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
3. Tingkatan Sikap
Menurut Azwar, 2012 Tingkatan sikap ada 4 yaitu :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap ibu terhadap pemberian
imunisasi.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima
ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu
mengajak ibu yang lain membawa kelokasi posyandu.

19
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
e. Sifat Sikap
Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif(Azwar,2012):
1). Sikap positif
Kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
2). Sikap negatif
Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai objek tertentu.
4. Ciri – Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap Azwar (2012) adalah:
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis, seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat berubah pada orang-
orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.

20
5. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat
responden melalui kuesioner (Azwar,2012).
1) Skala Thurstone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan
kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat favourable
terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut
sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Derajat
(ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
2) Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan
atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai
dengan skala interval sama (equal interval scale).
3) Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas,
yaitu “ya-tidak”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain.
Data yang diperoleh dapat berupa interval atau rasio dikotomi (dua
alternatif). Dalam skala Guttman hanya terdapat dua interval. Penelitian
menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ingin ditanyakan.

21
4) Unobstrusive Measures
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat
mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya
dalam pertanyaan.
5) Pengukuran Involuntary Behaviour
Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap
dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan
pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa
disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
6. Faktor-Faktor Perubah Sikap
Menurut Azwar (2012) ada 3 (tiga) faktor perubah sikap yaitu :
a. Sumber dari pesan
Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok, institusi.
Dua ciri penting dari sumber pesan, yaitu:
1) Kredibilitas
Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka
kita akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi pesan.
Dua aspek penting dalam kredibilitas, yaitu keahlian-keahlian dan
kepercayaan saling berkaitan. Tingkat kredibilitas berpengaruh
terhadap daya persuasif.Jika kredibilitas tinggi, maka daya persuasif
juga tinggi. Jika kredibilitas rendah, maka daya persuasif juga rendah.
2) Daya tarik
Kredibilitas masih perlu ditambah daya tarik dipengaruhi oleh
daya tarik fisik, menyenangkan, dan ada kemiripan.
2.1.4 Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yang dapat
memberikan pengaruh terhadap setiap individu yang dapat mencapai hal yang
lebih nyata dengan tujuan individu. Moral dan nilai merupakan suatu tidak
terlihat atau nampak yang memberikan dorongan seseorang untuk bertingkah

22
laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen,
yaitu : arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan), dan kekuatan perilaku
(seberapa kuat usaha individu dalam bekerja) motivasi meliputi perasaaan,
pikiran, dan pengalaman masa lalu yang dimiliki oleh seseorang yang
merupakan bagian dari hubungan dalam dan hubungan luar dari perusahaan.
Selain itu motivasi diartikan sebagai dorongan yang dimiliki seorang individu
untuk berperilaku atau bertindak karena mereka ingin melakukan perbuatan
yang dapat mencapai tujuan atau keberhasilan. Apabila individu memiliki
motivasi yang kuat mereka akan melakukan suatu tindakan yang positif untuk
melakukan sesuatu, karena dapat mencapai tujuan mereka (Rivai, 2013 ).
Suatu keberhasilan pada pengendalian dan pemanfaatan pada organisasi
sangat ditentukan oleh kegiatan yang dapat mendatangkan hasil dan manfaat
SDM. Hal ini sangat penting untuk disadari, adanya kebutuhan untuk dapat
menciptakan prestasi dan kepuasan kerja karyawan. Salah satunya adalah
dapat“memberikan dorongan(motivasi) kepada bawahan”, agar karyawan
tersebut termotivasi atau memiliki semangat yang kuat dalam mengerjakan
tugas yang sesuai dalam pekerjaannya. Jadi motivasi dapat disimpulkan
sebagai salah satu tolok ukur kekuatan yang dapat mendorong seseorang
untuk bertingkah laku yang dapat melakukan tindakan secara intern dan
ekstern secara positif atau negatif untuk memberikan arahan yang bergantung
kepada kekuatan yang dimiliki sang manajer (Wayan, 2012). Motivasi
memiliki peran yang sangat penting karena dengan adanya motivasi dapat
diharapkan setiap karyawan memiliki keinginan untuk bekerja keras yang
dapat mencapai hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan yang tinggi menurut Hasibua Membantu mencari pertolongan bila
terjadi efek samping maupun komplikasi.
2. Faktor-Faktor Motivasi
Menurut Sunyoto (2013) Faktor-Faktor motivasi ada tujuh yaitu:
a. Promosi
Promosi adalah kemajuan seorang karyawan pada suatu tugas yang
lebih baik, baik dipandang dari sudut tanggung jawab yang lebih berat,

