Anda di halaman 1dari 4

AUDIT BERBASIS TEKNOLOGI – G

KELOMPOK 10 :
19312434 - Meutia Bestannisa W
19312435 - Anisah Abni
19312436 - Audita Shasabilla Amin
19312454 - Tri Harsanti Mursyid
19312468 - Lulu Atikah Putri
19312478 - Fardan Satrio Pradipto

A. Jelaskan dampak dari kasus pelaporan keuangan Garuda tersebut bagi


stakeholder maupun Pemerintah!
Jawaban :
a. Pembukuan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan menjadi
sentimen yang buruk bagi citra perusahaan.
b. Ketidakpercayaan investor akan berdampak terhadap pergerakan saham.
c. Investor kehilangan harta atau dana yang telah ditanamkan di dalam
perusahaan.
d. Memberi dampak merugikan bagi Bursa Efek Indonesia (BEI) di mana PT
Garuda menjual sahamnya kepada masyarakat umum sehingga dapat
dikategorikan sebagai penipuan publik.
e. Reputasi bisnis di Indonesia akan terpengaruh sehingga iklim investasi akan
menurun karena masyarakat luas kehilangan kepercayaan.
f. Terkuaknya fraud atas laporan keuangan akan memberikan dampak kepada
semua anggota organisasi yang terlibat didalamnya termasuk para manajemen
dan karyawan.

B. Jelaskan beberapa pelanggaran standar audit yang dilakukan oleh auditor


terhadap kasus tersebut!
Jawaban :
1. Pelanggaran Pasal 66 UU PM jis, Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017,
Standar Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tentang
Pengidentifikasian & Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, SA 500 SPAP tentang Bukti
Audit, SA 560 SPAP tentang Peristiwa Kemudian, dan SA 700 SPAP tentang
Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan,
2. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU
Pasar Modal) “(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam
wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa
mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat
menentukan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal.”,
3. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik,
4. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

C. Jelaskan sanksi yang diberikan pemerintah kepada perusahaan pihak


Garuda Indonesia!
Jawaban :
Otoritas Jasa Keuangan telah melakukan pemeriksaan terkait kasus penyajian
Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per-31
Desember 2018 dan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak
terkait lainnya, OJK memutuskan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero)


Tbk untuk memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk per-31 Desember 2018 serta melakukan
paparan publik (public expose) atas perbaikan dan penyajian kembali
LKT per-31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah
ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis, Peraturan
Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
2. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp 100 juta
kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan
Emiten atau Perusahaan Publik.
3. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda masing-masing
sebesar Rp 100 juta kepada seluruh anggota Direksi PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
4. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp 100 juta
secara tanggung renteng kepada seluruh anggota Direksi dan Dewan
Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menandatangani
Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode tahun
2018 atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016
tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
5. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat Tanda
Terdaftar (STTD) selama satu tahun kepada Sdr. Kasner Sirumapea
(Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited)) dengan STTD Nomor:
335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telah diperbaharui
dengan surat STTD Nomor: STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18
Januari 2019, selaku Auditor yang melakukan audit LKT PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk per-31 Desember 2018 atas pelanggaran
Pasal 66 UU PM jis, Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017, Standar
Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tentang
Pengidentifikasian & Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, SA 500 SPAP
tentang Bukti Audit, SA 560 SPAP tentang Peristiwa Kemudian, dan SA
700 SPAP tentang Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan
Keuangan.
6. Memberikan Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited) untuk
melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP
Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.

Pengenaan sanksi dan/atau Perintah Tertulis terhadap PT Garuda Indonesia


(Persero) Tbk, Direksi dan/atau Dewan Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan
sebagai langkah tegas OJK untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
industri Pasar Modal Indonesia.

