A. Jelaskan dampak dari kasus pelaporan keuangan Garuda tersebut bagi
stakeholder maupun Pemerintah! Jawaban : a. Pembukuan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan menjadi sentimen yang buruk bagi citra perusahaan. b. Ketidakpercayaan investor akan berdampak terhadap pergerakan saham. c. Investor kehilangan harta atau dana yang telah ditanamkan di dalam perusahaan. d. Memberi dampak merugikan bagi Bursa Efek Indonesia (BEI) di mana PT Garuda menjual sahamnya kepada masyarakat umum sehingga dapat dikategorikan sebagai penipuan publik. e. Reputasi bisnis di Indonesia akan terpengaruh sehingga iklim investasi akan menurun karena masyarakat luas kehilangan kepercayaan. f. Terkuaknya fraud atas laporan keuangan akan memberikan dampak kepada semua anggota organisasi yang terlibat didalamnya termasuk para manajemen dan karyawan.
B. Jelaskan beberapa pelanggaran standar audit yang dilakukan oleh auditor
terhadap kasus tersebut! Jawaban : 1. Pelanggaran Pasal 66 UU PM jis, Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017, Standar Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tentang Pengidentifikasian & Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, SA 500 SPAP tentang Bukti Audit, SA 560 SPAP tentang Peristiwa Kemudian, dan SA 700 SPAP tentang Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan, 2. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal) “(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal.”, 3. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, 4. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan 5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
C. Jelaskan sanksi yang diberikan pemerintah kepada perusahaan pihak
Garuda Indonesia! Jawaban : Otoritas Jasa Keuangan telah melakukan pemeriksaan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per-31 Desember 2018 dan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, OJK memutuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk untuk memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per-31 Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan penyajian kembali LKT per-31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis, Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa. 2. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. 3. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda masing-masing sebesar Rp 100 juta kepada seluruh anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan. 4. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp 100 juta secara tanggung renteng kepada seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menandatangani Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode tahun 2018 atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. 5. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun kepada Sdr. Kasner Sirumapea (Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited)) dengan STTD Nomor: 335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telah diperbaharui dengan surat STTD Nomor: STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku Auditor yang melakukan audit LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per-31 Desember 2018 atas pelanggaran Pasal 66 UU PM jis, Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017, Standar Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tentang Pengidentifikasian & Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, SA 500 SPAP tentang Bukti Audit, SA 560 SPAP tentang Peristiwa Kemudian, dan SA 700 SPAP tentang Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan. 6. Memberikan Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.
Pengenaan sanksi dan/atau Perintah Tertulis terhadap PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk, Direksi dan/atau Dewan Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan sebagai langkah tegas OJK untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal Indonesia.
D. Jelaskan rekomendasi anda untuk kantor Akuntan Publik dalam melakukan
audit perusahaan! Jawaban : 1. Mengakumulasikan kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama audit jika terdapat kesalahan penyajian yang teridentifikasi selama audit, selain kesalahan penyajian yang secara jelas tidak penting dan tidak perlu diakumulasi karena akumulasi kesalahan penyajian jelas tidak berdampak material dalam laporan keuangan. 2. Menentukan apakah strategi audit dan rencana audit secara keseluruhan perlu direvisi apabila kesalahan penyajian lain mungkin ada yang diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang telah diakumulasi selama audit, dapat menjadi material. Contohnya, jika auditor mengidentifikasi bahwa suatu kesalahan penyajian timbul dari tidak berfungsinya pengendalian internal atau dari asumsi yang tidak tepat atau metode penilaian yang diterapkan secara luas oleh entitas. Agregasi kesalahan penyajian yang diakumulasi selama audit mendekati materialitas yang ditentukan. Apabila agregasi kesalahan penyajian mendekati materialitas yang ditentukan, maka ada kemungkinan terdapat risiko yang lebih besar dari tingkat risiko rendah yang dapat diterima bahwa kesalahan penyajian yang mungkin tidak terdeteksi, bila diperhitungkan dengan kesalahan penyajian agregasi selama audit, dapat melebihi materialitas. 3. Mengkomunikasikan secara tepat waktu atas semua kesalahan penyajian yang diakumulasi selama audit kepada tingkat manajemen yang tepat, kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, karena perundang-undangan mungkin membatasi komunikasi auditor tentang kesalahan penyajian tertentu ke manajemen, atau yang lain, dalam entitas. Hal ini dianggap penting karena memungkinkan manajemen mengevaluasi apakah unsur tersebut adalah kesalahan penyajian, menginformasikan kepada auditor jika manajemen tidak setuju, dan mengambil tindakan yang diperlukan. Dan selanjutnya auditor harus meminta manajemen untuk mengoreksi kesalahan penyajian tersebut. Koreksi oleh manajemen atas semua kesalahan penyajian, termasuk yang dikomunikasikan oleh auditor, memungkinkan manajemen untuk mempertahankan buku dan catatan akuntansi yang akurat dan menurunkan risiko kesalahan penyajian material atas laporan keuangan di masa depan karena dampak kumulatif kesalahan penyajian yang tidak material dan tidak dikoreksi berkaitan dengan periode lalu. Jika manajemen menolak untuk mengoreksi beberapa atau semua kesalahan penyajian yang telah dikomunikasikan auditor, maka auditor harus memperoleh pemahaman tentang alasan manajemen menolak untuk mengoreksi.
E. Jelaskan rekomendasi anda untuk perusahaan-perusahaan agar tidak terjadi
kasus seperti itu! Jawaban : Dari kasus PT Garuda Indonesia, perusahaan lain dapat belajar untuk tidak melakukan hal yang serupa dan harus sepenuhnya mengikuti standar akuntansi yang berlaku. Dengan melanggar penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten dan perusahaan publik artinya PT Garuda Indonesia telah melakukan pelanggaran terhadap Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar perusahaan lain tidak melakukan kesalahan yang sama seperti PT Garuda Indonesia. Yang pertama yaitu dengan meningkatkan engagement dengan profesi agar perusahaan semakin peduli betapa pentingnya pengelolaan profesi keuangan dalam menyajikan laporan keuangan yang benar sebagai standar audit. Yang kedua adalah dengan menerapkan sistem pengendalian mutu secara optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal berupa peringatan tertulis dan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap sistem pengendalian mutu. Yang ketiga adalah dengan menjaga keterbukaan publik dengan terbuka atas berbagai masukan.