23
martabat atau status yang lebih tinggi, kecakapan yang lebih baik, dan
terutama tambahan pembayaran upah atau gaji.
b. Prestasi Kerja
Pangkal tolak pengembangan karier seseorang adalah prestasi
kerjanya melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya sekarang.
Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sulit bagi seorang karyawan untuk
diusulkan oleh atasannya agar dipertimbangkan untuk dipromosikan ke
jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi di masa depan.
c. Pekerjaan itu sendiri
Tanggung jawab dalam mengembangkan karier terletak pada
masing-masing pekerja. Semua pihak seperti pimpinan, atasan
langsung,kenalan dan para spesialis di bagian kepegawaian, hanya
berperan memberikan bantuan, semua terserah pada karyawan yang
bersangkutan, apakah akan memanfaatkan berbagai kesempatan
mengembankan diri atau tidak.
d. Penghargaan
Pemberian motivasi dengan melalui kebutuhan penghargaan,
seperti penghargaan atas prestasinya, pengakuan atas keahlian dan
sebagainya. Hal yang sangat diperlukan untuk memacu gairah kerja bagi
pada karyawan. Penghargaan di sini dapat merupakan tuntutan faktor
manusiawi atas kebutuhan dan keinginan untuk menyelesaikan suatu
tantangan yang harus dihadapi.
e. Tanggung Jawab
Pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan perusahaan kepada
para karyawan merupakan timbal balik atas kompensasi yang
diterimanya. Pihak perusahaan memberikan apa yang diharapkan oleh
para karyawan, namun di sisi lain para karyawan pun harus memberikan
kontribusi penyelesaian pekerjaan dengan baik pula dan penuh dengan
tanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.

24
f. Pengakuan
Pengakuan atas kemampuan dan keahlian bagi karyawan dalam
suatu pekerjaan merupakan suatu kewajiban oleh perusahaan. Karena
pengakuan tersebut merupakan salah satu kompensasi yang harus
diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang memang mempunyai
suatu keahlian tertentu dan dapat melaksanakan pekerja dengan baik
pula. Hal ini akan dapat mendorong para karyawan yang mempunyai
kelebihan di bidangnya untuk berprestasi lebih baik lagi.
g. Keberhasilan dalam Bekerja
Keberhasilan dalam bekerja dapat memotivasi para karyawan untuk
lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh
perusahaan. Dengan keberhasilan tersebut setidaknya dapat memberikan
rasa bangga dalam perasaan karyawan bahwa mereka telah mampu
mempertanggungjawabkan apa yang menjadi tugas mereka.
3. Langkah-Langkah Motivasi
Dalam memotivasi bawahan, ada beberapa petunjuk atau langkah-
langkah yang perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin. Adapun langkah-
langkah tersebut menurut Sunyoto (2013), adalah sebagai berikut:
1. Pemimpin harus tahu apa yang dilakukan bawahan
2. Pemimpin harus berorientasi kepada kerangka acuan orang
3. Tiap orang berbeda-beda di dalam memuaskan kebutuhan
4. Setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi para
karyawan
5. Pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam berbagai bentuk
6. Pemimpin harus berbuat dan berlaku realistis
4. Tujuan Motivasi
Adapun tujuan motivasi menurut Sunyoto (2013) adalah sebagai berikut:
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan

25
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
10. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
5. Jenis-Jenis Motivasi
Ada dua jenis motivasi menurut Malayu Hasibuan (2013) sebagai berikut :
a. Motivasi Positif
Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang)
bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di
atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan
akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-
baik saja.
b. Motivasi Negatif
Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan
standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini
semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat
karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat
berakibat kurang baik.
2.2 Peneliti Yang Relevan
Nama dan Judul Persamaan dan
Desain Penelitian Hasil
Penelitian Perbedaan
Rahmi(2015) Penelitian ini Hasil penelitian di Persamaan :
Faktor-Faktor menggunakan tidak ada Sama-sama
yang kuantitatif dengan hubungan menggunakaan
mempengaruhi desain penelitian pengetahuan analatik
terjadinya deskriftif korelasi dengan keputihan Perbedaan :
keputihan pada dengan (p Value=0,090) a. Jumlah Sampel
remaja putri pendekatan cross da nada hubungan berbeda
sectional antara tindakan b.Tempat
pencegahan Penelitian Berbeda

26
dengan
keputihan(p
Value=0,041)

2.2 Kerangka Teori

Faktor predisposisi:

1. Pengetahuan
2. SIkap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Nilai budaya
atau norma
yang diyakini
seseorang

Faktor Pemungkin

1. Ketersediaan
pelayanan Kejadian Keputihan
kesehatan
2. Sumber-sumber
atau fasilitas

Faktor Penguat

1. Pengalaman
Pribadi
2. Teman Atau
Orang Lain

Gambar 1.Kerangka teori dimodifikasi dari Notoatmodjo(2012); Manuaba (2011);


Clayton.(2013)

2.5 Kerangka Konsep

27
Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam skema sebagai
berikut:

PENGETAHUAN

Keputihan
SIKAP

MOTIVASI

PERAN ORANG TUA

Ket: - Variabel Independen :

: Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Peran Orang Tua

-Variabel Dependen :
: Keputihan
Gambar 2 Kerangka konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang


dirunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis merupakan dugaan
sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : - Ada Hubungan Pengetahuan Terhadap Keputihan pada Remaja Putri
- Ada Hubungan Sikap Terhadap Keputihan pada Remaja Putri
- Ada Hubungan Motivasi terhadap Terhadap Keputihan pada Remaja
Putri.
- Ada Hubungan Peran Orangtua terhadap Keputihan pada Remaja Putri.
H0 : - Tidak Ada Hubungan Pengetahuan Terhadap Keputihan pada Remaja
Putri
- Tidak Ada Hubungan Sikap Terhadap Keputihan pada Remaja Putri
- Tidak Ada Hubungan Motivasi terhadap Terhadap Keputihan pada
Remaja Putri.

28
- Tidak Ada Hubungan Peran Orangtua terhadap Keputihan pada Remaja
Putri.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

29
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan Pada Bulan Maret- April di SMPN 2
Bolang Itang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
3.2 Desain Penelitian
Rancangan penilitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan
cross sectional dimana suatu penelitian yang memelajari faktor resiko
independen dan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau
pengukuran variabel sekaligus dan sekaligus pada waktu yang sama. Arti dari
“suatu saat” bukan berarti semua responden diukur atau diamati pada saat
yang bersamaan, tetapi artinya dalam penelitian cross sectional setiap
responden pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti tidak
melakukan tindak lanjut (Jenita, 2016).
3.3 Variabel penelitian
3.3.1 Variabel Independen
Varibel independen merupakan suatu variabel penelitian yang tidak
ketergantungan kepada variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel
penelitian maka variabel independen yang akan menyebabkan perubahan atau
hubungan terhadap variabel lainnya (Budiman, 2013) Variabel bebas atau
independen pada penelitian ini yaitu: Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Peran
OrangTua.
3.3.2 Variabel dependen
Variabel dependen merupakan suatu variabel penelitian yang
ketergantungan kepada variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua
variabel penelitian maka variabel dependen yang terjadi perubahan
(Budiman, 2013). Sedangkan variabel terikat atau dependen dalam
penelitian ini yaitu:Keputihan Pada Remaja Putri.