D. Jelaskan rekomendasi anda untuk kantor Akuntan Publik dalam melakukan


audit perusahaan!
Jawaban :
1. Mengakumulasikan kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama audit jika
terdapat kesalahan penyajian yang teridentifikasi selama audit, selain kesalahan
penyajian yang secara jelas tidak penting dan tidak perlu diakumulasi karena
akumulasi kesalahan penyajian jelas tidak berdampak material dalam laporan
keuangan.
2. Menentukan apakah strategi audit dan rencana audit secara keseluruhan perlu
direvisi apabila kesalahan penyajian lain mungkin ada yang diagregasikan dengan
kesalahan penyajian yang telah diakumulasi selama audit, dapat menjadi material.
Contohnya, jika auditor mengidentifikasi bahwa suatu kesalahan penyajian timbul dari
tidak berfungsinya pengendalian internal atau dari asumsi yang tidak tepat atau
metode penilaian yang diterapkan secara luas oleh entitas. Agregasi kesalahan
penyajian yang diakumulasi selama audit mendekati materialitas yang ditentukan.
Apabila agregasi kesalahan penyajian mendekati materialitas yang ditentukan, maka
ada kemungkinan terdapat risiko yang lebih besar dari tingkat risiko rendah yang
dapat diterima bahwa kesalahan penyajian yang mungkin tidak terdeteksi, bila
diperhitungkan dengan kesalahan penyajian agregasi selama audit, dapat melebihi
materialitas.
3. Mengkomunikasikan secara tepat waktu atas semua kesalahan penyajian yang
diakumulasi selama audit kepada tingkat manajemen yang tepat, kecuali dilarang oleh
peraturan perundang-undangan, karena perundang-undangan mungkin membatasi
komunikasi auditor tentang kesalahan penyajian tertentu ke manajemen, atau yang
lain, dalam entitas. Hal ini dianggap penting karena memungkinkan manajemen
mengevaluasi apakah unsur tersebut adalah kesalahan penyajian, menginformasikan
kepada auditor jika manajemen tidak setuju, dan mengambil tindakan yang
diperlukan. Dan selanjutnya auditor harus meminta manajemen untuk mengoreksi
kesalahan penyajian tersebut. Koreksi oleh manajemen atas semua kesalahan
penyajian, termasuk yang dikomunikasikan oleh auditor, memungkinkan manajemen
untuk mempertahankan buku dan catatan akuntansi yang akurat dan menurunkan
risiko kesalahan penyajian material atas laporan keuangan di masa depan karena
dampak kumulatif kesalahan penyajian yang tidak material dan tidak dikoreksi
berkaitan dengan periode lalu. Jika manajemen menolak untuk mengoreksi beberapa
atau semua kesalahan penyajian yang telah dikomunikasikan auditor, maka auditor
harus memperoleh pemahaman tentang alasan manajemen menolak untuk
mengoreksi.

E. Jelaskan rekomendasi anda untuk perusahaan-perusahaan agar tidak terjadi


kasus seperti itu!
Jawaban :
Dari kasus PT Garuda Indonesia, perusahaan lain dapat belajar untuk tidak
melakukan hal yang serupa dan harus sepenuhnya mengikuti standar akuntansi yang
berlaku. Dengan melanggar penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten
dan perusahaan publik artinya PT Garuda Indonesia telah melakukan pelanggaran
terhadap Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016. Setidaknya ada beberapa hal
yang dapat dilakukan agar perusahaan lain tidak melakukan kesalahan yang sama
seperti PT Garuda Indonesia. Yang pertama yaitu dengan meningkatkan engagement
dengan profesi agar perusahaan semakin peduli betapa pentingnya pengelolaan
profesi keuangan dalam menyajikan laporan keuangan yang benar sebagai standar
audit. Yang kedua adalah dengan menerapkan sistem pengendalian mutu secara
optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal berupa peringatan tertulis dan
disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap sistem pengendalian mutu.
Yang ketiga adalah dengan menjaga keterbukaan publik dengan terbuka atas
berbagai masukan.

Anda mungkin juga menyukai