3.4 Definisi operasional

Tabel 1 Definisi operasional

30
Definisi Parameter Alat
No Variabel Skala Skor
Operasional Ukur
1 Independe
n
Pengetahu Pengetahuan 1. Responden Kuesioner Nominal 1=Baik >50
an yang dimiliki men 2=Kurang Baik
oleh remaja mengetahui >50
putri tentang keputihan
keputihan 2. Responden
tau tentang
penyebab
keputihan

2 Sikap Sikap responden Sikap remaja putri Kuesioner Nominal 1= Positif > 60
tentang dalam pencegahan 2= Negatif < 60
Pencegahan keputihan
Keputihan
positif jika
responden
melaksanakan
pencegahan
keputihan dan
negative tidak
mencegah

3 Motivasi Motivasi dalam Motivasi remaja Kuesioner Nominal 1= Tinggi >50


mencegah putri dalam 2= Rendah <50
keputihan melaksanakan
tindakan
pencegahan
4 Dependen
Keputihan Pernah Keputihan pada Kuesioner Nominal 1= Terjadi
mengalami dan saat remaja putri keputihan pada
tidak terkait saat menjelang
keputihan haid
2= Tidak Terjadi
keputihan pada
saat menjelang
haid

3.5 Populasi dan sampel


3.5.1 Populasi

Populasi adalah adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya


berupa orang, obyek transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya, atau menjadi objek penelitian (Suprapto, 2017). Populasi
artinya wilayah generaalisasi yang terdiri atas objek Atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

31
untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2017).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yaitu 145 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian yang nanti kesimpulan dari
penelitian tersebut berlaku untuk populasi(Tersiana, 2018). Sampel dalam
penelitian ini adalah Pasngan usia subur usia 15-49 Tahun dengan teknik
Purvosive Sampling. Jumlah sampel dalam penelitin ini sebanyak 61 orang.
N . z ² p.q
n=
d ( N −1 )+ z . p . q
Keterangan :
n = perkiraan jumlah sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1- p (100% - p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
Jawab
145(1,96) ² 0,5.0,5
n=
0,05(145−1)+1,96 . 0,5.0,5

145.3,84. 0,25
n=
0,05(144)+1,96.0,25

139,2
n=
2,29

n=60,78
Jadi jumlah sampel 61 responden.

Dan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini menurut Nursalam
(2008) yaitu:
1. Kriteria inklusi (Kriteria layak dileliti)

32
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu
populasi target yang terjangkau yang akan dileliti.Pada penelitian ini yang
menjandi kriteria inklusi adalah:
a. Remaja putri yang sekolah di SMPN 2 Bolang Itang Barat
b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria ekslusif
Kriteri ekslusi adalah menghilangkam Atau engeluarkan subyek yang
memenuhi dari studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini yang
termasuk kriteria ekslusi adalah:
a. Remaja putri yang pada saat pengambilan kuisioner tidak hadir atau
sekolah
b. Tidak bersedia menjadi responden.
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner
oleh responden yaitu Remaja Putri .
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penilitian ini adalah data Remaja Putri yang ada
di SMPN 2 Bolangitang Barat kabupaten Bolaang Mongondow utara yang
mana instrument yang digunakan adalah kuisioner yaitu dengan
melampirkan berupa pertanyaan untuk mengetahui sikap dan motivasi
dengan menggunakan skala gutman dan skala likert.
3.6.3 Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument dengan bentuk
kuesioner. Dimana kuesioner merupakan alat ukur yang terdiri dari beberapa
pertanyaan yang diajukan mampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia
(Hidayat, 2017).
3.6.4 Alat dan Bahan :
Alat dan bahan yang di gunakan yaitu polpen dan lembar kuisioner
3.7 Teknik Analisa Data

33
3.7.1 Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dan hasil penelitian. Analisa ini
menghasilkan distribusi frekuensi tiap variabel yang diteliti.

3.7.2 Analisa bivariat


Analisa bivariat di lakukan untuk melihat hubungan dari tiap-tiap variabel
bebas dan variabel terikat dan menggunakan Uji Chi-Square.
3.8 Etika dalam penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
Progran Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo dengan
mengajukan permohonan izin di SMP N 2 Bolang Itang Barat. Setelah mendapat
persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika menurut Setiadi (2017) meliputi :
1. Informed Concent ( lembar persetujuan).
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan pada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan
tujuan penelitian. Bila subyek menolak peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak-hak pasien.
2. Anonymity (tanpa nama).
Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi
subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberikan kode tertentu.
3. Confidentiality (kerahasiaan).
Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

34

Anda mungkin juga menyukai